• Tidak ada hasil yang ditemukan

Medium NFB (Nitrogen Free Bromthymolblue) terdiri dari:

• asam malat 1,25 g • KOH 1 g • K2HPO4 0,125 g • MgSO4.7H2O 0,25 g • MnSO4.H2O 0,0025 g • FeSO4.7H2O 0,0125 g • NaCl 0,005 g • CaCl2 0,0025 g • Na2Mo.O4 0,005 g • Bromtimol blue 0,025 ml • agar 4 g • aquades 250 ml

28 Lampiran 2. Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Tinggi Vertikal Paspalum notatum.

Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Rataan Tengah Fhit F0,05 F0,01 Perlakuan 5 0,34 0,07 0,07 2,62 3,90 Galat 24 22,80 0,95 Total 29 23,15 0,80

Lampiran 3. Sidik Ragam Laju Pertambahan Jumlah Daun Paspalum notatum. Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Rataan Tengah Fhit F0,05 F0,01 Perlakuan 5 37,52 7,50 0,78 2,62 3,90 Galat 24 232,14 9,67 Total 29 269,66 9,30

Lampiran 4. Sidik Ragam Berat Kering Tajuk Paspalum notatum. Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Rataan Tengah Fhit F0,05 F0,01 Perlakuan 5 151,70 30,34 1,04 2,77 4,25 Galat 18 527,41 29,30 Total 23 679,11 29,53

Lampiran 5. Sidik Ragam Berat Kering Akar Paspalum notatum. Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Rataan Tengah Fhit F0,05 F0,01 Perlakuan 5 151,70 30,34 1,04 2,77 4,25 Galat 18 527,41 29,30 Total 23 679,11 29,53

Lampiran 6. Sidik Ragam Serapan Nitrogen Total Paspalum notatum. Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Rataan Tengah Fhit F0,05 F0,01 Perlakuan 5 176,94 35,39 1,15 2,77 4,25 Galat 18 552,44 30,69 Total 23 729,38 31,71

29 Lampiran 9. Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Tinggi Vertikal Brachiaria decumbens

var. mulato. Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Rataan Tengah Fhit F0,05 F0,01 Perlakuan 5 9,07 1,81 0,95 2,62 3,90 Galat 24 45.69 1,90 Total 29 54.75 1,89

Lampiran 10. Sidik Ragam Laju Pertambahan Jumlah Daun Brachiaria decumbens var. mulato. Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Rataan Tengah Fhit F0,05 F0,01 Perlakuan 5 43,23 8,65 1,11 2,62 3,90 Galat 24 187,53 7,81 Total 29 230,76 7,96

Lampiran 11. Sidik Ragam Berat Kering Tajuk Brachiaria decumbens var. mulato. Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Rataan Tengah Fhit F0,05 F0,01 Perlakuan 5 750,83 150,17 1,12 2,77 4,25 Galat 18 2420,50 134,47 Total 23 3171,33 137,88

Lampiran 12. Sidik Ragam Berat Kering Akar Brachiaria decumbens var. mulato. Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Rataan Tengah Fhit F0,05 F0,01 Perlakuan 5 67,45 13,49 1,24 2,77 4,25 Galat 18 195,33 10,85 Total 23 262,78 11,43

Lampiran 13. Sidik Ragam Serapan Nitrogen Total Brachiaria decumbens var. mulato. Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Rataan Tengah Fhit F0,05 F0,01 Perlakuan 5 1098,66 219,73 1,57 2,77 4,25 Galat 18 2523,00 140,17 Total 23 3621,66 157,46

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Latosol adalah tanah yang paling banyak terdapat di wilayah tropika basah dan setengah basah pada ketinggian 0-2000 m dengan curah hujan tahunan dari 250-10.000 mm (Sanchez, 1992). Latosol merupakan tanah yang mengalami proses pencucian dan pelapukan lanjut dengan ciri perbedaan horizon tidak jelas dan kandungan unsur hara rendah. Salah satu unsur hara yang kandungannya rendah dalam tanah latosol yaitu nitrogen.

