• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP

B. Mekanisme Adanya Badan Kredit Desa yang Diberikan Status

Badan Kredit Desa wajib memenuhi ketentuan Bank Perkreditan Rakyat mencakup antar lain kelembagaan, prinsip kehati-hatian, pelaporan dan transparansi keuangan, serta penerapan standar akuntansi bagi Bank Perkreditan Rakyat Paling lambat tanggal 31 Desember 2019. Ketentuan kelembagaan sebagaimana dimaksud meliputi antara lain:116

1. Bentuk Badan hukum Bank Perkreditan Rakyat berupa Perseroan Terbatas, Koperasi, Perusahaan Umum Daerah atau Perusahaan Perseroan Daerah

2. Kewajiban Bank Perkreditan Rakyat untuk memiliki anggota Direksidan anggota Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ketentuan prinsip Kehati-hatian sebagaimana dimaksud meliputi antar lain: 1. Penerapan tata kelola

2. Penerapan menejemen waktu

3. Pemenuhan kewajiban penyediaan modal minimum dan modal inti 4. Kualitas aset produktif

5. Penerapan batas minimum pemberian kredit

Ketentuan pelaporan dan transparansi keuangan sebagaimana dimaksud meliputi antara lain, Laporan bulanan, Laporan rencana kerja dan realisasi rencana

115

Pasal 23 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

116Pasal 2 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

kerja, Laporan pelaksanaan pengawasan oleh Dewan Komisaris, Laporan keuangan publikasi, Laporan keuangan tahunan.

Dalam rangka memenuhi seluruh ketentuan Bank Perkreditan Rakyat, Badan Kredit Desa wajib menyampaikan rencana tindak (action plan) kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat tanggal 31 Desember 2016. Rencana tindak tersebut paling sedikit memuat:117

1. Pembentukan badan hukum Perseroan Terbatas, Koperasi, Perusahaan Umum Daerah atau Perusahaan Perseroan Daerah.

2. Pengangkatan anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris 3. Pemenuhan modal inti Bank Perkreditan Rakyat

4. Permenuhan infrastruktur termasuk teknologi informasi untuk mendukung kegiatan operasional dan pelaporan dan

5. Hari kerja operasional

Otoritas Jasa Keuangan memandang perlu, Otoritas Jasa Keuangan dapat meminta Badan Kredit Desa untuk melakukan revisi terhadap rencana tindak yang disampaikan oleh Badan kredit Desa, Badan Kredit Desa wajib menyampaikan rencan tindak paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah Otoritas Jasa Keuangan menyampaikan permintaan revisi rencana tindak, batas waktu realisasi seluruh rencana tindak paling lambat tanggal 31 Desember 2019. Badan Kredit Desa wajib melaksanakan rencana tindak dan melaporkan perkembangan realisasi rencana tindak kepada Otoritas Jasa Keuangan setiap 6 (enam) bulan sekali untuk

117Pasal 3 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

periode yang berakhir pada tanggal 30 juni dan 31 Desember, penyampaian laporan paling lambat pada akhir bulan berikutnya, laporan perkembangan realisasi rencana tindak dilakukan untuk pertama kali paling lambat tanggal 31 Juli 2017. Badan Kredit Desa atas inisiatif sendiri hanya dapat 1(satu) kali merevisi rencana tindak sebagaimana disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat tanggal 31 Desember 2017.Laporan perkrembangan realisasi rencana tindak dilakukan untuk pertama kali paling lambat pada tanggal 31 Juli 2018.

Dalam rangka melaksanakan rencana tindak pembentukan badab hukum Perseroan Terbatas, Koperasi, Perusahaan Umum Daerah atau Perusahaan Perseroan Daerah, Badan Kredit Desa harus membentuk badan hukum sesuai ketentuan yang mengatur kelembagaan Bank Perkreditan Rakyat dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Dalam rangka melaksanakan rencana tindak pengangkatan anggota Direksi dan angota Dewan Komisaris Badan Kredit Desa harus mengangkat anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris sesuai ketentuan yang mengatur kelembagaan Bank Perkreditan Rakyat dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Dalam rangka melaksanakan rencana tindak pemenuhan modal inti Bank Perkreditan Rakyat Bank Kredit Desa harus memenuhi modal inti minimum Bank Perkreditan Rakyat sebesar Rp. 6.000.000.000,00 (enam milyar rupiah) dengan ketentuan:

1. Bank Kredit Desa dengan modal inti kurang dari Rp. 3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah) wajib memenuhi modal inti minimum sebesar Rp. 3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah) paling lambat pada tanggal 31 Desember 2019.

