• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Transformasi Badan Kredit Desa yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Transformasi Badan Kredit Desa yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Barth, James R. Guardians of Finance Making Regulation Work for Us.

Cambridge: The MIT Press. 2012.

Budisantoso, Totok. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 3. Jakarta: Salemba

Empat. 2014.

Fuady, Munir. Hukum Perbankan Modern. Jakarta: PT Citra Aditya Bakti. 1995.

Djoni, S Gazali dan Rachmadi Usman.Hukum Perbankan. Jakarta: Sinar

Grafika.2010.

Hermansyah.Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana. 2009.

Kasmir.Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada. 2002.

Manurung, Mandala dan Pratama Rahardja.Uang, Perbankan, dan Ekonomi

Moneter. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2004.

Mishkin, Frederic S. The Economics of Money, Banking Finance Market, Fifth

Edition. Singapore: Addsison-Wasley. 1998.

Muhamad, Abdulkadir dan Rilda Murniati.Segi Hukum Lembaga Keuangan dan

Pembiayaan, Edisi Revisi. Bandar Lampung: PT. Citra Aditya Bakti. 2004.

Otoritas Jasa Keuangan. Buku Saku Otoritas Jasa Keuangan. Jakarta: 2015.

Ouintyn, Marc dan Michael W. Taylor.Regulatory and Supervisory Independence

and Financial Stabilitiy.IMF Working Paper. 2002.

Poerwadarminta.Kamus Besar Bahasa Indonesia, diolah kembali oleh Pusat

Pembinaan Bahasa, Depdikbud. Jakarta: PN Balai Pustaka. 1984. Raz, Joseph. Concept of A Legal System, An Introduction to the Theory Of Legal

(2)

Sitompul, Zulkarnain. Lembaga Penjamin Simpanan. Jakarta: Program Pasca

Sarjana Universitas Indonesia. 2012.

Situmorang, M. Victor dan Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat dalam

Lingkungan Aparatur Pemerintah. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1998. Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas

Indonesia-Press. 1986.

Sutedi, Adrian. Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan. Jakarta: Raih Asa Sukses.

2004.

Widjanarto.Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia. Jakarta: Pustaka

Utama Grafiti. 2007.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Perbankan.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pungutan oleh Otoritas Jasa Keuangan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 20/POJK.03/2014 Tentang Bank

Perkreditan Rakyat. C. Jurnal Dan Majalah

Badan Kredit Desa. “Terhadap Perekonomian Desa Margoluwih Desa Sleman, Yogyakarta” (2014).

Badan Pengurus Pusat Asosiasi Badan Kredit Desa. “Gambaran Umum

Pengelolaan Operasional Badan Kredit Desa di Tengah Ketidakpastian Peraturan” Makalah disajikan pada Focus Group Discussion BKD. (Juni 2015)

(3)

Kartodinoto, Tjahjo Oetomo. “Usaha Skala Mikro dan Kecil serta Keunggulan dan Alternatif Pembiayaannya Dalam Era Otonomi Daerah,” Makalah disampaikan dalam rangka memenuhi salah satu syarat persyaratan pendidikan Sekolah Staf dan Pimpinan Bank Indonesia “SESPIBI”, (Maret 2014).

Kiryanto, Ryan. OJK dan Kepentingannya, Kompas, (2013).

Khopiatuziadah.“Hubungan Kelembagaan Antar Pengawas Sektor Perbankan: Perspektif Undang-Undang Tentang Otoritas Jasa Keuangan,” Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 9, No. 3.(Oktober 2012).

Mochtar, Zainal Arifin. Dan Iwan Satriawan. Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 6. No. 3. (September 2009).

Nasution, Bismar. “OJK Sebagai Suatu Sistem Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi”, Medan: Makalah disampaikan pada Seminar tentang Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan untuk mewujudkan perekenomian nasional yang berkelanjutan dan stabil. (November 2014).

Nasution, Bismar. “Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan: Kajian Terhadap Independensi dan Pengintegrasian

Pengawasan Lembaga Keuangan”, disampaikan pada Sosialisasi

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Era Baru Pengawasan Sektor Jasa Keuangan yang Terintegrasi. Medan, (Juni).

Pakpahan, Rudy Hendra. “Akibat Hukum Dibentuk Lembaga Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Pengawas Lembaga Jasa Keuangan di Indonesia”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 9, No. 3.(Oktober 2012).

Sitompul, Zulkarnain. “Konsepsi dan Transformasi Otoritas Jasa Keuangan”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 9, No.3.(Oktober 2012).

Sri, Wiwin. “Independensi Otoritas Jasa Keuangan dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 9, No.3.(Oktober 2012).

Susila, Ikwan. Analisis Efisiensi Lembaga Keuangan Mikro. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 8, No.2. (2007).

(4)

Susilowati, Etty. “Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Badan Kredit Desa”, Makalah Disajikan Pada Focus Group Discusion Badan Kredit Desa. (12 Juni 2015)

Tim Penyusunan Rancangan Undang-Undang Tentang Otoritas Jasa Keuangan dan Persiapan Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan. “Naskah Akademik Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan” (Februari 2012).

D. Website

Mengawal Transformasi Badan Kredit Desa,

Independensi Otoritas Jasa Keuangan.

OJK Perkuat Tugas Penyidikan Tindak Pidana Sektor Jasa Keuangan,

pada tanggal 14 Agustus 2016 pada pukul 20.30 WIB).

Badan Kredit Des September 2016).

Analisis Yuridis Terhadap Status Hukum Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014,

Bank Perkreditan Rakyat

http://hukum.student

journal.ub.ac.id/index.php/hukum/article/viewFile/1414/1268, (diakses pada 2 September 2016)

Bank Perkreditan Rakyat Pendukung Perekonomian Rakyat,

(5)

BAB III

KEDUDUKAN BADAN KREDIT DESA YANG DIBERIKAN STATUS SEBAGAI BANK PERKREDITAN RAKYAT

A. Badan Kredit Desa

1. Pengertian Badan Kredit Desa

Berdirinya Badan Kredit Desa tidak dapat dipisahkan dari berdirinya AVB

(Algemene Volkerediet Bank) yang kemudian menjadi Bank Rakyat Indonesia

pada sekitar tahun 1896. Kehadirannya erat kaitannya dengan keadaan ekonomi

pedesaan di Jawa yang memprihatinkan disebabkan oleh kegagalan panen secara

luas akibat musim kemarau panjang, banjir dan serangan hama.Berdasarkan

pengalaman pahit ini Asisten Residen Banyumas di Purwokwerto (De Wolf Van

Westerrode) berusaha membentuk kelompok-kelompok swadaya masyarakat guna

mengatasi keadaan, dengan cara membuat lumbung-lumbung desa untuk

menanggulangi keadaan akibat musim paceklik yang sering terjadi terutama di

Jawa dilaksanakan dengan prinsip Koperasi Reifeizen di Jerman yang prakteknya

di Jawa dilaksanakan dengan prinsip Rembug Desa, dimana hal tersebut sudah

biasa dilakukan oleh masyarakat di Jawa dengan prinsipnya gotong – royong.

Badan Kredit Desa adalah perusahaan milik desa yang beroperasi

diwilayah desa yang diurus sebagai perusahaan tersendiri dan terpisah dari

kekayaan lain milik desa yang bersangkutan.Ordonasi Badan Kredit Desa yang

termuat dalam Staatblad 357 tahun 1929, Rijksblad No 9 tahun 1938 untuk daerah

(6)

usaha, keuangan dan harta lainnya.Dalam perkembangannya Staatblad tersebut

telah dicabut dan diganti dengan UU No 7/ tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10/ tahun 1998 pasal 58.70

Badan Kredit Desa sudah ada sejak zaman Belanda tahun 1895 dan

merupakan cikal bakal terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat.Badan Kredit Desa

memberikan pinjaman kepada masyarakat dengan bunga yang rendah dan stabil

serta tanpa jaminan dan sesuai kebutuhan masyarakat desa itu sendiri. Badan

Kredit Desa Berbeda dengan Bank Perkreditan Rakyat yang apabila mengajukan

pinjaman harus ada jaminan serta ada kisaran pinjaman yang berlaku. Hal ini Indonesia adalah salah satu negara yang 70% rakyatnya tinggal di

pedesaan. Keadaan seperti ini menyadarkan bahwa fondasi perekonomian akan

semakin kuat, apabila perekonomian rakyat diperkuat. Memperkuat perekonomian

rakyat salah satunya dengan cara membangun lembaga keuangan pedesaan yang

mampu menjadi perantara keuangan pedesaan. Lembaga keuangan pedesaan

sudah ada sejak tahun 1825, dimana lembaga keuangan pedesaan itu disebut

dengan Badan Kredit Desa .Badan Kredit Desa bertujuan untuk memberantas

“sistem ijon”dan mempersempit gerak rentenir sehingga para petani, pegawai, dan

buruh tidak meminjam uang kepada rentenir dengan bunga yang tinggi.Badan

Kredit Desa merupakan perusahaan milik desa yang beroperasi di wilayah

pedesaan yang berasal dari rakyat dan untuk rakyat itu sendiri.

