• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MODUL FISIKA BERBASIS CETAKAN (MFBC) PADA MATERI SUHU DAN KALOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MODUL FISIKA BERBASIS CETAKAN (MFBC) PADA MATERI SUHU DAN KALOR"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MODUL FISIKA BERBASIS CETAKAN (MFBC) PADA MATERI SUHU DAN KALOR

(Skripsi)

Oleh EKA PRASTIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MODUL FISIKA BERBASIS CETAKAN (MFBC) PADA MATERI SUHU DAN KALOR

Oleh EKA PRASTIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

Eka Prastia

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MODUL FISIKA BERBASIS CETAKAN (MFBC) PADA MATERI SUHU DAN KALOR

Oleh EKA PRASTIA

Modul adalah suatu bentuk bahan ajar yang disajikan secara sistematis dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh siswa sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengetahuan, sehingga siswa dapat belajar secara mandiri baik dengan bantuan guru ataupun mandiri. Namun keberadaan modul di SMPN 20 Bandar Lampung yang sesuai dengan KTSP 2006 belum ada. Oleh karena itu perlu dikembangkan modul yang dapat meningkatkan siswa dalam belajar secara mandiri.

Desain pengembangan Media Pembelajaran Modul Fisika Berbasis Cetakan (MFBC) yang digunakan yaitu diadaptasi dari proses pengembangan media instruksional oleh Sadiman (2008) sebagai acuan, yaitu analisis kebutuhan program pengembangan, desain pengembangan, pengembangan produk, evaluasi produk, uji coba dan pencetakan produk. Evaluasi produk terdiri dari evaluasi formatif I, evaluasi formatif II, evaluasi formatif III.

(4)

Eka Prastia Evaluasi kedua dilakukan uji ahli desain, dengan skor hasil uji sebesar 2,91. Skor tersebut dikategorikan baik dan sesuai dengan standar BSNP. Evaluasi ketiga dilakukan uji satu lawan satu. Uji ini dilakukan pada 3 siswa dari kelas yang berbeda yaitu VIID, VIIE dan VIIG. Skor hasil rata-rata uji satu lawan satu

diperoleh sebesar 3,63. Hasil tersebut dikategorikan sangat baik.

Uji yang terakhir yaitu uji coba untuk mengetahui keefektivitasan dan kemenarikan modul yang dilakukan terhadap 36 siswa kelas VIIE SMP Negeri 20

Bandar Lampung sebagai pengguna modul. Berdasarkan hasil uji keefektifan diperoleh hasil besar 77,7% siswa tuntas dan memperoleh nilai di atas KKM. Dengan nilai rata-rata hasil belajar 74,07.

Sementara untuk uji kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan telah dilakukan dengan memberikan angket kepada siswa yang telah mengalami pembelajaran dengan menggunakan Modul hasil pengembangan, dan berdasarkan analisis angket hasil pengembangan dikategorikan sangat menarik, sangat mudah dan sangat bermanfaat.

(5)

Judul Skripsi : PENGEMBANGAN MEDIA

PEMBELAJARAN MODUL FISIKA BERBASIS CETAKAN (MFBC) PADA MATERI SUHU DAN KALOR

Nama Mahasiswa : Eka Prastia Nomor Pokok Mahasiswa : 0853022013 Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. Dr. Agus Suyatna, M.Si. NIP. 19580603 198303 1 002 NIP. 19600821 198503 1 004

Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. ____________

Sekretaris : Dr. Agus Suyatna, M.Si ____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Nengah Maharta, M.Si ____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(7)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Eka Prastia

Nomor Pokok Mahasiswa : 0853022013 Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Alamat : Jalan Airan Raya Desa Wayhui, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan.

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut daftar pustaka.

Bandarlampung, 15 Februari 2013 Yang Menyatakan,

Eka Prastia

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Wayhuwi pada tanggal 08 November 1989. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Disan dan Ibu Rubiah (Rubes).

Penulis menempuh pendidikan formal pada tahun 1996 SD Negeri 2 Wayhui yang diselesaikan pada tahun 2002. Kemudian pada tahun 2002, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 21 Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2005 dan dilanjutkan di SMA Negeri 15 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2008.

(9)

MOTTO

Cukuplah ALLAH SWT yang menjadi penolong kami dan ALLAH SWT adalah

sebaik-baiknya pelindung .

(QS Ali Imran : 173)

Kesalahan terbesar yang dapat dilakukan oleh seseorang adalah tidak melakukan

apa-apa

(Maxwell)

Kesempatan takkan kembali bila kita menyia-nyiakan waktu hari ini. Dan penyesalan

akan terjadi ketika kita menyadari kesempatan itu telah pergi. Karena waktu kemarin

takkan pernah bisa kembali

Tetaplah berusaha untuk cita-citamu, karena suatu saat usaha itu akan berbuah

manis. Jika Anda berhenti berusaha, maka berhentilah semua mimpi dan cita-citamu.

BUKTIKANLAH BAHWA KAMU BISA SELANGKAH LEBIH MAJU. Meski

semua itu akan kembali pada Allah SWT. Manusia hanya bisa berencana, namun

Allah lah yang menentukan

(10)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, Puji dan syukur atas Kehadirat Allah SWT serta Shalawat dan salam yang tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, penulis persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta tulus kepada :

1. Bapak dan Mamak tercinta yang telah memberisupportdalam

menyelesaikan skripsi ini. Terlebih penulis ucapkan kepada Bapak dan Mamak yang telah bersabar membesarkan dengan segala kenakalan, sikap dan kelakuan, mendidik penuh dengan kasih, mendoakan, memotivasi, memberi yang terbaik agar penulis bisa mewujudkan cita-citanya

2. Kakakku dan adikku tersayang : Ariyanto dan Fitri Novita Sari yang selalu ada disaat penulis membutuhkan, memberiku semangat dan dukungan bagi kesuksesanku.

(11)

SANWACANA

Bismillahirahmanirahim.

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul Pengembangan Media Pembelajaran Modul Fisika

Berbasis Cetakan (MFBC) .Skripsi ini penulis

susun sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada program studi pendidikan fisika. Penulis menyadari bahwa dengan bantuan berbagai pihak, skripsi ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika atas arahan dan motivasi yang diberikan selama penulisan skripsi. 4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc., selaku dosen Pembimbing

Akademik dan Pembimbing I yang telah memotivasi, membimbing, dan mengarahkan penulis selama penulisan skripsi dan hanya Tuhan Yang Maha Esa yang bisa membalas semua kebaikan Bapak.

(12)

6. Bapak Drs. Nengah Maharta, M.Si selaku Pembahas yang banyak memberikan masukan dan kritik yang bersifat positif dan membangun. 7. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang telah

membimbing penulis dalam pembelajaran di Universitas Lampung. 8. Bapak Drs Abdurrahman M.Si., selaku evaluator uji ahli isi materi, terima

kasih atas waktu dan masukannya.

9. Bapak Dr. Suharno, M.Pd., selaku evaluator uji ahli desain media, terima kasih atas waktu dan masukannya.

10. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA

11. Bapak Dra. Listadora M.Pd., selaku Kepala SMP N 20 Bandar Lampung yang telah memberi izin dan arahan selama penelitian.

12. Ibu Sri hartati, S.Pd., selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas VIIE yang memberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian.

