• Tidak ada hasil yang ditemukan

“ ARWO BABO = PAGI HARI ” ARWO BABO ARWO BABO

7. Media Pembelajaran

Dari hasil observasi, SD YPK Effata Waupnor menyediakan media pembelajaran yang masih dalam kondisi yang baik dan menjadi sarana pendukung dalam proses belajar. Misalnya papan tulis dan kapur yang disediakan untuk setiap kelas, alat musik guitar yang digunakan saat molok seni budaya, seperangkat komputer itu hanya dipakai oleh guru yang bisa mengoperasikannya dan bagi guru kelas kecil hanya bisa

100

menyesuaikan, sering menggunakan media manual yaitu menggambar di papan tulis atau siswa sediakan sendiri dari rumah sebagai pengganti media yang tidak tersedia disekolah. Untuk media manual guru menulis simbol-simbol atau ukiran budaya Biak anak-anak menirukan dengan menulis simbol-simbol tersebut, untuk media yang disediakan anak-anak yaitu menyediakan sisa kain bekas yang bermotif papua dan dibuat prakarya dari anak dan disesuaikan dengan jenjang kelas anak-anak.

Dalam pemilihan media untuk mengajar di SD YPK Effata Waupnor guru mengacu pada pengalaman dan disesuaikan dengan kegiatan. Guru kelas dua yang menjelaskan bahwa dalam menggunakan media tergantung pada kegiatan dan pelajarannya, misalnya kalau menyanyi menggunakan papan tulis untuk menuliskan lagu bahasa Biak untuk bernyanyi bersama dan anak-anak paling senang bernyanyi bersama-sama. Kalau untuk belajar menghitung dalam bahasa Biak guru dapat menggunakan alat menghitung model lama (DEKAK) untuk menarik perhatian dan semangat belajar anak, tetapi pada umumnya guru hanya memanfaatkan papan tulis saja.

Dalam persiapan media pembelajaran terkadang guru harus berusaha mempersiapkan lebih dahulu 1

101

hari sebelum pelajaran dikelas karena media tersebut yang akan dipakai dikelas. Namun dalam wawancara juga terungkap bahwa kadang media yang akan dipakai tidak dapat di buat oleh guru karena guru kurang trampil juga dalam membuat media mulok untuk dipakai dalam pembelajaran. Seperti menurut salah satu guru karena media yang dibutuhkan belum dapat disediakan guru dan untuk menyiapkan itu memerlukan waktu yang akan melebihi alokasi waktu yang tersedia dalam proses belajar.

4.3.3 Deskripsi Evaluasi Program Pembelajaran

Data hasil penelitian terhadap evaluasi pembelajaran mulok Bahasa Daerah Biak terlihat dari ungkapan salah satu guru memberikan contoh dengan menunjukkan program hari efektif belajar seperti yang terlihat pada gambar tabel.

Tabel 4.3

Susunan Program Pengajaran Muatan

Lokal di SD YPK Waupnor Kab. Biak Numfor

102

1.

A.Mata Pelajaran I II III IV V VI Pend. Agama 3 3 3 3 3 3 2. Pend. Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2 3. Bhs. Indonesia 7 7 7 7 7 7

4. Matematika 6 7 8 8 8 8

5. IPA ( Ilmu Peng.Alam) 2 2 2 5 5 5 6 IPS (Ilmu Peng. Sosial) 2 2 2 3 3 3 7 Seni Budaya &

Ketrampilan 2 2 2 2 2 2 8 Penjas 3 3 2 2 2 2 9 B. Muatan Lokal: a. Bahasa Inggris b. Bahasa Biak C. Pengembangan Diri: a. Olah Raga b. Pramuka 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 Jumlah 30 31 31 35 35 35

GK.III:… coba ibu lihat ini waktu untuk pelajaran

mulok, Ini waktu yang dialokasikan buat pelajaran mulok Apakah bisa saya siapkan media untuk belajar kah.., Saya sangat sulit untuk menyediakan media

mulok Menurut saya… waktu perlu ditambah karena

mulok itu banyak Prakteknya juga dan kita harus sesuaikan dengan tema yang diajarkan. iya jadi sa kira begitu bu.. waktu perlu ditambah biar mulok juga dapat diajar dengan baik tapi juga guru dapat belajar dalam buat media pembelajaran.