70

Badan Kredit Des

(7)

dijelaskan pada peraturan Bank Indonesia 8/26 pasal 72 bahwa Badan Kredit Desa

dikecualikan dari peraturan Bank Perkreditan Rakyat.71

Badan Kredit Desa merupakan perusahaan milik desa yang beroperasi di

wilayah pedesaan yang berasal dari rakyat dan untuk rakyat itu sendiri.Badan

Kredit Desa sudah ada sejak zaman Belanda tahun 1895 dan merupakan cikal

bakal terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat.Badan Kredit Desa memberikan

pinjaman kepada masyarakat dengan bunga yang rendah dan stabil serta tanpa

jaminan dan sesuai kebutuhan masyarakat desa itu sendiri.Badan Kredit Desa

Berbeda dengan Bank Perkreditan Rakyat yang apabila mengajukan pinjaman

harus ada jaminan serta ada kisaran pinjaman yang berlaku.Hal ini dijelaskan pada

peraturan Bank Indonesia 8/26 pasal 72 bahwa Badan Kredit Desa dikecualikan

dari peraturan Bank Perkreditan Rakyat.72

a. Badan Kredit Desa merupakan cikal bakal terbentuknya BPR, dasar

hukum yang mengatur Badan Kredit Desa ialah Staatsblad Nomor 357

tahun 1929 yang berisi Badan Kredit Desa perusahaan terpisah dan tidak Keberadaan Badan Kredit Desa di pedesaaan semakin penting, sejalan

dengan meningkatnya kebutuhan pelayanan akan jasa-jasa lembaga keuangan bagi

masyarakat pedesaan. Status Bank Perkreditan Rakyat baru diberikan kepada

Badan Kredit Desa sejak dikeluarkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992,

proses pemberian status Badan Kredit Desa menjadi Bank Perkreditan Rakyat

diperoleh melalui tahapan berikut:

71 Wina Andini “Jurnal Pengaruh Badan Kredit Desa Terhadap Perekonomian Desa Margoluwih Desa Sleman,Yogyakarta” Bogor 2014, hlm. 6.

(8)

boleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan desa, pinjaman hanya ke

penduduk desa yang memerlukan, bunga tidak boleh lebih dari yang

diperlukan untuk menutup biaya operasional, dimana membentuk modal

dan cadangan, satu kali dalam tiga tahun sisa uang di luar keperluan harus

disetorkan ke kas desa, uang kas yang tidak digunakan dalam operasional

harus disimpan pada sentral kas, dan untuk menutup biaya keperluan

bersama beberapa Badan Kredit Desa dibentuk dana usaha dari iuran

tahunan Badan Kredit Desa.

b. Undang-undang nomor 14 Tahun 1967 pasal 41 ayat 1 yang berbunyi bank

desa, lumbung desa, bank pasar, bank pegawai, dan bank-bank lainnya

yang dapat dipersamakan dengan itu yang pada saat mulai berlakunya

Undang-undang ini telah ada, tetap menjalankan tugasnya dalam sistem

perbankan berdasarkan Undang-undang ini.

c. Kepres Nomor 38 tahun 1988 pasal 1 yang berbunyi bank desa, lumbung

desa, bank pasar, bank pegawai, dan bank lainnya yang dapat

dipersamakan dengan itu berdasarkan Undang-undang Nomor 14 tahun

1967 adalah bank perkreditan rakyat.

d. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1064/KMK.00/1988 tentang

pendirian dan usaha Bank Perkreditan Rakyat.

e. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 pasal 58 yang berbunyi bank desa,

lumbung desa, bank pasar, bank pegawai, lumbung pitih nagari (LPN),

lembaga perkreditan desa (LPD), badan kredit desa (BKD), badan kredit

(9)

kecamatan (LPK), dan badan karya produksi desa (BKPD) yang telah

memperoleh izin usaha menteri keuangan diberikan status sebagai BPR

sesuai tata cara yang diatur dalam peraturan pemerintah.

f. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1992 pasal 19 ayat 1 yang

berbunyi bank desa, lumbung desa, bank pasar, bank pegawai, LPN, LPD,

BKD, BKK, KURK, LPK, BKPD yang telah memperoleh izin usaha

menteri keuangan diberikan status sebagai BPR.

g. Peraturan Bank Indonesia (PBI) 8/26 tentang Kelembagaan BPR yang

terdapat pada ketentuan penutup Pasal 72 berbunyi PBI ini tidak

diberlakukan bagi BPR eks BKD yang didirikan berdasarkan Staasblad

tahun 1929 Nomor 357.

Badan Kredit Desa yang selanjutnya disingkat BKD adalah Bank Desa,

Lumbung Desa atau Badan Kredit Desa yang telah mendapat izin usaha dari

Menteri Keuangan dan telah diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat

oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998.73

73 Pasal 1 Peraturan OJK No. 10 /POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Badan Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Badan Kredit Desa.

Badan Kredit Desa

(BKD) merupakan tonggak sejarah berdirinya Lembaga Keuangan Mikro di

Indonesia.Diawali dengan berdirinya Lumbung Desa (LD) pada tahun 1897 oleh

Kelompok Swadaya Masyarakat. Lumbung Desa dan Bank Desa inilah kemudian

dikenal dengan nama Badan Kredit Desa (BKD), yang merupakan cikal bakal

berdirinya Lembaga Perkreditan Kecil di Pedesaan atau sekarang lebih dikenal

(10)

(BKD) merupakan tonggak sejarah berdirinya Lembaga keuangan Mikro di

Indonesia.Diawali dengan berdirinya Lumbung Desa (LD) pada tahun 1897 oleh

Kelompok Swadaya Masyarakat. Lumbung Desa dan Bank Desa inilah kemudian

dikenal dengan nama Badan Kredit Desa (BKD), yang merupakan cikal bakal

berdirinya Lembaga Perkreditan Kecil terdapat proses administratif formal yang

menyulitkan, Sasarannya adalah masyarakat miskin dan pengusaha mikro, dimana

jasa keuangan yang diberikan dapat disesuaikan dengan karakteristik kelompok

sasaran tersebut, Menggunakan pendekatan kelompok, baik dengan ataupun tidak

dengan sistem tanggung renteng yang mengedepankan pola hubungan kenal dekat

sebagai landasan utama mengelola risiko, lingkup kegiatan LKM dapat mencakup

pembiayaan kegatan ekonomi produktif maupun konsumtif, pendampingan dan

pendidikan, kegiatan penghimpunan dan bentuk kegiatan lain yang dibutuhkan

oleh pengusaha mikro dan masyarakat miskin. Selain sarat dengan potensi,

perkemba-ngan BKD masih dihadapkan pada berbagai kendala baik yang bersifat

internal maupun kondisi eksternal yang kurang kondusif.

Pemasalahan mendasar yang dirasakan sebagai kendala utama bagi

berkembangnya BKD di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Masih rancunya definisi dari usaha mikro, kecil, dan menengah,

sehinggaterjadi penafsiran yang berbeda antarakalangan perbankan dengan

instansipemerintah terkait.

2. Belum adanya perlindungan hukum bagi usaha di bidang keuangan mikro,

sehingga resiko kerugian yang diderita oleh nasabah sebagai akibat dari

(11)

pula resiko kerugian yang diderita oleh BKD belum dapat dipertanggungkan

kepadapihak lain melalui mekanisme penjami-nan.

3. Belum adanya ketentuan hukum yang mengatur tentang lembaga

penjaminansimpanan mengakibatkan LKM menjadi lembaga yang

kurangmenarik bagi masyarakat yang ingin menempatkan simpanannya dalam

BKD, sehingga mendorong BKD bertumpu pada sumber pembiayaanyang

lebih mahal.

4. Tertutupnya ijin baru bagi pendirian lembaga penjaminan kredit dirasakan

sebagai salah satu kendala bagi tumbuhnya LKM di berbagai daerah,

meskipun di daerah tersebut terdapaT potensi dana yang cukup signifikan bagi

pembentukan LKM.

5. Adanya larangan bagi Pemda untuk melakukan penjaminan hutang (PP 107

tahun 2001 pasal 10). Oleh karena itu perlu dipikirkan mengenai adanya

langkah terobosan bagi pengembangan skema baru untuk penjaminan,

misalnyamelalui revisi PP disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan.

6. Status kelembagaan BKD yang masih"menggantung", dimana BKD

cenderung berstatus BPR tetapi belum sepenuhnya dapat dianggap

sebagaiBPR, karena belum memenuhi persyaratan/kewajiban sebagai BPR.