Nitrogen tersedia dalam jumlah banyak di atmosfer dalam bentuk gas, tetapi gas ini tidak dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman. Nitrogen merupakan penyusun dari senyawa-senyawa organik penting di dalam tanaman, seperti asam-asam amino, protein dan asam-asam nukleat dan merupakan bagian dari proses yang terlibat di dalam sintesis dan transfer energi. Nitrogen membantu pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi biji dan buah dan meningkatkan kualitas daun untuk pakan ternak (Munawar, 2011). Pemanfaatan gas nitrogen dapat dilakukan dengan bantuan mikroba pengikatnya yang mengubah gas nitrogen menjadi amonium (NH4+) yang dapat digunakan oleh tanaman, baik melalui mekanisme simbiotik maupun non simbiotik. Pengikatan nitrogen atmosfer tersebut dikenal sebagai diazotrofi atau penambat nitrogen secara biologis sehingga mikroba yang melakukan pengikatan nitrogen disebut sebagai diazotrof atau bakteri penambat nitrogen.

Salah satu mikroba yang dapat menambat nitrogen secara non simbiotik yaitu bakteri Azospirillum sp. Nitrogen yang diikat tersebut akan diserap oleh tanaman dalam bentuk amonium dan nitrat dengan cara melepas ikatan rangkap tiga yang sangat kuat pada N2 secara enzimatis. Mikroba ini bersifat sangat aerobik dengan adanya ammonia didalam medium dan tidak mampu menambat nitrogen dalam keadaan anaerob total (Yuwono, 2008).

Penelitian tentang Azospirillum pertama kali dilakukan pada tahun 1970 oleh J. Dobereiner dan rekannya di Brazil (Bashan, 1993). Telah banyak dilakukan penelitian tentang Azospirillum dengan hasil Azospirillum meningkatkan produksi dan serapan nitrogen tanaman. Salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Karti (2005) dengan hasil isolat Azospirillum meningkatkan produksi dan kadar

2 nitrogen tajuk serta serapan nitrogen total rumput Setaria splendida. Isolat- isolat bakteri pada penelitian ini belum diidentifikasi spesiesnya, beberapa spesies Azospirillum yang telah ditemukan yaitu Azospirillum brasilense, Azospirillum lipoferum, Azospirillum amazonense, Azospirillum halopraeferens dan Azospirillum irakense.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan membandingkan lima isolat Azospirillum terhadap pertumbuhan, produksi, serapan nitrogen dan kandungan protein kasar rumput Paspalum notatum dan Brachiaria decumbens varietas mulato yang ditanam pada tanah latosol.

3 TINJAUAN PUSTAKA

Azospirillum sp

Bakteri penambat nitrogen dibagi menjadi dua yaitu bakteri yang membentuk bintil akar dan bakteri yang tidak membentuk bintil akar. Contoh dari bakteri yang membentuk bintil akar yaitu Rhizobiumi dan Bradyrhizobium, sedangkan bakteri yang tidak membentuk bintil contohnya yaitu Azotobacter dan Azospirillum. Azospirillum merupakan salah satu bakteri penambat nitrogen yang hidup bebas dan dapat berasosiasi dengan rumput (Rao, 1994).

Penelitian mengenai Azospirillum pertama kali dilakukan pada tahun 1970 oleh J. Dobereiner dan rekannya di Brazil (Bashan, 1993). Beberapa spesies Azospirillum yang telah ditemukan yaitu Azospirillum brasilense, Azospirillum lipoferum, Azospirillum amazonense dan Azospirillum halopraeferens. Pada tahun 1989, Khammas dan rekan-rekannya menemukan Azospirillum irakense di rhizosfer (daerah sekitar perakaran) dan perakaran tanaman padi.