Menurut guru tersebut media sangat penting dalam mengajar mulok, ketika media dapat mampu disiapkan pembelajaran akan terlaksana dengan baik, perlu ada solusi dalam menyediakannya karena merupakan salah satu bagian dalam perangkat

103

pembelajaran. Kenyataan tersebut merupakan hal yang tersulit bagi guru dan siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar dan perlu banyak persiapan yang baik sebagai penunjang belajar.

Beberapa kesulitan lain yang dihadapi guru dalam mempersiapkan media mulok ini. Empat guru menyatakan yaitu faktor waktu, dua guru menyatakan kemampuan atau ketrampilan guru, dan satu guru menyatakan ketersediaan bahan untuk pembuatan media sebagai alat peraga dalam pembelajaran mulok. Guru terpaku pada bahan yang sudah ada dan harus dapat kreatif untuk dapat membuat dan menggunakan. Dan hal tersebut yaitu penggunaan media sebagai satu metode dalam pembelajaran membutuhkan pendekatan yang cocok dengan tingkat dan kebutuhan anak didik serta perlu kesiapan dan kemampuan dari guru dalam membuat hal tersebut.

Masalah penyiapan Media atau metode dalam pembelajaran mulok ini memerlukan kemampuan tersendiri dari pendidik yang dibenarkan oleh kepala sekolah ;

KS:….. iya harus perlu latihan banyak dalam

menggunakan juga guru harus mampu dan pandai menciptakan media atau buat apalah: gambar kah, foto, tunjukan benda dilingkungan yang cocok dengan anak-anak to, supaya anak mau belajar dan senang

104

ikut pelajaran mulok. Eee karena ada banyak kesulitan dan kendala dalam mengajar mulok ini (bahasa Daerah). Dan selama ini sangat disanyangkan karena belum obtimal walaupun sudah lama ya diterapkan mulok bahasa daerah ini, mungkin waktu dalam menyiapkan, kurang mampunya guru meyiapkan diri mengajarkan mulok,atau mungkin karena harus diajarkan ya akhirnya dilaksanakan saja. Setelah dilakukan ternyata tidak ada hasil yang baik ee. Tujuan menyediakan media sebagai metode pembelajaran itu saja Cuma bisa di buat aoleh satu atau dua guru saja, tidak tahu kenapa juga mungkin gurunya tidak bisa buat atau mungkin dia tidak berbakat, soalnya ini pelajaran mulok ya.. harus orang yang punya bakat dan talenta juga itu. Tapi ya itu ada nilai tambah untuk jadi poin tambahan buat anak-anak sekolah to…!

Jadi media sebagai metode dalam pembelajaran itu sangat penting dan bermanfaat sekali, namun ketersediaannya tidak optimal dan berpengaruh kepada persiapan bahkan dalam menciptakan sangat sulit dilakukan termasuk juga dalam menggunakan metode dalam pembelajaran. Hal tersebut menjadi kendala dan penghambat bagi guru dalam mengimplementasikan mulok tersebut.

Penjelasan guru tersebut ditegaskan juga oleh Kabid. Dikjar Dinas Pendidikan dalam wawancara ;

KD:... iya memang benar bahwa selama ini kalau mau dilihat muatan lokal khusus untuk Bahasa Daerah Biak ini sangat memprihatinkan, kenapa saya bilang begitu, ya karena kenyataan dilapangan khusus disekolah (SD) kebanyakan anak-anak putra Daerah

105

sendiri sudah tidak mampu/tidak bisa berbicara dengan bahasa lokalnya_sendiri_(Bahasa_Biak).

Gambar 4.4:

Diskusi Work Shop Mulok Bahasa Daerah Biak (Dinas P&P Kab. Biak Numfor)* Kabid. Dijar

Kepala sekolahpun mendukung pernyataan tersebut dimana dalam wawancara mengungkapkan bahwa materi-materi yang disampaikan ke murid masih umum disesuaikan dengan beberapa tema dalam buku bahasa Indonesia dan disesuaikan dengan kemampuan guru yang mengajar dan murid yang menerima pelajaran.

106

KS:.... Menurut kami masih perlu banyak belajar atau latihan dalam hal berbicara, kenapa?... Kami menilai masih ada guru putra daerah sendiri yang tidak bisa dalam berbicara Bahasa Biak, padahal dia lahir dan dibesarkan didaerahnya sendiri tapi Tiadak bisa bicara Bahasa Biak sudah pasti akan susah dalam mengajar, apalagi dalam membuat persiapan mengajar, penggunaan metode dan media Pembelajaran dikelas. Tetapi juga kalau guru kelas tu Orang amber (pendatang), pastinya akan lebih susah lagi dalam berbicara bahasa daerah setempat, Bagaimana? yang orang Biak saja tidak bisa apalagi guru amber (dari daerah lain).

