• Tidak ada hasil yang ditemukan

Comparison of The Use of Azospirillum sp in Latosol Soil Against Grass Production and Nitrogen Absorbtion

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Comparison of The Use of Azospirillum sp in Latosol Soil Against Grass Production and Nitrogen Absorbtion"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PENGGUNAAN ISOLAT BAKTERI

Azospirillum sp PADA TANAH LATOSOL TERHADAP

PRODUKSI DAN SERAPAN NITROGEN RUMPUT

SKRIPSI

VIARY AQSHA UTAMI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

VIARY AQSHA UTAMI. D24080355. 2012. Perbandingan Penggunaan Isolat Bakteri Azospirillum sp pada Tanah Latosol terhadap Produksi dan Serapan Nitrogen Rumput. Skripsi. Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Panca Dewi M.H.K., M. Si Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Ahmad Darobin Lubis, M.Sc

Nitrogen merupakan salah satu unsur hara esensial bagi tanaman. Kekurangan nitrogen pada tanaman dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman tertekan dan daun-daun menjadi kering. Salah satu faktor yang mempengaruhi kandungan nitrogen dalam tanah yaitu pH tanah. Tanah latosol merupakan jenis tanah yang memiliki pH rendah sehingga bersifat masam. Pada kondisi tanah seperti ini, diperlukan penambahan nitrogen dari luar.

Penambahan nitrogen dapat dilakukan dengan menambahkan mikroba kedalam tanah. Mikroba yang digunakan yaitu Azospirillum. Terdapat lima isolat yang akan diuji pada penelitian ini. Isolat Azospirillum yang digunakan diambil dari Sulawesi Tenggara. Tujuan dari penelitian ini yaitu membandingkan kualitas dari kelima isolat yang dilihat dari produksi dan serapan nitrogen rumput Paspalum notatum dan Brachiaria decumbens var. mulato.

Perlakuan yang diberikan yaitu P1: Azospirillum isolat 82a(2)1, P2: Azospirillum isolat 82a(2)2, P3: Azospirillum isolat 82b(2)1, P4: Azospirillum isolat 82b(2)2, P5: Azospirillum isolat 82b(2)3 P6: Kontrol (tanpa Azospirillum). Hasil yang didapat yaitu perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata pada peubah pertambahan tinggi vertikal, pertambahan jumlah daun, berat kering akar dan berat kering tajuk. Pada penghitungan persentase peningkatan, isolat terbaik pada rumput Paspalum notatum yaitu isolat 82a(2)1 atau pada P1, sedangkan pada rumput Brachiaria decumbens var. mulato yaitu isolat 82b(2)2 atau P4. Pada peubah serapan nitrogen total rumput Brachiaria decumben var. mulato, P4 menunjukan hasil terbaik.

(3)

ABSTRACT

Comparison of The Use of Azospirillum sp in Latosol Soil Against Grass Production and Nitrogen Absorbtion

Utami, V.A., P. D. M. H. Karti., A. D. Lubis

Nitrogen is one of the essential nutrient for plant. Deficiency nitrogen in plant could make plant plant’s growth be under pressure. Latosol soil is a kind of soil which has a low pH. In this condition, it needs to add nitrogen from external. Adding some microbes could improve nitrogen in soil. This research used isolate Azospirillum inside the soil for fixation N2 to NH3 so nitrogen can absorbed by the plant. There

are five isolates that will be test in the research. The sample of Isolate Azospirillums took from South East Sulawesi. The aim of the research is comparize five isolates Azospirillum qualities. The treatments in the research are P1: Azospirillum isolate 82a(2)1, P2 : Azospirillum isolate 82a(2)2, P3 : Azospirillum isolate 82b(2)1, P4 : Azospirillum isolate 82b(2)2, P5 : Azospirillum isolate 82b(2)3, P6 : Control (without Azospirillum). The result showed that it is not different between treatments and control. Howewer by the growth’s percentage, the best isolate in Paspalum notatum is P1 treatment or the isolate 82a(2) and in Brachiaria decumbens var. mulato is P4 treatment or the isolate 82b(2)2. Parameter nitrogen absorbtion in Brachiaria decumben var. mulato, P4 is the best treatment to increase nitrogen absorbtion.

(4)

PERBANDINGAN PENGGUNAAN ISOLAT BAKTERI

Azospirillum sp PADA TANAH LATOSOL TERHADAP

PRODUKSI DAN SERAPAN NITROGEN RUMPUT

VIARY AQSHA UTAMI D24080355

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

Judul : Perbandingan Penggunaan Isolat Bakteri Azospirillum sp pada Tanah Latosol terhadap Produksi dan Serapan Nitrogen Rumput

Nama : Viary Aqsha Utami NIM : D24080355

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Dr. Ir. Panca Dewi M.H.K., M. Si) (Dr. Ir. Ahmad Darobin Lubis, M. Sc.) NIP : 19611025 198703 2 002 NIP :19670103 199303 1 001

Mengetahui, Ketua Departemen

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat G. Permana, M.Sc.Agr) NIP. 19670506 199103 1 001

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada 26 Desember 1990 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Bagyo Setyo dan Ibu Neng Rivolia. Pendidikan pertama Penulis di Sekolah Dasar Yaspen Tugu Ibu Depok pada tahun 1996. Setelah lulus, Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Depok dari tahun 2002 sampai 2005 dan pada tahun 2008, Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Depok.

Penulis diterima di IPB pada tahun 2008 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Setelah melewati Tingkat Persiapan Berasama selama satu tahun, Penulis masuk di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2009. Penulis mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang penelitian yang berjudul Kajian Sari Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) pada Air Minum Ayam Pedaging untuk Menghasilkan Sumber Protein Hewani yang Sehat dan Penulis juga bantuan mendapat dana dari CDA IPB untuk menjalankan usaha penggemukan ayam broiler pada tahun 2010.

Selama menjalankan pendidikan di IPB, Penulis menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Peternakan (BEM-D). Tahun pertama di BEM-D Penulis berperan sebagai Anggota Biro Olahraga dan Seni dan pada tahun kedua (2009). Penulis juga mengikuti Ekstrakurikuler Teater Kandang, Fakultas Peternakan. Penulis sering menjadi panitia dalam acara-acara yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan dan Kementrian Pendidikan Badan Eksekutif Mahasiswa-Keluarga Mahasiswa.

Bogor, September 2012

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirraahiim. Alhamdulillahirabbil’alamin.

Segala puji dan syukur yang tiada habisnya penulis ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam karena atas segala rahmat, karunia dan nikmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbandingan Penggunaan Isolat Bakteri Azospirillum sp pada Tanah Latosol terhadap Produksi dan Serapan Nitrogen Rumput”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis berharap skripsi ini dapat memberi informasi mengenai bakteri Azospirillum dan semakin banyak berkembang di Indonesia untuk meningkatkan produksi rumput.

Penulis berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memotivasi penulis selama penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penulis memohon maaf bila terdapat kesalahan pada penulisan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi referensi tambahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang peternakan. Penulis juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk kemajuan pertanian dan peternakan khususnya di Indonesia.

Bogor, September 2012

(8)

DAFTAR ISI

Jumlah Nitrogen yang Ditambat/Tahun ... 7

Sifat dan Ciri Umum Tanah Latosol ... 8

Rancangan Percobaan dan Analisis Data ... 10

(9)

Pembahasan Umum ... 18

KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

Kesimpulan ... 21

Saran ... 21

UCAPAN TERIMA KASIH ... 22

DAFTAR PUSTAKA ... 23

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Pengaruh Azospirillum terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan

nitrogen rumput Paspalum notatum ... 13 2. Matriks persentase peningkatan dan penurunan pertumbuhan,

produksi dan serapan nitrogen rumput Paspalum notatum

dibandingkan dengan kontrol ... 14 3. Pengaruh Azospirillum terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan

nitrogen rumput Brachiaria decumbens var. mulato ... 16 4. Matriks persentase penurunan pertumbuhan, peningkatan produksi

dan serapan nitrogen rumput Brachiaria decumbens var. mulato

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Rumput Paspalum notatum ... 5

2. Rumput Brachiaria decumbens var. mulato ... 5

3. Perakaran rumput Paspalum notatum... 15

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Medium NFb ... 27 2. Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Tinggi Vertikal Paspalum

notatum... 28 3. Sidik Ragam Laju Pertambahan Jumlah Daun Paspalum notatum ... 28 4. Sidik Ragam Berat Kering Tajuk Paspalum notatum ... 28 5. Sidik Ragam Berat Kering Akar Paspalum notatum ... 28 6. Sidik Ragam Serapan Nitrogen Total Paspalum notatum ... 28 9. Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Tinggi Vertikal Brachiaria

decumbens var. mulato. ... 29 10. Sidik Ragam Laju Pertambahan Jumlah Daun Brachiaria

decumbens var. mulato ... 29 11. Sidik Ragam Berat Kering Tajuk Brachiaria decumbens var.

mulato... 29 12. Sidik Ragam Berat Kering Akar Brachiaria decumbens var.

mulato... 29 13. Sidik Ragam Serapan Nitrogen Total Brachiaria decumbens var.

(13)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Latosol adalah tanah yang paling banyak terdapat di wilayah tropika basah dan setengah basah pada ketinggian 0-2000 m dengan curah hujan tahunan dari 250-10.000 mm (Sanchez, 1992). Latosol merupakan tanah yang mengalami proses pencucian dan pelapukan lanjut dengan ciri perbedaan horizon tidak jelas dan kandungan unsur hara rendah. Salah satu unsur hara yang kandungannya rendah dalam tanah latosol yaitu nitrogen.