Azospirillum termasuk bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik yang hidup bebas didalam tanah, baik disekitar maupun dekat dengan perakaran. Eckert et al. (2001) melaporkan bahwa Azospirillum digunakan sebagai biofertilizer karena mampu menambat nitrogen (N2) 40-80% dari total nitrogen dalam rotan dan 30% nitrogen dalam tanaman jagung.

Nitrogen yang ditambat oleh Azospirillum akan diserap oleh tanaman dalam bentuk amonium dan nitrat (Rao, 1982). Azospirillum sp juga mampu menghasilkan zat pengatur tumbuh seperti IAA (Indol Acetic Acid), giberelin, auksin, serta senyawa yang menyerupai sitokinin (Venkateswarlu dan Rao, 1983).

Azospirillum memiliki sifat mikroaerofilik sehingga dapat dipisahkan dalam medium setengah padat yang mengandung malat melalui prosedur pengayaan. Karakteristik dari Azospirillum yaitu berkembangnya pelikel tipis berwarna putih, padat dan beralun pada medium setengah padat yang mengandung malat (Rao, 1994).

Hasil penelitian Charyulu dan Rajaratmamahon (1980) menunjukkan bahwa pemberian jerami padi sawah tanah Aluvial, Laterit dan Salin Sulfat Masam meningkatkan populasi Azospirillum sp. Aktivitas fiksasi N2 pada tanah Salin Sulfat Masam (pH 3,2) lebih rendah dibanding tanah lainnya yang memiliki pH sampai 6,6.

4 Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas fiksasi N2 oleh Azospirillum sp dipengaruhi oleh pH (Hanafiah, 2007).

Pemberian isolat Azospirillum sp dari padi menghasilkan berat kering tanaman lebih tinggi bila dibandingkan isolat dari tebu, demikian juga bila dibandingkan dengan isolat yang berasal dari tanaman jagung. Perbedaan berat kering diduga karena kecocokan isolat dengan tanaman inang (Rusmana dan Hadijaya, 1994).

Faktor abiotik yang mempengaruhi ketahanan bakteri di dalam tanah adalah kelembaban tanah, suhu, pH, tekstur, kadar O2 dan nutrisi (Davies dan Whitbread, 1989). Azospirillum mempunyai kisaran pH dan O2 yang sempit untuk aktivitas nitrogenase (Tchan dan Zeman, 1995).

Keuntungan dari tanaman yang mendapat tambahan Azospirillum yaitu: 1) Mendapat suplai amonium dalam jumlah yang cukup atau sesuai kebutuhan secara terus menerus, 2) suplai hormon tumbuh seperti auksin, IAA dan giberelin yang diproduksi pada kondisi tertentu. Auksin berfungsi memacu pembentukan akar dan rambut-rambut akar (Hadas dan Okon, 1987).

Karti (2005) menyatakan pemberian isolasi bakteri Azospirillum sp pada tanah podzolik merah kuning untuk rumput Setaria splendida meningkatkan produksi, kadar nitrogen tajuk, kadar nitrogen akar serta serapan nitrogen total. Penambahan Azospirillum pada rumput Chloris gayana meningkatkan kadar nitrogen tajuk dan akar, tetapi tidak mempengaruhi produksi, pertumbuhan serta serapan nitrogen total. Okon dan Itzigsohn (1995) menyatakan penambahan Azospirillum dan Rhizobium pada jenis legum dapat meningkatkan jumlah bintil akar, perkembangan tanaman, berat kering dan fiksasi N2.

Keadaan medium NFB (Nitrogen Free Bromthymolblue) dapat membuat kondisi medium mikroaerofil sehingga dalam lingkungan tersebut Azospirillum sp mampu menambat N2. Pertumbuhan Azospirillum ditandai dengan terbentuknya pellicle dibawah permukaan medium (Okon et al., 1977).