2. Badan Kredit Desa wajib memenuhi modal inti minimum sebesar Rp. 6.000.000.000,00 (enam milyar rupiah) paling lambat tanggal 31 Desember 2024.

3. Badan Kredit Desa dengan modal inti paling sedikit sebesar Rp.3.000.000 (tiga milyar rupiah) namun kurang dari Rp. 6.000.000,00 (enam milyar rupiah), wajib memenuhi modal inti minimum sebesar Rp. 6.000.000.000,00 (enam milyar rupiah) paling lambat tanggal 31 Desember 2019.118

Dalam rangka memenuhi ketentuan Bank Perkreditan Rakyat, 1 (satu) Badan Kredit Desa atau lebih dapat melakukan penyatuan Badan Kredit Desa melalui proses penggabungan Badan Kredit Desa, 2 (dua) Badan Kredit Desa atau lebih dapat melakukan penyatuan Badan Kredit Desa melalui proses peleburan Badan Kredit Desa dan harus melibatkan Pemerintah Daerah. Penyatuan Badan Kredit Desa harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari Otoritas Jasa Keuangan, hak dan kewajiban yang timbul setelah penyatuan Badan Kredit Desa menjadi Bank Perkreditan Rakyat menjadi tangung jawab Bank Perkreditan Rakyat hasil penyatuan Badan Kredit Desa.119

Untuk memperoleh persetujuan penyatuan Badan Kredit Desa melalui proses penggabungan, ketua pelaksana operasional Badan Kredit Desa atau salah satu Badan Kredit Desa yang melakukan penyatuan Badan Kredit Desa harus mengajukan permohonan kepada Otoritas Jasa Keuangan sesuai dengan format yang akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan. Untuk memperoleh persetujuan penyatuan Badan Kredit Desa melalui proses peleburan. Ketua pelaksana operasional dari salah satu Badan Kredit Desa yang melakukan

118Pasal 4 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

119Pasal 5 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

penyatuan Badan Kredit Desa harus mengajukan permohonan kepada Otoritas Jasa Keuangan sesuai dengan format yang akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan permohonan harus dilampiri dengan:120

1. Nama dan tempat kedudukan Badan Kredit Desa yang melakukan penyatuan Badan Kredit Desa.

2. Nama dan tempat kedudukan Bank Perkreditan Rakyat hasil Penyatuan Badan Kredit Desa

3. Nama pemegang saham atau pemilik, calon anggota direksi dan anggota dewan komisaris hasil penyatuan Badan Kredit Desa.

Persetujuan para pemilik Badan Kredit Desa yang melakukan penyatuan Badan Kredit Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan rancangan neraca dan laba rugi setelah penyatuan Badan Kredit Desa sesuai dengan format yang akan diatur dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan. Otoritas Jasa Keuangan memberikan Persetujuan atau penolakan secara tertulis atas permohonan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga Puluh) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap.

Bank Perkreditan Rakyat hasil penyatuan Badan Kredit Desa wajib melaporkan pelaksanaan penyatuan Badan Kredit Desa kepada Otoritas Jasa Keuangan dengan dilampirkan paling sedikit:121

120Pasal 6 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

121Pasal 7 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

1. Fotokopi anggaran dasar Bank Perkreditan Rakyat Bank Perkreditan Rakyat hasil Penyatuan Badan Kredt Desa yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang

2. Susunan organisasi dan kepengurusan Bank Perkreditan Rakyat hasil Penyatuan Badan Kredit Desa, data Direksi dan Dewan Komisaris serta data pemegang saham atau pemilik Bank Perkreditan Rakyat hasil Penyatuan Badan Kredit Desa

3. Laporan neraca dan laba rugi Bank Perkreditan Rakyuat hasil penyatuan Badan Kredit Desa

4. Alamat lengkap Bank Perkreditan Rakyat hasil Penyatuan Badan Kredit Desa.

Laporan pelaksanan Penyatuan Badan Kredit Desa wajib disampaikan paling lambat 20(dua puluh) hari kerja setelah tanggal diterimanya pengesahan anggaran dasar dari nstasi yang berwenang, berdasarkan laporan pelaksanaan Penyatuan Badan Kredit Desa Otoritas Jasa Keuangan mencabut izin usaha Badan Kredit Desa yang melakukan Penyatuan Badan Kredit Desa melalui proses penggabungan Badan Kredit Desa atau Otoritas Jasa Keuangan mencabut izin usaha Badan Kredit Desa dan menerbitkan izin usaha Bank Perkreditan Rakyat yang baru hasil Penyatuan Badan Kredit Desa melalui proses peleburan Badan Kredit Desa. Laporan pelaksanaan Badan Kredit Desa mengacu pada format yang akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.