Nitrogen tersedia dalam jumlah banyak di atmosfer dalam bentuk gas, tetapi gas ini tidak dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman. Nitrogen merupakan penyusun dari senyawa-senyawa organik penting di dalam tanaman, seperti asam-asam amino, protein dan asam-asam nukleat dan merupakan bagian dari proses yang terlibat di dalam sintesis dan transfer energi. Nitrogen membantu pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi biji dan buah dan meningkatkan kualitas daun untuk pakan ternak (Munawar, 2011). Pemanfaatan gas nitrogen dapat dilakukan dengan bantuan mikroba pengikatnya yang mengubah gas nitrogen menjadi amonium (NH4+) yang dapat digunakan oleh tanaman, baik melalui mekanisme

simbiotik maupun non simbiotik. Pengikatan nitrogen atmosfer tersebut dikenal sebagai diazotrofi atau penambat nitrogen secara biologis sehingga mikroba yang melakukan pengikatan nitrogen disebut sebagai diazotrof atau bakteri penambat nitrogen.

Salah satu mikroba yang dapat menambat nitrogen secara non simbiotik yaitu bakteri Azospirillum sp. Nitrogen yang diikat tersebut akan diserap oleh tanaman dalam bentuk amonium dan nitrat dengan cara melepas ikatan rangkap tiga yang sangat kuat pada N2 secara enzimatis. Mikroba ini bersifat sangat aerobik dengan

adanya ammonia didalam medium dan tidak mampu menambat nitrogen dalam keadaan anaerob total (Yuwono, 2008).

(14)

2 nitrogen tajuk serta serapan nitrogen total rumput Setaria splendida. Isolat- isolat bakteri pada penelitian ini belum diidentifikasi spesiesnya, beberapa spesies Azospirillum yang telah ditemukan yaitu Azospirillum brasilense, Azospirillum lipoferum, Azospirillum amazonense, Azospirillum halopraeferens dan Azospirillum irakense.

Tujuan

(15)

3 TINJAUAN PUSTAKA

Azospirillum sp

Bakteri penambat nitrogen dibagi menjadi dua yaitu bakteri yang membentuk bintil akar dan bakteri yang tidak membentuk bintil akar. Contoh dari bakteri yang membentuk bintil akar yaitu Rhizobiumi dan Bradyrhizobium, sedangkan bakteri yang tidak membentuk bintil contohnya yaitu Azotobacter dan Azospirillum. Azospirillum merupakan salah satu bakteri penambat nitrogen yang hidup bebas dan dapat berasosiasi dengan rumput (Rao, 1994).

Penelitian mengenai Azospirillum pertama kali dilakukan pada tahun 1970 oleh J. Dobereiner dan rekannya di Brazil (Bashan, 1993). Beberapa spesies Azospirillum yang telah ditemukan yaitu Azospirillum brasilense, Azospirillum lipoferum, Azospirillum amazonense dan Azospirillum halopraeferens. Pada tahun 1989, Khammas dan rekan-rekannya menemukan Azospirillum irakense di rhizosfer (daerah sekitar perakaran) dan perakaran tanaman padi.

Azospirillum termasuk bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik yang hidup bebas didalam tanah, baik disekitar maupun dekat dengan perakaran. Eckert et al. (2001) melaporkan bahwa Azospirillum digunakan sebagai biofertilizer karena mampu menambat nitrogen (N2) 40-80% dari total nitrogen dalam rotan dan 30%

nitrogen dalam tanaman jagung.

Nitrogen yang ditambat oleh Azospirillum akan diserap oleh tanaman dalam bentuk amonium dan nitrat (Rao, 1982). Azospirillum sp juga mampu menghasilkan zat pengatur tumbuh seperti IAA (Indol Acetic Acid), giberelin, auksin, serta senyawa yang menyerupai sitokinin (Venkateswarlu dan Rao, 1983).

Azospirillum memiliki sifat mikroaerofilik sehingga dapat dipisahkan dalam medium setengah padat yang mengandung malat melalui prosedur pengayaan. Karakteristik dari Azospirillum yaitu berkembangnya pelikel tipis berwarna putih, padat dan beralun pada medium setengah padat yang mengandung malat (Rao, 1994).

Hasil penelitian Charyulu dan Rajaratmamahon (1980) menunjukkan bahwa pemberian jerami padi sawah tanah Aluvial, Laterit dan Salin Sulfat Masam meningkatkan populasi Azospirillum sp. Aktivitas fiksasi N2 pada tanah Salin Sulfat

(16)

4 Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas fiksasi N2 oleh Azospirillum sp

dipengaruhi oleh pH (Hanafiah, 2007).

Pemberian isolat Azospirillum sp dari padi menghasilkan berat kering tanaman lebih tinggi bila dibandingkan isolat dari tebu, demikian juga bila dibandingkan dengan isolat yang berasal dari tanaman jagung. Perbedaan berat kering diduga karena kecocokan isolat dengan tanaman inang (Rusmana dan Hadijaya, 1994).

Faktor abiotik yang mempengaruhi ketahanan bakteri di dalam tanah adalah kelembaban tanah, suhu, pH, tekstur, kadar O2 dan nutrisi (Davies dan Whitbread,

1989). Azospirillum mempunyai kisaran pH dan O2 yang sempit untuk aktivitas

nitrogenase (Tchan dan Zeman, 1995).

Keuntungan dari tanaman yang mendapat tambahan Azospirillum yaitu: 1) Mendapat suplai amonium dalam jumlah yang cukup atau sesuai kebutuhan secara terus menerus, 2) suplai hormon tumbuh seperti auksin, IAA dan giberelin yang diproduksi pada kondisi tertentu. Auksin berfungsi memacu pembentukan akar dan rambut-rambut akar (Hadas dan Okon, 1987).

Karti (2005) menyatakan pemberian isolasi bakteri Azospirillum sp pada tanah podzolik merah kuning untuk rumput Setaria splendida meningkatkan produksi, kadar nitrogen tajuk, kadar nitrogen akar serta serapan nitrogen total. Penambahan Azospirillum pada rumput Chloris gayana meningkatkan kadar nitrogen tajuk dan akar, tetapi tidak mempengaruhi produksi, pertumbuhan serta serapan nitrogen total. Okon dan Itzigsohn (1995) menyatakan penambahan Azospirillum dan Rhizobium pada jenis legum dapat meningkatkan jumlah bintil akar, perkembangan

tanaman, berat kering dan fiksasi N2.

Keadaan medium NFB (Nitrogen Free Bromthymolblue) dapat membuat kondisi medium mikroaerofil sehingga dalam lingkungan tersebut Azospirillum sp mampu menambat N2. Pertumbuhan Azospirillum ditandai dengan terbentuknya

pellicle dibawah permukaan medium (Okon et al., 1977).

Paspalum notatum

(17)

5 rumput meningkat bila ditumbuhkan pada tanah yang subur. Di Amerika Serikat, rumput Paspalum notatum yang diberi pupuk N di padang rumput dapat memproduksi 400-600 kg/ha dalam berat segar pertahun (PROSEA, 1992).

Gambar 1. Rumput Paspalum notatum

Sumber: Dokumentasi penelitian (2012)

Brachiaria decumbens

Brachiaria decumbens termasuk rumput yang tahan terhadap tanah asam dan kandungan fosfor tanah yang rendah (Sanchez, 1993). Rumput ini sangat responsif terhadap pemupukan nitrogen (Damry et al., 2009). Rumput ini memiliki ciri bentuk yang bervariasi, perennial, sedikit tegak dan sering membentuk kumpulan daun yang lebat. Asal rumput ini yaitu dari Afrika Tropik dan terdapat di pinggir hutan di daerah yang lembab dengan curah hujan 762 mm per tahun atau lebih. Rumput Brachiaria decumbens akan membentuk kumpulan daun yang lebih terbuka bila direnggut oleh ternak. Produksi biji biasanya rendah, sehingga perbanyakan tanaman biasanya dengan bagian akar dan rhizoma (Reksohadiprodjo, 1985).

Gambar 2. Rumput Brachiaria decumbens var. mulato

(18)

6 Batang rumput ini dapat mencapai ketinggian 150 cm. Rumput ini toleran terhadap tanah yang kesuburannya rendah, tetapi memiliki respon positif terhadap pemupukan N, P dan K (PROSEA, 1992).

Nitrogen

Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial yang menyusun sekitar 1,5% bobot tanaman dan sangat berfungsi dalam pembentukan protein. Unsur ini mudah berubah bentuk dan mudah hilang baik lewat volatilisasi (gas N2) maupun lewat

pelindian (NO3-). Pengelolaan nitrogen yang tidak baik dapat menyebabkan tanaman

mengalami defisiensi nitrogen(Hanafiah, 2007).

Bentuk nitrogen yang diserap dari tanah ada dua, yaitu: nitrat (NO3-) dan

amonium (NH4+). Kadar nitrogen yang berlebihan juga tidak baik. Tumbuhan yang

terlalu banyak mendapat nitrogen biasanya mempunyai daun berwarna hijau tua dan lebat, dengan system akar yang kerdil sehingga nisbah tajuk-akarnya tinggi (Salisbury dan Ross, 1992; Hardjowigeno, 2007).

Fiksasi (pengikatan) nitrogen dapat terjadi melalui empat cara, yaitu: (1) secara fisik melalui pelepasan energi listrik pada saat terjadinya kilat, (2) secara kimia melalui proses ionisasi, yang keduanya terjadi pada saat atmosfer paling atas dan turun ke tanah lewat presipitasi (hujan), (3) secara biologis lewat simbiosis mutualistik pada tanaman legum dan beberapa tanaman non legum serta (4) melalui fiksasi nonsimbiotik oleh mikroba tanah (Hanafiah, 2007).

Krishna (2002) menyatakan sumber nitrogen dalam tanah antara lain berasal dari fiksasi oleh mikroba, air irigasi, hujan, perombakan bahan organik dan pemupukan. Nitrogen termasuk unsur hara yang sangat mudah larut dan hilang melalui drainase dan pada situasi tertentu akan hilang menguap atau kembali menjadi bentuk gas N2.