Menurut Wijono, permasalahan eksternal yang dihadapi BKD adalah

aspekkelembagaan, sedangkan permasalahan internal yang dihadapkan adalah

menyangkut aspek operasional dan pemberdayaan usaha. Sebagian besar BKD

masih terbatas kemam puannya karena masih tergantung kepada jumlah

(12)

mengelola usaha sebagian besar juga masihterbatas, sehingga dalam jangka

panjangakan mempengaruhi perkembangan BKD,bahkan bisa menjadi faktor

penghambat yang cukup serius.74

Badan Kredit Desa merupakan salah satu penggerak perekonomian skala

mikro, sehingga pada tahun 1971-1972 terbitlah Izin Kementerian Keuangan

terkait mengenai Badan Usaha BKD.Izin badan usaha yang diberikan oleh

Kementerian Keuangan sejumlah 5279 BKD.Sedangkan BKD sejumlah 175 BKD

tidak memiliki izin dari Kementerian Keuangan namun memiliki izin dari Surat

Depdagri No. 412.21/1502/BANGDES tgl 14 November 1991.75Berdasarkan

pada ketentuan dalam pasal 4 UU Nomor 14 Tahun 1967, BKD tersebut

dipersamakan status dan tugas sebagai dari BPR. Guna untuk memberikan

kepastian terhadap BKD tersebut, sehingga lahirlah Keputusan Presiden Nomor

38 Tahun 1988 tentang Bank Perkreditan Rakyat dimana Lumbung Desa dan

Bank Desa yang diberikan status Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan pada

wilayah.Terkait mengenai status BKD sebagai BPR dipertegas kembali dalam

KMK No.1064/KMK.00/1998 tentang Pendirian dan Usaha BPR, dan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan Pemerintah

Nomor 71 Tahun 1992 tentang BPR.76

2. Fungsi Badan Kredit Desa

74

Susila, Ikwan. 2007 Analisis Efesiensi Lembaga Keuangan Mikro, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 8, No. 2, hlm. 225.

75Analisis Yuridis Terhadap Status Hukum Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit

Desa dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, http://hukum.student journal.ub.ac.id/index.php/hukum/article/viewFile/1414/1268, (diakses pada 2 September 2016)

76

(13)

Fungsi utama Bank dalam suatu perekonomian adalah untuk memobilisasi

dana masyarakat, dan secara tepat serta cepat menyalurkan dana tersebut kepada

penggunaan atau investasi yang efektif dan efisien. Fungsi seperti itu dapat

dikatakan sebagai “aliran darah” bagi perkrembangan perekonomian dan

peningkatan standar taraf hidup.77

Disetiap negara, fungsi bank merupakan “jantung” dari pasar uang.Fungsi

bank seperti itu sudah berjalan sejak abad pertengahan.Pada waktu it pihak

penguasa telah memanfatkan kredit bank sebagai pengganti pajak untuk

membiayai ambisi mereka.

Fungsi bank lainnya adalah sebagai lembaga

penyedia instrumen pembayaran untuk barang dan jasa yang dapat dilakukan

secara cepat, efisien dan aman. Fungsi ini akan berjalan apabila penjual dan

pembeli barangdan jasa meyakini bahwa instrumen yang digunakan untuk

pembayara tersebut akan diterima dan dibayar oleh semua pihak dalam suatu

transaksi dan transaksi ikutannya. Tanpa adanya kepercayaan, maka fungsi

dimaksud tidak akan berjalan.

78

a. Pemenuhan modal kerja bagi usaha kecil.

Sedangkan Fungsi Badan Kredit Desa menurut Otoritas Jasa Keuangan adalah:

b. Meningkatkan pendapatan atau taraf hidup.

c. Mendorong pembangunan ekonomi desa dan upaya pengentasan

kemiskinan.

77 Lihat Frederic S. Mishkin, The Economics of Money, Banking Financial Markert, Fifth Edition, (Singapore: Addsison-Wasley, 1998), hlm 226, yang mangatakan bahwa bank memainkan

peranan penting dalam menyalurkan dana dari nadabah kepada sektor-sektor produktif dan menjamin sistem keuangan berjalan dengan lancar dan efisien.

(14)

d. Membatasi ruang gerak rentenir atau ijon.

3. Tujuan Badan Kredit Desa

Tujuan Badan Kredit Desa menurut Otoritas Jasa Keuangan adalah:

a. Memudahkan akses permodalan.

b. Mendidik masyarakat agar gemar menabung.

c. Memberantas sistem ijon dan mempersempit gerak rentenir.

B. Bank Perkreditan Rakyat

1. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat

Perbankan di banyak negara pada umumnya tidak ditujukan untuk

melayani masyarakat kecil. Tetapi letak perkantoran, struktur organisasi, program

pendidikan,falsafah perusahaan, manajemen dan sistem administrasi, cara dan

produser pelayanananya, semua ditujukkan untuk melayani orang-orang

mapandan berada. Namun di Indonesia, sudah sejak lama ada sejenis bank yang

khusus melayani masyarakat kecil, yaitu Bank Perkreditan Rakyat. Tugasnya

memberikan bantuan kepada masyarakat kecil yang membutuhkan bantuan dana

dari di pasar-pasar dan di desa- desa. Selain itu tugasnya menghimpun dana

tabungan masyarakat berupa deposito berjangka.79

Dengan dikeluarkannya Pakto 1988, di indonesia terdapat dua jenis Bank

Perkreditan Rakyat, yaitu Bank Perkreditan Rakyat gaya lama ( Bank Perkreditan

Rakyat yang telah memperoleh izin sebelum Pakto 1988), dan Bank Perkreditan

Rakyat gaya baru ( Bank Perkreditan Rakyat yang memperoleh izin usaha setelah

79

(15)

Pakto 1988). Bank Perkreditan Rakyat gaya lama ini terditi atas Bank Desa,

Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari, Lembaga

Perkreditan Rakyat, Badan Kredit Desa, Badan Kredit Kecamatan, Kredit Usaha

Rakyat Kecil, Lembaga Perkreditan Kecamatan, Bank Karya Produksi Desa dan

Lembaga-lembaga lain yang dipersamakan dengan itu. Sesuai dengan ketentuan

Pasal 41 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967, status dan tugas dari Bank

Perkreditan Rakyat gaya lama ditetapkan dalam Undang-Undang. Namun sambil

menunggu dikeluarkan Undang-Undang dimaksud, pengaturannya diadakan

dalam Keputusan Presiden Nomor 38 Tahun 1988 tentang Bank Perkreditan

Rakyat. Disebutkan bahwa bank-bank desa sebagaimana di atas semuanya

menjadi Bank Perkreditan Rakyat.80

Dasar hukum Pendirian Bank Perkreditan Rakyat gaya lama ini adalah

Staatsblad, Peraturan daerah, keputusan Gubernur masing-masing Provinsi.

Pemilikannya bisa Pemerintah Daerah atau masyarakat setempat. Adapun bentuk

hukumnya berupa Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, Koperasi atau

Maskapai Andil Indonesia, namun beberapa diantaranya bahkan masih belum

memiliki badan hukum.81

Bank Perkreditan Rakyat merupakan salah satu jenis bank yang dikenal

melayani golongan pengusaha mikro, kecil, dan menengah. Lokasi Bank

Perkreditan Rakyat biasanya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan

sehingga Bank Perkreditan Rakyat banyak dijumpai di setiap daerah yang tersebar

di seluruh wilayah indonesia. Bank Perkreditan Rakyat merupakan lembaga

(16)

perbankan resmi yang diatur berdasarkan pada Undang-Undang No. 7 Tahun

1992 tentang Perbankan dan sebagaimana telah disempurnakan dengan

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan

Undang-Undang tersebut adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensionalatau berdasarkan pada Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.82

Keberadaan Bank Perkreditan Rakyat dirasakan cukup strategis dalam

menjembatani terwujudnya pemerataan pembangunan.Di samping itu Bank

Perkreditan Rakyat juga sebagai lembaga keuangan mikro diharapkan dapat

melayani kebutuhan danausaha mikro terutama yang belum dapat dijangkau oleh

pembiayaan bank umum.83

Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya

tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.Kegiatan Bank Perkreditan

Rakyat jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum karena

Bank Perkreditan Rakyat dilarang menerima simpanan giro, kegiatan valas, dan

perasuransian.84

82 Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 3, (Jakarta:Salemba Empat, 2014).

83

Tjahjo Oetomo Kartodinoto “Usaha Skala Mikro dan Kecil serta Keunggulan dan Alternatif Pembiayaannya Dalam Era Otonomi Daerah,” (Makalah disampaikan dalam rangkamemenuhi salah satu persyaratan pendidikan Sekolah Staf dan Pimpinan Bank Indonesia“SESPIBI”, Jakarta, Maret 2004), hlm. 7.

Bank Perkreditan Rakyat merupakan salah satu pendukung

perkembangan perekonomian Indonesia, terutama untuk kegiatanusaha mikro,

kecil, dan menengah serta sektor informal.Peran Bank Perkreditan Rakyat dalam

84Bank Perkreditan Rakya

(17)

pemberian kredit bagi usaha mikro, kecil, dan menengah ini dapat membantu

menciptakan lapangan pekerjaan, pemerataan pendapatan, dan pemerataan

kesempatan berusaha di Indonesia.85

Lembaga perkreditan rakyat didirikan berawal dari keinginan untuk

membantu para petani, pegawai, dan buruh untuk lepas dari jerat rentenir yang

memberikan buna dengan kredit tinggi. Lembaga perkreditan rakyat muncul pada

abad ke 19, ditandia dengan terbentuknya beberapa lembaga seperti Lumbung

Desa, Bank Desa, Bank Tani, Bank Dagang Desa (Bank Pasar) pada zaman

kolonial Belanda. Pada masa setelah kemerdekaan, pemerintah mendorong

pendirian bank-bank di pedesaan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan Bank Pekreditan Rakyat yang merupakan bagian dari sistem Perbankan

harus sehat dan dapat dipercaya oleh masyarakat supaya bisa berkontribusi

maksimal dalam menggerakan perekonomian secara keseluruhan. Perkembangan

usaha Bank Perkreditan Rakyat yang terus menunjukkan kinerja yang positif,

didorong oleh tiga faktor utama yaitu kebijakan pemerintah yang memberikan

peluang pendirian Bank Perkreditan Rakyat, deregulasi perbankan yang

memperbesar ruang gerak Bank Perkreditan Rakyat dan besarnya kebutuhan

masyarakat terutama di daerah pinggiran kota dan pedesaan terhadap jasa

pelayanan perbankan. Kontribusi Bank Perkreditan Rakyat akan semakin nyata

jika Bank Perkreditan Rakyat dalam kondisi sehat dan kuat. Penilaian kesehatan

Bank Perkreditan Rakyat telah menjadi indikator pentingdalam upaya peningkatan

kinerja bank.

