• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TEORITIS DAKWAH ISLAM DAN INTERNET A.Pengertian,Sasaran,dan Tujuan

B. Unsur-unsur Dakwah Islam

5. Media dakwah Islam

Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menayampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya: televisi, video, kaset dan rekamanan, majalah, surat kabar yang seperti tersebut diatas, termasuk melalui berbagai macam mencari nafkah dalam sektor kehidupan.

a. Pesan Dakwah Islam

Pesan dakwah, tidak lain adalah ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan hadist, yang dilengkapi dengan :

1) Aqidah

Secara bahasa Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti mengikat dengan kuat. Ia juga bermakna kokoh dan kuat, saling berpegangan dan saling berkaitan erat, permanent dan utuh.

‘Aqd juga bermakna janji dan pengukuhan sumpah. Segala sesuatu yang diyakini di dalam hati secara pasti juga disebut Aqidah.21 Aqidah dalam istilah umum berarti keyakinan yang pasti dan keputusan yang final yang tidak ada keraguan didalam hati. Demikianlah makna aqidah dalam pengertian yang umum, tanpa melihat kepada bentuk keyakinan yang diyakini, apakah haq maupun batil. Disebut aqidah karena sesuatu yang diyakini itu diikat kuat dalam hati.

Yang dimaksud dengan aqidah Islam adalah keyakinan yang pasti kepada Allah, kepada uluhiyah, rububiyah dan kepada asma’ dan sifat-sifat-Nya, beriman kepada para malaikat, kitab-kitab suci-Nya, para

20 Ibid ,hal.32-35.

21

Nashir Abdul Karim Al-Aql, Gerakan Dakwah Islam , Studi Kritis tentang Gerakan Dakwah

rasul-Nya, hari kemudian dan taqdir baik maupun yang buruk, juga beriman kepada segala yang diberitakan oleh nash-nash shahih tentang dasar-dasar agama (ushuluddin), perkara ghaib, dan beriman kepada apa yang telah menjadi consensus (ijma’) as-Salaf ash-Shalih dan berserah diri kepada Allah di dalam mematuhi hukum, perintah, taqdir dan syari’at-Nya serta berserah diri kepada Rasul-Nya dengan merealisasikan kepatuhan, bertahkim (berhukum) dan berittiba’ (mengikuti) kepadanya.22

Selain itu aqidah atau tauhid (pengesaan Tuhan) adalah landasan pertama bagi gambaran citra Islam karena ia merupakan hakekat- terpokok didalam aqidah Islam. Akan tetapi tauhid juga merupakan salah satu ciri khusus gambaran citra Islam.

Dan dalam semua urusan kehidupan itu manusia harus mau menerima tuntunan dari Allah-sendiri; manusia harus menghambakan diri semata-mata hanya kepada Allah, dengan mentaati tuntunan-Nya, syari’at-Nya dan tatanan yang telah ditentukan-Nya.Manusia harus dan wajib beribadah hanya kepada Allah semata-mata, baik ibadah dalam bentuknya yang ritual maupun ibadah dalam bentuk amal perbuatan di dalam kehidupannya.

Jadi, Aqidah Islamiyah adalah: Keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan ta’at kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-Malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Kitab-Kitab-Nya, hari akhir, taqdir baik dan buruk.

a) Imam kepada Allah :

Ialah kita meyakini sesungguhnya Allah Swt mempunyai sifat: wujud, terdahulu, kekal, berbeda dengan makhluk, berdiri sendiri, esa, hidup, mengetahui, kuasa, berkehendak, mendengar, melihat, dan berfirman.

22

b) Imam kepada Malaikat :

Adalah suatu bentuk yang halus yang dijadikan dari cahaya. Mereka tidak makan dan tidak minum. Malaikat adalah hamba-hamba yang mulia.Mereka tidak durhaka kepada-Nya dan mereka selalu melaksanakan apa yang diperintahkan.23

c) Imam kepada kitab – kitab Allah Swt :

Yaitu meyakini sesungguhnya Allah Swt mempunyai kitab-kitab yang telah diturunkan kepada para nabi-Nya. Dan Allah menjelaskan dalam kitab itu perintah dan larangan-Nya, janji dan ancaman-Nya.

