• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : UPAYA DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA

A. Mediasi Dalam Upaya Mencapai Perdamaian Akibat

Menyikapi problematika yang dihadapi, Mahkamah Agung (MA) sebagai lembaga tertinggi penyelenggaraan kekuasaan kehakiman selalu berusaha mencari solusi yang terbaik demi tegaknya aturan hukum dan keadilan. Produk-produk hukum baru berikut perangkat teknisnya pun diformulasikan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dimensi hukum.

"Dalam hal tertunggaknya perkara dan ketidakpuasan para pencari keadilan terhadap putusan pengadilan, Mahkamah Agung mencoba mengintegrasikan proses penyelesaian sengketa alternatif atau non litigasi dalam hal inti mediasi ke dalam proses peradilan atau litigasi, yang dengan menggunakan proses mediasi untuk mencapai perdamaian pada tahap upaya damai di persidangan dan hal inilah yang biasa disebut dengan lembaga damai dalam bentuk mediasi atau lembaga mediasi. 102

"Model lembaga mediasi yang diterapkan di Indonesia sangat mirip dengan mediasi yang diterapkan di Australia, yaitu sistem mediasi yang berkoneksitas dengan pengadilan atau mediation connected to the court. Pada umumnya yang bertindak sebagai mediator adalah pejabat pengadilan" 103

102Abdul Halim, Kontekstualisasi Mediasi dalam Perdamaian, Jakarta: Forum Keadilan, edisi

12 Maret 2007, halaman 6. 103

Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus

Dengan demikian, compromise solutin yang diarnbil bersifat paksaan atau compulsory kepada kedua belah pihak. Namun agar resolusinya memiliki potensi memaksa, harus lebih dulu diminta persetujuan para pihak dan jika mereka setuju, resolusi mengikat dan tidak ada upaya apapun yang dapat mengurangi daya kekuatannya. 104

"Ketentuan mediasi di pengadilan mengacu pada Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan. Pengintegrasian mediasi ke dalam proses beracara di Pengadilan dapat menjadi salah satu instrumen efektif mengatasi kemungkinan penumpukan perkara di pengadilan".105

Hukum acara yang berlaku baik pasal 130 Herzien Indonesia Reglement (HIR) maupun pasal 154 Rechtsreglement Buitengewesten (Rbg), mendorong para pihak untuk menempuh proses perdamaian yang dapat diintensifkan dengan cara mengintegrasikan proses ini. Penggunaan mediasi pada Lembaga damai ini bemula dengan dikeluarkarmya Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 1 tahun 2002 (Eks Pasal 130 MA54 Rbg) tentang pemberdayaan pengadilan tingkat pertama menerapkan lembaga damai SEMA tersebut."

Selain itu institusionalisasi proses mediasi ke dalam sistem peradilan dapat memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga pengadilan dalam penyelesaian sengketa di samping proses pengadilan yang bersifat memutus atau adjudikatif.

106 104 Ibid 105 Ibid 106

Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian sengketa di Luar Pengadildn, Bandung, PT. Aditya Bakti, 2003, halaman 50-51.

Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus

Penggabungan dua konsep penyelesaian sengketa ini diharapkan mampu saling menutupi kekurangan yang dimiliki masing-masing konsep dengan kelebihan masing-masing. Proses peradilan memiliki kelebihan dalam ketetapan hukunmya yang mengikat, akan tetapi berbelit-belitnya proses acara yang harus di lalui sehingga akan memakan waktu, biaya dan tenaga yang tidak sedikit yang harus ditanggung oleh para. pihak dalam penentuan proses penyelesaian.

Mediasi mempunyai kelebihan dalam keterlibatan para pihak dalam penentuan proses penyelesaian sehingga prosesnya lebih sederhana, murah dan cepat dan sesuai dengan keinginan. Akan tetapi kesepakaan yang dicapai tidak memiliki ketetapan hukum yang kuat sehingga bila dikemudian hari salah satu dari pihak menyalahi kesepakatan yang telah dicapai maka pihak yang lainnya akan mengalami kesulitan bila ingin mengambil tindakan hukum.107

Namun karena beberapa hal yang pokok belum secara eksplisit diatur dalam Surat Edaran Mahkamah Agung atau SEMA tersebut maka Mahkamah Agung mengeluarkan Perna Nomor 2 tahun 2003 yang berisi tentang ketentuan umum, tahapan, tempat dan biaya mediasi dipengadilan dan kemudian terakhir

Menyikapi salah satu problema yang dihadapi oleh lembaga peradilan di Indonesia dalam hal tunggakan perkara di tingkat kasasi Mahkamah Agung dan rasa ketidak-puasan para pencari keadilan terhadap putusan lembaga peradilan yang dianggap tidak menyelesaikan masalah. Surat Edaran Mahkamah Agung atau SEMA ini merupakan langkah nyata dalam mengoptimalkan upaya perdamaian sehingga pelaksanaannya tidak hanya sekedar formalitas.

