• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.2 Identifikasi Masalah

2.1.13 Media Buku Pop-up

Pada pembahasan media buku pop-up ini akan dijelaskan mengenai pengertian, manfaat, alat dan meterial yang diperlukan serta teknik yang dapat dipilih untuk membuat buku pop-up. Berikut penjelasannya.

2.1.13.1 Pengertian Buku Pop-up

Pengembangan media pembelajaran perlu dilakukan secara terus menerus, sesuai dengan kebutuhan siswa dan perkembangan zaman, salah satu tantangan di dunia pendidikan terutama guru adalah bagaimana cara membuat media pembelajaran yang menarik dan dapat meningkatkan minat serta hasil belajar siswa. Salah satu media pembelajaran yang dapat menjawab tantangan ini adalah media buku pop-up.

Pop-up merupakan salah satu kreasi di bidang paper engineering yang mampu memberikan kejutan menarik kepada pembaca, pada setiap halaman ketika dibuka. Bluemel and Taylor (2012: 1) mendefinisikan bahwa “pop-up book is a book that offers the potential for motion and interaction through the use of paper mechanisms such as fold, scrolls, slide, tabs, or wheels.”(buku pop-up

adalah sebuah buku yang menampilkan potensi untuk bergerak dan interaksinya melalui penggunaan kertas sebagai bahan lipatan, gulungan, bentuk, roda atau putaran).

Ives (2009: 9) juga memberikan penjelasan mengenai pop-up, yaitu, “Pop- ups literally add a whole new dimension to books and greeting card. Pop-ups use clever fold of paper to make ingenious mechanisms. When viewers open pop-up

pages, anything can happen.” (Secara harfiah pop-up merupakan buku dan kartu ucapan yang semuanya ditambah dengan dimensi baru. Pop-up dibuat dengan menggunakan kertas yang dilipat secara cerdik untuk membuat ide yang menarik. Ketika halaman dibuka, maka akan terlihat sesuatu yang muncul ). Selain itu seorang profesional dan pengamat di bidang paper engineering Rubin (t.t) dalam

workshop pop-up oleh Dewantari (2013) menyatakan bahwa pop-up merupakan sebuah ilustrasi yang ketika halaman dibuka, ditarik, atau diangkat, akan timbul tingkatan dengan kesan 3 dimensi (3D). sementara itu, Carter, David A. dan Jamez Diaz (t.t) dalam workshoppop-up oleh Dewantari (2013) mengungkapkan bahwa pop-up adalah wujud dimensional struktur dan mekanik yang terbuat dari kertas. Mendukung pendapat dari berbagai ahli, Ruiz Jr, et al. (2014) mengatakan

bahwa “Paper pop-ups are interesting three-dimensional books that fascinate people of all ages. The design and contruction of these pop-up books however are done manually and require a lot of time and effort (kertas pop-up adalah buku tiga dimensi yang menarik dan memikat semua orang dari segala usia. Desain dan konstruksi buku pop-up dilakukan secara manual dan membutuhkan banyak waktu dan usaha).

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa buku pop-up

adalah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau kinetik pada setiap halamannya, dan akan memberikan kejutan-kejutan yang menarik dengan kesan 3

dimensi ketika halaman dibuka, ditarik atau diangkat. Mekanisme pembuatannya membutuhkan keterampilan yang cakap, karena buku pop-up dibuat secara manual, seperti melipat kertas, menggulung, memotong atau yang lainnya, sehingga untuk membuat buku pop-up diperlukan waktu yang lebih lama, serta usaha yang lebih keras.

Buku pop-up sebagai revolusi buku yang pada awalnya dicetak secara statis menjadi dinamis memberikan kontribusi yang besar bagi peningkatan minat baca seseorang. Sifat buku pop-up yang mampu menyajikan materi atau pesan dengan kemasan yang lebih menarik, berupa gerakan-gerakan tak terduga yang mucul pada setiap halaman ketika dibuka, mampu memberikan pengalaman visual kepada pembaca untuk menikmati kegiatan belajarnya. Berdasarkan karakteristik buku pop-up dapat dirumuskan bahwa, buku pop-up sangat efektif apabila digunakan sebagai media pembelajaran dalam meningkatkan semangat dan ketertarikan siswa pada proses belajar, terutama materi yang mengharuskan siswa untuk membaca.

2.1.13.2 Manfaat Buku Pop-up

Proses pembelajaran yang berlangsung dengan membosankan merupakan hal yang sudah biasa terjadi, namun itu semua dapat diatasi oleh guru dengan melaksanakan pembelajaran yang menarik. salah satunya adalah dengan memanfaat media buku pop-up dalam menyampaikan materi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bluemel dan Taylor (2012: 2)

for teacher/librarians working with today’s young people for whom the printed word suggest text messaging, it may be difficult to garner an enthusiastic response from the audience when the printed word being used is found on seemingly prosaic medium: paper. However,

there is one print format that has an inherent appeal for readers of all ages, from toddlers to adults. It can be used very effectively to promote a love story, to motivate reading, and stimulate interest in the subject at hand. That format? Pop-up books.