Pemerintah Daerah dapat mengajukan rencana pengalihan Badan Kredit Desa sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan, pengajuan rencana pengalihan Badan Kredit Desa dilampiri dengan:

1. Rancangan Pengalihan Badan Kredit Desa yang memuat paling sedikit:122 a. Nama dan tempat kedudukan Pemerintah Daerah yang akan mengambil

ahli Badan Kredit Desa

b. Jumlah dan nilai nominal aset dan kewajiban yang akan diambil alih beserta komposisi pemegang saham atau pemilik setelah dilakukan pengalihan Badan Kredit Desa

c. Rencana status kantor-kantor adan Kredit Desa hasil Pengalihan Badan Kredit Desa

2. persetujuan para pemuilik Badan Kredit Desa yang melakukan Pengalihan Badan Kredit Desa sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan 3. rancangan neraca dan laporan laba rugi setelah pengalihan Badan Kredit Desa.

Otoritas Jasa Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan secara tertulis atas rencana Pengalihan Badan Kredit Desa dalam jangka waktu paling lama 20(dua puluh) hari kerja sejak pengajuan rencana Pengalihan Badan Kredit Desa diterima secara lengkap. Dalam hal rencana pengalihan Badan Kredit Desa disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan, Pemerintah Daerah melaksanakan proses pengalihan Badan Kredit Desa dilanjutkan dengan pengajuan permohonan izin

122

Pasal 8 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

usaha Bank Perkreditan Rakyat yang dilampiri dengan bukti pemenuhan modal inti minimum. Pengajuan rencana Pengalihan Badan Kredit Desa mengacu pada format yang akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan secara tertulis atas permohonan izin usaha Bank Perkreditan Rakyat dalam jangka waktu paling lama 30(tiga puluh) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap. Dalam persetujuan permohonan izin usaha Bank Perkreditan Rakyat diikuti pencabutan izin usaha Badan Kredit Desa yang diambil ahli.

C. Tinjauan Yuridis pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap Transformasi Badan Kredit Desa yang diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat

Meningkatkan pengawasan merupakan salah satu program pembangunan, yang dasar dan landasannya tidak berbeda dengan kegiatan-kegiatan pembangunan lainnya.Sehingga pengawasan adalah bahagian yang integral dari kegiatan pembangunan, dimana pengawasan harus dilaksanakan dengan efesiensi dan efektivitas, agar jangan pengawasan justru menimbulkan pemborosan. Istilah pengawasan dalam banyak hal sama artinya dengan kontrol.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata kontrol adalah pengawasan, pemeriksaan, mengontrol adalah mengawasi dan

memeriksa.123Lingkup pengawasan yang perlu dilakukan pengawasan terdiri dari tiga hal atau kombinasinya yaitu uang, barang dan orang.Demi terwujudnya penyelenggaraan dari Bank Perkreditan Eks Badan Kredit Desa yang efisien dan transparansi maka dibutuhkan suatu pengawasan.Sehingga dalam menjalankan atau menyelenggarakan birokrasi, tidak dapat berjalan dengan seimbang jika tidak adanya pengawasan.Pengawasan dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan tugas pemerintahan sebagaimana dasar-dasarnya dalam konstitusi dan jabarannya yang diatur oleh undang undang atau untuk melakukan cross check atau pencocokan, apakah kegiatan tersebut telah sesuai dengan tolak ukur yang sudah ditentukan sebelumnya atau tidak. Sehingga pengawasan tidak hanya digunakan dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan peraturan namun juga sebagai tolak ukur keberhasilan dalam mencapai tujuan kegiatan.Dalam hal tujuan penyelenggaraan dari Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa adalah terlaksananya kegiatan simpan pinjam guna menunjang pembangunan perekonomian masyarakat Desa. Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa merupakan kegiatan dalam lingkup perekonomian, sehingga demi mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dibutuhkan suatu pengawasan baik intern ataupun ekstern.Selain menunjang transparansi dan akuntabilitas, pengawasan juga dibutuhkan dalam melindungi aset milik Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa.124

123

Poerwadarminta, W.J.S Kamus Besar Bahasa Indonesia, diolah kembali oleh Pusat Pembinaan Bahas, Depdikbud, PN Balai Pustaka Jakarta, 1984, hlm 521.