107

Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus

disempumakan dengan keluarnya Perna Nomor 1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

Dalam bahasa Indonesia perdamaian diartikan sebagai perhentian perumusuhan. Sedangkan pengertian perdamaian menurut hukum positif sebagaimana dicantumkan dalam pasal 1851 KUHP Perdata adalah suatu perjanjian dengan mana kedua belah pihak dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang, mengakhiri, suatu perkara yang sedang berlangsung atau mencegah timbulnya suatu perkara.108

Selain itu ketentuan perdamaian juga diatur dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 16 (2) yaitu : "Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menutup usaha penyelesaian perkara

Perdamaian dikenal juga dengan istilah lading yaitu suatu persetujuan tertulis secara damai untuk menyelesaikan atau memberhentikan berlangsungnya terus suatu perkara. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan sebuah perdamaian adalah untuk mengakhiri suatu perkara yang sedang berjalan atau mencegah timbulnya suatu perkara.

Sedangkan dalam hukum positif ketentuannya diatur dalam HIR Pasal 130, .Pasal 154 RBg yang berbunyi : "Jika pada hari yang ditentukan itu kedua belah pihak datang, maka pengadilan negeri dengan pertolongan kedua mencoba akan memperdamaian mereka, jika perdamaian yang demikian itu dapat dicapai, maka pada waktu bersidang, dibuat sebuah surat (akte) tentang itu, dimana kedua belah pihak dihukum akan menepati perjanjian yang dibuat itu, surat mana akan berkekuatan dan akan dijalankan sebagai putusan yang biasa.

108

Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus

perdata secara perdamaian" dan dalam Kompilasi Hukum Islam khususnya terkait dengan hukum keluarga Pasal …..

"Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak". Pasal 143 ayat (1) : "Dalam pemeriksaan gugatan perceraian hakim berusaha mendamaikan kedua belah pihak". (ayat (2) : "Selama perkara belum diputuskan usaha mendamaikan dapat dilakukan pada setiap sidang pemeriksaan", dan Pasal 144 : "Apabila terjadi perdamaian, maka tidak dapat diajukan gugatan perceraian baru berdasarkan alasan atau alasan-alasan yang ada sebelum perdamaian dan telah diketahui oleh penggugat pada waktu dicapainya perdamaian".

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Pasal 65 dan 82 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Pasal 31 dalam pasal-pasal tersebut disebutkan bahwa hakim wajib mendamaikan para pihak yang berperkara sebelum putusan dijatuhkan. Usaha mendamaikan ini dapat dilakukan pada setiap sidang pemeriksaan. Dalam persengketaan selalu terdapat dua atau lebih pihak yang sedang bertikai dalam penyelesaian sengketa, dapat saja para pihak menyelesaikannya sendiri tanpa melalui pengadilan misalnya mereka minta bantuan kepada sanak keluarga, pemuda masyarakat atau pihak lainnya, dalam upaya mencari penyelesaian persengketaan seperti ini cukup banyak yang berhasil.

Namun seiring pula terjadi dikemudian hari salah satu pihak menyalahi perjanjian yang telah disepakati, untuk menghindari timbulnya kembali persoalan

Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus

yang sama dikemudian hari, maka dalam praktek sering pedanjian damai itu dilaksanakan secara tertulis, yaitu dibuat akta perjanjian perdamaian. Agar akta perjanjian perdamaian itu mernpunyai kekuatan hokum tentunya haruslah dibuat secara autentik yaitu dibuat dihadapan notaris.

Berbeda halnya dengan perdamaian di luar pengadilan, perdamaian di pengadilan dilangsungkan pads saat perkara sudah masuk dalam proses slang pengadilan atau gugatan sedang berjalan, tentunya proses dan prosedurnya agak sedikit formal dan bersifat resmi.

Dalam KUHPerdata yang telah mengatur dan menentukan persyaratan syahnya suatu perdamaian secara limitatif seperti yang termuat dalam Pasal 1320, 1321, 1851-1864. perdamaian harus atas persetujuan kedua belah pihak. Unsur-unsur persetujuan yakni adanya kata sepakat secara sukarela atau toesteming, kedua belah pihak cakap dalam membuat persetujuan atau bekwammied, objek persetujuan mengenai pokok yang tertentu atau bepaalde ondenverp, berdasarkan alasan yang diperbolehkan atau seorrlosofdfe oorzaak.