Merujuk pada uraian penjelasan diatas dapat dipahami bahwa masih terdapat dilema dalam penerapan pembelajaran Mulok Bahasa Daerah Biak bagi siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Biak Numfor.

4.3.4 Hasil Proses Belajar Mengajar (PBM)

Berdasarkan hasil observasi, dalam proses Belajar mengajar, interaksi yang terjadi pada semua anak, yaitu dalam pembelajaran mulok Bahasa Daerah pada kegiatan inti pembelajaran anak kurang menaruh perhatian full untuk mendengarkan dan saat dilatih berbicara, berkomunikasi, sangat sulit mereka kurang berinteraksi atau memberi respons balik pada guru.

107

Dalam setiap kegiatan, terkadang anak suka bermain, tidak berminat untuk belajar. Hal tersebut penulis temukan saat melakukan observasi dikelas. Saat observasi dalam wawancara sebagian guru mengakui bahwa dalam proses belajar mengajar masih cenderung anak bermain, tidak minat belajar, kurang berinteraksi terhadap pelajaran bahasa. Hal ini merupakan sebuah dilema bagi guru dalam proses belajar mengajar karena masih melibatkan peran guru. Dua guru dari kelas II A dan II B memberikan penjelasan yang hampir sama dengan guru kelas III A dan IIIB menjelaskan bahwa terkadang anak suka bermain dalam kelas saat pelajaran diberikan, hal itu dipengaruhi oleh kurang minatnya siswa belajar bahasa Biak, dan kurang kreatifnya guru dalam menciptakan suasana belajar dikelas. Sehingga anak tidak merasa membutuhkan atau suka dengan pembelajaran tersebut. Berdasarkan observasipun, memang ada beberapa anak yang mengikuti kegiatan di kelas, namun hanya sebagai pelajaran dan tidak fokus hanya asal-asalan saja mengikuti pelajaran tersebut, ada juga yang memberi respon apabila ditanya oleh guru itupun kalau ditunjuk oleh guru. Untuk kasus seperti itu, salah satu guru yang diwawancarai mengatakan:

GK.IIIA:… e biasanya kalau awal waktu pelajaran

mau dimulai kami mulai dengan menyanyi satu lagu daerah untuk menarik perhatian mereka terhadap

108

pelajaran mulok ini, dan kami tanyakan lagu daerah apa yang mau dinyanyikan, tapi itu kadang anak-anak lupa dan tidak ingat lagunya sehingga guru harus menuntun untuk mengingatkan lagu yang pernah dinyanyikan atau juga kalau ada anak yang punya pengalaman dirumah tentang lagu daerah bisa kita ajak untuk memimpin lagunya buat dinyayikan bersama. Tetapi sering terjadi yaitu guru yang harus memberi rangsangan pada anak bukan pada nyanyi saja tapi juga pada saat dilatih membaca, menulis pelajaran mulok tersebut. Dan itu terkadang buat guru juga sedikit susah bahkan tidak serius dalam memberikan pelajaran mulok, anak-anak biasanya dibiarkan juga main atau beraktifias sendiri dikelas.

Sebagian besar guru memberikan jawaban yang mendukung contoh tersebut bahwa mereka memberi motivasi bagi siswa yaitu dengan mengingatkan atau mengajak mereka untuk bisa tertarik pada pelajaran itu. Namun terkadang juga guru tidak serius dan fokus untuk mengajar mulok tersebut dan anak-anak dibiarkan beraktifitas sendiri dalam kelas, bermain, menggambar. Jadi inti dalam pembelajaran untuk menanamkan rasa minat, dan kecintaan pada pelajaran mulok tersebut tidak optimal karena gurupun tidak fokus dalam melaksanakannya.

Semua guru dalam wawancara mengatakan bahwa mereka banyak mengalami dilemma dalam mengajarkan mulok kepada anak didik. Selalu tidak tepat sasaran termasuk dalam penyesuaian dengan pelaksanaan kurikulum yang telah disusun sebelumnya. Hal-hal yang menjadi kendala dan penyebab ada bermacam-macam.