Kitab suci itu adalah firman Allah yang sebenarnya, yang datang dari Allah dengan tanpa diketahui caranya, merupakan firman yang diturunkan sebagai wahyu. Di antara kitab-kitab itu adalah : Taurat,Zabur, Injil dan Al-Qur’an.24

d) Imam kepada Para Rasul :

Rasul yang diutus karena rahmat dan anugerah diri-Nya, untuk memberi kabar gembira berupa pahala bagi orang yang berbuat baik, dan menimbulkan rasa takut dengan siksa bagi orang yang berbuat kejelekan, dan memberi keterangan kepada manusia apa yang mereka butuhkan untuk kepentingan agama dan dunia, dan memberi faedah kepada mereka apa yang dapat menyampaikan kepada derajat yang mulia.

Allah menguatkan para rasul itu dengan bukti-bukti yang nyata, dan mukjizat yang gemilang. Rasul pertama ialah Adam dan yang terakhir adalah Nabi Muhammad SAW.

e) Imam kepada hari akhir :

Hari akhir itu adalah hari yang sangat dahsyat. Seolah-olah anak kecil menjadi beruban. Pada hari itu, manusia dibangkitkan dari kubur mereka, dikumpulkan di satu tempat untuk dihisab amalnya,kemudian

23 Syeikh Thahir bin Saleh Al-Jazairi, Jawahirul Kalamiyah Ilmu Tauhid,( Pekalongan : Raja Murah,2000),cet. 2 hal.20-23

berakhir perkara mereka itu dengan memperoleh kenikmatan atau siksa.25

Adapun yang dimaksud beriman kepada hari akhir ialah membenarkan bahwa sesungguhnya hari akhir itu pasti datang,dan akan tampak jelas segala apa yang disebutkan dalam Qur’an dan Hadist tentang keadaannya.

f) Imam kepada Qadha dan Qadar :

Dengan meyakini Sesungguhnya semua perbuatan manusia,baik perbuatan itu termasuk ikhtiar, seperti; berdiri, duduk, makan dan minum, maupun karena terpaksa, seperti jatuh, dan sebagainya, itu terjadi karena iradat (kehendak) dan takdir Tuhan sejak zaman azali, dan Allah mengetahuinya sebelum waktu terjadinya.

Dan mengimani seluruh apa-apa yang sudah shahih tentang Prinsip-Prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma’ (kon-sensus) dari Salafush Shalih26, serta seluruh berita-berita qath’i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut al-Qur-an dan as-Sunnah yang shahih serta ijma’ Salafush Shalih.

2) Syari’ah

Secara etimologis (lughawi) syari’ah berarti “jalan ke tempat pengairan” atau “jalan yang harus diikuti”, atau “tempat lalu air sungai”. Arti terakhir ini digunakan orang Arab sampai sekarang.Kata Syari’ah muncul dalam beberapa ayat Al-Qur’an seperti pada surat Al-Maidah (5):48;

25 Ibid , h. 57.

Artinya : Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian, terhadap kitab-kitab-kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti- hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu[, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu, Maksudnya: Al Quran adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang diturunkan dalam kitab-kitab sebelumnya. Maksudnya: umat nabi Muhammad s.a.w. dan umat-umat yang sebelumnya.

Al-Syura (42):13;

Artinya : Dan (karenanya) sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku Maka utuslah (Jibril) kepada Harun. Maksudnya: agar Harun itu diangkat menjadi Rasul untuk membantunya.

dan Al-Jatsiyah (45):18,

Artinya : Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak- Mengetahui.yang mengandung arti “jalan yang jelas yang membawa kepada kemenangan”. 27

Dalam hal ini, agama yang ditetapkan Allah untuk manusia disebut syari’ah, dalam artian lughawi, karena umat Islam selalu melaluinya dalam kehidupannya di dunia.

Dan menurut para ahli, definisi syari’ah adalah : “Segala titah Allah yang berhubungan dengan tingkah laku manusia di luar yang mengenai

akhlak”. Dengan demikian “syari’ah” itu adalah nama bagi hukum-hukum yang bersifat amaliah.Walaupun pada mulanya syari’ah itu diartikan “agama” sebagaimana yang disinggung Allah dalam surat Al-Syura’(42):13,

Artinya : Dan (karenanya) sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku Maka utuslah (Jibril) kepada Harun. Maksudnya: agar Harun itu diangkat menjadi Rasul untuk membantunya.