85

(18)

jasa keuangan kepada para pedagang pasar seperti Bank Pasar dan Bank Karya

Produksi Desa (BKPD).Pada awal 1970-an. Pemerintah daerah mulai membentuk

Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LKPD).86

Pada 1988, melalui keputusan Presiden RI No. 38, pemerintah

mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1988 (pakto 1988) yang menjadi

momentum awal pendirian BPR-BPR baru.Bank-bank pasar yang telah terbentuk

dikuhkukan menjadi Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan pada pakto

1988.Kebijakan tersebut memberikan kejelasan mengenai keberadaan dan

kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat. Sebagai langkah lanjutan dari Pakto

1988, pemerintah mengeluarkan beberapa ketentuan dalam bidang perbankan

yang merupakan penyempurnasan ketentuan sebelumnya, yaitu: penyemurnaan

Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan dengan

mengeluarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan

Penyempurnaan lebih lanjut yang dituangkan dalam Undang-Undang No. 10

Tahun 1998. Penyempurnaan sistem perbankan di Indonesia yang ditempuh

dengan cara menyederhanakan jenis bank menjadi Bank Umum dan Bank

Perkreditan rakyat serta memperjelas ruang lingkup dan batas kegiatan yang dapat

diselenggarakan. Diharapkan dapat lebih meningkatkan perannya dalam

pelaksanaan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi,

dan stabilisasi nasional ke arah peningkatan tareif hidup rakyat banyak.87

Pada tahun pelaksanaanya, Undang-Undang No.7 Tahun 1992 didukung

dengan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam

(19)

peraturan perundang-undangan tersebut memungkinkan Lembaga Keuangan

bukan Bank yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dapat

menyesuaikan kegiatan usahanya sebagai bank, dan lembaga-lembaga keuangan

kecil, seperti Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung Desa, bank Pegawai, dan

lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu dapat diberikan status

sebagai Bank Perkreditan Rakyat dalam jangka waktu sampai dengan 31 Oktober

1997 dengan memenuhi persyaratan dan tata cara yang dtetapkan dengan

Peraturan Pemerintah. Bank Perkreditan Rakyat yang didirikan sesudah Pakto

1988 ataupu Lembaga Keuangan yang dikuhkukan menjadi Bank Perkreditan

Rakyat sesuai dengan PP No. 71 tahun 1992, tunduk pada ketentuan yang diatur

dalam Undang-Undang Perbankan dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan

Bank Indonesia sebagai otoritas pengawas bank.88

Sektor perbankan yang memiliki posisi strategis sebagai lembaga

intermediasi dan penunjang sistem perbankan merupakan faktor yang sangat

menentukan dalam proses penyesuaian kebijakan dalam bidang ekonomi dan

keuangan dalam menghadapi tantangan perekonomian regional dan internasional.

Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan penyempurnaan terhadap sistem

perbankan nasional yang bukan hanya mencakup upaya penyehatan bank secara

individu melainkan juga penyehatan sistem perbankan secara menyeluruh.Upaya

penyehatan perbankan nasional menjadi tanggung jawab bersama antara

pemerintah, bank-bank itu sendiri, dan masyarakat pengguna jasa bank.Adanya

tanggung jawab bersama tersebut dapat membantu memelihara tingkat tingkat

(20)

kesehatan perbankan nasional sehingga dapat berperan secara maksimal dalam

perekonomian nasional. Supaya proses pembinaan dan pengawasan bank dapat

terlaksana secara efektif, kewenangan dan tanggung jawab mengenai perizinan

bank yang semula berada pada Menteri Keuangan diahlikan kepada Pimpinan

Bank Indonesia sehingga Bank Indonesia memiliki kewenangan dan tangung

jawab yang utuh untuk menetapkan perizinan, pembinaan, dan pengawasan bank

serta pengenaan sanksi terhadap bank yang tidak memenuhi peraturan perbankan

yang berlaku.89

Dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945 menyebutkan bahwa “dalam pasal 33

tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk

semua di bawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat.

Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran

orang-seorang”, selanjutnya dalam pasal 33 UUD 1945 juga dikatakanbahwa “ Bumu

dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok

kemakmuran rakyat”. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dalam pasal 33

UUD 1945 beserta penjelasannya secara tegas melarang adanya penguasaan

sumber daya alam di tangan orang-seseorang. Dengan kata lain monopoli, Dalam melaksanakan usahanya Bank Perkreditan Rakyat berasaskan

demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi

ekonomi adalah sistem ekonomi indonesia yang dijalankan sesuai dengan pasal 33

UUD 1945 yang memiliki 8 ciri positif sebagai pendukung dan 3 ciri negatif yang

harus dihindari (free fight liberalism, etatisme, dan monopoli).

(21)

oligopoli, ataupun praktek kartel dalam bidang pengelolaan sumber daya alam

bertentangan dengan prinsip Pasal 33 UUD 1945.90

Fungsi Bank Perkreditan Rakyat Secara lebih detail dapat diuraikan

sebagai berikut :

2.Fungsi Bank Perkreditan Rakyat

Fungsi Bank Perkreditan Rakyat tidak hanya sekedar menyalurkan kredit

kepada para pengusaha mikro, kecil, dan menengah, tetapi ada juga yang

menerima simpanan dari masyarakat atau dengan kata lain berfungsi sebagai

penghimpun dan penyalur dari masyarakat. Simpanan nasabah Bank Perkreditan

Rakyat di jamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sesuai dengan

ketentuan dan persyaratan yang berlaku sehingga bersifat aman.Pada mulanya

tugas pokok BankPerkreditan Rakyat diarahkan untuk menunjang pertumbuhan

dan modernisasi ekonomi pedesaan.Namun semakin bertumbuh kebutuhan

masyarakat, tugas Bank Perkreditan Rakyat tidak hanya ditunjukan masyarakat

pedesaan, tetapi juga mencakup pemberian jasa perbankan bagi masyarakat

golongan ekonomi lemah di daerah perkotaan.Dalam penyaluran kredit terhadap

masyarakat Bank Perkreditan Rakyat menggunakan prinsip 3T, yaitu Tepat

Waktu, Tepat Jumlah, Tepat Sasaran. Hal tersebut dikarenakan proses kreditnya

yang relatif cepat, persyaratan lebih sederhana dan sangat mengerti aka kebutuhan

nasabah.

91

90 Ibid.

(22)

1. Memberi pelayanan perbankan kepada masyarakat yang sulit atau tidak

memiliki akses ke abnk umum.

2. Membantu Pemerintah mendidik masyarakat dalam memahami pola nasional

agar akselerasi pembangunan di sektor pedesaan dapat dipercepat.

3. Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha terutama bagi masyarakat

pedesaan.

Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat jauh lebih sempit jika dibandingkan

dengan kegiatan bank umum. Bank Perkreditan Rakyat dalam melakukan

kegiatannya tidak sama dengan kegiatan yang dilakukan oleh bank konvensional

(bank umum). Adapun bentuk kegiatan yang boleh dilakukan oleh Bank

Perkreditan Rakyat meliputi: Menghimpun dana dalam bentuk simpanan tabungan

dan simpanan deposito. Menyalurkan pinjaman kepada masyarakat. Menyedikan

pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah.92

Peranan Bank Perkreditan Rakyat dalam perekonomian masyarakat dapat

dilihat dari skala usahanya.Skala usaha Bank Perkreditan Rakyat adalah usaha

kecil sehingga lebih memiliki kekuatan dalam hal likuiditas dibanding bank

umum. Bank Perkreditan Rakyat lebih cenderung memberikan pinjaman jangka

pendek kepada debiturnya, karena pinjaman tersebut mempunyai batas pelunasan

yang relatif cepat dan dana yang diberikan juga minim. Bila terjadi sesuatu yang

tidak diinginkan misalnya debitur ingkar janji terhadap kewajibannya maka risiko

yang ditanggung oleh pihak bank relatif kecil.93

92

Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), hlm. 214.

(23)

Bentuk Badan Hukum Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan

Undang-Undang No.10 Tahun 1998 dapat berupa :

1. Perusahaan Daerah (Badan Usaha Milik Daerah)

2. Koperasi

3. Perseroan Terbatas ( berupa saham atas nama)

4. Bentuk lain yang di tetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Kegiatan Usaha Bank Perkredita Rakyat meiliputi usaha untuh

menghimpun dan menyalurkan dana dengan tujuan mendapatkan keuntungan.