(19)

7 mengering seperti terbakar, lalu menjalar ke seluruh daun melalui ibu tulang dan melebar ke samping sehingga memberikan bentuk V (Leiwakabessy et al., 2003).

Serapan Nitrogen Tanaman

Menurut Sanchez (1992) kadar nitrogen tanaman dan produksi (berat kering tanaman) mempengaruhi serapan nitrogen. Lakitan (2000) mengatakan bahwa serapan hara tanaman dihitung berdasarkan total bobot tanaman per satuan bobot bahan kering tanaman. Bobot kering tanaman merupakan bobot bahan tanaman setelah seluruh air yang terkandung didalamnya dihilangkan.

Tambahan nitrogen udara pada tanah berkisar antara 4 kg N/ha sampai 50 kg N/ha pada padang rumput, sedangkan di hutan hujan tropika berkisar antara 46 kg N/ha sampai 147 kg N/ha (Sanchez, 1992).

Jumlah Nitrogen Yang Ditambat/Tahun

Penyediaan nitrogen pada tanaman melalui fiksasi biologis memegang peranan penting dalam proses produksi tanaman di dunia (Leiwakabessy et al., 2003), akan tetapi kebanyakan penduduk menggunakan pupuk anorganik sebagai sumber nitrogen. Jumlah nitrogen yang ditambat oleh bakteri simbiotik maupun non simbiotik perlu diketahui untuk menghitung jumlah urea yang dihemat dalam setahun. Penerapan dalam penggunaan bakteri penambat nitrogen diharapkan dapat mengganti pupuk anorganik dengan pupuk hayati.

Beberapa mikroba lain yang dapat menambat nitrogen, yaitu Rhizobium, Azolla/Anabaena dan cyanobacteria. Evaluasi selama 20 tahun terakhir yang dilakukan oleh Okon dan Labandera-Gonzalez (1994) pada beberapa tempat di dunia menunjukkan bahwa bakteri Azospirillum sp mampu meningkatkan hasil tanaman pertanian pada jenis tanah dan iklim yang berbeda. Informasi yang diperoleh yaitu bahwa inokulasi bakteri Azospirillum sp dapat menghemat penggunaan pupuk nitrogen buatan sekitar 15%–60%.

(20)

8 Penambatan nitrogen secara signifikan juga dapat dilakukan oleh tanaman bukan legum yang berasosiasi dengan jamur actinomycetes seperti Alnus, Ceanothus, Eleagnus, Casuarina dan lainnya dengan laju penambatan hingga 100 kgN/ha/tahun (Munawar, 2011).

Sifat dan Ciri Umum Tanah Latosol

Tanah mempunyai beberapa fungsi, diantaranya: sebagai tempat berdiri tegak dan bertumpunya tanaman, sebagai media tumbuh yang menyediakan hara dan tempat pertukaran hara antara tanaman dengan tanah, sebagai sumber air bagi tanaman (Jumin, 2008).

Latosol merupakan tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut dan biasanya berwarna merah atau kuning. Tanah ini berkembang dari berbagai batuan induk, terbentuk dibawah kondisi iklim dengan curah hujan dan suhu yang tinggi di daerah tropis dan semitropis dan biasanya mengandung besi oksida (Soepardi, 1983). Baskoro dan Tarigan (2007) menyatakan pH tanah latosol darmaga yaitu 4,8.

Faktor pembatas pada tanah Latosol ialah status nutrisi yang rendah dan bahan organik rendah sehingga kesuburan kimianya rendah (Sutejo dan Kartasapoetra, 1990). Latosol meliputi tanah-tanah yang telah megalami pelapukan intensif dan perkembangan tanah lanjut, sehingga terjadi pelindian unsur basa, bahan organik dan silika dengan meninggalkan sesquioxid yang berwarna merah. Ciri morfologi yang umum adalah tekstur liat, struktur remah sampai gumpal lemah dan konsistensi gembur. Sifat-sifat dominan dari tanah latosol yaitu: kapasitas penukaran kation rendah, lempungnya kurang aktif, kadar mineral rendah, stabilitas agregat tinggi dan berwarna merah. Latosol terbentuk didaerah-daerah beriklim humid-tropika tanpa bulan kering sampai subhumid yang memiliki musim kemarau agak panjang (Darmawijaya, 1997).

(21)

9 MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011 sampai Februari 2012. Isolasi bakteri dan pengujian isolat dilakukan di Laboratorium Biologi, Fakultas Ilmu Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam, Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan dan Penelitian bioassay dilakukan di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan. Analisis bobot kering akar dan tajuk dilakukan di Laboratorium Agrostrologi. Analisis kandungan nitrogen dilakukan di Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor.

Materi Alat dan Bahan

Isolat bakteri pada penelitian ini diambil di Sulawesi Tenggara. Penelitian ini menggunakan bahan tanam Paspalum notatum dan Brachiaria decumbens varietas mulato yang diperoleh dari Laboratorium Agrostrologi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Tanah yang digunakan yaitu tanah latosol dramaga yang diperoleh dari Laboratorium Agrostrologi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Peralatan yang digunakan untuk inokulasi bakteri yaitu: cawan petri, tabung reaksi, spatula, timbangan analitik, autoclave, laminar air flow, lemari es. Peralatan untuk penelitian bioassay yaitu: saringan tanah, plastik, pot plastik, timbangan, kertas semen dan oven.

Prosedur Persiapan Tanah

Tanah latosol dibersihkan dari berbagai akar dan kotoran-kotoran kemudian disaring dan dikering udarakan. Sebanyak 5 kg tanah dicampur dengan pupuk SP36 dan pupuk KCl masing-masing 1,5 g/pot sampai homogen lalu dimasukkan kedalam pot plastik.

Penanaman

(22)

10 Pemeliharaan

Penyiraman dan pembersihan gulma dilakukan setiap pagi hari. Inokulasi dan Pemberian Bakteri Penambat Nitrogen

Satu ml suspensi dibiakkan secara aseptik didalam tabung reaksi yang mengandung 10 ml media NFB (Nitrogen Free Bromthymolblue) (lampiran 1) semi padat, kemudian diinkubasi selama 4-7 hari. Biakan yang menunjukkan adanya pellicle oranye dimurnikan dengan menginokulasikan kedalam medium NB (Nutrient brooth), kemudian diinkubasikan dan digoyangkan selama 1-2 hari pada suhu ruang. Bakteri dimasukkan kedalam tanah sebanyak 1 ml/pot setelah pemeliharaan tanaman selama satu bulan.

Pengamatan

Satu minggu sebelum dilakukan pengamatan, dilakukan trimming (menyamakan tinggi tanaman) terlebih dahulu yaitu dengan cara memotong tanaman sampai tingginya setara. Pengamatan laju pertambahan tinggi vertikal dan pertambahan jumlah daun dilakukan setiap minggu selama delapan minggu.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 3 bulan, kemudian dilakukan pengamatan dan pengambilan sampel untuk analisa beberapa peubah, yaitu berat kering tajuk, berat kering akar, serapan nitrogen dan kandungan protein kasar.

Analisis BK akar dan BK tajuk

Pengukuran bobot kering akar dan tajuk diukur pada akhir percobaan dengan cara mengeringudarakan terlebih dahulu bagian tajuk dan akar tanaman kemudian dimasukkan oven pada suhu 60°C selama 48 jam.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

(23)

11 Yij = µ + τi + ε ij

Keterangan :

Yij :Respon percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ :Rataan umum

τi :Efek perlakuan ke-i

ε ij :Error perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Data yang diperoleh dianalisa dengan ANOVA (Analysis of Variance) (Steel dan Torrie, 1995).

Perlakuan

Penelitian ini menggunakan dua jenis rumput, yaitu:

Rumput 1 adalah Paspalum notatum dengan perlakuan, yang terdiri dari: PK = tanpa isolat bakteri (kontrol)

PP1 = Azospirillum isolat 82a(2)1 PP2 = Azospirillum isolat 82a(2)2 PP3 = Azospirillum isolat 82b(2)1 PP4 = Azospirillum isolat 82b(2)2 PP5 = Azospirillum isolat 82b(2)3.

Rumput 2 adalah Brachiaria decumbens var. mulato dengan perlakuan, yang terdiri dari:

MK = tanpa isolat bakteri (kontrol) MP1 = Azospirillum isolat 82a(2)1 MP2 = Azospirillum isolat 82a(2)2 MP3 = Azospirillum isolat 82b(2)1 MP4 = Azospirillum isolat 82b(2)2 MP5 = Azospirillum isolat 82b(2)3. Peubah yang diamati

Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah:

(24)

12 sampai 8 MST (minggu setelah tanam) yang dilakukan selama satu periode masa tanam.

2. Laju pertambahan jumlah daun. Penghitungan jumlah daun dihitung setiap minggu sampai 8 MST yang dilakukan selama satu periode masa tanam.

3. Berat kering tajuk dan akar

Tajuk dan akar dipisahkan. Masing-masing ditimbang berat segarnya. Kemudian dikering udarakan selam 48 jam. Setelah itu dioven pada suhu 60ºC selama 48 jam.

4. Kadar nitrogen tajuk dan akar. Analisis kadar nitrogen dengan menggunakan analisis Kjeldhal. Sampel ditimbang sebanyak 0,25 gram, dimasukkan kedalam labu kjeldhal 100 ml dan ditambahkan selenium 0,25 gram dan 3 ml H2SO4

pekat. Kemudian dilakukan destruksi (pemanasan dalam keadaan mendidih) selama satu jam sampai larutan jernih. Setelah dingin ditambahkan 50 ml aquadest dan 20 ml NaOH 40%, lalu didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam labu Erlenmeyer yang berisi campuran 10 ml H3BO3 2% dan dua tetes indicator

Brom Cresol Green-Methyl Red berwarna merah muda. Destilasi dihentikan setelah hasil tampungan (destilat) menjadi 10 ml dan berwarna hijau kebiruan. Kemudian destilasi dititrasi dengan HCL 0,1 N sampai berwarna merah muda. Perlakuan yang sama dilakukan juga terhadap sampel akar. Dengan metode ini diperoleh kadar nitrogen total yang dihitung dengan rumus:

%

=

(�− ) �� � 4

x 100%

Keterangan : S: volume titran sampel (ml); w: bobot sampel kering (mg).