Paspalum notatum

Rumput Paspalum notatum dapat tumbuh dari biji atau secara vegetatif. Rumput ini tumbuh pada daerah subtropis yang agak lembab sampai lembab dengan curah hujan tahunan 800-2000 mm. Rumput ini sangat kuat dan kompetitif. Produksi

5 rumput meningkat bila ditumbuhkan pada tanah yang subur. Di Amerika Serikat, rumput Paspalum notatum yang diberi pupuk N di padang rumput dapat memproduksi 400-600 kg/ha dalam berat segar pertahun (PROSEA, 1992).

Gambar 1. Rumput Paspalum notatum

Sumber: Dokumentasi penelitian (2012)

Brachiaria decumbens

Brachiaria decumbens termasuk rumput yang tahan terhadap tanah asam dan kandungan fosfor tanah yang rendah (Sanchez, 1993). Rumput ini sangat responsif terhadap pemupukan nitrogen (Damry et al., 2009). Rumput ini memiliki ciri bentuk yang bervariasi, perennial, sedikit tegak dan sering membentuk kumpulan daun yang lebat. Asal rumput ini yaitu dari Afrika Tropik dan terdapat di pinggir hutan di daerah yang lembab dengan curah hujan 762 mm per tahun atau lebih. Rumput Brachiaria decumbens akan membentuk kumpulan daun yang lebih terbuka bila direnggut oleh ternak. Produksi biji biasanya rendah, sehingga perbanyakan tanaman biasanya dengan bagian akar dan rhizoma (Reksohadiprodjo, 1985).

Gambar 2. Rumput Brachiaria decumbens var. mulato

6 Batang rumput ini dapat mencapai ketinggian 150 cm. Rumput ini toleran terhadap tanah yang kesuburannya rendah, tetapi memiliki respon positif terhadap pemupukan N, P dan K (PROSEA, 1992).

Nitrogen

Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial yang menyusun sekitar 1,5% bobot tanaman dan sangat berfungsi dalam pembentukan protein. Unsur ini mudah berubah bentuk dan mudah hilang baik lewat volatilisasi (gas N2) maupun lewat pelindian (NO3-). Pengelolaan nitrogen yang tidak baik dapat menyebabkan tanaman mengalami defisiensi nitrogen(Hanafiah, 2007).

Bentuk nitrogen yang diserap dari tanah ada dua, yaitu: nitrat (NO3-) dan amonium (NH4+). Kadar nitrogen yang berlebihan juga tidak baik. Tumbuhan yang terlalu banyak mendapat nitrogen biasanya mempunyai daun berwarna hijau tua dan lebat, dengan system akar yang kerdil sehingga nisbah tajuk-akarnya tinggi (Salisbury dan Ross, 1992; Hardjowigeno, 2007).

Fiksasi (pengikatan) nitrogen dapat terjadi melalui empat cara, yaitu: (1) secara fisik melalui pelepasan energi listrik pada saat terjadinya kilat, (2) secara kimia melalui proses ionisasi, yang keduanya terjadi pada saat atmosfer paling atas dan turun ke tanah lewat presipitasi (hujan), (3) secara biologis lewat simbiosis mutualistik pada tanaman legum dan beberapa tanaman non legum serta (4) melalui fiksasi nonsimbiotik oleh mikroba tanah (Hanafiah, 2007).

Krishna (2002) menyatakan sumber nitrogen dalam tanah antara lain berasal dari fiksasi oleh mikroba, air irigasi, hujan, perombakan bahan organik dan pemupukan. Nitrogen termasuk unsur hara yang sangat mudah larut dan hilang melalui drainase dan pada situasi tertentu akan hilang menguap atau kembali menjadi bentuk gas N2.

Jumin (2008) menyatakan pemupukan nitrogen dapat meningkatkan kandungan protein, meningkatkan pertumbuhan vegetatif terutama daun dan meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. Kekurangan nitrogen menyebabkan pertumbuhan tanaman tertekan dan daun-daun menjadi kering. Pada keadaan kandungan nitrogen yang sangat rendah, daun akan menjadi coklat dan mati. Ciri kekurangan nitrogen pada jenis rumput-rumputan, yaitu: ujung-ujung daun tua akan

7 mengering seperti terbakar, lalu menjalar ke seluruh daun melalui ibu tulang dan melebar ke samping sehingga memberikan bentuk V (Leiwakabessy et al., 2003).

