• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

II.I. 2. Pengertian Pemasaran

II.3.6. Media Iklan

II.3.6.2. Media Elektronik

Kelebihan televisi yaitu :

a. Televisi memungkinkan demonstrasi produk atau jasa.

b. Televisi gampang beradaptasi, memungkinkan adanya kombinasi suara, warna dan gerakan.

c. Sulit bagi pemirsa untuk mengalihkan pandangan dari sebuah komersil

a. Biaya absolut untuk memproduksi dan menayangkan komersil telah menjadi demikian tinggi.

b. Dengan penemuan remote control, banyak waktu pemirsa yang digunakan untuk berpindah dari satu stasiun ke stasiun lainnya.

c. Meningkatnya penggunaan pengumuman-pengumuman promosi oleh jaringan untuk merangsang pemirsa melihat program-program yang gencar dipromosikan dan meningkatnya komersil pendek, 10 hingga 30 detik, telah menciptakan kepadatan iklan (Lee & Johnson, 2004: 267-268).

2. Radio

Kelebihan radio, yaitu:

a. Radio bersifat luwes. Iklan dapat diudarakan hampir kapanpun diinginkan dan hanya memerlukan perhatian awal yang singkat.

b. Komersil radio juga tidak mahal untuk diproduksi.

c. Radio dapat menjangkau khalayak spesifik (khusus), seperti kaum pria, kaum wanita dan lain sebagainya.

Kelemahan radio, yaitu :

a. Radio hanyalah sebuah media yang didengarkan dan para pendengar tidak dapat melihat produk yang diiklankan.

b. Tingginya tingkat fragmentasi khalayak yang terjadi karena banyaknya jumlah stasiun (Lee & Johnson, 2004: 275-277).

II.4. Teori AIDDA

Dalam proses komunikasi kita harus menerapkan strategi komunikasi yang tepat, sehingga memungkinkan komunikator sebagai pelaksana dapat segera

mengadakan perubahan apabila ada satu faktor yang mempengaruhinya. Dengan demikian, dalam strategi komunikasi peranan komunikasi sangat penting, sehingga komunikasi dapat berjalan lancar. Onong U. Effendy, dalam bukunya “Ilmu, Teori Filsafat & Komunikasi”, menyebutkan bahwa ahli komunikasi cenderung untuk sama-sama berpendapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik menggunakan pendekatan yang disebut A-A Procedure. A-A Procedure ini sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat AIDDA, yaitu : A - Attention (Perhatian) I - Interest (Minat) D - Desire (Hasrat) D - Decision (Keputusan) A - Action (Tindakan)

Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian akan merupakan awal suksesnya komunikasi (Effendy, 2000: 304). Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest), yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire). Untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan kegiatan (action) sebagaimana diharapkan komunikator (vendor).

Untuk lebih memudahkan dan memahami AIDDA dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Teori AIDDA

A-Attention (Perhatian) Perhatian konsumen kepada produk yang dipasarkan. Dalam penelitian ini produk yang dipasarkan adalah Esia.

I-Interest (Minat) Keterikatan atau minat konsumen terhadap produk Esia.

D-Desire (Hasrat) Hasrat (kemauan) konsumen terhadap produk Esia.

D-Decision (Keputusan) Keputusan konsumen untuk membeli Esia. A-Action (Tindakan) Tindakan konsumen untuk membeli produk

Esia.

Untuk lebih dalam memahami tentang minat dan keputusan membeli akan dibahas pada teori minat beli.

Menurut Effendy (2000: 318-319), efek komunikasi melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis yang dapat diklasifikasikan dalam tiga efek yaitu :

a. Efek Kognitif

Berhubungan dengan pemikiran dan penalaran sehingga khalayak yang semula tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti. b. Efek Afektif

Berkaitan dengan perasaan. Perasaan akibat terpaan media bermacam-macam, misalnya senang hingga tertawa terbahak-bahak.

c. Efek Konatif (behavioral)

Berkaitan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Karena berbentuk perilaku, maka efek konatif sering disebut efek behavioral (Effendy, 2000 : 318-319). Ketiga efek komunikasi ini menjadi indikator atau tolak ukur keberhasilan komunikasi. Bila dihubungkan dengan penelitian ini, maka perubahan sikap yang akan diteliti adalah perubahan afektif yaitu minta atau sikap yang timbul karena stimulus yang datang dari luar.