5. Serapan nitrogen. Serapan nitrogen total diperoleh dari hasil perkalian bobot kering tajuk (BKT) dengan kadar nitrogen tajuk (KNT) ditambah dengan bobot kering akar (BKA) dikalikan dengan kadar nitrogen akar (KNA). Kadar serapan nitrogen total dihitung dengan rumus:

Serapan nitrogen tajuk = BKT (g) x KNT (%) Serapan nitrogen akar = BKA (g) x KNA (%)

Serapan nitrogen total = BKT (g) x KNT (%) + BKA (g) x KNA (%) 6. Kandungan protein kasar.

(25)

13 HASIL DAN PEMBAHASAN

Azospirillum yang digunakan pada penelitian ini diambil dari tanah Sulawesi Tenggara yang memiliki persamaan dengan tanah latosol dramaga yaitu jenis tanah masam. Isolat yang diambil belum diidentifikasi tetapi sudah diuji dan diketahui tergolong bakteri gram negatif yang berbentuk batang.

Medium inokulasi bakteri yang digunakan adalah medium semipadat NFB (Nitrogen Free Bromthymolblue) dengan sumber karbon asam malat. Azospirillum sp memiliki sifat mikroaerofilik, sehingga dapat diisolasi pada media semi solid yang mengandung malat (Rao, 1995). Pertumbuhan Azospirillum sp ditandai dengan terbentuknya pellicle dibawah permukaan medium (Okon et al., 1977).

Pengaruh Pemberian Azospirillum terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Serapan Nitrogen Rumput Paspalum notatum.

Pengaruh Azospirillum terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan nitrogen rumput Paspalum notatum dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian Azospirillum sp pada rumput Paspalum notatum di tanah latosol tidak mempengaruhi laju pertambahan tinggi vertikal, laju pertambahan jumlah daun, berat kering akar, berat kering tajuk dan serapan nitrogen.

Tabel 1. Pengaruh Azospirillum terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan nitrogen rumput Paspalum notatum.

Perlakuan

Azospirillum isolat 82b(2)3. LPTV= Laju Pertambahan Tinggi Vertikal, PJD=

Pertambahan Jumlah Daun, BK=Berat Kering.

Hasil yang tidak berbeda nyata antara perlakuan isolat bakteri dengan kontrol dikarenakan mobilisasi nitrogen yang belum sempurna di tanah. Gas N2 yang

ditangkap dan diubah oleh Azospirillum menjadi NH4+(amonium) atau NO3- (nitrat)

(26)

14 semuanya ke dalam tanah sehingga belum semua amonium dan nitrat yang dihasilkan diserap tanaman. Munawar (2011) menyatakan agar dapat diserap tanaman, unsur-unsur hara harus berada atau kontak langsung dengan permukaan akar tanaman.

Hasil penelitian ini sudah terlihat adanya peningkatan pada perlakuan yang diberikan Azospirillum, oleh karena itu dihitung persentase peningkatan dan penurunan yang dibandingkan dengan kontrol. Matriks persentase peningkatan dan penurunan pertumbuhan, produksi dan serapan nitrogen rumput Paspalum notatum yang dibandingkan dengan kontrol dapat dilihat pada Tabel 2. Dilihat dari persentase peningkatan, penambahan perlakuan 4 (Azospirillum isolat 82b(2)2) memiliki persentase pertambahan laju tinggi vertikal paling tinggi yaitu sebesar 12,9%, sedangkan pertambahan jumlah daun tertinggi yaitu penambahan perlakuan 1 (Azospirillum isolat 82a(2)1) dengan persentase peningkatan sebesar 36,44%. Pertambahan laju tinggi vertikal pada perlakuan 1 terjadi lebih rendah dari kontrol, hal ini disebabkan tidak semua tanaman menggunakan unsur hara yang dimiliki untuk pertumbuhan tinggi vertikal. Jumlah daun dan lebar daun juga merupakan hasil dari penggunaan unsur hara, sehingga pertumbuhan pada perlakuan 1 lebih diutamakan pada jumlah daun ataupun lebar daun dibanding pertumbuhan tinggi vertikal.

Tabel 2. Matriks persentase peningkatan dan penurunan pertumbuhan, produksi dan serapan nitrogen rumput Paspalum notatum dibandingkan dengan kontrol.

Perla

Azospirillum isolat 82b(2)3

(27)

15 tumbuh seperti IAA (Indol Acetic Acid), giberelin, auksin, serta senyawa yang menyerupai sitokinin (Venkateswarlu dan Rao, 1983). Beberapa keuntungan dari tanaman yang berasosiasi dengan Azospirillum yaitu mendapat suplai amonium dalam jumlah yang cukup atau sesuai kebutuhan secara terus menerus dan suplai hormon tumbuh seperti auksin, IAA dan giberelin yang diproduksi pada kondisi tertentu. Auksin ini berfungsi memacu pembentukan akar dan rambut-rambut akar. (Hadas dan Okon, 1987).

Gambar 3. Perakaran rumput Paspalum notatum

Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)

Munawar (2011) menyatakan di dalam tanaman, nitrogen mengalami beberapa tahap alih bentuk. Tahap pertama adalah perubahan nitrogen inorganik menjadi senyawa organik berberat molekul rendah (seperti asam amino). Tahap kedua, sintesis senyawa-senyawa nitrogen berberat molekul tinggi, seperti protein dan asam nukleat. Proses penggunaan nitrogen didalam tanaman, yaitu: nitrogen yang diserap oleh akar tanaman ditranslokasikan didalam xilem ke bagian atas tanaman, sebagian besar yang diserap tanaman diasimilasi di dalam jaringan akar dan didistribusikan kembali sebagai asam amino, sedangkan nitrat dapat dialirkan ke batang dan daun tanpa perubahan bentuk.

(28)

16 dan secara nyata meningkatkan kadar nitrogen tajuk dan akar dan serapan nitrogen total rumput Chloris gayana.

Munawar (2011) menerangkan Azospirillum sp merupakan jenis bakteri penambat nitrogen non simbiotik yang dapat menambat gas N2 dari udara kemudian

mengubahnya menjadi bentuk yang dapat diserap tanaman yaitu amonium dan nitrat. Fungsi utama dari Azospirillum yaitu meningkatkan serapan nitrogen tanaman yang ditunjukkan dengan meningkatnya pertumbuhan dan produksi tanaman. Serapan nitrogen pada perlakuan 3 sudah mengalami peningkatan sehingga meningkatkan produksi berat kering akar dan berat kering tajuk tanaman.

Laju pertumbuhan pada perlakuan 3 dapat dikatakan rendah dikarenakan nitrogen yang diserap lebih digunakan untuk produksi berat kering tajuk dan berat kering akar tanaman. Berat kering tajuk tidak hanya dilihat dari pertumbuhan tinggi vertikal dan jumlah daun seperti pada perlakuan 3, tetapi dapat juga dilihat dari lebar daun. Daun yang lebar dapat meningkatkan proses fotosintesis tanaman.

Pengaruh Pemberian Azospirillum terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Serapan Nitrogen Rumput Brachiaria decumbens var. mulato

Pengaruh Azospirillum terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan nitrogen rumput Brachiaria decumbens var.mulato dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian Azospirillum sp pada rumput Brachiaria decumbens var. mulatodi tanah latosol tidak mempengaruhi laju pertambahan tinggi vertikal, laju pertambahan jumlah daun, berat kering akar, berat kering tajuk dan serapan nitrogen tanaman.

Tabel 3. Pengaruh Azospirillum terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan nitrogen rumput Brachiaria decumbens var. mulato.

Perlakuan LPTV

(29)

17 Hasil pada penelitian ini sudah terlihat peningkatan pada peubah-peubah yang diamati, oleh karena itu dihitung matriks persentasi peningkatan dan penurunan yang dibandingkan dengan kontrol. Matriks persentase penurunan pertumbuhan, peningkatan produksi dan serapan nitrogen rumput Brachiaria decumbens var. mulato dapat dilihat pada Tabel 4. Tanda minus menandakan peubah pertambahan tinggi vertikal dan pertambahan jumlah daun pada perlakuan lebih rendah dari kontrol. Laju pertambahan tinggi vertikal dan laju pertambahan jumlah daun yang lebih rendah daripada kontrol dikarenakan nitrogen yang diserap tanaman perlakuan lebih banyak digunakan untuk produksi berat kering akar dan tajuk dibanding pertumbuhan. Produksi suatu rumput tidak hanya dilihat dari tinggi vertikal, tetapi juga produksi berat kering.

Tabel 4. Matriks persentase penurunan pertumbuhan, peningkatan produksi dan serapan nitrogen rumput Brachiaria decumbens var. mulato dibandingkan dengan kontrol.

Perlakuan Laju pertambahan tinggi vertikal

Azospirillum isolat 82b(2)3

Berat kering akar dengan persentase peningkatan tertinggi yaitu pada perlakuan 4 (Azospirillum isolat 82b(2)2), sedangkan serapan nitrogen dan berat kering tajuk yang tertinggi yaitu pada perlakuan 3 (Azospirillum isolat 82b(2)1). Hasil pengaruh isolat Azospirillum sp pada rumput Brachiaria decumbens varietas mulato secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa perlakuan 3 (Azospirillum isolat 82b(2)1) adalah isolat yang terbaik dilihat dari serapan nitrogen dan produksi berat kering tajuk.