124

M. Situmorang, Viktor dan Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat dalam Lingkungan Aparatur Pemerintah, PT. Rineka Cipta,

Pengawasan Bank pada prinsipnya terbagi atas dua jenis, yaitu pengawasan dalam rangka mendorong bank-bank untuk ikut serta menunjang pertumbuhan ekonomi dan menjaga kestabilan moneter, dan pengawasan yang mendorong agar bank secara individual tetap sehat serta mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik. Dengan demikian dapat dipahami bahwa sekalipun salah satu tujuan pengawasan bank adalah untuk menciptakan perbankan yang aman dan memelihara keamanan serta kepentingan masyarakat, tetapi tidak berarti otoritas pengawasharus memikul tanggung jawab atas semua keadaan dari setiap bank.125

125Op.cit Adrian Sutedi hal. 144.

Dalam rangka mewujudkan Otoritas Jasa Keuangan yang efektif dan tidak dijadikan lahan politik untuk untuk kepentingan pribadi atau kelompok, Otoritas Jasa Keuangann harus bisa mengakomodir fungsi pengawasan di dunia bank dan nonbank. Dengan demikian, dana yang dihimpun dari masyarakat tidak dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan sendiri, seperti kasus-kasus yang banyak terjadi pascareformasi.

Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan pada sebuah perekonomian memiliki keuanggulan dan kelemahan serta hambatan. Abrams dan Taylor dalam bukunya yang berjudul Issues in the Unification of Financial Sector Supervision” menjabarkan argumen yang mendukung dan tidak mendukung pembentukan lembaga pengawas yang menjaga sistem keuangan secara menyeluruh yaitu, perbankan, asuransi, dan pembiayaan.

Perkembangan konglomerasi keuangan memungkinkan sebuah induk perusahaan untuk memiliki beberapa institusi pada lembaga keuangan yang berbeda, hal tersebut menciptakan keterkaitan antar lembaga sehingga resiko antar lembaga juga akan terkait. Oleh karena itu, pengawasan harus menyeluruh (tidak parsial) untuk memungkinkan analisis rediko yang menyeluruh.Selain perkembangan konglomerasi, praktik arbitrasi peraturandilakukan oleh lembaga keuangan dengan menciptakan produk yang regulasi pengawasan lebih longgar, arbitrase peraturan merupakan praktik yang dilakukan oleh lembaga keuangan sehingga produk yang dihasilkan diawasi oleh otoritas yang regulasinya lebih longgar.Arbiterase peraturan juga menjadi salah satu penyalahgunaan yang muncul jika pengawasan sektor keuangan dilakukan secara parsial.

Lembaga keuangan cenderung memilih investasi pada instrumen yang diawasi oleh lembaga pengawas dengan penetapan aturan yang relatif tidak ketat.Hal tersebut mendorong kompetisi anatar lembaga pengawas untuk menarik lembaga keuangan.Pemnbentukan lembaga pengawas ditunjuk untuk meningkatkan netralitas persaingan antar lembaga pengawas.

Dengan berlakunya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, Badan Kredit Desa yang diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat tidak akan dikecualikan dari setiap ketentuan yang berlaku bagi Bank Perkreditan Rakyat pada umumnya, namun demi menjaga keberlangsungan operasional Badan Kredit Desa yang memiliki peranan penting bagi perekonomian masyarakat desa, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini memberikan pilihan sebagai jalan keluar bagi Badan Kredit Desa yang tidak mampu memenuhi seluruh ketentuan bagi

Bank Perkreditan Rakyat dengan mengubah kegiatan usaha dan badan usaha menjadi kegiatan dan badan usaha selain Bank Perkreditan Rakyat, yaitu denga bertransformasi menjadi Lembaga Keuangan Mikro (LKM), menjadi Badan Usaha Milik Desa(BUMDesa) atau unit usaha dari BUMDesa yang sudah ada di desa dimana Badan Kredit Desa yang berkedudukan dan menjalankan kegiatan operasional. Ruang lingkup peraturan Otoritas Jasa Keuangan ii terbatas pada Badan Kredit Desa yang telah memperoleh izi dari Menteri Keuangan sehingga diberikan status sebagai Badan Perkreditan Rakyat oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.126

Pengawasan Badan Kredit Desa dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam rangka melakukan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan berwenang melakukan pemeriksaan terhadap Badan Kredit Desa. Dalam melakukan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan kordinasi dengan instansi terkait antara lain Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dan Kementerian Dalam negeri.127

Dalam rangka pemeriksaan Badan Kredit Desa wajib memberikan antara lain:128 1. Keterangan dan data yang dimanta