Keuntungan Bank Perkreditan Rakyat diperoleh dari spread effect (selisih antara

bunga pinjaman dan bunga pinjaman) dan pendapatan bunga. Kegiatan usaha

yang dilakukan Bank Perkreditan Rakyat, antara lain sebagai berikut:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan

dengan itu.

2. Memberikan kredit dalam bentuk Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi,

maupun Kredit Konsumsi.

3. Menyediakan pembiayaan dan penetapan dana berdasarkan Prinsip

Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan kegiatan usahanya

berdasarkan prinsip syariah tidak diperkenalkan melaksanakan kegiatan

secara konvensional. Demikian juga Bank Perkreditan Rakat yang

melakukan kegiatan usaha secara konvensional tidak diperkenalkan

(24)

4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),

deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain.

SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada Bank

Perkreditan Rakyat apabila Bank Perkreditan Rakyat mengalami over

likuiditas.

3. Tujuan Bank Perkreditan Rakyat

Menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam usaha mencapai tujuannya Bank

Perkreditan Rakyat mempunyai sasaran melayani keutuhan petani, nelayan,

peternak, pedagang, pengusaha kecil, pegawai dan pensiunan, karena sasaran ini

belum dapat terjangkau oleh bank umum sehingga dapat mewujudkan pemerataan

layanan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan,

dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang (rentenir dan pengijon).94

C. Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

Bank Kredit Desa adalah salah satu lembaga yang dipersamakan dengan

bank, alasannya karena Bank Kredit Desa memiliki fungsi dan potensi yang

dominan dalam bidang keuangan, khususnya dalam keuangan bidang mikro,

yakni desa. Pembangunan ekonomi skala desa merupakan salah satu fungsi dari

berdirinya Badan Kredit Desa, sehingga tidak dipungkiri bahwa keberlangsungan

(25)

Badan Kredit Desa dari zaman sebelum kemerdekaan dan bahkan sampai saat ini

masih digunakan dalam pembagunan ekonomi skala desa.

Bank Kredit Desa telah membantu menopang perekonomian masyarakat

desa sejak tidak dapat terpisahkan, karena selain keberadaan Badan Kredit Desa

yang telah berlangsung lama namun juga ditunjang akan kepercayaan masyarakat

desa akan keberadaan Badan Kredit Desa. Kepercayaan merupakan aset

perbankan yang sangat penting untuk dijaga guna meningkatkan efisiensi

penggunaan bank, efisiensi intermediasi, dan efektifitas penggunaan sarana lalu

lintas pembayaran.95

Undang-Undang Perbankan Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 menegaskan tentang konsep kepercayaan

dalam dalam perbankan. Badan Kredit Desa merupakan salah satu bagian dari

perbankan, hal ini karena Badan Kredit Desa memiliki kegiatan yang sama

dengan perbankan yakni simpan pinjam. Sehingga Badan Kredit Desa

dipersamakan dengan perbankan, berkolerasi dengan ketentuan diatas memberi

sifat hubungan bankdan nasabah penyimpan dana sebagai hubungan kepercayaan

(fiduciary relation) konsekuensi dari pengakuan hubungan kepercayaan ini adalah

bahwa bank tidak boleh hanya memperlihatkan kepentingannya sendiri

semata-mata, tetapi juga harus memperhatikan kepentingan nasabah penyimpanan dana.

Mengenai hubungan bank dengan nasabah debitur juga merupakan hubungan

kepercayaan karena bank hanya bersedia memberikan kredit kepada nasabah

(26)

debitur atas dasar kepercayaan bahwa nasabah debitur mampu dan mau membayar

kembali kredit tersebut.96

Pentingnya akan kepercayaan masih terjalin sampai saat ini baik dengan

berubahnya badan hukum Badan Kredit Desa menjadi Bank Perkreditan Rakyat

eks Badan Kredit Desa, hal ini dikarenakan masyarakat desa mengenal Bank

Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa masih sama dengan Badan Kredit

Desa. Karena operasional dari sistem pembayaran masihlah sama dengan Badan

Kredit Desa mengingat bahwa dalam praktek ini merupakan Bank Perkreditan

Rakyat yang terkecualikan dari ketentuan pada aturan Bank Perkreditan Rakyat

pada umumnya. 97

Untuk melindungi kepercayaan maka masyarakat desa (nasabah) perlu

mendapat perlindungan agar kepercayaan masyarakat desa akan Bank Perkreditan

Rakyat eks Badan Kredit Desa akan meningkat pula. Alasan utama pelindung

hukum terhadap nasabah, diantaranya :98

1. Nasabah membutuhkan sarana untuk menyimpan dananya dan bertranstaksi dengan pihak lain melalui banknya dengan rasa aman.

2. Nasabah hanya memperhatikan hanya dari sisi kepentingannya, tidak menilai tentang keberadaan Bank sebagai lembaga.

3. Kepercayaan nasabah terhadap Banknya, telah meyakini kegiatan usaha lembaga Bank nya, sehingga nasabah seolah-olah telah memiliki informasi lengkap.

4. Bank harus selalu memperhatikan asas kehati-hatian dalam melaksanakan kewajibannya, dalam rangka melindungi kepentingan nasabahnya.

96Ibid.

97

Analisis Yuridis Terhadap Status Hukum Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014,

agustus 2016 pukul 21.00)

(27)

5. Kompeksitas kegiatan perbankan yang meluas pada produk keuangan lainnya tidak semata mata bergerak dalam usaha jasa perbankan yang konvensional, sehingga perlu mengantisipasi resiko perbankan yang tidak merugikan nasabah.

Perlindungan hukum kepada nasabah tentunya akan berdampak positif

pada Bank Perkreditan Rakyat eks Bank Kredit Desa itu sendiri sekaligus pada

peningkatan pembangunan ekonomi nasional. Semakin tinggi perlindungan

hukum yang diberikan kepada nasabah, maka semakin tinggi pula kepercayaan

nasabah pada bank Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa sehingga kegiatan

simpan pinjam di Bank Perkreditan Rakyat Eks Bank Kredit Desa semakin

dinikmati masyarakat desa. Apabila Bank Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit

Desa sudah tidak dipercayai lagi oleh masyarakat desa, maka eksistensi Bank

Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa sebagai lembaga intermediasi akan

hancur, karena hidup matinya Bank Perkeditan Rakyat eks Badan Kredit Desa

tergantung pada tingkat kepercayaan masyarakat desa. Sehingga perlindungan

hukum bagi nasabah merupakan suatu tuntutan yang tidak boleh diabaikan begitu

saja.

Keberadaan kepastian suatu hukum juga dapat mempengaruhi terhadap

kepercayaan masyarakat desa, walaupun saat ini keperadaan Badan Kredit Desa

sudah berubah baik menjadi Bank Perkreditan Rakyat, PT Bank Perkreditan

Rakyat, koperasi Badan Perkreditan Rakyat juga sangat mempengaruhi

kepercayaan di masyarakat. Seperti yang dipaparkan oleh Badan Pengurus Pusat

Asosiasi Badan Kredit Desa (BPP ABKD) yang menyatakan bahwa berdasarkan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan maka merubah status

(28)

Rakyat eks Badan Kredit Desa ini merupakan Bank Perkreditan rakyat yang

dikecualikan dari ketentuan yang mengatur mengenai Bank Perkreditan Rakyat

pada umumnya. Sampai saat ini tidak ada payung hukum dan peraturan

perundang-undangan yang membahas mengenai Badan Kredit Desa, sehingga

kondisi tersebut menyebabkan ketidakpastian pada Badan Kredit Desa.99

Permasalahan tersebut akan secara tidak langsung merusak stabilitas Bank

Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa dan kepercayaan dari masyarakat

desa. Status hukum yang tidak ditunjang dari dalam peraturan pelaksanaan

memberikan ketidakpastian hukum terhadap keberadaan Bannk Perkreditan

Rakyat eks Badan Kredit Desa. Terutama terhadap masalah Badan Kredit Desa

yang telah bertransformasi menjadi Bank Perkreditan Rakyat, walaupun

operasional dan pemanfaatan Bank Perkreditan Rakyat tersebut masih sama dan

selayaknya Badan Kredit Desa, namun nomenklatur sudah beruba menjadi Bank

Perkreditan Rakyat. Selayaknya Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa

tersebut harus tunduk pada ketentuan Undang-Undang Perusahaan Daerah serta

tunduk pada Peraturan Perbankan.Namun Kembali pada kenyataan pada lapangan

bahwa Bank Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa merupakan salah satu

Bank Perkreditan Rakyat yang terkecualikan.

(29)

BAB IV

PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP TRANSFORMASI BADAN KREDIT DESA YANG DIBERIKAN STATUS

SEBAGAI BANK PERKREDITAN RAKYAT

A. Konsekuensi Adanya Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

Dalam rangka menciptakan sistem keuangan inklusif yang kuat dan

tangguh, diperlukan lembaga keuangan yang mampu melayani masyarakat hingga

lapisan masyarakat di pedesaan.Badan Kredit Desa sebagai salah satu jenis

lembaga keuangan di Desa yang masih ada hingga saat ini memiliki peran yang

sangat penting dalam membantu perekonomian masyarakat desa.Peran penting

dari Badan Kredit Desa tersebut perlu diperkuat melalui penataan kelembagaan

dan pengawasan dalam suatu peraturan perundang-undangan.