(30)

18 nitrogen yang diserap, maka proses fotosintesis semakin baik yang berdampak pada pertumbuhan dan produksi tanaman. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian pada rumput yang diberi penambahan Azospirillum sp pada penelitian ini.

Gambar 4. Perakaran rumput Brachiaria decumbens var. mulato

Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)

Dibandingkan dengan serapan nitrogen pada rumput Paspalum notatum, serapan nitrogen pada rumput Brachiaria decumbens lebih besar. Damry et al., (2009) menyatakan Brachiaria decumbens merupakan rumput yang sangat responsif terhadap pemupukan nitrogen.

Pada saat pengamatan, tanaman yang diberikan perlakuan tidak menunjukkan gejala kekurangan nitrogen, sedangkan pada beberapa tanaman yang tidak diberi perlakuan terdapat gejala kekurangan nitrogen. Gejala dari tanaman yang kekurangan nitrogen yaitu tanaman menjadi kerdil, pertumbuhan tanaman terbatas, daun-daun menguning dan gugur (Hardjowigeno, 2007).

Pembahasan Umum

(31)

19 tidak berpengaruh terhadap berat kering tajuk dan berat kering akar pada rumput Chloris gayana. Rumput Setaria splendida yang diberikan Azospirillum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap berat kering tajuk tetapi tidak berpengaruh terhadap berat kering akar.

Rumput Paspalum notatum secara statistik tidak berbeda nyata, tetapi bila dihitung menggunakan persentase peningkatan, perlakuan 3 (Azospirillum isolat 82b(2)1) menunjukkan hasil yang paling baik dibanding perlakuan lainnya. Laju pertambahan tinggi vertikal dan laju pertambahan jumlah daun yang tidak lebih baik dari kontrol dikarenakan tidak semua tanaman menggunakan unsur hara yang dimiliki untuk pertumbuhan tinggi vertical. Hal ini seperti yang terjadi pada tanaman Paspalum notatum yang diberi perlakuan 3, unsur hara yang dimiliki lebih digunakan untuk pertumbuhan jumlah daun sehingga meningkatkan berat kering tajuk dan akar.

Perlakuan 3 (Azospirillum isolat 82b(2)1) rumput Brachiaria decumbens var. mulato, kandungan serapan nitrogen total tinggi tetapi kandungan protein kasar yang rendah menandakan protein dalam tanaman sudah digunakan untuk produksi sehingga produksi meningkat sedangkan kandungan protein kasar menurun. Kandungan protein kasar yang rendah pada penelitian ini dapat disebabkan pula pada penelitian ini rumput dipanen pada umur 90 hari, sedangkan umumnya umur panen rumput yaitu 40-50 hari. Kandungan protein kasar rumput semakin menurun seiring dengan bertambahnya umur rumput.

Isolat terbaik untuk kedua jenis rumput yaitu perlakuan 3 (Azospirillum isolat 82b(2)1). Serapan nitrogen pada rumput Brachiaria decumbens var. mulato lebih tinggi dibanding rumput Paspalum notatum. Hal ini dikarenakan Brachiaria decumbens merupakan jenis rumput yang sangat responsif terhadap penambahan pupuk nitrogen, Perbedaan jumlah nitrogen yang diserap juga dikarenakan kemampuan Azospirillum dalam menambat N2 berbeda-beda karena Azospirillum

termasuk bakteri yang non spesifik seperti yang dikatakan Rusmana (1994), kemampuan tiap-tiap isolat Azospirillum sp dalam menambat gas N2 berbeda-beda,

(32)
(33)

21 KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Pemberian kelima isolat Azospirillum sp yang diambil dari tanah Sulawesi Tenggara tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan nitrogen rumput Paspalum notatum dan Brachiaria decumbens var. mulato. Dilihat dari persentase peningkatan pertumbuhan, produksi dan serapan nitrogen yang dibandingkan dengan kontrol, hasil terbaik untuk kedua rumput yaitu perlakuan 3 atau Azospirillum isolat 82a(2)1.

SARAN

(34)

22 UCAPAN TERIMAKASIH

Assalamu’alaikum wa rakhmatullahi wa barakaatuh.

Alhamdulillahirobbil ‘alamin. Segala puji bagi Allah SWT, tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Terimakasih yang tak terhingga saya tujukan kepada pembimbing saya Dr. Ir. Panca M. H. K., M.Si, Dr. Ir. Ahmad Darobin Lubis, M.Sc yang telah dengan sabar memberi bimbingan dan petunjuk selama penelitian dan penulisan tugas akhir ini. Penulis juga berterimakasih kepada Ir. Agus Septiana MS., Iwan Prihantoro S.Pt, M.Si., dan Ir. Sri Rahayu M.Si. sebagai penguji ujian akhir yang telah memberikan saran demi kelengkapan skripsi ini. Terimakasih yang besar juga Penulis ucapkan untuk kedua orang tua Penulis yang telah memberikan semangat, bantuan dan do’a serta kasih sayang yang tiada habisnya demi kesuksesan penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua adik (Ricky dan Ririn).

Skripsi ini dapat diselesaikan juga dengan bantuan beberapa pihak, sehingga saya mengucapkan terimakasih kepada Staf dan dosen Laboratorium Agrostrologi dan dosen Fakultas Peternakan yang telah banyak membantu selama penelitian dan penulisan skripsi ini, keluarga besar dari pihak ibu dan bapak yang telah turut memberikan doa dan semangat kepada penulis, teman-teman yang selalu menemani dan membantu penulis Nurus, Kiki, Cumy, Maha, Fitri, Hera, Rima, Diah, Melki, keluarga besar B13 dan INTP 45 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas kebersamaannya selama penulis di IPB dan semoga persahabatan ini tetap terjalin. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat

Bogor, 2012

(35)

23 DAFTAR PUSTAKA

Bashan, Y. 1993. Potential use of Azospirillum as biofertilizer. Turrialba 43: 286-291.

Baskoro, D. P. T. & S. D. Tarigan. 2007. Karakteristik kelembaban tanah pada beberapa jenis tanah. Tanah dan Lingk. 9(2): 77-81.

Damry, Marsetyo & S. Syukur. 2009. Growth, production and nutritive value of Brachiaria mulato as affected by levels of urea fertilization. The 1st International Seminar on Animal Industry. Faculty of Animal Science, Bogor.

Darmawijaya, M. I. 1997. Klasifikasi Tanah. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Davies, K. G. & R. Whitbread. 1989. Factors affecting the colonization of a root system by fluorescent Pseudomonas the effect of water, temperature and soil microflora. Plant and Soil 116 : 247-256.

Elkan, G. H. 1992. Biological nitrogen fixation system in tropical ecosystems: an overview. In: Mulongoy K, Gueye M, Spencer DSC (eds) Biological nitrogen fixation and sustainability of tropical agriculture. Wiley, Chichester, pp 27-40

Eckert, B., O.B. Weber, G. Kirchhof, A. Halbritter, M Stoffels & Hartmann. 2001. Azospirillum doebereinerae sp nov., a fitrogen fixing bacterium associated with the c4-grass miscantus. Inter. J. of Systematic and Evolution. Microbiol. 51:17-26.

Hadas, R. & Y. Okon. 1987. Effect of Azospirillum brasilense inoculation on root morphology and respiration in tomatoseedlings. Biol. Fertil. Soils 5 : 241-247.

Hanafiah, K. A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Edisi Baru. Akademika Pressindo, Jakarta. Jumin, H. B. 2008. Dasar-Dasar Agronomi. Edisi Revisi. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Karti, P. D. M. H. 2005. Penggunaan Azospirillum pada tanah masam dengan alumunium tinggi terhadap produksi dan serapan nitrogen rumput Setaria splendida dan Chloris gayana. Med. Pet. 28: 37-45

Khammas, K. M., E. Ageron, P. A. D. Grimont & P. Kaiser. 1989. Azospirillum irakense sp. nov., a nitrogen-fixing bacterium associated with rice roots and rhizosphere soil. Research in Microbiol. 140: 679 (Abstr.)

(36)

24 Leiwakabessy, F. M., Suwarno & U. M. Wahyudin. 2003. Diktat Kuliah Kesuburan

Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press, Bogor. National Research Council. 1988. Nutrient Recruitments of Diary Cattle . 6th revised

edition. National Academy Press, Washington D. C.

Okon, Y., S. L. Albrecht & R. H. Burris. 1977. Methods for growing Azospirillum lipoferum and for counting it in pure culture and in association with plants. Appl. Environ. Microbiol. 33(1):85-88.

Okon, Y. & C.A. L. Gonzalez. 1994. Agronomic application of Azospirillum: An evaluation of 20 years worldwide field inoculation. Soil. Biol. Biochem. 26: 1591–1601.

Okon, Y. & R. Itzigsohn. 1995. The development of Azospirillum as a commercial inoculants for improving crop yields. Biotech. Advances 13: 415 (Abstr.) PROSEA. 1992. Plant Resources of South-East Asia. Forages 4th Edition. Bogor. Puente, M. E. & Y. Bashan. 1993. Effect of inoculation with Azospirillum brasilense

strains on the germination and seedlings growth of the giant columnar cardon cactus. Symbiosis 5: 49-60.

Rao, N. S. S. 1982. Biofertilizers in Agriculture. Mohan Primlani, Oxford dan IBH Publishing Co, New Delhi.

Rao, N. S. S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi ke-2. Terjemahan: Herawati Susilo. UI-Press, Jakarta.

Rao, N. S. S. 1995. Soil Microorganisms and Plant Growth. Sci. Pub. Inc, Enfield. Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.

BPFE, Yogyakarta.

Rusmana, I. & D. D. Hadijaya. 1994. Aktivitas nitrogenase Azospirillum sp dan efektivitas simbiotiknya dengan jagung. Hayati 1: 51-54.