13. Bapak dan ibu dewan guru SMP N 20 Bandar Lampung dan staf tata usaha yang banyak membantu selama penulis belajar dan melakukan penelitian. 14. Keluarga besar ku Bapak Disan dan Ibu Rubiah, Kakak dan adik ku : Ariyanto

dan Fitri Novita Sari, terima kasih semangat dan doanya selama ini.

15. Teman seperjuangan 8 Mandiri Yesika,

Nova, Intan, Andrey, Indah, Idel, dan teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu

(13)

17. Orang-orang dan seseorang yang selalu ada disisiku, yang selalu

mennemaniku selama perjalanan ini, yang memberi warna dalam hariku, kebahagiaan dalam setiap sedihku, memberi semangat dalam setiap putus asa dan keterpurukanku.

18. Kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini.

Penulis hanya dapat berdoa, mudah-mudahan segala amal dan bantuan, mendapat pahala serta balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan. Amin.

Bandar Lampung, 15 Februari 2013 Penulis

(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar ... 6

B. Media Pembelajaran... 9

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 9

2. Peran, Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 10

3. Jenis Media Pembelajaran ... 14

C. Media Berbasis Cetakan ... 19

D. Modul... 21

1. Fungsi, Tujuan dan Manfaat Modul ... 22

2. Pengembangan Modul ... 24

(15)

B. Prosedur Pengembangan ... 27

1. Analisis ... 29

1.1 Analisis Kebutuhan... 29

1.2 Analisis Kurikulum... 29

2. Desain Pengembangan ... 30

3. Pengembangan Produk ... 31

4. Evaluasi Produk ... 31

4.1 Evaluasi Formatif I ... 32

4.2 Evaluasi Formatif II ... 33

4.3 Evaluasi Formatif III... 34

5. Uji Coba ... 35

6. Percetakan Produk ... 36

C. Teknik Pengumpulan Data... 36

D. Teknik Analisis Data... 37

IV. HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan ... 41

1. Hasil Tahap I : Analisis ... 41

2. Hasil Tahap II : Desain Pengembangan... 45

3. Hasil Tahap III : Pengembangan Produk ... 46

4. Hasil Tahap IV : Evaluasi Produk ... 46

4.1 Evaluasi Formatif I ... 47

4.2 Evaluasi Formatif II ... 48

4.3 Evaluasi Formatif III... 50

5. Hasil Tahap VI Uji coba ... 51

6. Hasil Tahap VII : Pencetakan Produk... 56

B. Pembahasan... 56

1. Kesesuaian Produk yang Dihasilkan dengan Tujuan Pengembangan ... 56

2. Kelebihan Produk Hasil Kegiatan Pengembangan ... 59

3. Kelemahan Produk Hasil Kegiatan Pengembangan ... 59

(16)

xiv A. Simpulan ... 60 B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(17)

Lampiran 4 Analisis Kurikulum ... 74

Lampiran 5 Panduan Produksi Pengembangan... 82

Lampiran 6 Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli ... 103

Lampiran 7 Uji Ahli Materi ... 111

Lampiran 8 Hasil Analisis Uji Ahli Materi... 122

Lampiran 9 Hasil Perbaikan Uji Ahli Materi ... 125

Lampiran 10 Uji Ahli Desain... 127

Lampiran 11 Hasil Analisis Uji Ahli Desain ... 145

Lampiran 12 Hasil Perbaikan Uji Ahli Desain ... 149

Lampiran 13 Uji Satu Lawan Satu ... 152

Lampiran 14 Hasil Analisis Uji Satu Lawan Satu ... 155

Lampiran 15 Hasil Perbaikan Uji Satu Lawan Satu ... 157

Lampiran 16 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 160

Lampiran 17 Kisi-Kisi Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan dan Kemanfaatan ... 172

Lampiran 18 Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan dan Kemanfaatan ... 175

Lampiran 19 Hasil Analisis Uji Kemenarikan, Kemudahan dan Kemanfaatan ... 178

Lampiran 20 Kisi-Kisi Instrumen Uji Keefektifan ... 184

Lampiran 21Instrumen Uji Keefektifan ... 191

Lampiran 22 Daftar Nilai Hasil Evaluasi Hasil Belajar... 199

Lampiran 23 Daftar Rekapitulasi Nilai Mid Semester... 201

(18)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Pengelompokkan media ... 17

2.2. Format modul... 25

3.1. Skor penilaian akhir uji ahli ... 38

3.2. Skor penilaian uji coba lapangan ... 38

3.3. Konversi skor penilaian menjadi pernyataan nilai kualitas ... 39

4.1. Rangkuman hasil observasi untuk analisis kebutuhan ... 42

4.2. Rangkuman hasil analisis uji ahli materi ... 47

4.3. Perbaikan aspek kemutakhiran uji ahli materi oleh Pengembang ... 48

4.4. Rangkuman hasil analisis uji ahli desain ... 49

4.5. Perbaikan uji ahli desain oleh Pengembang... 49

4.6. Rangkuman hasil analisis uji ahli satu lawan satu ... 51

4.7. Perbaikan uji satu lawan satu oleh Pengembang ... 51

4.8. Respon dan penilaian Siswa terhadap penggunaan modul berbasis cetakan uji coba ... 55

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

2.1. Kerucut pengalaman dale... 14 3.1. Desain penelitianone-shot case study... 26 3.2. Diagram model pengembangan media instruksional ... 28 4.1. Persentase respon siswa terhadap kemenarikan media

Pembelajaran modul fisika berbasis cetakan materi Suhu dan

Kalor pada uji coba ... 52 4.2. Persentase respon siswa terhadap kemudahan media

Pembelajaran modul fisika berbasis cetakan materi Suhu dan

Kalor pada uji coba ... 53 4.3. Persentase respon siswa terhadap kemanfaatan media

Pembelajaran modul fisika berbasis cetakan materi Suhu dan

(20)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan observasi sekolah, Jumlah seluruh kelas VII di SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013 berjumlah 7 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 254. Kelas penelitian yang akan dilakukan di kelas VIIE berjumlah 36 orang yang terdiri dari 19 Perempuan dan 17 Laki-laki. Standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) di SMP Negeri 20 Bandar

Lampung sebesar 67. Dari hasil observasi awal dan hasil wawancara di SMP Negeri 20 Bandar Lampung ditemukan beberapa masalah dalam kegiatan pembelajaran Fisika. Masalah-masalah tersebut dapat disebabkan oleh guru, siswa serta lingkungan. Masalah yang pertama disebabkan oleh guru yang cenderung menggunakan metode ceramah. Masalah kedua disebabkan oleh siswa yang kurang mengikuti pembelajaran dengan baik. Bisa jadi karena kurangnya siswa memperhatikan materi pelajaran serta banyaknya siswa yang menganggap bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran yang sulit dipahami sehingga menjadi momok yang menakutkan serta lingkungan yang tidak kondusif menjadi masalah yang ketiga.

(21)

2

ujian. Sebagian siswa yang lain merasa kesulitan memahami materi yang diberikan. Selain hal itu, kebanyakan dari siswa juga merupakan siswa yang kurang mampu dan tidak diwajibkan untuk membeli buku, karena

keterbatasan biaya buku hanya akan dipinjamkan dari sekolah.

Bahan ajar media berbasis cetakan yang digunakan siswa hanya berpacu pada buku yang dipinjamkan sekolah, sedangkan bahan ajar mandiri dirumah siswa tidak memiliki. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dapat mempermudah siswa dalam belajar dirumah pun tidak diberikan karena pelarangan penggunaan LKS. Berdasarkan hasil observasi Keberadaan modul di SMPN 20 Bandar Lampung yang sesuai dengan KTSP 2006 belum ada. Oleh karena itu perlu dikembangkan modul yang dapat meningkatkan siswa dalam belajar secara mandiri.