109

Seperti dikatan oleh dua guru pada sekolah SD yang lain GC.I dan GC.2 mengungkapkan bahwa salah satu penyebabnya adalah situasi kelas, maksudnya adalah pada saat anak mempunyai masalah terhadap minat belajar tetang muatan lokal, perhatian mereka pada guru, hubungan sosial mereka dengan teman ataupun mereka tidak mentaati tata tertib dalam kelas menyebabkan suasana belajarpun tidak menyenangkan dan tidak fokus. Pada saat itu guru mencoba untuk menghentikan kegiatan dan diganti dengan menasihati dan memberikan tugas anak-anak untuk menggambar bebas sesuai keinginan mereka. Hal tersebut membuat pelajaran tidak sesuai dengan jadwal dan tema pembelajaran yang telah ada.

Guru lain juga memberi alasan lain seperti terkadang mulok mau diterapkan dengan cara lain misalnya memberi tari-tarian, mengunjungi tempat sejarah, membuat prakarya daerah tetapi masih susah dan banyak kendalanya baik dari waktu, bahan-bahan dan juga kemampuan guru dalam melaksanakan.

Dari studi dokumentasi ditemukan juga bahwa penilaian Dalam segi alokasi waktu belajar sangat tidak efektif. Ketersedian waktu dalam proses belajar mengajar mempengaruhi kesiapan guru dan juga siswa dalam berinteraksi, penyediaan media/alat peraga dalam

110

mengimplementasikan muatan lokal bahasa daerah Biak. Seperti terlihat pada tabel berikut ini ;

Tabel 4.4

Jam Pelajaran Muatan Lokal di SD YPK Waupnor Kabupaten Biak Numfor

Satuan

Pendidikan Sekolah Dasar

Mata Pelajaran I I I III IV V VI

Bahasa Daerah 1 1 1 2 2 2

Muatan lokal yang lain 2 2 2 2 4 4

Jumlah 3 3 3 4 6 6

Sumber: Data diambil dari pengalaman penulis dalam melaksanakan tugas.

a. Lamanya jam pelajaran 1. Kelas I dan II = 30 menit 2. Kelas I s/d VI = 40 menit

b. Jumlah jam pelajaran per-minggu kurikulum muatan lokal

1.Kelas I, II dan III = 3 JP 2. Kelas IV = 4 JP

3. Kelas V = 6 JP

4. Kelas V-VI = 6 JP

Laporan penilaian hasil efektif belajar siswa dapat dilihat pada contoh tabel 4.4 terlihat bahwa alokasi waktu pembelajaran mulok Bahasa Daerah Biak sangat tidak efektif jika harus mengimplementasikan Pembelajaran Mulok sesuai silabus yang terlihat pada

111

tabel 4.2. Sebagai laporan kepada orang tua siswa pada setiap semester akhir dan dibuat dalam bentuk buku Raport dimana harus mendeskripsikan hasil belajar siswa seperti terlihat pada tabel 4.5 terhadap daya serap siswa. Hal ini membutuhkan keseriusan para pendidik dan pengembang pendidikan dalam meningkatkan dan menunjang pedidikan khususnya dalam mengimplementasikan kurikulum muatan lokal pada tingkat Sekolah Dasar.

Hasil pembelajaran mulok Bahasa Daerah Biak yang diberikan kepada anak didik dalam proses belajar mengajar implementasinya tidak terpadu dan bentuk penilaian hanya terfokus pada hasil kerja siswa yang diarahkan dan dibimbing oleh guru. Hasil kegiatan siswa seperti karya kerja siswa seperti berbicara, membaca, dan menulis hasilnya di isi pada buku atau daftar nilai yang telah disediakan guru kelas masing-masing. Penulis menemukan bahwa berdasarkan visi-misi perkembangan sekolah tersebut dalam lingkup pembelajaran mulok bagi siswa belum mempunyai tingkat-tingkat perkembangan, ada beberapa anak tidak mampu mencapai tingkat perkembangan sesuai tujuan pembelajaran tersebut. Tabel 4.5

Daya serap siswa pada Daftar buku pegangan guru Tahun aj. 2010/2011- semester Ganjil (I)

112 Kelas. I Jml Anak* Lingkup Pekembangan Kelas. II Jml Anak* Lingkup perkembangan Kelas. III Jml Anak* Lingkup Perkambangan Mendengarkan 0,23 % = 23 anak Mendengarkan 0,20 % = 20 anak Mendengarkan 0.21 % = 21 anak Berbicara 0,23 % = 23 anak Berbicara 0,22 % = 22 anak Berbicara 0,23 % = 23 anak Membaca 0,23 % = 23 anak Membaca 0,23 % = 23 anak Membaca 0,22 % = 22 anak Menulis 0.21 % = 21 anak Menulis 0,22 % = 22 anak Menulis 0,23 % = 23 anak

Sumber dokumen SD YPK Effata Waupnor dari kls I-III. (* dari 25 anak.