Serapan Nitrogen Tanaman

Menurut Sanchez (1992) kadar nitrogen tanaman dan produksi (berat kering tanaman) mempengaruhi serapan nitrogen. Lakitan (2000) mengatakan bahwa serapan hara tanaman dihitung berdasarkan total bobot tanaman per satuan bobot bahan kering tanaman. Bobot kering tanaman merupakan bobot bahan tanaman setelah seluruh air yang terkandung didalamnya dihilangkan.

Tambahan nitrogen udara pada tanah berkisar antara 4 kg N/ha sampai 50 kg N/ha pada padang rumput, sedangkan di hutan hujan tropika berkisar antara 46 kg N/ha sampai 147 kg N/ha (Sanchez, 1992).

Jumlah Nitrogen Yang Ditambat/Tahun

Penyediaan nitrogen pada tanaman melalui fiksasi biologis memegang peranan penting dalam proses produksi tanaman di dunia (Leiwakabessy et al., 2003), akan tetapi kebanyakan penduduk menggunakan pupuk anorganik sebagai sumber nitrogen. Jumlah nitrogen yang ditambat oleh bakteri simbiotik maupun non simbiotik perlu diketahui untuk menghitung jumlah urea yang dihemat dalam setahun. Penerapan dalam penggunaan bakteri penambat nitrogen diharapkan dapat mengganti pupuk anorganik dengan pupuk hayati.

Beberapa mikroba lain yang dapat menambat nitrogen, yaitu Rhizobium, Azolla/Anabaena dan cyanobacteria. Evaluasi selama 20 tahun terakhir yang dilakukan oleh Okon dan Labandera-Gonzalez (1994) pada beberapa tempat di dunia menunjukkan bahwa bakteri Azospirillum sp mampu meningkatkan hasil tanaman pertanian pada jenis tanah dan iklim yang berbeda. Informasi yang diperoleh yaitu bahwa inokulasi bakteri Azospirillum sp dapat menghemat penggunaan pupuk nitrogen buatan sekitar 15%–60%.

Bakteri hidup bebas menambat 15 kgN/ha/tahun, cyanobacteria 7-80 kgN/ha/tahun, Azolla/Anabaena 45-450 kgN/ha/tahun dan Rhizobium 24-584 kgN/ha/tahun (Elkan, 1992). Jumlah urea yang dihemat pertahun oleh bakteri hidup bebas yaitu sebesar 102,48 kg urea/tahun, cyanobacteria sebesar 47,83-546,58 kg urea/tahun, Azolla/Anabaena sebesar 307,45-3074,53 kg urea/tahun dan yang terbesar oleh Rhizobium sebesar 163,97-3990,06 kg urea/tahun.

8 Penambatan nitrogen secara signifikan juga dapat dilakukan oleh tanaman bukan legum yang berasosiasi dengan jamur actinomycetes seperti Alnus, Ceanothus, Eleagnus, Casuarina dan lainnya dengan laju penambatan hingga 100 kgN/ha/tahun (Munawar, 2011).

Sifat dan Ciri Umum Tanah Latosol

Tanah mempunyai beberapa fungsi, diantaranya: sebagai tempat berdiri tegak dan bertumpunya tanaman, sebagai media tumbuh yang menyediakan hara dan tempat pertukaran hara antara tanaman dengan tanah, sebagai sumber air bagi tanaman (Jumin, 2008).

Latosol merupakan tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut dan biasanya berwarna merah atau kuning. Tanah ini berkembang dari berbagai batuan induk, terbentuk dibawah kondisi iklim dengan curah hujan dan suhu yang tinggi di daerah tropis dan semitropis dan biasanya mengandung besi oksida (Soepardi, 1983). Baskoro dan Tarigan (2007) menyatakan pH tanah latosol darmaga yaitu 4,8.