Fasilitas Sekolah di SMP Negeri 20 Bandar Lampung cukup memadai yaitu telah memiliki laboratorium, perpustakaan, ruang komputer dan beberapa perangkat penunjang seperti penggunaan LCD. Namun sebagian fasilitas jarang digunakan dalam pembelajaran fisika.

Keaktifan siswa dapat ditingkatkan dengan melakukan serangkaian kegiatan belajar berdasarkan pengalaman nyata yang diperoleh siswa. Semakin baik proses belajar yang terjadi dalam diri siswa, maka semakin baik hasil belajar yang diperoleh. Sehingga siswa dapat mengeksplorasikan dan berinteraksi langsung dengan teman dan lingkungannya.

(22)

3

metode, dan sumber belajar serta media yang dapat mengarahkan siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar secara langsung.

Peran modul sebagai bahan ajar dalam hal ini yaitu penyedia informasi bahan dasar karena dalam modul disajikan berbagai materi pokok yang dapat dikembangkan, disajikan dengan ilustrasi atau gambar yang komunikatif. Selain itu pula modul berperan sebagai petunjuk mengajar yang efektif bagi pendidik serta menjadi bahan untuk melatih kemampuan siswa dalam melakukan penilaian sendiri (self Assessment).

Mengembangkan modul sebagai bahan ajar yang efektif dan menarik, modul dibuat semaksimal mungkin sehingga menghasilkan modul yang variatif, menarik, efektif dan efisien sehingga menumbuhkan minat dan

meningkatklan aktivitas siswa untuk melatih kemampuan siswa. Mengenai keberadaan modul yang sesuai KTSP, modul yang disusun menggunakan model dan metode tertentu Untuk mendapatkan bahan ajar yang efektif digunakan. Dalam pengembangan ini, Modul adalah suatu bentuk bahan ajar yang disajikan secara sistematis dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh siswa sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengetahuan, sehingga siswa dapat belajar secara mandiri baik dengan bantuan guru ataupun mandiri.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis

mengangkat penelitian Pengembangan Media Pembelajaran Modul Fisika Berbasis Cetakan pada Materi Suhu Dan Kalor .

(23)

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah bentuk media pembelajaran modul fisika berbasis cetakan pada materi Suhu dan Kalor?

2. Bagaimanakah tanggapan kemenarikan dan efektivitas media

pembelajaran modul fisika berbasis cetakan pada Materi Suhu dan Kalor? 3. Bagaimanakah hasil belajar siswa menggunakan media pembelajaran

modul fisika berbasis cetakan pada materi Suhu dan Kalor?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Membuat media pembelajaran modul fisika berbasis cetakan pada materi

Suhu dan Kalor

2. Mengetahui tanggapan kemenarikan dan efektivitas media pembelajaran modul fisika berbasis cetakan pada materi Suhu dan Kalor

3. Mengetahui hasil belajar siswa menggunakan media pembelajaran modul fisika berbasis cetakan pada materi Suhu dan Kalor

D. Manfaat Penelitian

(24)

5

1. Menyediakan bahan ajar yang menarik dan variatif bagi siswa dan guru sebagai bahan ajar yang dapat digunakan secara mandiri atau bersama untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

2. Memberikan motivasi kepada guru untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran dan memanfaatkan teknologi khususnya media pembelajaran berbasis cetakan dalam kegiatan pembelajaran.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini mencapai tujuan sebagaimana telah dirumuskan, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada:

1. Pengembangan adalah proses menyusun dan menerjemahkan spesifikasi desain ke dalam suatu wujud fisik tertentu untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Pengembangan yang dimaksud berupa pembuatan Bahan Ajar Modul Fisika Berbasis Cetakan pada Materi Suhu dan Kalor.

2. Materi pokok yang disajikan dalam Modul Fisika Berbasis Cetakan ini adalah materi Suhu dan Kalor SMP Kelas VII Semester I yang

(25)

6

II. KERANGKA TEORITIS

A. Belajar

Hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Dimana kegiatan belajar mengajar memiliki dua proses diantaranya yaitu proses belajar dan proses mengajar.

MenurutBrunerdalam Nasution (2006: 9) proses belajar dapat dibedakan menjadi tiga fase atau episode yaitu:

(1) Informasi

Dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah dimiliki, ada yang hanya memperhalus dan memperdalamnya, adapula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah diketahui sebelumnya. (2) Transformasi

Informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditranformasi kedalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan

(3) Evaluasi

Kemudian menilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan tranformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain. Ketiga fase ini selalu terdapat dalam proses belajar.

(26)

7

Sesungguhnya proses belajar dilakukan oleh semua makhluk hidup, mulai dari bentuk kehidupan yang sederhana sampai yang bersifat kompleks. Belajar memiliki banyak tafsiran diantaranya:

Menurut Hamalik (2004: 27)

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan mengingat akan tetapi lebih luas dari itu yaitu mengalami, hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.

Belajar tidak hanya mengingat, namun juga merupakan proses pengalaman sehingga seseorang yang belajar dapat mengalami dan melakukan proses perubahan. Hasil belajar merupakan hasil akhir dari setiap perubahan.

Namun menurut Slameto (2003: 2)

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dan lingkungan.

Perubahan tingkah laku dalam hal ini merupakan suatu perubahan untuk memperoleh pengalaman bukan karena proses pertumbuhan. Hasil

pengalaman dapat berupa dalam pengetahuan, keterampilan, kemampuan, tingkah laku, dan bersosialisasi.

Berdasarkan Sadiman (2008: 2)

Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).

(27)

8

interaksi dan sikap yang secara keseluruhan meningkatkan kemampuan atau skill pengetahuan untuk mendapatkan pengalaman belajar. Pengalaman belajar yang diperoleh dapat menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) dan sikap (afektif).

Makna belajar dalam Teori konstruktivisme menurut Sardiman dalam Ratnawati (2011: 8) yang lebih cenderung ditujukan pada makna belajar di sekolah seperti berikut.

Belajar merupakan proses aktif dari si belajar untuk merekonstruksi makna, sesuatu baik itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik,

maupun yang lainnya. Belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertian yang dimiliki menjadi berkembang. Jadi menurut teori ini, belajar adalah kegiatan yang aktif di mana si belajar membangun sendiri pengetahuannya. Si belajar juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari.

Kesimpulanya, belajar merupakan suatu proses siswa untuk mendapatkan pengetahuan bukan hanya disekolah melainkan pula dapat memperoleh pengetahuan dari lingkungan. Siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki untuk menghubungkan dengan peristiwa dan pengalaman yang ada di lingkungan.

Adapun perubahan-perubahan yang terjadi dalam dalam proses belajar yaitu perubahan yang menjadikan pengetahuan, tingkah laku, dan sosialisasi meuju ke arah yang lebih baik. Berdasarkan Slameto dalam Faturrohman (2007: 10) bahwa ciri-ciri perubahan belajar meliputi:

1. Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar, sekurang-kurangnya sadar bahwa pengetahuannya bertambah, sikapnya berubah, kecakapannya berkembang, dan lain-lain.

(28)

9

3. Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Belajar senantiasa menuju perubahan yang lebih baik.

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, bukan hasil belajar jika perubahan itu hanya sesaat.