Terlihat pada tabel 4.2, bahwa untuk lingkup perkembangan mulok bahasa Daerah Biak dimana seharusnya mencapai tingkat perkembangan atau mampu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis dalam hasil berkomunikasi dengan orang lain ataupun dalam menyelesaikan lembar latihan (soal) dalam pembelajaran. Namun dalam tabel 4.5 tidak semua anak dinilai guru dapat mencapai semua target pembelajaran itu. Sebagai contoh dari setiap kelas jumlah anak 25 orang di kelas I untuk semester ganjil (I) untuk perkembangan mulok bahasa daerah Biak, dalam mendengarkan 23 anak yang tidak tahu, kelas II 20

113

anak, kelas III anak, belum dapat serius dalam mendengarkan pembelajaran mulok bahasa daerah Biak tersebut. Telah dijelaskan sebelumnya di aspek proses interaksi dalam pembelajaran bahwa anak kurang menaruh perhatian full untuk mendengarkan dan saat dilatih berbicara, berkomunikasi, sangat sulit mereka kurang berinteraksi atau memberi respons balik pada guru. Kemudian anak di kelas II dan III pada lingkup berbicara, membaca dan menulis misalnya ada 22 dan 23 anak yang tidak dapat menguasai menerima atau serius mempelajari Mulok Bahasa Daerah Biak dengan baik.

Mengenai hasil tersebut guru mengungkapkan dalam wawancara bahwa hal itu memang terjadi, ada guru yang mengatakan pendapat bahwa hal tersebut menjadi dilemma karena belum sesuai dengan tujuan dari apa yang manjadi visi-misi dari SD YPK Effata Waupnor yang seharusnya mampu mengembangkan mulok bahasa daerah Biak disekolah tersebut yang juga disebut salah satu sekolah percontohan mulok Bahasa Daerah Biak yang membuat seperangkat silabus mulok Bahasa Daerah Biak untuk dipakai dalam proses belajar disekolah. Guru kelas IIA mengungkapkan hal yang sama dengan guru lain.

GK.IIA:… e kalau dilihat dari hasil anak-anak waktu kenaikan kelas kah itu ya nilainya harus diberikan

114

yang baik padahal sebenarnya belajar belum bagus tapi ya itu karena mereka anak didaerah biak jadi mau gimana harus dikase nilai 7 atau 8. Tetapi nilai itu tidak memberi motivasi buat anak itu lebih belajar bahasa Biak lebih sungguh-sungguh disekolah atau dirumahnya. Ya mungkin di sekolah kurang mungkin di rumah bisa lebih lagi karena dirumahkan orang tua pasti bisa lebih komunikasi dengan anak jadi pasti anak senang untuk belajar juga jadi pasti kalau belajar di kelas sudah ada pengalaman to.., tapi ya.. tidak juga.

Dari hasil wawancara tersebut diatas dapat dikatakan bahwa ketidakmampuan anak dalam tingkat perkembangan akademik khusus pembelajaran Bahasa Daerah Biak masih sangat memprihatinkan dan harus banyak perhatian khusus dari guru, orang tua agar dapat bekerja sama dengan para guru untuk mengembangkan pembelajaran mulok bahasa daerah tersebut. Walaupun nanti hal itu akan menjadi acuan khusus bagi pihak pemerintah yaitu dinas pendidikan untuk lebih memperhatikan kemajuan pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional yang ada di negara kita.