Sanchez, P. A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Jilid 1. Terjemahan: Johara T. Penerbit ITB, Bandung.

Sanchez, P. A. 1993. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Jilid 2. Terjemahan: Hamzah A. Penerbit ITB, Bandung.

Salisbury, F. B. & C. W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1. Terjemahan: Diah R. Penerbit ITB, Bandung.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Bogor. Bogor.

(37)

25 Sutejo, M. M. & A. G. Kartasapoetra, 1990. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka

Cipta, Jakarta.

Taiz, L. & E. Zeiger. 1991. Plant Physiology. The Benyamin Cummings Publishing Company Inc, California.

Tchan, Y. T. & A. M. Zeman. 1995. N2 fixation in 2.4. dichloro phenoxy acetic acid

treated wheat inoculated with free living diazotrophs. Soil Biol. Biochem. 27: 453-457.

Venkateswarlu, K. & A. V. Rao. 1983. Response of pearl millet to inoculation with different strains of Azospirillum brasilense. Plant Soil 74: 379-387.

(38)
(39)

27 Lampiran 1.

MEDIUM NFB

Medium NFB (Nitrogen Free Bromthymolblue) terdiri dari:

• asam malat 1,25 g

• KOH 1 g

• K2HPO4 0,125 g

• MgSO4.7H2O 0,25 g

• MnSO4.H2O 0,0025 g

• FeSO4.7H2O 0,0125 g

• NaCl 0,005 g

• CaCl2 0,0025 g

• Na2Mo.O4 0,005 g

• Bromtimol blue 0,025 ml

• agar 4 g

(40)

28 Lampiran 2. Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Tinggi Vertikal Paspalum notatum.

Sumber

Lampiran 3. Sidik Ragam Laju Pertambahan Jumlah Daun Paspalum notatum.

Sumber

Lampiran 4. Sidik Ragam Berat Kering Tajuk Paspalum notatum.

Sumber

Lampiran 5. Sidik Ragam Berat Kering Akar Paspalum notatum.

Sumber

Lampiran 6. Sidik Ragam Serapan Nitrogen Total Paspalum notatum.

(41)

29 Lampiran 9. Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Tinggi Vertikal Brachiaria decumbens

var. mulato.

Lampiran 10. Sidik Ragam Laju Pertambahan Jumlah Daun Brachiaria decumbens var. mulato.

Lampiran 11. Sidik Ragam Berat Kering Tajuk Brachiaria decumbens var. mulato.

Sumber

Lampiran 12. Sidik Ragam Berat Kering Akar Brachiaria decumbens var. mulato.

Sumber

(42)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Latosol adalah tanah yang paling banyak terdapat di wilayah tropika basah dan setengah basah pada ketinggian 0-2000 m dengan curah hujan tahunan dari 250-10.000 mm (Sanchez, 1992). Latosol merupakan tanah yang mengalami proses pencucian dan pelapukan lanjut dengan ciri perbedaan horizon tidak jelas dan kandungan unsur hara rendah. Salah satu unsur hara yang kandungannya rendah dalam tanah latosol yaitu nitrogen.

Nitrogen tersedia dalam jumlah banyak di atmosfer dalam bentuk gas, tetapi gas ini tidak dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman. Nitrogen merupakan penyusun dari senyawa-senyawa organik penting di dalam tanaman, seperti asam-asam amino, protein dan asam-asam nukleat dan merupakan bagian dari proses yang terlibat di dalam sintesis dan transfer energi. Nitrogen membantu pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi biji dan buah dan meningkatkan kualitas daun untuk pakan ternak (Munawar, 2011). Pemanfaatan gas nitrogen dapat dilakukan dengan bantuan mikroba pengikatnya yang mengubah gas nitrogen menjadi amonium (NH4+) yang dapat digunakan oleh tanaman, baik melalui mekanisme

simbiotik maupun non simbiotik. Pengikatan nitrogen atmosfer tersebut dikenal sebagai diazotrofi atau penambat nitrogen secara biologis sehingga mikroba yang melakukan pengikatan nitrogen disebut sebagai diazotrof atau bakteri penambat nitrogen.

Salah satu mikroba yang dapat menambat nitrogen secara non simbiotik yaitu bakteri Azospirillum sp. Nitrogen yang diikat tersebut akan diserap oleh tanaman dalam bentuk amonium dan nitrat dengan cara melepas ikatan rangkap tiga yang sangat kuat pada N2 secara enzimatis. Mikroba ini bersifat sangat aerobik dengan

adanya ammonia didalam medium dan tidak mampu menambat nitrogen dalam keadaan anaerob total (Yuwono, 2008).

(43)

2 nitrogen tajuk serta serapan nitrogen total rumput Setaria splendida. Isolat- isolat bakteri pada penelitian ini belum diidentifikasi spesiesnya, beberapa spesies Azospirillum yang telah ditemukan yaitu Azospirillum brasilense, Azospirillum lipoferum, Azospirillum amazonense, Azospirillum halopraeferens dan Azospirillum irakense.

Tujuan

(44)

3 TINJAUAN PUSTAKA

Azospirillum sp

Bakteri penambat nitrogen dibagi menjadi dua yaitu bakteri yang membentuk bintil akar dan bakteri yang tidak membentuk bintil akar. Contoh dari bakteri yang membentuk bintil akar yaitu Rhizobiumi dan Bradyrhizobium, sedangkan bakteri yang tidak membentuk bintil contohnya yaitu Azotobacter dan Azospirillum. Azospirillum merupakan salah satu bakteri penambat nitrogen yang hidup bebas dan dapat berasosiasi dengan rumput (Rao, 1994).

Penelitian mengenai Azospirillum pertama kali dilakukan pada tahun 1970 oleh J. Dobereiner dan rekannya di Brazil (Bashan, 1993). Beberapa spesies Azospirillum yang telah ditemukan yaitu Azospirillum brasilense, Azospirillum lipoferum, Azospirillum amazonense dan Azospirillum halopraeferens. Pada tahun 1989, Khammas dan rekan-rekannya menemukan Azospirillum irakense di rhizosfer (daerah sekitar perakaran) dan perakaran tanaman padi.

Azospirillum termasuk bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik yang hidup bebas didalam tanah, baik disekitar maupun dekat dengan perakaran. Eckert et al. (2001) melaporkan bahwa Azospirillum digunakan sebagai biofertilizer karena mampu menambat nitrogen (N2) 40-80% dari total nitrogen dalam rotan dan 30%

nitrogen dalam tanaman jagung.

Nitrogen yang ditambat oleh Azospirillum akan diserap oleh tanaman dalam bentuk amonium dan nitrat (Rao, 1982). Azospirillum sp juga mampu menghasilkan zat pengatur tumbuh seperti IAA (Indol Acetic Acid), giberelin, auksin, serta senyawa yang menyerupai sitokinin (Venkateswarlu dan Rao, 1983).

Azospirillum memiliki sifat mikroaerofilik sehingga dapat dipisahkan dalam medium setengah padat yang mengandung malat melalui prosedur pengayaan. Karakteristik dari Azospirillum yaitu berkembangnya pelikel tipis berwarna putih, padat dan beralun pada medium setengah padat yang mengandung malat (Rao, 1994).

Hasil penelitian Charyulu dan Rajaratmamahon (1980) menunjukkan bahwa pemberian jerami padi sawah tanah Aluvial, Laterit dan Salin Sulfat Masam meningkatkan populasi Azospirillum sp. Aktivitas fiksasi N2 pada tanah Salin Sulfat

(45)

4 Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas fiksasi N2 oleh Azospirillum sp

dipengaruhi oleh pH (Hanafiah, 2007).

Pemberian isolat Azospirillum sp dari padi menghasilkan berat kering tanaman lebih tinggi bila dibandingkan isolat dari tebu, demikian juga bila dibandingkan dengan isolat yang berasal dari tanaman jagung. Perbedaan berat kering diduga karena kecocokan isolat dengan tanaman inang (Rusmana dan Hadijaya, 1994).

Faktor abiotik yang mempengaruhi ketahanan bakteri di dalam tanah adalah kelembaban tanah, suhu, pH, tekstur, kadar O2 dan nutrisi (Davies dan Whitbread,

1989). Azospirillum mempunyai kisaran pH dan O2 yang sempit untuk aktivitas

nitrogenase (Tchan dan Zeman, 1995).

Keuntungan dari tanaman yang mendapat tambahan Azospirillum yaitu: 1) Mendapat suplai amonium dalam jumlah yang cukup atau sesuai kebutuhan secara terus menerus, 2) suplai hormon tumbuh seperti auksin, IAA dan giberelin yang diproduksi pada kondisi tertentu. Auksin berfungsi memacu pembentukan akar dan rambut-rambut akar (Hadas dan Okon, 1987).

Karti (2005) menyatakan pemberian isolasi bakteri Azospirillum sp pada tanah podzolik merah kuning untuk rumput Setaria splendida meningkatkan produksi, kadar nitrogen tajuk, kadar nitrogen akar serta serapan nitrogen total. Penambahan Azospirillum pada rumput Chloris gayana meningkatkan kadar nitrogen tajuk dan akar, tetapi tidak mempengaruhi produksi, pertumbuhan serta serapan nitrogen total. Okon dan Itzigsohn (1995) menyatakan penambahan Azospirillum dan Rhizobium pada jenis legum dapat meningkatkan jumlah bintil akar, perkembangan

tanaman, berat kering dan fiksasi N2.

Keadaan medium NFB (Nitrogen Free Bromthymolblue) dapat membuat kondisi medium mikroaerofil sehingga dalam lingkungan tersebut Azospirillum sp mampu menambat N2. Pertumbuhan Azospirillum ditandai dengan terbentuknya

pellicle dibawah permukaan medium (Okon et al., 1977).