Faktor pembatas pada tanah Latosol ialah status nutrisi yang rendah dan bahan organik rendah sehingga kesuburan kimianya rendah (Sutejo dan Kartasapoetra, 1990). Latosol meliputi tanah-tanah yang telah megalami pelapukan intensif dan perkembangan tanah lanjut, sehingga terjadi pelindian unsur basa, bahan organik dan silika dengan meninggalkan sesquioxid yang berwarna merah. Ciri morfologi yang umum adalah tekstur liat, struktur remah sampai gumpal lemah dan konsistensi gembur. Sifat-sifat dominan dari tanah latosol yaitu: kapasitas penukaran kation rendah, lempungnya kurang aktif, kadar mineral rendah, stabilitas agregat tinggi dan berwarna merah. Latosol terbentuk didaerah-daerah beriklim humid-tropika tanpa bulan kering sampai subhumid yang memiliki musim kemarau agak panjang (Darmawijaya, 1997).

Latosol ditetapkan sebagai tanah yang paling banyak terdapat di wilayah tropika basah dan setengah basah, pada ketinggian 0 sampai 2000 m dengan curah hujan tahunan dari 250 hingga 10000 mm. Pelateritan masih dianggap sebagai proses utama pembentukan tanah, mungkin dibawah pengaruh iklim yang sebelumnya. Tanah ini berwarna merah atau coklat kemerahan tanpa horizon iluvium yang bertekstur kuat (Sanchez, 1992).

9 MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011 sampai Februari 2012. Isolasi bakteri dan pengujian isolat dilakukan di Laboratorium Biologi, Fakultas Ilmu Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam, Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan dan Penelitian bioassay dilakukan di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan. Analisis bobot kering akar dan tajuk dilakukan di Laboratorium Agrostrologi. Analisis kandungan nitrogen dilakukan di Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor.

Materi Alat dan Bahan

Isolat bakteri pada penelitian ini diambil di Sulawesi Tenggara. Penelitian ini menggunakan bahan tanam Paspalum notatum dan Brachiaria decumbens varietas mulato yang diperoleh dari Laboratorium Agrostrologi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Tanah yang digunakan yaitu tanah latosol dramaga yang diperoleh dari Laboratorium Agrostrologi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Peralatan yang digunakan untuk inokulasi bakteri yaitu: cawan petri, tabung reaksi, spatula, timbangan analitik, autoclave, laminar air flow, lemari es. Peralatan untuk penelitian bioassay yaitu: saringan tanah, plastik, pot plastik, timbangan, kertas semen dan oven.

Prosedur Persiapan Tanah

Tanah latosol dibersihkan dari berbagai akar dan kotoran-kotoran kemudian disaring dan dikering udarakan. Sebanyak 5 kg tanah dicampur dengan pupuk SP36 dan pupuk KCl masing-masing 1,5 g/pot sampai homogen lalu dimasukkan kedalam pot plastik.

Penanaman

Setiap pot ditanam satu individu. Rumput ditumbuhkan selama satu bulan. Setelah tumbuh dengan baik, maka dapat dimulai perlakuan yaitu pemberian bakteri penambat nitrogen dengan isolat yang berbeda.

10 Pemeliharaan

Penyiraman dan pembersihan gulma dilakukan setiap pagi hari. Inokulasi dan Pemberian Bakteri Penambat Nitrogen

Satu ml suspensi dibiakkan secara aseptik didalam tabung reaksi yang mengandung 10 ml media NFB (Nitrogen Free Bromthymolblue) (lampiran 1) semi padat, kemudian diinkubasi selama 4-7 hari. Biakan yang menunjukkan adanya pellicle oranye dimurnikan dengan menginokulasikan kedalam medium NB (Nutrient brooth), kemudian diinkubasikan dan digoyangkan selama 1-2 hari pada suhu ruang. Bakteri dimasukkan kedalam tanah sebanyak 1 ml/pot setelah pemeliharaan tanaman selama satu bulan.