5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Sebelum belajar seseorang hendaknya sudah menyadari apa yang akan berubah pada dirinya melalui belajar.

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, bukan bagian-bagian tertentu secara parsial.

Belajar bukan merupakan hasil yang diperoleh melainkan usaha dalam belajar. Guru ataupun pembimbing merupakan perantara atau fasilitas dalam kegiatan belajar agar belajar yang dilakukan dapat berhasil dengan baik. Hal ini guru membutuhkan strategi penyampaian yang menarik dan mendukung proses pembelajaran.

B. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran terdiri dari dua kata yaitu media dan pembelajaran. Secara etimologis, media berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk

medium .

Menurut Asyhar (2011: 8)

Media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

(29)

10

Menurut Garlach dan Ely dalam Arsyad (2007: 3)

Media apabila dipahami secara garis besar adalah Manusia, Materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pada hal ini Guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran yaitu segala sesuatu baik berupa sarana atau pun alat bantu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dan menyalurkan pesan. Terjadilah peningkatan interaksi antara pendidik dan peserta didik yang dapat membawa suasana belajar menjadi efektif dan efisien.

2. Peran, Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan sesuatu yang bersifat abstrak bisa lebih menjadi konkret. Asyhar (2011: 28) menyatakan bahwa

Pentingnya peran media dalam pembelajaran mengharuskan para pendidik untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan berbagai sumber belajar dan media.

Penggunaan media sangat berperan dalam dunia pendidikan yang dapat mempermudah guru dalam proses belajar dan penyampaian informasi pada peserta didik. Penggunaan media yang tepat akan sangat menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran.

Para pendidik atau guru diharuskan dapat lebih kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan sumber belajar.

(30)

11

(1) Fungsi atensi. Yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran.

(2) Fungsi afektif. Media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar text yang bergambar. (3) Fungsi kognitif. Media visual terlihat dari temuan-temuan

penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

(4) Fungsi kompensatoris. Media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang yang lemah dalam dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

Berdasarkan keempat fungsi di atas, media pembelajaran dapat digunakan untuk membantu guru dalam proses pembelajaran. Banyak bentuk media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan baik teks, visual, audio. Masing-masing media pembelajaran berfungsi untuk menarik perhatian siswa, membantu siswa dalam memahami pengetahuan dan informasi dan meningkatkan keterampilan.

Menurut Rowntree dalam Rohani (1997: 7), media instruksional edukatif berfungsi:

1) Membangkitkan motivasi belajar. 2) Mengulang apa yang telah dipelajari. 3) Menyediakan stimulus belajar. 4) Mengaktifkan respon peserta didik 5) Memberikan balikan dengan segera 6) Menggalakkan latihan yang serasi.

Peranan dan fungsi media dipengaruhi oleh adanya ruang, waktu,

(31)

12

Media memiliki kontribusi yang sangat penting terhadap proses

pembelajaran. Kontribusi tersebut dikemukakan oleh Kemp and Dayton dalam Sanjaya (2008: 210) yaitu:

a. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar b. Pembelajaran dapat lebih menarik

c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif

d. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek e. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan

f. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapan saja dan dimana saja diperlukan

g. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan

h. Peran guru berubah kearah yang positif, artinya guru tidak menempatkan diri sebagai satu-satunya sumber belajar

Kontribusi yang disampaikan oleh Kemp and Dayton dalam Sanjaya (2008: 210) di atas, media pembelajaran dapat mengarahkan

pembelajaran lebih menarik dan membuat siswa dapat interaktif sehingga peran guru sebagai falitator dan bukan satu satunya sumber belajar.

Menurut Sanaki (2010: 5) media pembelajaran memiliki 2 (dua) manfaat yaitu bagi guru dan siswa.

(1) Manfaat media pembelajaran bagi guru yaitu:

a. Memberikan pedoman atau arahan untuk mencapai tujuan

b. Menjelaskan struktur dan urutan pengajaran yang sangat baik

c. Memberikan kerangka sistematis mengajar secara baik d. Memudahkan kendali guru terhadap materi pelajaran e. Membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian

materi pelajaran

(32)

13

g. Meningkatkan kualitas pengajaran (2) Manfaat media pembelajaran bagi siswa

a. Meningkatkan motivasi belajar si siswa

b. Memberikan dan meningkatkan variasi belajar siswa c. Memberikan struktur materi pelajaran dan memudahkan

pembelajar untuk belajar

d. Memberikan inti informasi, pokok-pokok, secara sistematis sehingga memudahkan siswa untuk belajar e. Merangsang pembelajar untuk berfikir dan beranalisis f. Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan

dan

g. Siswa dapat memahami materi pelajaran dengan sitematis yang disajikan pengajar lewat media pembelajaran

Media pembelajaran bermanfaat bagi guru dan siswa. Selain sebagai pedoman dan alat bantu guru juga dapat meningkatkan percaya diri guru dalam mengajar. Alat bantu media pembelajaran akan lebih

meningkatkan kondusif kelas guru dapat memanfaatkan model-model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk lebih menarik siswa yang dapat merangsang kemampuan siswa dalam belajar, melatih siswa dalam belajar.

3. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Pengalaman pembelajaran dapat diperoleh dengan melihat bagan kerucut pengalaman Dale, dimana pada bagan dapat dijelaskan bahwa

(33)

14

Gambar. 2.1

(Kerucut Pengalaman Dale).

(34)

15

Media pembelajaran dikelompokkan berdasarkan jenjang pengalaman yang diperoleh pembelajar. Bagan jenjang

pengalaman tersebut disusun menurut tingkat kekonkretan dan keabstrakan pengalaman.

Pembelajaran yang paling konkret adalah pengalaman langsung atau observasi. Artinya penggunaan real objek lebih efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengetahuan akan abstrak apabila hanya

disampaikan melalui bahasa verbal. Hal ini memungkinkan terjadinya verbalisme, artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa

memahami dan mengerti makna yang terkandung pada kata tersebut. Hal semacam ini dapat menimbulkan kesalahan persepsi.

Menurut Asyhar (2011: 44) media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat jenis yaitu:

(1) Media visual yaitu jenis yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan semata-mata dari peserta didik. Pengalaman belajar yang dialami peserta didik hanya bergantung pada kemampuan penglihatannya.

(2) Media audio adalah jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan hanya melibatkan indera pendengaran peserta didik hanya memampu memanipulasi kemampuan suara saja.

(3) Media audio visual adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan (4) Multimedia yaitu media yang melibatkan beberapa jenis dan

peralatan secara terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran.

(35)

16

Leshin, Pollock, dan Reigeluth (1992) dalam Wena (2009: 9) mengklasifikasikan media ke dalam lima kelompok, yaitu :

1. Media berbasis manusia (pengajar, instruktur, tutor, bermain peran, kegiatan kelompokfield trip)

2. Media berbasis cetak (buku, buku latihan, dan modul) 3. Media berbasis visual (buku, bagan, grafik, peta, gambar,

transparansi,slide)

4. Media berbasis audio visual (video, film, dan televisi)

5. Media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer, interaktif video,hypertext)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Anderson dalam Sanjaya (2008: 213) mengelompokkan media yang dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel. 2.1 Pengelompokkan Media

No Kelompok Media Media instruksional

1 Audio Pita audio (rol atau kaset) Piringan audio

Radio (rekaman siaran)

2 Cetak Buku teks terprogram

Buku pegangan/manual Buku tugas

3 Audio-cetak Buku latihan dilengkapi kaset Gambar/poster (dilengkapi audio)

4 Proyek visual diam Film bingkai(slide)

Film rangkai (berisi pesan herbal)

5 Proyek visual diam

dengan audio Film bingkai (slide) suaraFilm rangkai suara

6 Visual gerak Film bisu dengan judul (caption)

7 Visual gerak dengan audio

Film suara

Video, VCD, DVD

8 Benda Benda nyata

Model tiruan (mock-up)

(36)

17

Managed Instructional)

Kelompok media sebagaimana disebutkan di atas merupakan media pembelajaran yang diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pemanfaatan media pembelajaran dapat diperoleh dari berbagai jenis media. Oleh karena itu, sebaiknya media pembelajaran digunakan dengan sebaik-baiknya sebagai alat bantu guru. Masing-masing jenis media memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing bergantung pada gaya belajar siswa.