Dalam Pasal 130 HIR, Pasal 154 Rbg mengatakan bahwa apabila perdamaian telah dapat dilaksanakan, maka dibuat putusan perdamaian yang disebut dengan akte perdamaian. Akte yang dibuat ini harus betul-betul dapat mengakhiri sengketa yang terjadi antara kedua belah pihak berperkara apabila tidak maka dianggap tidak memenuhi syarat formal, dianggap tidak syah dan tidak mengikat para pihal-pihak yang berperkara.

Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus

Putusan perdamaian harus dibuat dalam persidangan majelis hakim, disinilah peran hakim sangat dibutuhkan dalam akte perdamaian ini dapat diwujudkan. Syarat untuk dapat dasar suatu putusan perdamaian itu hendaklah atas dasar persengketaan para pihak yang sudah terjadi, baik yang sudah terwujud maupun yang sudah nyata terwujud tapi baru akan diajukan ke pengadilan.

Sehingga perdamaian itu dapat mencegah gugatan atas perkara di pengadilan. Hal ini berarti bahwa perdamaian itu dapat lahir dari suatu perdata yang belum diajukan ke pengadilan. Bentuk perjanjian damai yang dapat diaukan ke depan sidang pengadilan dapat saja dibuat dalam bentuk akta notaris atau akta di bawah tangan.

"Bentuk perdamaian harus secara tertulis atau akta perdamaian. Pada Pasal 1321 KUHPerdata dipertegas bahwa persetujuan perdamaian itu sama sekali tidak boleh mengandung unsur kekeliruan atau dwaling dan paksaan atau dwang dan penipuan atau berdrog.

Dalam Pasal 1851 KUHPerdata disebutkan bahwa persetujuan perdamaian itu sah apabila dibuat secara tertulis dengan format yang telah ditetapkan oleh ketentuan peraturan yang berlaku. Syarat ini sifatnya memaksa atau inferatif, dengan demikian tidak ada persetujuan perdamaian apabila dilaksanakan secara lisan, meskipun dihadapan pejabat yang berwenang.

Hakim tidak berhak menambah, merubah, mengurangi atau mencoret satu katapun dari isi akta perdamaian yang telah dibuat oleh para pihak yang telah melakukan perdamaian itu, melainkan harus diterima secara bulat, mengambil over

Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus

sepenuhnya dan seluruh isi perjanjian perdamaian itu. Jadi dalam membuat keputusan perdamaian itu haruslah terpisah dengan akta persetujuan perdamaian. Persetujuan damai dibuat sendiri oleh pihak yang bersengketa, baru kemudian persetujuan perdamaian itu diajukan pada pengadilan atau hakim yang menyidang perkara tersebut untuk dikukuhkan sebagai putusan perdamaian dengan memberikan titel eksekusi.

Adapun sifat akta perdamaian dalam perkara perdata adalah : Keputusan perdarnaian langsung mempunyai kekuatan hukum tetap atau in kracht vangewijsde. Dalam Pasal 1851 KUHPerdata menentukan bahwa semua putusan perdamaian yang dibuat dalam sidang majelis hakim akan mempunyai kekuatan hukum tetap seperti putusan pengadilan lainnya dalam tingkat penghabisan. Putusan perdamaian itu tidak bisa dibantah dengan alasan kekhilafan mengenai hukum atau alasan salah satu pihak telah dirugikan oleh putusan perdamaian itu.

Dalam Pasal 130 ayat (2) HIR ditentukan pula bahwa jika perdamaian dapat dicapai, maka pada waktu itu pula dalam persidangan dibuat putusan perdamaian dengan menghukum para pihak untk mematuhi persetujuan damai yang telah mereka buat.

Oleh karena putusan perdamaian itu telah mempunyai kekuatan hukum tetap, maka baginya tertutup untuk adanya upaya banding atau kasasi.

Artinya bahwa putusan itu sejak ditetapkan atau dijatuhkan oleh hakim, maka sudah melekat, pasti dan tidak ada penafsiran lagi karena berdasarkan kesepakatan bersama,

Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus

langsung dapat dijalankan kapan saja diminta oleh pihak-pihak yang melaksanakan perdamaian itu.

Semua putusan pengadilan yang telah mempunyaikekuatan hokum tetap pastilah mempunyai kekuatan hokum mengikat, kekuatan hokum eksekusi dan mempunyai kekuatan nilai pembuktian.