Namun kemudian dikhususkan penggunaannya untuk hukum amaliah.Pengkhususan ini dimaksudkan karena agama pada dasarnya adalah satu dan berlaku secara universal, sedangkan syari’ah berlaku untuk masing-masing umat yang berbeda dengan umat sebelumnya.28 Sedangkan Dr. Farouk Abu Zeid menjelaskan bahwa syari’ah ialah;

“Apa-apa yang ditetapkan Allah melalui lisan Nabi-Nya”. Allah adalah pembuat hukum yang menyangkut kehidupan agama dan kehidupan dunia.Selain itu,syari’ah dalam konteks kajian hukum Islam lebih menggambarkan kumpulan norma-norma hukum yang merupakan hasil dari proses tasyri.

Selain itu,hukum dalam Islam dibagi lima,yaitu :29

a) Wajib,yaitu perintah yang mesti dikerjakan,Jika perintah tersebut dipatuhi (dikerjakan) ,maka yang mengerjakannya mendapat pahala; jika tidak dikerjakan,maka ia berdosa.

b) Sunnah,yaitu anjuran.Jika dikerjakan dapat pahala,jika tidak dikerjakan tidak berdosa.

c) Haram,yaitu larangan keras.Kalau dikerjakan berdosa jika tidak dikerjakan (ditinggalkan) mendapat pahala.

d) Makruh,yaitu larangan yang tidak keras.Kalau dilanggar tidak dihukum (tidak berdosa),dan jika ditinggalkan diberi pahala.

e) Mubah,yaitu sesuatu yang boleh dikerjakan dan boleh pula ditinggalkan.Kalau dikerjakan,tidak berpahala dan tidak pula berdosa; Kalau ditinggalkan,tidak berpahala dan tidak berdosa. Dengan demikian kata “syari’ah” lebih khusus dari agama. Syari’ah

adalah hukum amaliah yang berbeda menurut perbedaan Rasul yang membawanya dan setiap yang datang kemudian mengoreksi yang datang

28 Amir Syarifuddin , Ushul Fiqh Jild 1, ( Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu,1997), cet. 1, hal.2

29H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam , Hukum Fiqh Islam, ( Bandung : Sinar Baru Algensindo,2004),cet.37,hal.1.

lebih dahulu. Sedangkan dasar agama, yaitu aqidah atau tauhid, tidak berbeda antara Rasul yang satu dengan lainnya.30

3) Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala, yuf’ulu if alan yang berarti al-sajiyah (perangi), ath-thabi’ah (kelakuan, tabi’at, watak dasar), al-‘adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).

Kata akhlak adalah jamak dari kata khilqun atau khuluqun yang artinya sama dengan arti akhlak sebagaimana telah disebutkan di atas.31Baik kata akhlak atau khuluk kedua-duanya dijumpai pemakaiannya baik dalam Al-Qur’an,maupun al-Hadits sebagai berikut :

Artinya : Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (QS. Al-Qalam, 68:4)

Artinya : (Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan yang dahulu (QS. Al-Syu’ara; 26:137)

Artinya : Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang sempurna budi pekertinya. (HR. Turmudzi)

Artinya : Bahwasanya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan keluhuran budi pekerti. (HR. Ahmad).

Ayat yang pertama disebut di atas menggunakan kata khuluk untuk arti budi pekerti, sedangkan ayat yang kedua menggunakan kata akhlak untuk

30 H. Amir Syarifuddin ,Ushul Fiqh Jild 1,(Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu,1997),cet. 1,hal.2 31 H. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada ,2000), cet. 3, hal. 1-2

arti adat kebiasaan. Selanjutnya hadis yang pertama menggunakan kata khuluq untuk artibudi pekerti, dan hadis yang kedua menggunakan kata akhlak yang juga digunakan untuk arti budi pekerti.32 Dengan demikian kata akhlaq atau khuluq secara kebahasaan berarti budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, muru’ah atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabi’at.

Dan pengertian akhlaq dari segi istilah ini kita dapat merujuk kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibn Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlaq terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat mengatakan, bahwa akhlak adalah : Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Sementara itu Iman al-Ghazali (1059 -1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai Hujjatul Islam (Pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam- membela Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih mengatakan akhlak adalah :33 Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Jadi perbuatan akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah.

Disengaja mendarah daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga menjadi kepribadiannya.

Karena sifatnya yang mendarah daging, maka semua perbuatannya dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Dengan demikian, baik atau buruknya akhlak sesorang dilihat dari perbuatannya.