MenurutAECT (Association For Education Communication and Technology)dalam Asyhar (2011: 9) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran yaitu:

1. Pesan (materi),baik moral dan informal dapat dimanfaatkan sebagai bahan atau sumber belajar. Pesan formal adalah pesan dan informasi yang dikeluarkan oleh lembaga resmi, seperti pemerrintah dan nonpemerintah atau yangdiberikan guru, instruktur dan lain-lain dalam situasi pembelajaran.

2. Orang(peoples)pada dasarnya setiap orang dapat berperan sebagai sumber belajar dan bahan pembelajaran karena sesorang dapat memperoleh informasi dan pengetahuan baru.

3. Bahan dan program merupakan suatu format yang biasanya digunakan sebagai program pendukung dalam menyimpan pesan-pesan pembelajaran seperti buku paket, buku teks, handbook, modul, program video, audio, film, OHT, program slide alat peraga dan sebagainya. Program yang dimaksud adalah software.

4. Alat(devices),adalah benda-benda yang berbentuk fisik sering disebut juga dengan perangkat keras (hardwere) yang berfungsi sebagai sarana atau alat bantu.

(37)

18

6. Latar(setting),yaitu situasi dan kondisi lingkungan belajar baik yang berada didalam sekolah maupun lingkungan yang berada diluar sekolah, dan baik disengaja dirancang (by design) maupun yang tidak secara khusus disiapkan namun dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Yang termasuk latar atau setting ini yaitu pengaturan ruang, pencahayaan, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium dan lain-lain.

Setiap sumber belajar yang digunakan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Proses pembelajaran akan lebih efektif jika digunakan sumber belajar dan dibantu dengan alat bantu, model pembelajaran serta metode yang membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan.

C. Media Berbasis Cetakan

Media dikelompokkan menjadi beberapa macam jenis, salah satunya media berbasis cetakan.

Menurut Asyhar (2011 : 154)

Media berbasis cetakan adalah media yang paling tua dan paling banyak digunakan. Hal ini disebabkan karena praktis dalam penggunaannya. Salah satu diantara media berbasis cetakan yaitu Modul Ajar.

Media berbasis cetakan merupakan media yang sudah secara umum digunakan karena praktis digunakan dalam proses pembelajaran. Media berbasis cetakan pula dapat digunakan secara mandiri oleh siswa. Dapat disimpulkan bahwa media berbasis cetakan merupakan salah satu media pembelajaran yang efektif dan dapat digunakan secara mandiri guna mengukur kemampuan ataupun pengetahuan siswa.

(38)

19

visual. Dimana pembuatan naskah modul sesungguhnya draft media itu sendiri dan tidak memerlukan skenario karena dalam penyusunannya dipegang oleh penulis (Asyhar: 2011).

Arsyad (2007: 90) menyatakan bahwa petunjuk yang dapat membantu menyiapkan media berbasis teks yang interaktif yaitu:

1. Menyajikan informasi dalam jumlah yang selayaknya, dapat dicerna, diproses, dan dikuasai.

2. Mempertimbangkan hasil pengamatan dan analisis kebutuhan siswa dan siapkan latihan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.

3. Mempertimbangkan hasil analisis respons siswa.

4. Menyiapkan kesempatan bagi siswa untuk dapat belajar sesuai kemampuan dan kecepatan mereka, keberhasilan penyajian materi dengan media berbasis teks sangat ditentukan oleh kesempatan siswa belajar berdasarkan kemampuannya.

5. Menggunakan beragam jenis latihan dan evaluasi

Media berbasis cetakan yang interaktif dapat dilihat dari kelima penyajian diatas dapat dikembangkan menjadi sebuah media pembelajaran berbasis cetakan sehingga dapat diajarkan dan dilatihkan kepada siswa untuk dapat memperoleh pengetahuan.

Dalam Arsyad (2007: 91) beberapa cara yang dapat digunakan untuk menarik perhatian pada media berbasis teks adalah:

1. Warna digunakan sebagai alat penuntun dan penarik perhatian kepada informasi yang penting, misalnya kata kunci dapat diberi tekanan dengan cetakan warna merah.

2. Huruf yang dicetak tebal atau dicetak miring memberikan penekanan pada kata-kata kunci atau judul.

(39)

20

4. Penggunaan garis bawah sebagai alat penuntun sedapat mungkin dihindari karena membuat kata itu sulit dibaca.

Berdasarkan kutipan Arsyad (2007: 91) di atas, penulis menyimpulkan bahwa penggunaan warna, huruf dapat berpengaruh dalam menarik siswa dalam mempelajari media berbasis cetakan.

Bukan hanya warna dan huruf yang dapat berpengaruh, namun penggunaan gambar dan informasi juga sangat berpengaruh dalam meningkatkan minat baca.dan memotivasi siswa untuk belajar.

D. Modul

Pendidik di dunia pendidikan kini membutuhkan suatu bahan ajar yang dapat mempermudah pendidik menyampaikan materi, memberikan informasi yang menarik dan menyenangkan sehingga meningkatkan minat dan motivasi siswa. Bahan ajar terdiri dari berbagai jenis. Salah satunya adalah modul.

Menurut Sanjaya (2008: 155) Modul adalah satu kesatuan program yang lengkap, sehingga dapat dipelajari oleh peserta didik secara individual. Hal yang hampir sama juga dikemukakan oleh Nasution (2006: 205) yang menyatakan bahwa

Modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.

(40)

21

Sedangkan menurut Mulyasa (2003: 43)

Pada umumnya sebuah modul sudah mencakup seluruh kegiatan belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik, sehingga guru tidak lagi menjadi unsur pokok didalam mempelajari kompetensi.

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa modul adalah suatu bentuk bahan ajar yang disajikan secara sistematis dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh siswa sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengetahuan, sehingga siswa dapat belajar secara mandiri baik dengan bantuan guru ataupun mandiri sehingga terjadi proses interaksi yang efektif, menarik dan menyenangkan.

Menurut Hadisusanto Dalam Yuniar (2011: 12)

modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisikan materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.

Pembuatan modul bukan hanya bertujuan sebagai bahan ajar mandiri, melainkan juga bertujuan agar siswa termotivasi untuk mandiri dan kreatif, serta menumbuhkan minat baca.

1. Fungsi, tujuan dan manfaat modul

(41)

22

1) Bahan ajar mandiri. Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar sendiri tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik.

2) Pengganti fungsi pendidik.

3) Sebagai alat evaluasi. Dengan modul, peserta didik dituntut untuk dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat

penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari.

4) Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik. Modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta didik. Keempat fungsi di atas, diharapkan siswa dapat memperolehnya. Tidak hanya dijadikan sebagai bahan mandiri, modul pula dapat digunakan sebagai alat bantu guru dan pengganti guru, sebagai alat evaluasi hasil belajar siswa terhadap penguasaan materi yang tersedia dalam modul.

Tujuan utama sistem modul menurut Mulyasa (2003: 44) adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal.

Menurut Nasution (2006: 206) modul yang disusun dengan baik dapat memberikan banyak keuntungan atau manfaat bagi siswa diantaranya adalah:

1) Modul memberikanfeedbackyang banyak dan segera sehingga siswa dapat mengetahui taraf hasil belajarnya. Kesalahan segera dapat diperbaiki dan tidak dibiarkan begitu saja,

2) Dengan penguasaan tuntas, sepenuhnya ia memperoleh dasar yang lebih mantap untuk menghadapi pelajaran baru

3) Modul disusun secara jelas, spesifik dan dapat dicapai oleh siswa. Dengan tujuan yang jelas peserta didik dapat terarah untuk mencapai dengan segera

4) Pembelajaran yang membimbing siswa untuk mencapai sukses melalui langkah-langkah yang teratur tentu akan menimbulkan motivasi yang kuat untuk berusaha segiat-giatnya.

(42)

23

Berdasarkan kutipan Nasution (2006: 206) di atas, penulis berpendapat mengenai pengertian modul bahwa modul merupakan bahan ajar mandiri yang memiliki manfaat yang dapat memberikan latihan dan evaluasi sebagai alat yang dapat mengukur kemampuan siswa dan kesalahannya dapat langsung diperbaiki, tersusun materi yang menuntun siswa untuk penguasaan tuntas sesuai kecepatan belajar.

2. Pengembangan Modul

Hal awal yang harus diketahui dan pahami dalam membuat suatu modul adalah unsur-unsur dari modul. Pembuatan modul yang inovatif

dibutuhkan cara penyusunan yang dapat mengembangkan modul menjadi menarik dan menyenangkan sehingga memotivasi peserta didik untuk belajar dan menumbuhkan minat siswa. Menurut Prastowo (2011: 118) mengemukakan empat tahapan langkah-langkah penyusunan modul yang harus dilalui yaitu:

1) Analisis kurikulum 2) Menentukan judul modul 3) Pemberian kode modul

Kode modul adalah angka yang diberikan makna. Contoh : digit pertama, angka satu (1) berarti IPA, angka (2) berabrti IPS, angka (3) berarti Bahasa dan seterusnya. Selanjutnya digit kedua merupakan kelompok utama kajian, aktivitas,atau spesialisasi pada jurusan yang bersangkutan. Misalnya untuk jurusan IPA angka 1(satu) pada digit kedua berarti fisika, angka (2) berarti kimia, angka 3 berarti Biologi dan seterusnya.

4) Penulisan Modul

4.1 Perumusan Kompetensi yang harus dikuasai 4.2 Penentuan alat evaluasi atau penilaian 4.3 Penyusunan materi

(43)

24

4.5 Strutur bahan ajar (modul)

Keempat langkah di atas, digunakan dalam penyusunan modul. Penentuan judul diperoleh dari analisis kurikulum sehingga Asyhar (2011: 155) menyatakan bahwa

Modul yang dikembangkan harus mampu meningkatkan motivasi peserta didik dan efektif dalam mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.

Prastowo (2011: 141) mengelompokkan penyusunan modul menjadi tiga yaitu sebelum materi dimulai, saat materi dimulai dan setelah pemberian materi. Prastowo (2011: 141) menyatakan bahwa salah satu contoh format modul yang dikembangkan dengan memperlihatkan kebutuhan pembaca akan keteraturan strukturnya yaitu dapat dilihat pada tabel 2.2. Tabel 2.2 Format Modul

Sebelum mulai materi Saat pemberian materi

16. Latihan atau tugas

17. Tes mandiri

(44)

26

III. METODE PENELITIAN

A. Setting Pengembangan

Metode pada penelitian ini yaitu Penelitian dan pengembangan (research and development). Sugiyono (2009: 407) menyatakan bahwa metode penelitian pengembangan (research and development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Pengembangan yang dilakukan berupa pembuatan Media Pembelajaran Modul Fisika Berbasis Cetakan (MFBC) pada Materi Suhu dan Kalor.

Penelitian ini menggunakan desain penelitianone-shot case study(Sugiono: 110), yaitu memberikan perlakuan dengan media pembelajaran MFBC kepada siswa. Untuk melakukan pengukuran setelah menggunakan Media Pembelajaran MFBC dengan memberikanposttestatau evaluasi.Perlakuan tersebut dilakukan pada tahap uji satu lawan satu dan uji coba lapangan. Desain penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

Gambar 3.1. Desain PenelitianOne-Shot Case Study

(45)

27

X merupakan perlakuan dimana siswa menggunakan media pembelajaran MFBC dan O adalah hasil belajar siswa menggunakan media pembelajaran MFBC.

Subjek dari evaluasi ini adalah evaluasi formatif I (uji ahli materi ) yang dilakukan oleh ahli bidang isi atau materi untuk dapat mengevaluasi ketepatan isi atau materi pada modul ajar, evaluasi formatif II (uji ahli media/desain) dilakukan oleh ahli media/desain pembelajaran instruksional untuk dapat mengevaluasi ketepatan desain pada modul ajar dan evaluasi formatif III (uji satu lawan satu) dilakukan oleh tiga siswa SMPN 20 Bandar Lampung untuk mewakili populasi target. Kemudian, melakukan uji lapangan yang merupakan uji coba dari produk. Sasaran dari uji coba produk ini dilakukan kepada siswa SMP Negeri 20 Bandar Lampung Kelas VII Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013. Dalam hal ini pokok materi pada pengembangan media

pembelajaran MFBC adalah berisi materi Suhu dan Kalor untuk SMP kelas VII.

B. Prosedur Pengembangan

(46)

28

Gambar 3.2 Diagram model pengembangan media instruksional yang diadaptasi dari Sadiman, dkk (2008)

1. Tahap I : Analisis

Analisis Kebutuhan Program Pengembangan Tahap I

Tahap II Desain Pengembangan

Tahap IV

Tahap III

Evaluasi Produk

Pengembangan Produk (Prototipe 1)

1. Evaluasi formatif I (Prototipe 2)

Uji ahli isi materi pembelajaran (revisi) 2. Evaluasi formatif II (Prototipe 3)

Uji ahli desain media pembelajaran (revisi)

3. Evaluasi formatif III

Uji coba satu lawan satu (revisi)

Tahap VI Pencetakan Produk

(47)

29

1.1 Analisis Kebutuhan

Kesenjangan antara kompetensi yang diharapkan dengan yang siswa miliki sekarang merupakan suatu kebutuhan. Perancangan media pembelajaran harus dapat mengetahui pengetahuan atau keterampilan awal siswa sebelum ia mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan modul ajar. Analisis kebutuhan penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 20 Bandar Lampung dengan cara observasi berupa wawancara terhadap guru fisika dan beberapa siswa mengenai kegiatan pembelajaran antara lain mewawancarai guru mengenai metode pembelajaran, sumber belajar dan fasilitas yang digunakan, penggunaan media atau alat bantu dan ketersediaan sarana prasarana yang mendukung penelitian pengembangan ini. Sehingga diketahui kesesuaian jumlah buku yang tersedia dengan jumlah siswa.