Paspalum notatum

(46)

5 rumput meningkat bila ditumbuhkan pada tanah yang subur. Di Amerika Serikat, rumput Paspalum notatum yang diberi pupuk N di padang rumput dapat memproduksi 400-600 kg/ha dalam berat segar pertahun (PROSEA, 1992).

Gambar 1. Rumput Paspalum notatum

Sumber: Dokumentasi penelitian (2012)

Brachiaria decumbens

Brachiaria decumbens termasuk rumput yang tahan terhadap tanah asam dan kandungan fosfor tanah yang rendah (Sanchez, 1993). Rumput ini sangat responsif terhadap pemupukan nitrogen (Damry et al., 2009). Rumput ini memiliki ciri bentuk yang bervariasi, perennial, sedikit tegak dan sering membentuk kumpulan daun yang lebat. Asal rumput ini yaitu dari Afrika Tropik dan terdapat di pinggir hutan di daerah yang lembab dengan curah hujan 762 mm per tahun atau lebih. Rumput Brachiaria decumbens akan membentuk kumpulan daun yang lebih terbuka bila direnggut oleh ternak. Produksi biji biasanya rendah, sehingga perbanyakan tanaman biasanya dengan bagian akar dan rhizoma (Reksohadiprodjo, 1985).

Gambar 2. Rumput Brachiaria decumbens var. mulato

(47)

6 Batang rumput ini dapat mencapai ketinggian 150 cm. Rumput ini toleran terhadap tanah yang kesuburannya rendah, tetapi memiliki respon positif terhadap pemupukan N, P dan K (PROSEA, 1992).

Nitrogen

Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial yang menyusun sekitar 1,5% bobot tanaman dan sangat berfungsi dalam pembentukan protein. Unsur ini mudah berubah bentuk dan mudah hilang baik lewat volatilisasi (gas N2) maupun lewat

pelindian (NO3-). Pengelolaan nitrogen yang tidak baik dapat menyebabkan tanaman

mengalami defisiensi nitrogen(Hanafiah, 2007).

Bentuk nitrogen yang diserap dari tanah ada dua, yaitu: nitrat (NO3-) dan

amonium (NH4+). Kadar nitrogen yang berlebihan juga tidak baik. Tumbuhan yang

terlalu banyak mendapat nitrogen biasanya mempunyai daun berwarna hijau tua dan lebat, dengan system akar yang kerdil sehingga nisbah tajuk-akarnya tinggi (Salisbury dan Ross, 1992; Hardjowigeno, 2007).

Fiksasi (pengikatan) nitrogen dapat terjadi melalui empat cara, yaitu: (1) secara fisik melalui pelepasan energi listrik pada saat terjadinya kilat, (2) secara kimia melalui proses ionisasi, yang keduanya terjadi pada saat atmosfer paling atas dan turun ke tanah lewat presipitasi (hujan), (3) secara biologis lewat simbiosis mutualistik pada tanaman legum dan beberapa tanaman non legum serta (4) melalui fiksasi nonsimbiotik oleh mikroba tanah (Hanafiah, 2007).

Krishna (2002) menyatakan sumber nitrogen dalam tanah antara lain berasal dari fiksasi oleh mikroba, air irigasi, hujan, perombakan bahan organik dan pemupukan. Nitrogen termasuk unsur hara yang sangat mudah larut dan hilang melalui drainase dan pada situasi tertentu akan hilang menguap atau kembali menjadi bentuk gas N2.

(48)

7 mengering seperti terbakar, lalu menjalar ke seluruh daun melalui ibu tulang dan melebar ke samping sehingga memberikan bentuk V (Leiwakabessy et al., 2003).

Serapan Nitrogen Tanaman

Menurut Sanchez (1992) kadar nitrogen tanaman dan produksi (berat kering tanaman) mempengaruhi serapan nitrogen. Lakitan (2000) mengatakan bahwa serapan hara tanaman dihitung berdasarkan total bobot tanaman per satuan bobot bahan kering tanaman. Bobot kering tanaman merupakan bobot bahan tanaman setelah seluruh air yang terkandung didalamnya dihilangkan.

Tambahan nitrogen udara pada tanah berkisar antara 4 kg N/ha sampai 50 kg N/ha pada padang rumput, sedangkan di hutan hujan tropika berkisar antara 46 kg N/ha sampai 147 kg N/ha (Sanchez, 1992).

Jumlah Nitrogen Yang Ditambat/Tahun

Penyediaan nitrogen pada tanaman melalui fiksasi biologis memegang peranan penting dalam proses produksi tanaman di dunia (Leiwakabessy et al., 2003), akan tetapi kebanyakan penduduk menggunakan pupuk anorganik sebagai sumber nitrogen. Jumlah nitrogen yang ditambat oleh bakteri simbiotik maupun non simbiotik perlu diketahui untuk menghitung jumlah urea yang dihemat dalam setahun. Penerapan dalam penggunaan bakteri penambat nitrogen diharapkan dapat mengganti pupuk anorganik dengan pupuk hayati.

Beberapa mikroba lain yang dapat menambat nitrogen, yaitu Rhizobium, Azolla/Anabaena dan cyanobacteria. Evaluasi selama 20 tahun terakhir yang dilakukan oleh Okon dan Labandera-Gonzalez (1994) pada beberapa tempat di dunia menunjukkan bahwa bakteri Azospirillum sp mampu meningkatkan hasil tanaman pertanian pada jenis tanah dan iklim yang berbeda. Informasi yang diperoleh yaitu bahwa inokulasi bakteri Azospirillum sp dapat menghemat penggunaan pupuk nitrogen buatan sekitar 15%–60%.

(49)

8 Penambatan nitrogen secara signifikan juga dapat dilakukan oleh tanaman bukan legum yang berasosiasi dengan jamur actinomycetes seperti Alnus, Ceanothus, Eleagnus, Casuarina dan lainnya dengan laju penambatan hingga 100 kgN/ha/tahun (Munawar, 2011).

Sifat dan Ciri Umum Tanah Latosol

Tanah mempunyai beberapa fungsi, diantaranya: sebagai tempat berdiri tegak dan bertumpunya tanaman, sebagai media tumbuh yang menyediakan hara dan tempat pertukaran hara antara tanaman dengan tanah, sebagai sumber air bagi tanaman (Jumin, 2008).

Latosol merupakan tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut dan biasanya berwarna merah atau kuning. Tanah ini berkembang dari berbagai batuan induk, terbentuk dibawah kondisi iklim dengan curah hujan dan suhu yang tinggi di daerah tropis dan semitropis dan biasanya mengandung besi oksida (Soepardi, 1983). Baskoro dan Tarigan (2007) menyatakan pH tanah latosol darmaga yaitu 4,8.

Faktor pembatas pada tanah Latosol ialah status nutrisi yang rendah dan bahan organik rendah sehingga kesuburan kimianya rendah (Sutejo dan Kartasapoetra, 1990). Latosol meliputi tanah-tanah yang telah megalami pelapukan intensif dan perkembangan tanah lanjut, sehingga terjadi pelindian unsur basa, bahan organik dan silika dengan meninggalkan sesquioxid yang berwarna merah. Ciri morfologi yang umum adalah tekstur liat, struktur remah sampai gumpal lemah dan konsistensi gembur. Sifat-sifat dominan dari tanah latosol yaitu: kapasitas penukaran kation rendah, lempungnya kurang aktif, kadar mineral rendah, stabilitas agregat tinggi dan berwarna merah. Latosol terbentuk didaerah-daerah beriklim humid-tropika tanpa bulan kering sampai subhumid yang memiliki musim kemarau agak panjang (Darmawijaya, 1997).

(50)

9 MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011 sampai Februari 2012. Isolasi bakteri dan pengujian isolat dilakukan di Laboratorium Biologi, Fakultas Ilmu Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam, Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan dan Penelitian bioassay dilakukan di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan. Analisis bobot kering akar dan tajuk dilakukan di Laboratorium Agrostrologi. Analisis kandungan nitrogen dilakukan di Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor.

Materi Alat dan Bahan

Isolat bakteri pada penelitian ini diambil di Sulawesi Tenggara. Penelitian ini menggunakan bahan tanam Paspalum notatum dan Brachiaria decumbens varietas mulato yang diperoleh dari Laboratorium Agrostrologi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Tanah yang digunakan yaitu tanah latosol dramaga yang diperoleh dari Laboratorium Agrostrologi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Peralatan yang digunakan untuk inokulasi bakteri yaitu: cawan petri, tabung reaksi, spatula, timbangan analitik, autoclave, laminar air flow, lemari es. Peralatan untuk penelitian bioassay yaitu: saringan tanah, plastik, pot plastik, timbangan, kertas semen dan oven.

Prosedur Persiapan Tanah

Tanah latosol dibersihkan dari berbagai akar dan kotoran-kotoran kemudian disaring dan dikering udarakan. Sebanyak 5 kg tanah dicampur dengan pupuk SP36 dan pupuk KCl masing-masing 1,5 g/pot sampai homogen lalu dimasukkan kedalam pot plastik.

Penanaman

(51)

10 Pemeliharaan

Penyiraman dan pembersihan gulma dilakukan setiap pagi hari. Inokulasi dan Pemberian Bakteri Penambat Nitrogen

Satu ml suspensi dibiakkan secara aseptik didalam tabung reaksi yang mengandung 10 ml media NFB (Nitrogen Free Bromthymolblue) (lampiran 1) semi padat, kemudian diinkubasi selama 4-7 hari. Biakan yang menunjukkan adanya pellicle oranye dimurnikan dengan menginokulasikan kedalam medium NB (Nutrient brooth), kemudian diinkubasikan dan digoyangkan selama 1-2 hari pada suhu ruang. Bakteri dimasukkan kedalam tanah sebanyak 1 ml/pot setelah pemeliharaan tanaman selama satu bulan.