Dalam Pasal 58 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

menyatakan bahwa Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Perkreditan Desa, Badan

Kredit Desa, Badan Kredit Kecamatan, Kredit Usaha Rakyat Kecil, Lembaga

Perkreditan Kecamatan, Bank Karya Produksi Desa, dan atau lembaga-lembaga

lainnya yang dipersamakan dengan itu diberikan status sebagai Bank Perkreditan

Rakyat, dengan memenuhi persyaratan tata carayang ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah. Selanjutnya dalam Pasal 19 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 71

Tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat menyatakan bahwa Bank Desa,

(30)

LPK, BKPD, dan atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu,

yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan, dinyatakan menjadi

Bank Perkreditan Rakyat. Dengan demikian saat ini terdapat Badan Kredit Desa

dengan izin usaha dari Menteri Keuangan yang diberikan status sebagai Bank

Perkreditan Rakyat. Namun dengan karekteristik operasional Badan Kredit Desa

yang unik dan tidak sama dengan Bank Perkreditan Rakyat pada umumnya.

Badan Kredit Desa yang diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat

dikecualikan dari setiap peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Bank

Perkreditan Rakyat.100

Badan Kredit Desa yang berdasarkan pertimbangan tidak dapat memenuhi

ketentuan Bank Perkreditan Rakyat dapat memilih untuk mengubah Kegiatan

usaha menjadi LKM atau Badan usaha menjadi BUMDesa atau unit usaha

BUMDesa.101

100

Penjelasan POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

101

Pasal 10 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

Badan Kredit Desa yang memilih untuk mengubah kegiatan usaha

menjadi LKM atau badan usaha menjadi BUMDesa atau unit usaha BUMDesa

wajib menyampaikan rencana tindak kepada Otoritas Jasa Keuangan paling

lambat 31 Desember 2016. Dalam hal Badan Kredit Desa memilih mengubah

kegiatan usahanya menjadi LKM, rencana tindak memuat paling sedikit ialah

pilihan kegiatan usaha atau badan badan usaha, pembentukan badan hukuum yang

sesuai dengan kegiatan usaha, pengangkatan pengurus pengajuan permohonan

(31)

LKM dan pengajuan permohonan pencabutan izin usaha sebagai Bank

Perkreditan Rakyat. Badan Kredit Desa memilih mengubah badan usahanya

menjadi BUMDesa atau unit usaha BUMDesa, rencana tindak paling sedikit

rencana pendirian BUMDesa atau unit usaha BUMDesa sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.Perubahan kegiatan usaha atau badan usaha

dilaksanakan oleh Badan Kredit Desa paling lambat tanggal 31 Desember

2019.Apabila Otoritas Jasa Keuangan memandang perlu, Otoritas Jasa Keuangan

dapat meminta Badan Kredit Desa untuk melakukan revisi terhadap rencana

rencana tindak yang disampaikan Badan Kredit Desa. Badan Kredit Desa atas

inisiatf sendiri hanya dapat 1 (satu) kali merivisi rencana tindak dan disampaikan

kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat tanggal 31 Desember 2017, Badan

Kredit Desa wajib melaksanakan rencana tindak paling lama tanggal 31 Desember

2019.102

Badan Kredit Desa yang memilih untuk mengubah kegiatan usaha atau

badan usaha wajib menyampaikan laporan perkembangan realisasi rencana tindak

kepada Otoritas Jasa Keuangan setiap 6 (enam) bulan sekali untuk periode yang

berakhir pada tanggal 30 Juni dan 30 Desember. Laporan perkembangan realisasi

rencana tindak tesebut dilakukan paling lambat tanggal 31 Juli 2017, sedangkan

Laporan perkembangan realisasi rencana tindak dimana Badan Kredit Desa atas

(32)

inisiatif sendiri hanya dapat 1 (satu) kali merivisi rencana tindak dilaksanakan

untuk pertama kali paling lambat tanggal 31 Juli 2018.103

Badan Kredit Desa wajib menyampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan

yaitu informasi mengenai keaktifan Badan Kredit Desa disertai bukti buktinya dan

laporan keuangan Badan Kredit Desa secara triwulan selama 1 (satu) tahun untuk

periode yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2016, 30 Juni 2016, 30 September

2016, dan 31 Desember 2016 paling lambat 1 (satu) tahun setelah berlakunya

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. Badan Kredit Desa yang tidak

menyampaikan informasi mengenai keaktifan Badan Kredit Desa dan Laporan

triwulan selama 1 (satu) tahun dinyatakan sebagai Badan Kredit Desa yang tidak

aktif beroperasi dan akan dicabut izin usaha oleh Ororitas Jasa Keuangan,

pencabutan izin bagi Badan Kredit Desa dilakukan tanpa proses pemberesan, dan

selanjutnya hak dan kewajiban Badan Kredit Desa menjadi tanggung jawab

pemilik Badan Kredit Desa.104

Badan Kredit Desa yang memilih menjadi BUMDesa atau unit usaha

BUMDesa wajib mengajukan permohonan pencabutan izin usaha sebagai Bank

Perkreditan Rakyat kepada Otoritas Jasa Keuangan. Dalam hal permohonan

pencabuta izin usaha sebagai Bank Perkreditan Rakyat disetujui okleh Otoritas

Jasa Keuangan, maka Otoritas Jasa Keuangan mencabut izin usaha Badan Kredit

Desa dan segala hak dan kewajiban Badan Kredit Desa beralih kepada BUMDesa

103Pasal 11 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

(33)

atau unit usaha BUMDesa. Dalam hal Otoritas Jasa Keuangan telah mencabut izin

usaha Badan Kredit Desa namun BUMDesa atau unit usaa BUMDesa belum

terbentuk maka segala hak dan kewajiban Badan Kredit Desa menjadi tanggung

jawab pemilik Badan Kredit Desa. Badan Kredit Desa yang Memilih menjadi

LKM, wajib mengajukan permohonan pencabutan izin usaha sebagai Bank

Perkreditan Rakyat kepada Otoritas Jasa Keuangan bersamaan dengan

pengajuannan izin kegiatan usaha sebagai LKM, selanjutnya Otoritas Jasa

Keuangan apabila menyetujui permohonan tersebut maka Otoritas Jasa Keuangan

akan mencabut izin usaha Badan Kredit Desa, memberikan kegiatan usaha sebagai

LKM dan segala hak dan kewajiba Badan Kredit Desa beralih kepada LKM.105

Badan Kredit Desa yang tidak memenuhi ketentuan Bank Perkreditan

Rakyat atau tidak dapat melaksanakan rencana tindak paing lambat tanggal 31

Desember 2019 akan dicabut izin usahanya oleh Otoritas Jasa Keuangan diikuti

dengan pemberesan Badan Kredit Desa, Badan Kredit Desa dapat mengajukan

permohonan pencabutan izin usaha kepada Otoritas Jasa Keuangan atas inisiatif

Badan Kredit Desa dan diikuti dengan pemberesan Badan Kredit Desa.106

Badan Kredit Desa dapat mengajukan permohonan pencabutan izin usaha

kepada Otoritas Jasa Keuangan atas inisiatif Badan Kredit Desa, Dalam hal

Permohonan pencabutan izin usaha disetujui, Otoritas Jasa Keuangan mencabut

izin usaha Badan Kredit Desa dan diikuti dengan pemberesan Badan Kredit

105

Pasal 13 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

(34)

Desa.107 Badan Kredit Desa yang telah dicabut izin usahanya sebagaimana

dimaksud disebut sebagai “Badan Kredit Desa dalam pemberesan” dan

mencantumkan frasa “(dalam pemberesan) setelah penulisan nama Badan Kredit

Desa, sejak tanggal pencabutan izin usaha Badn Kredit Desa tidak diperbolehkan

melakukan perbuatan hukum berkaitan dengan aset Badan Kredit, Kecuali untuk

:108

1. Pembayaran gaji karyawan, Pelaksanaan Operasional, dan Dewan

Pengawas yan belum dibayarkan

2. Pembiayaan biaya kantor

3. Pembayaran kewajiban Badan Kredit Desa kepada nasabah penyimpan

dan aytau pihak ketiga

4. Hal-hal lain atas persetujuan Otoritas Jasa Keuangan.

Badan Kredit Desa yang telah dicabut izin usahanya juga tidak boleh

melakukan pembayaran gaji kepada Dewan Pengawas Ex-Officio Kepala Desa.

Badan Kredit Desa yang telah dicabut izin usahanya membentuk tim pemberesan

paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal pencabutan izin usaha, apabila tim

pemberesan tidak dapat terbentuk. Pemberesan Badan Kredit Desa menjadi

tanggung jawab pemilik Badan Kredit Desa.109

107Pasal 15 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

108

Pasal 16 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

(35)

Pelaksanaan Pemberesan Badan Kredit Desa dilakukan oleh tim pemberes,

dengan terbentuknya tim pemberes ini wewenang dan tanggung jawab pengurusan

Badan Kredit Desa dalam pemberesan menjadi tanggung jawab tim pemberes.