1.2 Analisis Kurikulum

Media yang dikembangkan untuk tujuan pembelajaran, maka diperlukan pula analisis kurikulum. Analisis kurikulum yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dilakukan untuk mendapatkan analisis materi pelajaran. Pada tahap ini meliputi : 1) Penentuan topik atau materi pokok pembelajaran yang akan

dikembangkan.

(48)

30

benda-benda alam dengan menggunakan peralatan dan Kompetensi Dasar (KD) minimal yang harus dicapai adalah Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya, sedangkan pada materi kalor Standar Kompetensi (SK) minimal yang harus dicapai adalah Memahami wujud dan perubahannya dan Kompetensi Dasar (KD) minimal yang harus dicapai adalah Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

3) Menentukan isi, sistematika, bentuk dan kelengkapan dari modul ajar yang dikembangkan.

2. Tahap II : Desain Pengembangan

Desain pengembangan bertujuan untuk mendapatkan format modul yang sesuai berdasarkan analisis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP Negeri 20 Bandar Lampung Kelas VII. Pada tahap ini terdiri dari tiga langkah, yaitu:

1. Menganalisis kurikulum untuk mendapatkan analisis materi pelajaran dan indikator ketercapaian dalam pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

2. Penyusunan Materi. Materi yang disusun adalah materi Suhu dan Kalor. Materi dikutip dari berbagai sumber seperti Fisika SMP. Materi ini disusun berdasarkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator Pembelajaran dan Tujuan Pembelajaran.

(49)

31

Penyusunan materi dan penentuan model pembelajaran dirancang suatu panduan produksi yang kemudian digunakan sebagi panduan penulisan naskah.

3. Tahap III : Pengembangan Produk

Kegiatan produksi dilakukan dengan memproduksi sajian teks.

Pelaksanaan pengembangan produk berupa penulisan naskah. Pada tahap ini dibuat sebuah modul. Topik yang akan dikembangkan dalam

pembuatan modul ditentukan berdasarkan analisis kurikulum dan dilaksanakan berdasarkan panduan produksi. Perumusan tujuan dibuat berdasarkan topik/pokok-pokok materi yang ditentukan yang dilanjutkan dengan penulisan naskah. Hasil pengembangan pada langkah ini berupa prototipe 1.

4. Tahap IV : Evaluasi Produk

Kegiatan evaluasi pada pengembangan media pembelajaran modul ini dititikberatkan pada kegiatan evaluasi formatif. Evaluasi formatif adalah proses yang dilakukan untuk mengumpulkan data tentang efektivitas dan efisiensi bahan-bahan pembelajaran.

Evaluasi formatif ini juga bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian materi, desain dan komponen isi modul. Ada tiga kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, yaitu:

(50)

32

Uji ahli materi merupakan evaluasi formatif I bertujuan untuk mengevaluasi kelengkapan materi, kebenaran materi, sistematika materi dan berbagai hal yang berkaitan dengan materi baik itu berupa aplikasi, fenomena maupun soal-soal latihan. Prosedur evaluasi formatif I menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Menentukan indikator penilaian yang akan digunakan untuk menilai prototipe I yang telah dibuat.

(2) Menyusun instrumen evaluasi formatif I berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan.

(3) Melaksanakan evaluasi formatif I yang dilakukan oleh ahli isi materi yang digunakan.

(4) Melakukan analisis terhadap hasil evaluasi untuk mendapatkan materi pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan.

(5) Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan analisis hasil evaluasi formatif I.

(6) Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada pembimbing.

Prototipe I disempurnakan sesuai rekomendasi perbaikan yang diperoleh dari ahli isi materi. Hasil perbaikan ini akan diperoleh prototipe II.

4.2 Evaluasi formatif II

(51)

33

atau seseorang yang ahli dalam bidang teknologi pendidikan. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui ketepatan standar minimal yang diterapkan dalam penyusunan modul berbasis cetakan dan juga untuk mengetahui kemenarikan dan efektivitas siswa atau pengguna modul. Prosedur evaluasi formatif II menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Menentukan indikator penilaian yang digunakan untuk menilai prototipe II yang telah dibuat.

(2) Menyusun instrumen evaluasi formatif II berdasarkan indikator penilian yang telah ditentukan.

(3) Melaksanakan evaluasi formatif II yang dilakukan oleh ahli desain media pembelajaran, dalam hal ini dosen teknologi pendidikan.

(4) Melakukan analisis terhadap hasil evaluasi formatif II untuk memperoleh desain paket pembelajaran yang lebih baik. (5) Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil

evaluasi formatif II.

(6) Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada pembimbing.

Prototype II akan mendapat saran perbaikan dari desain media setelah mengalami evaluasi formatif II. Berdasarkan masukan-masukan tersebut oleh pengembang akan dilakukan pnyempurnaan sehingga dihasilkan prototype III.

(52)

34

Evaluasi formatif III yaitu uji satu lawan satu dilakukan pada dua siswa SMP atau lebih untuk mewakili populasi target dari media yang dibuat. Menyajikan media tersebut kepada mereka secara individual. Jika media itu didesain untuk belajar mandiri, maka biarkan siswa mempelajarinya secara mandiri. Kedua orang siswa yang telah dipilih tersebut, hendaknya satu orang dari populasi target. Prosedur

pelaksanaanya adalah sebagai berikut:

(1) Menjelaskan kepada siswa tentang media baru yang dirancang dan ingin mengetahui bagaimana reaksi siswa terhadap media yang sedang dibuat.

(2) Mengusahakan agar siswa bersikap rileks dan bebas mengemukakan pendapatnya tentang media tersebut. (3) Memberikan instrumen uji satu lawan satu yang berisi

tentang komponen media yang dibuat.

(4) Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil uji satu lawan satu.

(5) Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada pembimbing.

Dilakukan penilaian uji satu lawan satu sesuai prosedur pelaksanaan, setelah itu dilakukanlah revisi atau perbaikan untuk menyempurnakan kekurangan modul.

5. Tahap V : Uji coba

(53)

35

uji kemanarikan, kemudahan dan kemanfaatan Modul. Uji coba yang dilakukan berupa uji lapangan. Uji lapangan ini merupakan tahap akhir dari evaluasi formatif perlu dilakukan. Uji lapangan ini dikenakan kepada siswa SMP materi Suhu dan Kalor dan berjumlah sekitar 36 orang siswa yang terdiri 19 orang perempuan dan 17 orang laki-laki dengan berbagai karakteristik (tingkat kepandaian, latar belakang, jenis kelamin, kemajuan belajar dan sebagainya) sesuai dengan karakteristik populasi sasaran. Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

a. Menjelaskan kepada siswa maksud uji lapangan bahwa media ini berada pada tahap formatif dan memerlukan umpan balik untuk menyempurnakannya.

b. Memberikan tes awal untuk mengukur pengetahuan awal dan keterampilan siswa terhadap materi yang dimediakan atau meminta rekap nilai siswa.

c. Melaksanakan pembelajaran secara konvensional. Isi pembelajaran yang disampaikan minimal tujuan pembelajaran yang ada pada media yang dikembangkan.

d. Memberikan penugasan dirumah untuk mempelajari modul interaktif yang dikembangkan di akhir pembelajaran

(54)

36

f. Membagikan kuesioner dan meminta siswa mengisinya. Kuesioner yang dibagikan yaitu untuk mengetahui kemenarikan dan

keefektivitasan media sebagai sumber belajar.

g. Menganalisis hasil uji lapangan untuk melihat kekurangan dan kelebihan modul interaktif yang digunakan.