Bagi guru atau penjaga perpustakaan yang bekerja untuk anak-anak dan akan menyampaikan pesan dalam bentuk materi yang dicetak, mungkin akan sulit untuk meningkatkan semangat dari siswa ketika materi disajikan menggunakan media cetak berupa kertas, ini nampaknya akan menimbulkan kebosanan. Bagaimanapun, bentuk cetakan yang menarik untuk pembaca dari semua umur, dari anak kecil sampai dewasa. Itu dapat digunakan dengan sangat efektif untuk meningkatkan kecintaan terhadap cerita, minat membaca, dan merangsang katertarikan pada pokok materi. Apa bentuknya? Buku pop-up.

Pernyataan Bluemel dan Taylor menunjukkan bahwa terkadang guru akan mengalami kesulitan untuk menumbuhkan semangat belajar siswa apabila media yang digunakan hanya buku teks pelajaran. Buku pop-up merupakan salah satu buku dengan format yang berbeda dan sangat efektif untuk meningkatkan kecintaan siswa terhadap cerita, dan memotivasi untuk membaca serta dapat merangsang minat siswa.

Lebih lengkapnya Bluemel and Taylor (2012: 4) menyebutkan berbagai manfaat buku pop-up, yaitu: (1) mengembangkan rasa cinta membaca; (2) Membantu siswa memahami situasi kehidupan nyata dengan simbol-simbol atau gambar yang dapat dipahami; (3) mengembangkan siswa agar berfikir kritis dan kreatif serta; (4) membantu siswa yang memiliki hambatan dalam belajar seperti ketidak mampuan bahasa melalui representasi visual yang menarik sehingga mendorong keinginan siswa untuk membaca.

Penggunaan buku pop-up tidak terbatas hanya pada beberapa materi seperti bahasa dan cerita, namun pop-up juga mencakup berbagai bidang seperti matematika, IPS, seni dan olah raga, hal ini seperti pernyataan Bluemel dan Taylor (20112: 5) yang menjelaskan bahwa “Pop-up books are great motivators.

Don’t limit their use to the obvious languange arts curriculum and art class

projects. They cover awide range of other topics from math to science to social

studies. They are usefull in introducing fine arts and physical fitness.” (buku pop- up adalah pendorong yang besar. Semua buku itu tidak terbatas hanya pada kurikulum seni bahasa dan seni hitung. Buku pop-up Meliputi tingkatan yang lebih luas dari topik matematika, ilmu bahasa dan ilmu sosial. Mereka juga berguna untuk mengenalkan seni rupa dan kesehatan).

Selain itu, Kusumawardani (2014) memfokuskan pendapatnya mengenai penggunaan media buku pop-up dalam pembelajaran matematika, yang menyatakan bahwa, “The use of Mathenatics Pop Up Book in the process of

learning a causing the student become more enthusuastic to learn.”(penggunaan buku pop-up matematika pada proses pembelajaran mempengaruhi siswa menjadi lebih semangat dalam belajar). Dari jurnal internasional yang dikemukakan Kusumawardani membuktikan bahwa buku pop-up tidak terbatas hanya digunakan pada bahasa, namun buku pup-up juga efektif digunakan sebagai media pembelajaran matematika, karena dapat meningkatkan semangat siswa untuk belajar. Oleh karena itu pembelajaran seni rupa murni juga diharapkan akan meningkat dengan penggunaan media buku pop-up ini.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa buku pop-up memiliki manfaat yang sangat besar bagi siswa. Bentuk penyajian yang berbeda dengan karakter buku pada umumnya akan menumbuhkan kecintaan atau ketertarikan siswa terhadap buku

pop-up. Adanya ketertarikan dalam diri siswa ini akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi, sehingga hasil dari proses belajar akan meningkat.

2.1.13.3 Alat dan Material Pembuatan Buku Pop-up

Birmingham (2006: 6) menyebutkan beberapa material yang diperlukan dalam pembuatan buku pop-up, di antaranya adalah: (1) Kertas, (2) Gunting dan cutter, (3) Bolpoin tanpa tinta, (4) Lem, (5) Pensil dan penggaris, (6) Alas memotong dan, (7) Cutter pen.

Kertas adalah material yang paling penting dalam pembuatan buku pop-up, segala jenis kertas dapat digunakan dalam pembuatannya, asalkan memiliki ketebalan yang tepat dan tekstur yang memudahkan lem untuk merekat. Dewantari dalam workshop (2013) menjelaskan bahwa “ukuran ketebalan kertas sangat berpengaruh terhadap mekanisme gerak, kekuatan, dan proses melipat yang berkaitan dengan finishing. Ukuran kertas yang bisa digunakan harus lebih dari

135 gsm dan idealnya 220 gram.”

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa memilih material untuk pembuatan buku pop-up harus dipertimbangkan semaksimal mungkin guna menghindari kesalahan dalam pemilihan jenis material yang dibutuhkan. Kesalahan yang terjadi dalam pemilihan material akan berpengaruh terhadap kualitas buku yang dihasilkan.