Pengamatan

Satu minggu sebelum dilakukan pengamatan, dilakukan trimming (menyamakan tinggi tanaman) terlebih dahulu yaitu dengan cara memotong tanaman sampai tingginya setara. Pengamatan laju pertambahan tinggi vertikal dan pertambahan jumlah daun dilakukan setiap minggu selama delapan minggu.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 3 bulan, kemudian dilakukan pengamatan dan pengambilan sampel untuk analisa beberapa peubah, yaitu berat kering tajuk, berat kering akar, serapan nitrogen dan kandungan protein kasar.

Analisis BK akar dan BK tajuk

Pengukuran bobot kering akar dan tajuk diukur pada akhir percobaan dengan cara mengeringudarakan terlebih dahulu bagian tajuk dan akar tanaman kemudian dimasukkan oven pada suhu 60°C selama 48 jam.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 6 perlakuan, tiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan. Penelitian ini menggunakan dua jenis rumput yang dianalisis secara terpisah. Model matematika dari rancangan yang digunakan adalah :

11 Yij = µ + τi + ε ij

Keterangan :

Yij :Respon percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ :Rataan umum

τi :Efek perlakuan ke-i

ε ij :Error perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Data yang diperoleh dianalisa dengan ANOVA (Analysis of Variance) (Steel dan Torrie, 1995).

Perlakuan

Penelitian ini menggunakan dua jenis rumput, yaitu:

Rumput 1 adalah Paspalum notatum dengan perlakuan, yang terdiri dari: PK = tanpa isolat bakteri (kontrol)

PP1 = Azospirillum isolat 82a(2)1 PP2 = Azospirillum isolat 82a(2)2 PP3 = Azospirillum isolat 82b(2)1 PP4 = Azospirillum isolat 82b(2)2 PP5 = Azospirillum isolat 82b(2)3.

Rumput 2 adalah Brachiaria decumbens var. mulato dengan perlakuan, yang terdiri dari:

MK = tanpa isolat bakteri (kontrol) MP1 = Azospirillum isolat 82a(2)1 MP2 = Azospirillum isolat 82a(2)2 MP3 = Azospirillum isolat 82b(2)1 MP4 = Azospirillum isolat 82b(2)2 MP5 = Azospirillum isolat 82b(2)3. Peubah yang diamati

Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah:

1. Laju pertumbuhan tinggi vertikal. Pengukuran dilakukan dengan cara menyatukan seluruh cabang dan kemudian diukur tegak lurus dari permukaan tanah hingga pucuk tertinggi. Pengukuran tinggi vertikal diukur setiap minggu

12 sampai 8 MST (minggu setelah tanam) yang dilakukan selama satu periode masa tanam.

2. Laju pertambahan jumlah daun. Penghitungan jumlah daun dihitung setiap minggu sampai 8 MST yang dilakukan selama satu periode masa tanam.

3. Berat kering tajuk dan akar

Tajuk dan akar dipisahkan. Masing-masing ditimbang berat segarnya. Kemudian dikering udarakan selam 48 jam. Setelah itu dioven pada suhu 60ºC selama 48 jam.

4. Kadar nitrogen tajuk dan akar. Analisis kadar nitrogen dengan menggunakan analisis Kjeldhal. Sampel ditimbang sebanyak 0,25 gram, dimasukkan kedalam labu kjeldhal 100 ml dan ditambahkan selenium 0,25 gram dan 3 ml H2SO4 pekat. Kemudian dilakukan destruksi (pemanasan dalam keadaan mendidih) selama satu jam sampai larutan jernih. Setelah dingin ditambahkan 50 ml aquadest dan 20 ml NaOH 40%, lalu didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam labu Erlenmeyer yang berisi campuran 10 ml H3BO3 2% dan dua tetes indicator Brom Cresol Green-Methyl Red berwarna merah muda. Destilasi dihentikan setelah hasil tampungan (destilat) menjadi 10 ml dan berwarna hijau kebiruan. Kemudian destilasi dititrasi dengan HCL 0,1 N sampai berwarna merah muda. Perlakuan yang sama dilakukan juga terhadap sampel akar. Dengan metode ini diperoleh kadar nitrogen total yang dihitung dengan rumus:

%� =

(�− ) �� � 4

x 100%

Keterangan : S: volume titran sampel (ml); w: bobot sampel kering (mg).

5. Serapan nitrogen. Serapan nitrogen total diperoleh dari hasil perkalian bobot kering tajuk (BKT) dengan kadar nitrogen tajuk (KNT) ditambah dengan bobot kering akar (BKA) dikalikan dengan kadar nitrogen akar (KNA). Kadar serapan nitrogen total dihitung dengan rumus:

Serapan nitrogen tajuk = BKT (g) x KNT (%) Serapan nitrogen akar = BKA (g) x KNA (%)

Serapan nitrogen total = BKT (g) x KNT (%) + BKA (g) x KNA (%) 6. Kandungan protein kasar.

Hasil kandungan protein kasar didapat melalui perkalian kadar nitrogen dengan 6,25 (%N x 6,25)

13 HASIL DAN PEMBAHASAN

Azospirillum yang digunakan pada penelitian ini diambil dari tanah Sulawesi Tenggara yang memiliki persamaan dengan tanah latosol dramaga yaitu jenis tanah masam. Isolat yang diambil belum diidentifikasi tetapi sudah diuji dan diketahui tergolong bakteri gram negatif yang berbentuk batang.

Medium inokulasi bakteri yang digunakan adalah medium semipadat NFB (Nitrogen Free Bromthymolblue) dengan sumber karbon asam malat. Azospirillum sp memiliki sifat mikroaerofilik, sehingga dapat diisolasi pada media semi solid yang mengandung malat (Rao, 1995). Pertumbuhan Azospirillum sp ditandai dengan terbentuknya pellicle dibawah permukaan medium (Okon et al., 1977).

Pengaruh Pemberian Azospirillum terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Serapan Nitrogen Rumput Paspalum notatum.

Pengaruh Azospirillum terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan nitrogen rumput Paspalum notatum dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian Azospirillum sp pada rumput Paspalum notatum di tanah latosol tidak mempengaruhi laju pertambahan tinggi vertikal, laju pertambahan jumlah daun, berat kering akar, berat kering tajuk dan serapan nitrogen.

Tabel 1. Pengaruh Azospirillum terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan nitrogen rumput Paspalum notatum.

Perlakuan LPTV (cm/ minggu) PJD (helai/ minggu) BK akar (g/pot) BK tajuk (g/pot) Serapan nitrogen (mg/pot) Protein Kasar PK 1.86±0.64 9.00± 0.90 7,80±3,82 20,60±3,81 20,04±4,08 5,22 PP1 1.74±1.21 12.28±3.27 10,25±3,50 26,05±6,43 23,88±6,15 4,80 PP2 1.91±1.42 9.11±2.62 7,25±3,62 21,10±7,38 20,06±7,45 5,06 PP3 1.96±0.63 10.43±3.89 10,80±4,11 26,75±3,74 26,67±4,73 5,17 PP4 2.10±1.01 9.63±3.58 7,95±3,07 21,40±4,50 19,45±4,56 4,82 PP5 1.90±0.61 10.60±3.44 8,55±3,48 21,35±5,58 19,62±5,57 4,71

Keterangan : PP1 = Azospirillum isolat 82a(2)1, PP2 = Azospirillum isolat 82a(2)2, PP3 = Azospirillum isolat 82b(2)1, PP4 = Azospirillum isolat 82b(2)2, PP5 =

Dokumen terkait