126 Penjelasan POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

127Pasal 39 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

128Pasal 40 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

2. Kesempatan untuk melihat semua pembukan,dokumen, dan sarana fisik yang berkaitan dengan kegiatan usahanya

3. Hal-hal yang diperlukan

Otoritas Jasa Keuangan dapat menugaskan pihak lain untuk dan atas nama Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan pemeriksaan, pihak lain yang melaksanakan pemeriksaan wajib merahasiakan keterangan dan data yang diperoleh, pihak lain yangditugaskan untuk melakukan pemeriksaan harus memenuhi persyaratan paling sedikit:

1. Bersedia untuk melaksanakan pemeriksaan Badan Kredit Desa sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini

2. Mempunyai penghetahuan dan pemahaman tentang operasional Badan Kredit Desa.

Pemeriksaan oleh pihak lain dapat dilakukan sendiri atau bersama-sama dengan pemeriksa dari Otoritas Jasa Keuangan, pengaturan mengenai penugasan pemeriksaan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.129

Pihak lain yang melaksananakan pemeriksaan Badan Kredit Desa wajib melaporkan hasil pemeriksaan Badan Kredit Desa kepada Otoritas Jasa Keuangan paing lambat 15 (lima belas) hari kerja setelah seluruh pemeriksaan selesai dilaksanakan. Otoritas jasa melakukan evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan Badan Kredit Desa yang telah dilakukan oleh pihak lain yang ditugaskan.130

129Pasal 41 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

130Pasal 42 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

Badan Kredit Desa yang sudah berbadan hukum sebelum Peraturan Otoritas Jasa Keungan ini berlaku namun tidak sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dan atau ketentuan peraturan perundang-undangan lainya harus menyesuaikan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dan atau ketentuan peraturan perundang-undangan paling lambat 31 Desember 2019. 131

Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/27/PBI/2004 tanggal 13 Desember 2004 tentang pelaksanaan Pengawasan Badan Kredit Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4460) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia dan Surat keputusan Direksi Bank Indonesdia mengenai Bank Perkreditan Rakyat beserta peraturan pelaksanaannya yang mengatur pengecualian Badan Kredit Desa dari Peraturan perundang-undangan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku sejak tanggal 31 Desember 2019.132

Pengawasan OJK terhadap transformasi Badan Kredit desa yang diberi status sebagai Bank Perkreditan Rakyat menurut peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini banyak kredit desa yang diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat tidak akan dikecualikan dari setiap ketentuan yang berlaku BPR (Bank Perkreditan Rakyat) pada umumnya.

131Pasal 48 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

132

Pasal 51 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan BankPerkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kedudukan Otoritas Jasa Keuangan sebagai pengawas kegiatan perbankan di indonesia diatur dalam Undang-Undang No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, di dalamnya dijelaskan bahwa tugas pengawasan terhadap Bank akan dilakukan oleh lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang independen dan dibentuk dengan Undang-Undang. OJK sebagai lembaga independen bertugas mengatur dan mengawasi lembaga keuangan. Otoritas pengawas lembaga jasa keuangan membutuhkan independensi, baik dari pemerintahan maupun dari industri yang diawasi, sehingga tujuan OJK untuk memastikan keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel dapat tercapai. Secara umum, struktur regulasi yang independen dapat diukur dari beberapa faktor yaitu, independensi dari segi regulasi, independensi dari segi pengawasan, independensi dari segi institusi, independensi dari segi pembiayaan. Pengawasan Bank tersebut terbagi dua yaitu pengawasan makro yang dilakukan oleh Bank Indonesia sedangkan pengawasan mikro yang

mengawasi individual Bank Indonesia dilaksanakan oleh Otoritas Jasa Keuangan.

2. Kedudukan Badan Kredit Desa yang diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat diatur berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/POJK.03/2016. Badan Kredit Desa merupakan perusahaan milik desa yang beroperasi di wilayah pedesaan yang berasal dari rakyat dan untuk rakyat itu sendiri. Badan Kredit Desa adalah salah satu lembaga yang dipersamakan dengan bank, alasannya karena Badan Kredit Desa memiliki fungsi dan potensi yang dominan dalam bidang keuangan, khususnya dalam keuangan bidang mikro, yakni desa. Pembangunan ekonomi skala desa merupakan salah satu fungsi dari berdirinya Badan Kredit Desa. Badan Kredit yang telah mendapat izin usaha dari Menteri Keuangan dan telah diberikan

Dokumen terkait