6. Tahap VII : Percetakkan Produk

Tahap demi tahap telah dilakukan maka tahap selanjutnya adalah pencetakan program. Tahap ini merupakan tahap akhir pengembangan berupa modul yang efektif sebagai bahan ajar.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi menggunakan instrumen berupa lembar observasi, wawancara, instrumen angket dan tes.

Lembar observasi digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan sekolah, guru, dan siswa dalam proses pembelajaran. Instrumen angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang kelayakan media pembelajaran modul berdasarkan uji desain dan uji materi. Instrumen angket juga digunakan untuk mengumpulkan data tingkat kemenarikan. Pengumpulan data tingkat keefektifan modul dalam pembelajaran digunakan instrumen berupa tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran untuk mengukur hasil belajar. Kegiatan ini berupa tes tertulis kepada siswa setelah menggunakan media pembelajaran MFBC pada materi Suhu dan Kalor.

(55)

37

Hasil analisis kebutuhan yang diperoleh dari guru dan siswa digunakan untuk menyusun latar belakang dan mengetahui tingkat keterbutuhan MFBC. Data pada uji ahli desain dan uji ahli materi data tersebut digunakan untuk

mengetahui tingkat kelayakan MFBC yang dihasilkan sebagai media pembelajaran. Data kemenarikan produk diperoleh melalui uji lapangan kepada pengguna secara langsung. Data tingkat keefektifan produk diperoleh melalui tes (Postest) pada tahap uji coba lapangan.

Analisis data berdasarkan instrumen uji ahli dan uji lapangan dilakukan untuk menilai sesuai atau tidaknya MFBC yang dihasilkan sebagai sumber belajar. Instrumen penilaian uji ahli desain dan uji ahli isi/materi, memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, missal

sesuai dan kurang sesuai , atau para ahli memberikan masukan khusus terhadap Media Pembelajaran MFBC yang sudah dibuat. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Skor Penilaian Akhir Uji Ahli

Pilihan Jawaban Skor

Sangat Sesuai Sangat baik 4

Sesuai Baik 3

Kurang Sesuai Kurang Baik 2

Tidak Sesuai Tidak Baik 1

Instrumen penilaian uji satu lawan satu juga memiliki 2 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu Ya Tidak Revisi dilakukan pada konten

(56)

38

mengetahui respon siswa terhadap media Pembelajaran MFBC sebagai bahan ajar.

Data kemenarikan produk diperoleh dari siswa sebagai pengguna pada tahap uji coba lapangan. Untuk menentukan kemenarikan modul, siswa diberi angket respon terhadap penggunaan produk memiliki 4 pilihan jawaban sesuai

Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor kemudian hasilnya dikalikan dengan

banyaknya pilihan jawaban. penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam tabel 3.2

Tabel 3.2. Skor Penilaian Uji Coba Lapangan

Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor Sangat menarik Sangat Mudah Sangat membantu 4

Menarik Mudah Membantu 3

Kurang menarik Sulit Kurang membantu 2

Tidak menarik Sangat sulit Tidak membantu 1

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

atau

(57)

39

Keterangan:

x = rata-rata nilai

x = nilai masing-masing subyek

n = banyaknya subyek

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah subyek sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kualitas dan tingkat kemanfaatan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Pengkonversian Skor Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas menurut Suyanto dalam Sukamto (2012: 45)

Skor Skor Penilaian/Nilai

kualitas Klasifikasi

4 3,26 - 4,00 Sangat baik

3 2,51 - 3,25 Baik

2 1,76 - 2,50 Kurang Baik

1 1,01 - 1,75 Tidak Baik

(58)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. Dihasilkan Modul Fisika Berbasis Cetakan (MFBC) sesuai dengan standar isi BSNP untuk siswa kelas VII SMP dengan menggunakan model

pembelajaran yang mampu membelajarkan siswa secara aktif dan mandiri. 2. Produk yang dihasilkan berupa Modul Fisika berbasis Cetakan (MFBC).

Hasil analisis angket kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatannya yaitu 3,35 sangat menarik, 3,39 sangat mudah dan 3,4 sangat manfaat.

3. Efektivitas dilihat dari hasil belajar diperoleh 77,7 % siswa memperoleh nilai di atas KKM. Maka, Modul Fisika Berbasis Cetakan (MFBC) dikatakan efektif.

4. Hasil Belajar Rata-rata siswa kelas VIIEsetelah menggunakan modul

sebesar 74,07.

B. Saran

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah :

1. Sebaiknya dilakukan pengembangan modul fisika berbasis cetakan (MFBC) menggunakan model pembelajaran dan pokok bahasan lain. 2. Sebaiknya kegiatan pembelajaran hasil pengembangan Modul fisika

(59)

61 3. Sebaiknya modul dipelajari dengan secara teratur sesuai petunjuk

penggunaan modul yang terdapat dalam modul dengan mengikuti alur petunjuk modul sehingga pembelajaran akan lebih efektif.

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2007.Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada Asyhar, Rayandra. 2011.Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:

Gaung Persada Press

Badan Standar Nasional Pendidkan. 2006.Panduan Penyususnan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP

Faturrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2007.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika Aditama

Hamalik,Oemar. 2004.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Mulyasa,E. 2003.Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nasution, S. 2006.Berbasis Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Prastowo, Andi. 2011.Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovasi: Menciptakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan. Yogyakarta: Diva Press

Ratnawati, Tri. 2011.Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks) Impuls Dan Momentum Berbasis Model Siklus Belajar Untuk Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Rumbia(Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Rohani, Ahmad.1997. Media Instruksional Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.

Sadiman, A.S.dkk. 2008.Media Pendidikan: pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sanaki, Hujair.AH. 2010.Media Pembelajaran : Buku Pegangan Wajib Guru dan Dosen. Yogyakarta: Naukaba Bentang Aksara Galang Wacana

(61)

Slameto. 2003.Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono. 2009.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta.

Sukamto, Ismu. 2012.Pengembangan Media Pembelajaran Alat-Alat Optik Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi(Skripsi).Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Wena, Made. 2009.Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Gambar

Gambar. 2.1
Gambar/poster (dilengkapi audio)
Tabel 2.2 Format Modul
Gambar 3.2 Diagram model pengembangan media instruksional yangdiadaptasi dari Sadiman, dkk  (2008)
+4

Referensi

Dokumen terkait

1) Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba

a. Kata pengantar yang memuat informasi tentang peran modul dalam proses pembelajaran. Daftar isi yang memuat kerangka modul dan dilengkapi dengan nomor halaman. Tinjauan umum

Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis SMA Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Materi Suhu, Kalor Dan Perpindahan Kalor Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Berdasarkan data hasil validasi yang dilakukan ahli materi pembelajaran bahasa Indonesia dan ahli bahan ajar terhadap modul membaca intensif materi cerita petualangan

Pengembangan bahan ajar berupa modul pada materi teks puisi jika dilihat dari penilaian ke enam ahli, yaitu dua ahli materi, dua ahli media, dan dua ahli

kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Isi Materi: di dalamnya berisi materi pelajaran yang digali dari substansi materi ajar.. Informasi pendukung: di

Validator ahli materi mengevaluasi materi pembelajaran yang terdapat dalam penuntun praktikum elektronik berbasis keterampilan proses sains materi suhu dan kalor

Pada tahap evaluasi akan dibagi menjadi evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif ada disetiap tahapan ADDIE yaitu masukan dari ahli media