32 H. Abuddin Nata,Akhlak Tasawuf,( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000) , cet.3 ,hal.1-2

b. Media Dakwah Islam

Media dakwah adalah peralatan yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah. Pada zaman Rasulullah Saw dan sebelum Rasulullah wafat pada tahun 632 M, dakwah kerap dilakukan secara lisan.Baru pada tahun 644 M ketika Islam dipimpin oleh Usthman bin Affan,sahabat Rasulullah dan khilifah ketiga,dakwah mulai dilakukan secara tertulis.34 Pada saat itu Al-Qur’an sebagai kitab suci Islam mulai dibukukan,digandakan dan disebarluaskan keimperum-eimperium Islam di penjuru dunia.Pada zaman dakwah,mengalami kemajuan dalam cara dakwah,seperti di televisi,radio,kaset rekaman,vcd, majalah, surat kabar dan lain-lain. Selain itu pada masa kini dakwah telah menggunakan medium bit, binary dan digital.

Dakwah dalam bentuk tulisan di buku mendapatkan komplementernya berupa text dan hypertext di Internet. Meskipun jumlahnya masih sangat sedikit, kalangan umat Islam di Indonesia yang menggunakan Internet sebagai media dakwah jumlahnya kian hari kian bertambah.Total jumlah pengguna Internet di Indonesia saja terhitung baru sekitar 2 persen saja dari total penduduk Indonesia. Tetapi semangat berdakwah "walau hanya satu ayat" tersebut tidak mengurungkan niat para pelaku dakwah digital. Fenomena dakwah digital tersebut memang berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi informasi (TI) di dunia.

Internet komersial baru masuk ke Indonesia pada tahun 1994, dengan dibukanya IndoNet di Jakarta, sebagai Internet Service Provider (ISP) pertama di Indonesia. Salah satu pelopor penggunaan Internet sebagai media dakwah adalah seperti yang dilakukan oleh kelompok Jaringan Informasi Islam (JII).35

JII yang dibidangi oleh jebolan Pusat Teknologi Tepat Guna (Pustena) Masjid Salman ITB tersebut sudah sejak sekitar tahun 1997-1998 bergulat

34.Donny B.U ,’’Internet Sebagai Media Islam (http : //www.Hudzaifah.org). 35 Idem

dengan teknologi e-mail yang diaplikasikan ke dalam pesantren-pesantren, membentuk apa yang disebut dengan Jaringan Pondok Pesantren. Kemudian pada sekitar tahun 1998-1999 mulai marak aneka mailing-list (milis) Indonesia bernuansa Islami semisal Isnet, Al Islam dan Padan Mbulan.

Baru kemudian pada tahun 1999-2000 bermunculanlah situs-situs Islam di Indonesia, yang tidak sekedar situs-situs institusi Islam, tetapi berisi aneka informasi dan fasilitas yang memang dibutuhkan oleh umat Islam. Maka lengkaplah Internet menjadi salah satu media rujukan dan media dakwah Islam Indonesia. Dari beberapa contoh aplikasi Internet di atas, maka dapat ditarik satu pemahaman umum bahwa Internet memang merupakan media yang efektif bagi dakwah dan penyebaran informasi. Meskipun demikian Internet tidak akan bisa menggantian peran ulama, kiai dan ustadz. Demikian ditegaskan oleh Onno W. Purbo, praktisi Internet yang kerap memberikan dakwah Internet ke pesatren-pesantren. Menurut Onno, Internet hanyalah sebuah media komunikasi. "Justru

seorang pendakwah dapat dengan mudah memiliki jutaan umat saat mereka menggunakan Internet," ujar Onno.36

Sedangkan Ahmad Najib Burhani, pengamat Islam yang kerap menulis tentang teknologi dan agama, menyatakan bahwa Internet memungkinkan setiap orang untuk bertanggung-jawab secara individu, termasuk soal agama "Tetapi yang menjadi pertanyaan lebih lanjut adalah apakah Internet bisa menjadi tempat yang- tepat untuk suatu proses penjelajahan kehidupan beragama yang penuh makna," ujar Najib. Menurut Najib, mengutip Steven Walman pendiri BeliefNet, Internet bisa menjadi alternatif media ketika seseorang sangat disibukkan dengan aktifitas kesehariannya sehingga tidak dapat mengikut acara keagamaan yang memerlukan kehadiran fisik.

C.Pengertian,Sejarah Internet Media Dakwah Islam,Kelebihan dan

Dokumen terkait