Namun melihat dari acuan atau silabus pembelajaran yang hanya berisikan bagian pelajaran dasar seperti menghitung dan membaca dalam bahasa Biak yang masih memerlukan peningkatan isi pembelajaran, memang harus diajarkan dengan sungguh-sungguh bagi anak-anak apalagi untuk anak

115

pada jenjang sekolah dasar dan itu tidak salah karena merupakan pelajaran yang paling dasar perlu diperkenalkan pada anak. Atau ada alasan lain juga bahwa anak tidak semua dari Biak ada yang dari pernakan serui dan juga gurunya yang mengajar belum tahu bahasa daerah Biak dengan baik sehingga belum mampu mengajar dengan baik pula. Seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah ;

KS:….. Ya kalau dilihat dari sisi akademik, ee memang

saya mo bilang bahwa, kami tidak mempunyai satu standart pembelajaran mulok bahasa daerah Biak yang pas untuk diajarkan kepada anak-anak, karena memang masih perlu banyak perhatian yang serius juga perlu pendekatan-pendekatan yang pas pada belajar mulok bahasa daerah ini. Bukan hanya siswanya saja tapi guru juga harus pandai dan bisa mampu mengaplikasiakan mulok bahasa itu kepada anak-anak. Karena ini berhubungan dengan nilai-budaya khas daerah. Ya.. jadi guru jangan hanya ajar mulok yang dasar-dasar saja tapi dikembangkan juga yang lebih lagi karena kita ini guru jadi harus bisa to.. begitu kira-kira.

Dalam wawancara dengan orang tua, mereka memberikan pendapat yang mendukung dengan apa yang di sampaikan oleh guru dan kepala sekolah, bahwa hasil yang diharapkan mereka tidak hanya bersifat akademisnya utuh tetapi juga pada perkembangan setiap harinya dengan lingkungan (sosial) dan dalam prakteknya dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain. Para orang tua juga menyatakan

116

bahwa mereka ingin anak-anak mereka dapat mengerti pelajaran yang bersifat loka didaerah, sehingga anak mereka punya pengetahuan yang baik tentang nilai-nilai budayanya yang begitu banyak dan saat melanjutkan ke jenjang sekolah selanjutnya mereka lebih paham lagi akan cara melestarikan nilai-nilai budayanya dengan baik. OT3 dan OT4 mengungkapkan bahwa soal akademik memang suatu keharusan dan tetap diperkenalkan dalam pendidikan tetapi alangkah lebih baik lagi lebih ditingkatkan hasil yang optimal pada perkembangan dalam kemandirian dalam mempraktek-kan nilai-nilai luhur budayanya.

4.4 Pembahasan

Berdasarkan data yang dtelah dipaparkan diatas dapat disimpulkan pada tiap pembahasan yaitu:

4.4.1 Perencanaan Pembelajaran

Melihat pada peran guru dalam pembuatan perencanaan pembelajaran (silabus) di SD YPK Effata Waupnor adalah dalam pembuatan rancangan bahan ajar khusus pada mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah Biak, kemudian dijabarkan dalam pembagian kegiatan mingguan dan harian dimana dalam penjabarannya termasuk pembagian alokasi waktu, pengolaan kelas sampai pada hasil sebagai penilaian

117

akhir keberhasilan siswa. Penyusunan bahan ajar berdasarkan program tahunan (semester) sesuai yang dikembangkan kepala sekolah berdasarkan Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan dan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Hasil data tersebut sejalan dengan hasil penelitian Fauzyyah, dkk (2008) yaitu bahwa seorang guru sebelum melakukan proses belajar mengajar perlu ada pengelolaan dan pemetaan, silabus dan program penunjang pembelajaran lainnya yang didalamnya sudah terencana mengenai tujuan, bahan ajar, alokasi waktu, media strategi dan bagaimana mengevaluasinya serta termasuk dalamnya bagaimana apabila tujuan pembelajaran tidak tercapai, bagaimana kerjasama antar semua pihak dalam turut memajukan pendidikan dengan bernuansa kontekstual.

Hal tersebut juga berarti bahwa kurikulum atau silabus yang telah dikembangkan SD YPK Effata Waupnor masih perlu dikembangkan dan melibatkan semua pihak dalam turut meningkatkan pendidikan mulok didaerah setempat sesuai dengan yang dijelaskan oleh Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Provinsi (2011), berdasarkan PERDASUS No.05 Tahun 2006 pasal 30, tentang Kurikulum Muatan Lokal di Pendidikan Dasar, bahwa mulok Bahasa Daerah bisa

118

dimasukan dalam kurikulum muatan lokal sebagai bahasa pengantar dan untuk lebih mendapat tujuan yang baik perlu ada dukungan dari pihak pemerintah daerah setempat yaitu harus ditetapkan dalam peraturan Daerah/Kota sehingga dapat dikembangkan oleh bagian pengembangan atau pengelola pendidikan didaerah terhadap program-program pembelajaran dan rancangan bahan ajar bagi kemajuan pendidikan didaerah tersebut.

Dokumen terkait