II.5 Teknologi Komunikasi II.5.1 Revolusi Komunikasi

Perkembangan kemajuan teknologi komunikasi dewasa ini berlangsung demikian pesatnya sehingga para ahli menyebut gejala ini sebagai suatu revolusi. Dissayanake (1983) seperti yang dikutip oleh Nasution (1989 : 1), mengartikan revolusi komunikasi sebagai peledakan (eksplosi) teknologi komunikasi seperti terlihat meningkatnya penggunaan satelit, mikroprosesor, komputer dan pelayanan radio bertingkat tinggi dan perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi yang ditempa oleh bidang sosial, ekonomi, politik, kultural dan gaya hidup.

Menurut kamus Oxford, teknologi komunikasi adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer, untuk menyimpan, menganalisis dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-kata, bilangan dan gambar (Bungin, 2006: 30).

II.5.2 Sejarah Telepon

Pada tahun 1837, Samuel Finley Breese Morse untuk pertama kalinya mendemonstrasikan telegrafi di depan publik. Ia temukan Kode Morse, yang menggunakan sirkuit terbuka dan tertutup untuk mewakili tanda nol dan satu. Lewat pengkodean, kita dapat mengetahui isi pesan di transmisi. Menjelang pertengahan tahun 1870-an hampir semua keluarga Inggris telah mempelajari kode morse untuk menghubungi teman-teman serta sanak saudara mereka dengan sambungan mereka sendiri. Belakangan, Alexander Graham Bell, seorang Skotlandia yang belakangan berimigrasi ke Amerika Serikat, menemukan telepon dan sukses menggunakan fasilitas teleponnya untuk mentransmisikan suara pada tanggal 10 Maret 1876. Walaupun jarak transmisinya hanya beberapa kaki, itulah untuk pertama kalinya manusia dapat berbicara seketika (real time) kepada orang-orang yang jauh. Ketika prestasi itu diulangi pada bulan Juni 1876, jarak liputannya baru beberapa ratus kaki. Baru pada tahun 1915 setiap tempat di Amerika dihubungkan dengan kabel telepon, sementara telepon ke luar negeri baru tersedia tahun 1926. Ketika itu, telepon digunakan sebagai transmisi berkabel. Banyak orang menggunakan telepon untuk mentransfer musik dan berita. Tentu dengan bantuan teknologi, telepon merebak sangat cepat dan dampaknya terhadap umat manusia sungguh di luar imajinasi penemunya sendiri (Bungin, 2006: 126).

II.5.3 GSM

Perkembangan teknologi komunikasi berkembang begitu pesat. Negara-negara Asia, seperti Korea Selatan dan Cina telah sangat maju dalam penemuan baru di bidang teknologi komunikasi mengungguli Jepang, Amerika Serikat dan

beberapa negara Eropa. Korea Selatan bahkan pada tahun 2005 memperoleh julukan bangsa penemu oleh beberapa media massa.

Pada mulanya telepon seluler dibuat untuk memudahkan orang berkomunikasi dari mana saja, namun ketika masyarakat yang bergerak cepat karena dapat menggunakan teknologi komunikasi yang begitu mudah, menyebabkan masyarakat semakin jauh secara emosional. Keinginan kembali melakukan komunikasi yang lebih berkualitas disebabkan karena mutasi manusia yang semakin luas itu menyebabkan masyarakat membutuhkan telepon seluler tersedia video yang dapat menghadirkan gambar-gambar. Dengan kemajuan teknologi komunikasi masyarakat dapat lebih mengenal lagi tipe teknologi komunikasi, bahkan telepon seluler video yang banyak digunakan orang sekarang ini dapat mentransmisikan enam media yaitu teks, grafik, suara, musik, animasi dan video dimana saja.

Perkembangan selanjutnya, telepon seluler tidak saja berfungsi sebagai teknologi komunikasi, namun juga menjadi multimedia yang dapat menyediakan segala macam kebutuhan, baik sebagai media penyimpanan, media processing maupun sebagai media penyiaran yang dapat secara real time berfungsi sebagaimana media transmisi. Saat ini, dengan kemampuan telepon seluler 3G, konsep telepon seluler telah menghancurkan konsep-konsep media massa yang serba statis, karena seseorang dengan telepon selulernya telah dapat menyiarkan sebuah pemberitaan kepada semua orang yang memiliki telepon seluler (Bungin, 2006 : 133-134).