Mediasi adalah salah satu bentuk penyelesaian sengketa altematif yang bersifat konsensus atau kooperatif dan kerjasama. Pilihan penyelesaian sengketa dalam bentuk mediasi merupakan teknik atau mekansisme penyelesaian sengketa yang mendapat perhatian Berta diminati dengan beberapa alasan yang melatar belakanginya yaitu perlunya menyediakan mekanisme penyelesaian sengketa yang lebih fleksibel dan responsif bagi kebutuhan para pihak yang bersengketa, untuk memperkuat keterlibatan masyarakat "am proses penyelesaian sengketa.109

"Mediasi dalam bahasa Inggris disebut mediator yang berarti penyelesaian Ada tiga kekuatan Pembuktian formal, Pembuktian antara para pihak yang telah mereka terangkan sebagaimana yang tercantum dalam akte perdamaian tersebut. Kekuatan pembuktian materil dimaksud adalah bahwa dalam akte ini harus sudah terbukti benar apa yang tedadi itu semuanya terdapat dalam akte perdamaian yang sudah dijadikan putusan perdamaian tersebut.

Kekuatan mengikat yakni membuktikan bahwa antara para. pihak pembuat akte dengan pihak ketiga mempunyai keterkaitan dengan putusan perdamaian itu, karena dibuat dimuka pejabat yang berwenang.

109 Ibid

Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus

sengketa dengan menengahi. Mediator adalah orang yang jadi penengah. Dalam ketentuan umum Perma Nomor 1 Tahun 2008, mediasi adalah cara, penyelesaian sengketa melalui proses Perundingan untuk memperoleh kesepakaan para, pihak dengan dibantu oleh mediator." 110

Menurut Joni Emerzon mediasi adalah upaya penyelesaian sengketa pars pihak dengan kesepakatan bersama melalui mediator yang bersikap netral, dan tidak membuat keputusn atau kesimpulan bagi para, pihak tetapi menunjang fasilitator untuk terlaksananya dialog antar pihak dengan suasana keterbukaan, kejujuran dan tukar pendapat untuk tercapainya mufakat. 111

Pengaturan mengenai mediasi dalam hukum positif dapat kita temukan dalam ketentuan pasal 6 ayat (3), (4), (5) Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbiterase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Surat Edaran Mahkamah Agung atau SEMA Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pet-nberclayaan Pengadilan Tingkat Pertama menerapkan Lembaga damai dan Perna Nomor 2 Dengan kata lain mediasi adalah proses negosiasi pemecahan dimana pihak luar yang tidak memihak atau impartial dan netral bekeda dengan pihak yang bersengketa untuk membantu mereka memperoleh kesepakatan pedanjian secara memuaskan.

Dari definisi yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan babwa mediasi adalah

proses penyelesaian sengketa melalui perundingan yang dipandu oleh seorang mediator yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan yang diterima oleh pihak-pihak yang bersengketa gum mengakhiri perkara.

110

Ibid

111

Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus

tahun 2003 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dan yang terakhir Perna Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.112

Solusi bagi suatu persengketaan dapat diserasikan dengan kebutuhan- kebutuhan atau keinginan-keinginan para pihak yang bersengketa dan oleh sebab itu pulalah keputusan yang diambil atau dihasilkan dapat memenuhi rasa keadilan para pihak. Orang-orang yang menegosiasikan diri sendiri salahnya sering kali merasa mempunyai lebih banyak kuasa daripada mereka Secara umum pihak yang bersengketa menggunakan jalur mediasi sebagai penyelesaian sengketa dapat menemukan beberapa keuntungan, yaitu:

Persengketaan yang paling banyak ditangani oleh pusat-pusat mediasi publik dapat dituntaskan dengan pemeriksaan yang hanya berlangsung dua hingga tiga minggu dan rata-rata waktu yang digunakan setiap pemeriksaan atau setiap kali pertemuan hanya berkisar satu sampai satu setengah jam saja.

Untuk perkara-perkara yang pemeriksaannya atau persidangannya terbuka untuk umum dapat dihadiri oleh publik atau diliput oleh pers sehingga sebelum pengambilan keputusan dan dapat bermunculan berbagai opini publik yang pada gilirannya dapat berpengaruh pada sikap para pihak yang bersengketa dalam menyikapi putusan majelis hakim.

Sebagian besar pusat-pusat mediasi publik menyediakan pelayanan dengan biaya sangat murah dan juga tidak perlu membayar biaya pengacara karma dalam proses mediasi kehadiran seorang pengacara kurang dibutuhkan.

112

Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus

yang melakukan advokasi melalui wakil seperti pengacara. 113

Dokumen terkait