Dalam menjalankan wewenang dan tanggung jawabnya.Tim pemeres mewakili

Badan Kredit Desa dalam pemberesan. Sejak terbentuknya tim pemberes,

pelaksanaan Operasional dan Dewan Pengawas Badan Kredit Desa menjadi non

aktif, dan berkewajiban untuk setiap saat membantu memberikan data dan

informasi yang diperlukan oleh tim pemberes.110

Pelaksanaan pemberesan Badan Kredit Desa dilaksanakan dalam jangka

waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tim pemberes dibentuk, dalam

hal pemberesan tim pemberesan badan Kredit Desa tidak dapat diselesaikan dalam

jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, pemberesan Badan Kredit Desa

ditetapkan menjadi tanggung jawab pemilik Badan Kredit Desa.111 Dalam

melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya tim pemberesan tidak

diperbolehkan memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan tim pemberesan

bertanggung jawab secara pribadi apabila dalam melakukan tugasnya melanggar

ketentuan.112

110Pasal 18 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

111Pasal 19 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

112

Pasal 20 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

(36)

1. Pencairan harta Badan Kredit Desa

2. Penagihan piutang kepada para nasabah debitur Badan Kredit Desa

3. Pembayaran kewajiban Badan Kredit Desa kepada penyimpan dana dan

atau lainya dari hasil pencairan dan atau penagihan tersebut.113

Segala biaya yang berkaitan dengan dengan Pemberesan Badan Kredit

Desa dan tercantum dalam Daftar Biaya pemberesan menjadi bebanharta

kekayaan Badan Kredit Desa dalam pemberesan dikeluarkan terlebih dahulu dari

setiap hasil pencairan yang bersangkutan.114

Tim Pemberesan menyusun neraca akhir Pemberesan Badan Kredit Desa

untuk dilaporkan kepada pemilik Badan Kredit Desa paling lambat 1 (satu) bulan

setelah pelaksanaan pemberesan, dalam hal neraca akhir pemberesan Badan

Kredit Desa telah disetujui pemilik Badan Kredit Desa dan pemilik telah

menerima pertanggung jawaban tim pemberesan, pemilik Badan Kredit Desa

membubarkan tim pengawas, neraca akhir pemberesan Badan Kredit Desa juga

dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan. Dalam hal neraca akhir Pemberesan

Badan Kredit Desa tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu paling lama 6

(enam) bulan terhitung sejak tanggal Tim Pemberesan dibentuk, seluruh hak dan

113Pasal 21 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

(37)

kewajiban Badan Kredit Desa ditetapkan menjadi tangung jawab pemilik Badan

Kredit Desa.115

B. Mekanisme Adanya Badan Kredit Desa yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

Badan Kredit Desa wajib memenuhi ketentuan Bank Perkreditan Rakyat

mencakup antar lain kelembagaan, prinsip kehati-hatian, pelaporan dan

transparansi keuangan, serta penerapan standar akuntansi bagi Bank Perkreditan

Rakyat Paling lambat tanggal 31 Desember 2019. Ketentuan kelembagaan

sebagaimana dimaksud meliputi antara lain:116

1. Bentuk Badan hukum Bank Perkreditan Rakyat berupa Perseroan Terbatas, Koperasi, Perusahaan Umum Daerah atau Perusahaan Perseroan Daerah

2. Kewajiban Bank Perkreditan Rakyat untuk memiliki anggota Direksidan anggota Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ketentuan prinsip Kehati-hatian sebagaimana dimaksud meliputi antar lain:

1. Penerapan tata kelola

2. Penerapan menejemen waktu

3. Pemenuhan kewajiban penyediaan modal minimum dan modal inti 4. Kualitas aset produktif

5. Penerapan batas minimum pemberian kredit

Ketentuan pelaporan dan transparansi keuangan sebagaimana dimaksud

meliputi antara lain, Laporan bulanan, Laporan rencana kerja dan realisasi rencana

115

Pasal 23 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

(38)

kerja, Laporan pelaksanaan pengawasan oleh Dewan Komisaris, Laporan

keuangan publikasi, Laporan keuangan tahunan.

Dalam rangka memenuhi seluruh ketentuan Bank Perkreditan Rakyat,

Badan Kredit Desa wajib menyampaikan rencana tindak (action plan) kepada

Otoritas Jasa Keuangan paling lambat tanggal 31 Desember 2016. Rencana tindak

tersebut paling sedikit memuat:117

1. Pembentukan badan hukum Perseroan Terbatas, Koperasi, Perusahaan

Umum Daerah atau Perusahaan Perseroan Daerah.

2. Pengangkatan anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris

3. Pemenuhan modal inti Bank Perkreditan Rakyat

4. Permenuhan infrastruktur termasuk teknologi informasi untuk mendukung

kegiatan operasional dan pelaporan dan

5. Hari kerja operasional

Otoritas Jasa Keuangan memandang perlu, Otoritas Jasa Keuangan dapat

meminta Badan Kredit Desa untuk melakukan revisi terhadap rencana tindak yang

disampaikan oleh Badan kredit Desa, Badan Kredit Desa wajib menyampaikan

rencan tindak paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah Otoritas Jasa Keuangan

menyampaikan permintaan revisi rencana tindak, batas waktu realisasi seluruh

rencana tindak paling lambat tanggal 31 Desember 2019. Badan Kredit Desa

wajib melaksanakan rencana tindak dan melaporkan perkembangan realisasi

rencana tindak kepada Otoritas Jasa Keuangan setiap 6 (enam) bulan sekali untuk

(39)

periode yang berakhir pada tanggal 30 juni dan 31 Desember, penyampaian

laporan paling lambat pada akhir bulan berikutnya, laporan perkembangan

realisasi rencana tindak dilakukan untuk pertama kali paling lambat tanggal 31

Juli 2017. Badan Kredit Desa atas inisiatif sendiri hanya dapat 1(satu) kali

merevisi rencana tindak sebagaimana disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan

paling lambat tanggal 31 Desember 2017.Laporan perkrembangan realisasi

rencana tindak dilakukan untuk pertama kali paling lambat pada tanggal 31 Juli

2018.

Dalam rangka melaksanakan rencana tindak pembentukan badab hukum

Perseroan Terbatas, Koperasi, Perusahaan Umum Daerah atau Perusahaan

Perseroan Daerah, Badan Kredit Desa harus membentuk badan hukum sesuai

ketentuan yang mengatur kelembagaan Bank Perkreditan Rakyat dan ketentuan

peraturan perundang-undangan lainnya. Dalam rangka melaksanakan rencana

tindak pengangkatan anggota Direksi dan angota Dewan Komisaris Badan Kredit

Desa harus mengangkat anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris sesuai

ketentuan yang mengatur kelembagaan Bank Perkreditan Rakyat dan ketentuan

peraturan perundang-undangan lainnya. Dalam rangka melaksanakan rencana

tindak pemenuhan modal inti Bank Perkreditan Rakyat Bank Kredit Desa harus

memenuhi modal inti minimum Bank Perkreditan Rakyat sebesar Rp.

6.000.000.000,00 (enam milyar rupiah) dengan ketentuan:

(40)

2. Badan Kredit Desa wajib memenuhi modal inti minimum sebesar Rp. 6.000.000.000,00 (enam milyar rupiah) paling lambat tanggal 31 Desember 2024.

3. Badan Kredit Desa dengan modal inti paling sedikit sebesar Rp.3.000.000 (tiga milyar rupiah) namun kurang dari Rp. 6.000.000,00 (enam milyar rupiah), wajib memenuhi modal inti minimum sebesar Rp. 6.000.000.000,00 (enam milyar rupiah) paling lambat tanggal 31 Desember 2019.118

Dalam rangka memenuhi ketentuan Bank Perkreditan Rakyat, 1 (satu)

Badan Kredit Desa atau lebih dapat melakukan penyatuan Badan Kredit Desa

melalui proses penggabungan Badan Kredit Desa, 2 (dua) Badan Kredit Desa atau

lebih dapat melakukan penyatuan Badan Kredit Desa melalui proses peleburan

Badan Kredit Desa dan harus melibatkan Pemerintah Daerah. Penyatuan Badan

Kredit Desa harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari Otoritas Jasa

Keuangan, hak dan kewajiban yang timbul setelah penyatuan Badan Kredit Desa

menjadi Bank Perkreditan Rakyat menjadi tangung jawab Bank Perkreditan

Rakyat hasil penyatuan Badan Kredit Desa.119

Untuk memperoleh persetujuan penyatuan Badan Kredit Desa melalui

proses penggabungan, ketua pelaksana operasional Badan Kredit Desa atau salah

satu Badan Kredit Desa yang melakukan penyatuan Badan Kredit Desa harus

mengajukan permohonan kepada Otoritas Jasa Keuangan sesuai dengan format

yang akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan. Untuk

memperoleh persetujuan penyatuan Badan Kredit Desa melalui proses peleburan.

Ketua pelaksana operasional dari salah satu Badan Kredit Desa yang melakukan

118Pasal 4 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

(41)

penyatuan Badan Kredit Desa harus mengajukan permohonan kepada Otoritas

Jasa Keuangan sesuai dengan format yang akan diatur lebih lanjut dalam Surat

Edaran Otoritas Jasa Keuangan permohonan harus dilampiri dengan:120

1. Nama dan tempat kedudukan Badan Kredit Desa yang melakukan

penyatuan Badan Kredit Desa.