Pengamatan

Satu minggu sebelum dilakukan pengamatan, dilakukan trimming (menyamakan tinggi tanaman) terlebih dahulu yaitu dengan cara memotong tanaman sampai tingginya setara. Pengamatan laju pertambahan tinggi vertikal dan pertambahan jumlah daun dilakukan setiap minggu selama delapan minggu.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 3 bulan, kemudian dilakukan pengamatan dan pengambilan sampel untuk analisa beberapa peubah, yaitu berat kering tajuk, berat kering akar, serapan nitrogen dan kandungan protein kasar.

Analisis BK akar dan BK tajuk

Pengukuran bobot kering akar dan tajuk diukur pada akhir percobaan dengan cara mengeringudarakan terlebih dahulu bagian tajuk dan akar tanaman kemudian dimasukkan oven pada suhu 60°C selama 48 jam.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

(52)

11 Yij = µ + τi + ε ij

Keterangan :

Yij :Respon percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ :Rataan umum

τi :Efek perlakuan ke-i

ε ij :Error perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Data yang diperoleh dianalisa dengan ANOVA (Analysis of Variance) (Steel dan Torrie, 1995).

Perlakuan

Penelitian ini menggunakan dua jenis rumput, yaitu:

Rumput 1 adalah Paspalum notatum dengan perlakuan, yang terdiri dari: PK = tanpa isolat bakteri (kontrol)

PP1 = Azospirillum isolat 82a(2)1 PP2 = Azospirillum isolat 82a(2)2 PP3 = Azospirillum isolat 82b(2)1 PP4 = Azospirillum isolat 82b(2)2 PP5 = Azospirillum isolat 82b(2)3.

Rumput 2 adalah Brachiaria decumbens var. mulato dengan perlakuan, yang terdiri dari:

MK = tanpa isolat bakteri (kontrol) MP1 = Azospirillum isolat 82a(2)1 MP2 = Azospirillum isolat 82a(2)2 MP3 = Azospirillum isolat 82b(2)1 MP4 = Azospirillum isolat 82b(2)2 MP5 = Azospirillum isolat 82b(2)3. Peubah yang diamati

Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah:

(53)

12 sampai 8 MST (minggu setelah tanam) yang dilakukan selama satu periode masa tanam.

2. Laju pertambahan jumlah daun. Penghitungan jumlah daun dihitung setiap minggu sampai 8 MST yang dilakukan selama satu periode masa tanam.

3. Berat kering tajuk dan akar

Tajuk dan akar dipisahkan. Masing-masing ditimbang berat segarnya. Kemudian dikering udarakan selam 48 jam. Setelah itu dioven pada suhu 60ºC selama 48 jam.

4. Kadar nitrogen tajuk dan akar. Analisis kadar nitrogen dengan menggunakan analisis Kjeldhal. Sampel ditimbang sebanyak 0,25 gram, dimasukkan kedalam labu kjeldhal 100 ml dan ditambahkan selenium 0,25 gram dan 3 ml H2SO4

pekat. Kemudian dilakukan destruksi (pemanasan dalam keadaan mendidih) selama satu jam sampai larutan jernih. Setelah dingin ditambahkan 50 ml aquadest dan 20 ml NaOH 40%, lalu didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam labu Erlenmeyer yang berisi campuran 10 ml H3BO3 2% dan dua tetes indicator

Brom Cresol Green-Methyl Red berwarna merah muda. Destilasi dihentikan setelah hasil tampungan (destilat) menjadi 10 ml dan berwarna hijau kebiruan. Kemudian destilasi dititrasi dengan HCL 0,1 N sampai berwarna merah muda. Perlakuan yang sama dilakukan juga terhadap sampel akar. Dengan metode ini diperoleh kadar nitrogen total yang dihitung dengan rumus:

%

=

(�− ) �� � 4

x 100%

Keterangan : S: volume titran sampel (ml); w: bobot sampel kering (mg).

5. Serapan nitrogen. Serapan nitrogen total diperoleh dari hasil perkalian bobot kering tajuk (BKT) dengan kadar nitrogen tajuk (KNT) ditambah dengan bobot kering akar (BKA) dikalikan dengan kadar nitrogen akar (KNA). Kadar serapan nitrogen total dihitung dengan rumus:

Serapan nitrogen tajuk = BKT (g) x KNT (%) Serapan nitrogen akar = BKA (g) x KNA (%)

Serapan nitrogen total = BKT (g) x KNT (%) + BKA (g) x KNA (%) 6. Kandungan protein kasar.

(54)

13 HASIL DAN PEMBAHASAN

Azospirillum yang digunakan pada penelitian ini diambil dari tanah Sulawesi Tenggara yang memiliki persamaan dengan tanah latosol dramaga yaitu jenis tanah masam. Isolat yang diambil belum diidentifikasi tetapi sudah diuji dan diketahui tergolong bakteri gram negatif yang berbentuk batang.

Medium inokulasi bakteri yang digunakan adalah medium semipadat NFB (Nitrogen Free Bromthymolblue) dengan sumber karbon asam malat. Azospirillum sp memiliki sifat mikroaerofilik, sehingga dapat diisolasi pada media semi solid yang mengandung malat (Rao, 1995). Pertumbuhan Azospirillum sp ditandai dengan terbentuknya pellicle dibawah permukaan medium (Okon et al., 1977).

Pengaruh Pemberian Azospirillum terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Serapan Nitrogen Rumput Paspalum notatum.

Pengaruh Azospirillum terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan nitrogen rumput Paspalum notatum dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian Azospirillum sp pada rumput Paspalum notatum di tanah latosol tidak mempengaruhi laju pertambahan tinggi vertikal, laju pertambahan jumlah daun, berat kering akar, berat kering tajuk dan serapan nitrogen.

Tabel 1. Pengaruh Azospirillum terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan nitrogen rumput Paspalum notatum.

Perlakuan

Azospirillum isolat 82b(2)3. LPTV= Laju Pertambahan Tinggi Vertikal, PJD=

Pertambahan Jumlah Daun, BK=Berat Kering.

Hasil yang tidak berbeda nyata antara perlakuan isolat bakteri dengan kontrol dikarenakan mobilisasi nitrogen yang belum sempurna di tanah. Gas N2 yang

ditangkap dan diubah oleh Azospirillum menjadi NH4+(amonium) atau NO3- (nitrat)

(55)

14 semuanya ke dalam tanah sehingga belum semua amonium dan nitrat yang dihasilkan diserap tanaman. Munawar (2011) menyatakan agar dapat diserap tanaman, unsur-unsur hara harus berada atau kontak langsung dengan permukaan akar tanaman.

Hasil penelitian ini sudah terlihat adanya peningkatan pada perlakuan yang diberikan Azospirillum, oleh karena itu dihitung persentase peningkatan dan penurunan yang dibandingkan dengan kontrol. Matriks persentase peningkatan dan penurunan pertumbuhan, produksi dan serapan nitrogen rumput Paspalum notatum yang dibandingkan dengan kontrol dapat dilihat pada Tabel 2. Dilihat dari persentase peningkatan, penambahan perlakuan 4 (Azospirillum isolat 82b(2)2) memiliki persentase pertambahan laju tinggi vertikal paling tinggi yaitu sebesar 12,9%, sedangkan pertambahan jumlah daun tertinggi yaitu penambahan perlakuan 1 (Azospirillum isolat 82a(2)1) dengan persentase peningkatan sebesar 36,44%. Pertambahan laju tinggi vertikal pada perlakuan 1 terjadi lebih rendah dari kontrol, hal ini disebabkan tidak semua tanaman menggunakan unsur hara yang dimiliki untuk pertumbuhan tinggi vertikal. Jumlah daun dan lebar daun juga merupakan hasil dari penggunaan unsur hara, sehingga pertumbuhan pada perlakuan 1 lebih diutamakan pada jumlah daun ataupun lebar daun dibanding pertumbuhan tinggi vertikal.

Tabel 2. Matriks persentase peningkatan dan penurunan pertumbuhan, produksi dan serapan nitrogen rumput Paspalum notatum dibandingkan dengan kontrol.

Perla

Azospirillum isolat 82b(2)3

Gambar

Gambar 1. Rumput Paspalum notatum
Gambar 3. Perakaran rumput Paspalum notatum
Gambar 4. Perakaran rumput Brachiaria decumbens var. mulato
Gambar 1. Rumput Paspalum notatum
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian pembahasan mengenai MANUSIA dan KEGELISAHAN yang telah kami paparkan pada makalah di atas, maka kami sebagai penulis dapat menyimpulkan bahwa

SEBAGAI PENERIMAAN/TATA ATURAN DARI KEKUATAN YANG LEBIH TINGGI DARI MANUSIA (E.F. BOZMAN; EVERY MEN’S ENCYCLOPAEDIA) KEPERCAYAAN/PENYEMBAHAN KEPADA TUHHAN ATAU KEPADA MAHA

Berangkat dari hasil penelitian tersebut, peneliti berkeinginan untuk mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan metode yang sama pada materi yang berbeda yaitu pada

the final product) as they attempt to bring expression closer and closer to intention. 8) Encouraging feedback from both the instructor and peers. 9) Including individual

 Terima kasih untuk teman-teman kost di nginden jaya 1 no 38 yang.. selalu kocak, Mbak Julia ( yang awet ya mbak sama mas

Berdasarkan hasil perhitungan analisis prosentase menunjukkan bahwa secara umum indikator tujuan dan sasaran menunjukkan hasil yang sangat baik dalam pendidikan dan

Pengembangan dakwah Islamiyah melalui budaya mappake’de boyang di Suku Mandar itu karena adanya gerakan agama timbul dari interaksi manusia dengan kitab yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan madu terhadap komposisi senyawa fitokimia, total fenol, total flavonoid, kemampuan menangkal radikal bebas