II.5.4 CDMA

Claude Shannon (1916-2001), seorang ilmuwan dari Massachusetts

Institute of Technology yang berjasa menyumbangkan ide dasar CDMA (Code Division Multiple Access) berupa teknik penyebaran spektrum (spread spectrum).

Awalnya CDMA digunakan oleh kalangan militer karena kebal terhadap gangguan (anti jamming) dan bebas penyadapan (anti intercept). Pada tahun 1989 Qualcomm, sebuah vendor telekomunikasi Amerika Serikat, memperkenalkan teknologi ini untuk kepentingan sipil, tiga bulan setelah Celluler

Telecommunications Industry Association (CTIA) atau asosiasi industri

telekomunikasi seluler di Amerika Serikat berusaha mencari suatu sistem baru untuk mengantisipasi peningkatan jumlah pelanggan seluler. Standar CDMA yang pertama adalah TIA/EIA IS-95 (Telecommunications Industry Association/Elektronic Industries Association Interim Standar – 95) atau lebih

dikenal dengan IS-95A. Karena dirasa masih kurang mengakomodasi layanan data maka IS-95A dikembangkan lagi menjadi IS-95B (CDMAOne) yang mampu melewatkan data hingga 64 kbps atau setara generasi seluler kedua (2G) pada GSM. Teknologi CDMA semakin matang dengan dirampungkannya standar CDMA 2000-1x pada bulan Maret 2000. Standar ini berhasil meningkatkan kapasitas suara dua kali lipat dan mampu mentransfer data berkecepatan tinggi (144 kbps) sehingga CDMA mulai diperhitungkan sebagai pesaing GSM yang lebih dulu mapan. Evolusi CDMA berlanjut dengan hadirnya CDMA 2000 1xEV-DO (Evolution Data Optimized) dan CDMA 2000 1xEV-DV (Evolution Data

Voice). Kedua standar ini menjawab kebutuhan layanan data berkecepatan tinggi

(EV-DV). Peluang untuk menjadikan CDMA sebagai solusi teknologi nirkabel masa depan semakin terbuka setelah International Telecommunication Union (ITU) memilih teknologi ini sebagai platform teknologi seluler generasi ketiga (3G). CDMA 2000-1x merupakan sistem telekomunikasi nirkabel yang mempunyai berbagai keunggulan dibandingkan teknologi seluler lainnya. Teknologi ini dirancang untuk menjawab kebutuhan komunikasi masa depan. Selain kebal gangguan dan anti penyadapan, kualitas suara yang dimilikinya lebih jernih serta aman bagi kesehatan karena radiasi gelombang radio yang dipancarkan relatif lebih rendah dibandingkan GSM. Selain mempunyai fitur-fitur standar layaknya seluler GSM, misalnya SMS, CLIP, Voice Mail, Call Forwarding dan Call

Waiting, CDMA 2000-1x juga memperkenalkan berbagai aplikasi lain yang

diperkirakan segera booming. Location based serviced (LBS) merupakan salah satu aplikasi pemandu posisi pengguna ponsel yang terdapat pada CDMA 2000. Dengan adanya LBS, operator bisa berinovasi untuk menawarkan berbagai layanan menarik, misalnya informasi lalu lintas, panduan arah jalan menuju suatu bank atau restoran terdekat dari sisi pengguna ponsel. Aplikasi baru lainnya adalah Push-to-Talk (PTT) berbasis IPRS (IP Radio System) yang diberi nama

QChat. QChat merupakan layanan komunikasi suara always on secara cepat dari

satu pelanggan ke pelanggan lainnya (one to one) maupun dari satu pelanggan ke beberapa lawan bicara (one to many) cukup dengan menekan tombol PTT. Bahkan CDMA2000 dirancang khusus untuk menunjang gaya hidup digital sehingga beragam aplikasi, seperti browsing web, m-commerce, MMS (Multimedia Messaging Services), streaming video, games, e-mail, bahkan solusi korporasi, dapat berjalan dengan mulus (SWA Edisi 25 November 2004).

Dokumen terkait