2. Nama dan tempat kedudukan Bank Perkreditan Rakyat hasil Penyatuan

Badan Kredit Desa

3. Nama pemegang saham atau pemilik, calon anggota direksi dan anggota

dewan komisaris hasil penyatuan Badan Kredit Desa.

Persetujuan para pemilik Badan Kredit Desa yang melakukan penyatuan

Badan Kredit Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan

rancangan neraca dan laba rugi setelah penyatuan Badan Kredit Desa sesuai

dengan format yang akan diatur dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan memberikan Persetujuan atau penolakan secara tertulis

atas permohonan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga Puluh) hari kerja sejak

permohonan diterima secara lengkap.

Bank Perkreditan Rakyat hasil penyatuan Badan Kredit Desa wajib

melaporkan pelaksanaan penyatuan Badan Kredit Desa kepada Otoritas Jasa

Keuangan dengan dilampirkan paling sedikit:121

120Pasal 6 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

(42)

1. Fotokopi anggaran dasar Bank Perkreditan Rakyat Bank Perkreditan

Rakyat hasil Penyatuan Badan Kredt Desa yang telah disahkan oleh

instansi yang berwenang

2. Susunan organisasi dan kepengurusan Bank Perkreditan Rakyat hasil

Penyatuan Badan Kredit Desa, data Direksi dan Dewan Komisaris serta

data pemegang saham atau pemilik Bank Perkreditan Rakyat hasil

Penyatuan Badan Kredit Desa

3. Laporan neraca dan laba rugi Bank Perkreditan Rakyuat hasil penyatuan

Badan Kredit Desa

4. Alamat lengkap Bank Perkreditan Rakyat hasil Penyatuan Badan Kredit

Desa.

Laporan pelaksanan Penyatuan Badan Kredit Desa wajib disampaikan

paling lambat 20(dua puluh) hari kerja setelah tanggal diterimanya pengesahan

anggaran dasar dari nstasi yang berwenang, berdasarkan laporan pelaksanaan

Penyatuan Badan Kredit Desa Otoritas Jasa Keuangan mencabut izin usaha

Badan Kredit Desa yang melakukan Penyatuan Badan Kredit Desa melalui proses

penggabungan Badan Kredit Desa atau Otoritas Jasa Keuangan mencabut izin

usaha Badan Kredit Desa dan menerbitkan izin usaha Bank Perkreditan Rakyat

yang baru hasil Penyatuan Badan Kredit Desa melalui proses peleburan Badan

Kredit Desa. Laporan pelaksanaan Badan Kredit Desa mengacu pada format yang

akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.

(43)

Pemerintah Daerah dapat mengajukan rencana pengalihan Badan Kredit

Desa sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dan ketentuan peraturan

perundang-undangan, pengajuan rencana pengalihan Badan Kredit Desa dilampiri

dengan:

1. Rancangan Pengalihan Badan Kredit Desa yang memuat paling sedikit:122

a. Nama dan tempat kedudukan Pemerintah Daerah yang akan mengambil

ahli Badan Kredit Desa

b. Jumlah dan nilai nominal aset dan kewajiban yang akan diambil alih

beserta komposisi pemegang saham atau pemilik setelah dilakukan

pengalihan Badan Kredit Desa

c. Rencana status kantor-kantor adan Kredit Desa hasil Pengalihan Badan

Kredit Desa

2. persetujuan para pemuilik Badan Kredit Desa yang melakukan Pengalihan

Badan Kredit Desa sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan

3. rancangan neraca dan laporan laba rugi setelah pengalihan Badan Kredit Desa.

Otoritas Jasa Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan secara

tertulis atas rencana Pengalihan Badan Kredit Desa dalam jangka waktu paling

lama 20(dua puluh) hari kerja sejak pengajuan rencana Pengalihan Badan Kredit

Desa diterima secara lengkap. Dalam hal rencana pengalihan Badan Kredit Desa

disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan, Pemerintah Daerah melaksanakan proses

pengalihan Badan Kredit Desa dilanjutkan dengan pengajuan permohonan izin

122

(44)

usaha Bank Perkreditan Rakyat yang dilampiri dengan bukti pemenuhan modal

inti minimum. Pengajuan rencana Pengalihan Badan Kredit Desa mengacu pada

format yang akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan secara

tertulis atas permohonan izin usaha Bank Perkreditan Rakyat dalam jangka waktu

paling lama 30(tiga puluh) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap.

Dalam persetujuan permohonan izin usaha Bank Perkreditan Rakyat diikuti

pencabutan izin usaha Badan Kredit Desa yang diambil ahli.

C. Tinjauan Yuridis pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap Transformasi Badan Kredit Desa yang diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat

Meningkatkan pengawasan merupakan salah satu program pembangunan,

yang dasar dan landasannya tidak berbeda dengan kegiatan-kegiatan

pembangunan lainnya.Sehingga pengawasan adalah bahagian yang integral dari

kegiatan pembangunan, dimana pengawasan harus dilaksanakan dengan efesiensi

dan efektivitas, agar jangan pengawasan justru menimbulkan pemborosan. Istilah

pengawasan dalam banyak hal sama artinya dengan kontrol.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata kontrol adalah

(45)

memeriksa.123Lingkup pengawasan yang perlu dilakukan pengawasan terdiri dari

tiga hal atau kombinasinya yaitu uang, barang dan orang.Demi terwujudnya

penyelenggaraan dari Bank Perkreditan Eks Badan Kredit Desa yang efisien dan

transparansi maka dibutuhkan suatu pengawasan.Sehingga dalam menjalankan

atau menyelenggarakan birokrasi, tidak dapat berjalan dengan seimbang jika tidak

adanya pengawasan.Pengawasan dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan

terjadinya penyimpangan tugas pemerintahan sebagaimana dasar-dasarnya dalam

konstitusi dan jabarannya yang diatur oleh undang undang atau untuk melakukan

cross check atau pencocokan, apakah kegiatan tersebut telah sesuai dengan tolak

ukur yang sudah ditentukan sebelumnya atau tidak. Sehingga pengawasan tidak

hanya digunakan dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan peraturan namun

juga sebagai tolak ukur keberhasilan dalam mencapai tujuan kegiatan.Dalam hal

tujuan penyelenggaraan dari Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa

adalah terlaksananya kegiatan simpan pinjam guna menunjang pembangunan

perekonomian masyarakat Desa. Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan

Kredit Desa merupakan kegiatan dalam lingkup perekonomian, sehingga demi

mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dibutuhkan suatu pengawasan baik

intern ataupun ekstern.Selain menunjang transparansi dan akuntabilitas,

pengawasan juga dibutuhkan dalam melindungi aset milik Bank Perkreditan

Rakyat Eks Badan Kredit Desa.124

123

Poerwadarminta, W.J.S Kamus Besar Bahasa Indonesia, diolah kembali oleh Pusat Pembinaan Bahas, Depdikbud, PN Balai Pustaka Jakarta, 1984, hlm 521.

124

M. Situmorang, Viktor dan Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat dalam Lingkungan Aparatur Pemerintah, PT. Rineka Cipta,

(46)

Pengawasan Bank pada prinsipnya terbagi atas dua jenis, yaitu

pengawasan dalam rangka mendorong bank-bank untuk ikut serta menunjang

pertumbuhan ekonomi dan menjaga kestabilan moneter, dan pengawasan

Referensi

Dokumen terkait

Tulisan ini merupakan sebuah tutorial yang memberikan penuntun bagaimana memformulasikan masalah (menyusun perintah), mendapatkan solusi numerik, dan menggambarkan

Adapun luaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah desain dan prototipe serta manfaat dari AFA (Amino Acid Fish Aggregation) sebagai teknologi terbaru yang ramah lingkungan

KEGIATAN : KEGIATAN PERENCANAAN DAN PENGAWASAN TEKNIS PENINGKATAN JALAN DAN PENGGANTIAN JEMBATAN PROVINSI PAKET : PENGAWASAN PENINGKATAN JALAN DAN JEMBATAN DI BPT WILAYAH MAGELANG..

KEGIATAN : KEGIATAN PERENCANAAN DAN PENGAWASAN TEKNIS PENINGKATAN JALAN DAN PENGGANTIAN JEMBATAN PROVINSI PAKET : PENGAWASAN PENINGKATAN JALAN DAN JEMBATAN DI BPT WILAYAH PATI..

KEGIATAN : KEGIATAN PERENCANAAN DAN PENGAWASAN TEKNIS PENINGKATAN JALAN DAN PENGGANTIAN JEMBATAN PROVINSI PAKET : PENGAWASAN PENINGKATAN JALAN DAN JEMBATAN DI BPT WILAYAH

KEGIATAN : KEGIATAN PERENCANAAN DAN PENGAWASAN TEKNIS PENINGKATAN JALAN DAN PENGGANTIAN JEMBATAN PROVINSI PAKET : PENGAWASAN PENINGKATAN JALAN DAN JEMBATAN DI BPT WILAYAH PURWODADI..

KEGIATAN : KEGIATAN PERENCANAAN DAN PENGAWASAN TEKNIS PENINGKATAN JALAN DAN PENGGANTIAN JEMBATAN PROVINSI PAKET : PENGAWASAN PENINGKATAN JALAN DAN JEMBATAN DI BPT WILAYAH