2.1.13.4 Teknik Pembuatan Buku Pop-up

Pop-up yang memberi kesan berbeda dari buku teks pelajaran biasa, memiliki proses pembuatan yang sangat panjang dan membutuhkan ketelatenan serta penghitungan yang tepat, guna menghasilkan bentuk atau gerakan yang sesuai. Dewantari dalam workshop pop-up (2013) mengatakan bahwa, “Proses

merangkai hingga menjilid adalah proses yang hanya bisa dilakukan dengan tangan manusia, dan tidak bisa menggunakan mesin seperti buku teks pelajaran

pada umumnya.” Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembuatan buku pop-up hanya dapat dibuat oleh orang-orang yang memiliki ketrampilan, kreatif, teliti, dan tidak mudah putus asa, karena proses pembuatannya tidak dapat selesai dalam satu tahap, melainkan dimulai dari ide, desain, pemotongan, pelipatan dan lain sebagainya. Seperti yang dijelaskan oleh Bluemel and Taylor (2012: 2) yang menyatakan bahwa,”A pop-up book may utilize the skills of many talents: writer, artist, illustration, photographers, paper engineers, designers, consultans,

researchers, editor, and so on.” (buku pop-up membutuhkan berbagai macam keterampilan dari banyak bakat, seperti: penulis, seniman, juru gambar, fotografer, seniman dibidang kertas, desainer, penasehat, redaktur, dan lain sebagainya).

Pada dasarnya buku pop-up merupakan kumpulan dari beberapa pop-up

yang kemudian dijilid. Setiap halamannya dapat menggunakan satu atau gabungan dari beberapa teknik atau metode. Ives (2009: 11) mengklasifikasikan metode pembuatan pop-up, yaitu:

(1) Parallel Pop-up

Jenis pop-up ini merupakan jenis yang paling sederhana. Namun jenis pop- up yang sederhana ini bisa diubah menjadi suatu hal yang menakjubkan. Berikut adalah contoh ParallelPop-up.

Gambar 2.9. Parallel Pop-up (Ives 2009:11)

(2) Pop-out Pop-up

Jenis ini merupakan Pop-up yang paling sering terlihat dibuku, karena dengan Pop-out Pop-up seluruh halaman dapat terbuka sepenuhnya dan memunculkan unsur 3 dimensi. Berikut adalah contoh dari Pop-outPop-up

Selain itu, Birminghan (2006: 3) merumuskan bahwa “true pop-ups are based on only three simples ideas. they are known as the v-fold, the parallelogram and 45° fold.” (sebenarnya pop-up berdasarkan pada tiga ide yang sederhana. Mereka disebut dengan the v-fold, the parallelogram and 45° fold. Berikut adalah penjelasan lebih lengkapnya:

(1) V-fold

V-vold merupakan salah satu mekanisme pop-up yang paling dasar dan sederhana, namun dari bentuk ini dapat dikreasikan menjadi berbagai bentuk yang menarik. Bentuk dari teknik ini seperti huruf V yang ditempelkan pada bagian dasar kertas, sehingga dengan teknik ini pop-up yang dihasilkan dapat dibuka secara penuh (360°).

Gambar 2.11. Teknik V-fold (Birmingham, 2006: 7)

(2) Parallelogram

Parallelogram merupakan salah satu bentuk pop-up yang yang hanya bisa dibuka sebesar 90° derajat. Teknik ini merupakan teknik yang paling

sederhana dari berbagai macam teknik dasar yang ada. Berikut adalah gambar teknik paralellogram.

Gambar 2.12. Teknik Paralellogram (Birmingham, 2006: 34)

(3) 45° fold

Pop-up jenis ini memiliki sepasang sisi dengan lipatan sebesar 45° dan dapat dibuka sepenuhnya (180°). Pop-up yang dibuat dengan teknik ini, akan memiliki bentuk tiga dimensi, sehingga hasilnya lebih menarik dan berkesan. Berikut adalah gambar teknik 45ofold.

Sementara itu Ruiz jr dkk, juga mengklasifikasikan mekanisme pembuatan

pop-up menjadi empat yaitu (1) step-fold, (2) tent-fold, (3) box-fold, dan (4) v- vold. Berikut contoh mekanisme pembuatannya.

Gambar 2.14. Mekanisme pop-up (Ruiz Jr. dkk, 2014)

Dewantari dalam workshop pop-up (2013) juga menjelaskan bahwa dalam pembuatan pop-up terdapat lima teknik dasar yang dapat digunakan, di antaranya; teknik V-folding, internal stand, rotary, mouth dan parallel slide.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa membuat buku

pop-up memiliki teknik yang beragam, namun pada dasarnya memiliki karakter yang sama, yaitu memunculkan sesuatu yang menarik ketika halaman dibuka, sehingga membuat pembaca tertarik dan penasaran terhadap kejutan pada halaman selanjutnya. Pada proses pembuatan buku pop-up. Semua teknik yang ada dapat digunakan secara bersamaan dalam satu buku, bahkan dalam satu halaman dapat memanfaatkan beberapa teknik pop-up. Tidak ada pedoman dalam pemilihan teknik pembuatan pop-up, karena semuanya dibebaskan secara penuh kepada pembuatnya.

Dokumen terkait