DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Barth, James R. Guardians of Finance Making Regulation Work for Us.
Cambridge: The MIT Press. 2012.
Budisantoso, Totok. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 3. Jakarta: Salemba
Empat. 2014.
Fuady, Munir. Hukum Perbankan Modern. Jakarta: PT Citra Aditya Bakti. 1995.
Djoni, S Gazali dan Rachmadi Usman.Hukum Perbankan. Jakarta: Sinar
Grafika.2010.
Hermansyah.Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana. 2009.
Kasmir.Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2002.
Manurung, Mandala dan Pratama Rahardja.Uang, Perbankan, dan Ekonomi
Moneter. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2004.
Mishkin, Frederic S. The Economics of Money, Banking Finance Market, Fifth
Edition. Singapore: Addsison-Wasley. 1998.
Muhamad, Abdulkadir dan Rilda Murniati.Segi Hukum Lembaga Keuangan dan
Pembiayaan, Edisi Revisi. Bandar Lampung: PT. Citra Aditya Bakti. 2004.
Otoritas Jasa Keuangan. Buku Saku Otoritas Jasa Keuangan. Jakarta: 2015.
Ouintyn, Marc dan Michael W. Taylor.Regulatory and Supervisory Independence
and Financial Stabilitiy.IMF Working Paper. 2002.
Poerwadarminta.Kamus Besar Bahasa Indonesia, diolah kembali oleh Pusat
Pembinaan Bahasa, Depdikbud. Jakarta: PN Balai Pustaka. 1984. Raz, Joseph. Concept of A Legal System, An Introduction to the Theory Of Legal
Sitompul, Zulkarnain. Lembaga Penjamin Simpanan. Jakarta: Program Pasca
Sarjana Universitas Indonesia. 2012.
Situmorang, M. Victor dan Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat dalam
Lingkungan Aparatur Pemerintah. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1998. Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas
Indonesia-Press. 1986.
Sutedi, Adrian. Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan. Jakarta: Raih Asa Sukses.
2004.
Widjanarto.Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia. Jakarta: Pustaka
Utama Grafiti. 2007.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Perbankan.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pungutan oleh Otoritas Jasa Keuangan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 20/POJK.03/2014 Tentang Bank
Perkreditan Rakyat. C. Jurnal Dan Majalah
Badan Kredit Desa. “Terhadap Perekonomian Desa Margoluwih Desa Sleman, Yogyakarta” (2014).
Badan Pengurus Pusat Asosiasi Badan Kredit Desa. “Gambaran Umum
Pengelolaan Operasional Badan Kredit Desa di Tengah Ketidakpastian Peraturan” Makalah disajikan pada Focus Group Discussion BKD. (Juni 2015)
Kartodinoto, Tjahjo Oetomo. “Usaha Skala Mikro dan Kecil serta Keunggulan dan Alternatif Pembiayaannya Dalam Era Otonomi Daerah,” Makalah disampaikan dalam rangka memenuhi salah satu syarat persyaratan pendidikan Sekolah Staf dan Pimpinan Bank Indonesia “SESPIBI”, (Maret 2014).
Kiryanto, Ryan. OJK dan Kepentingannya, Kompas, (2013).
Khopiatuziadah.“Hubungan Kelembagaan Antar Pengawas Sektor Perbankan: Perspektif Undang-Undang Tentang Otoritas Jasa Keuangan,” Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 9, No. 3.(Oktober 2012).
Mochtar, Zainal Arifin. Dan Iwan Satriawan. Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 6. No. 3. (September 2009).
Nasution, Bismar. “OJK Sebagai Suatu Sistem Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi”, Medan: Makalah disampaikan pada Seminar tentang Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan untuk mewujudkan perekenomian nasional yang berkelanjutan dan stabil. (November 2014).
Nasution, Bismar. “Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan: Kajian Terhadap Independensi dan Pengintegrasian
Pengawasan Lembaga Keuangan”, disampaikan pada Sosialisasi
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Era Baru Pengawasan Sektor Jasa Keuangan yang Terintegrasi. Medan, (Juni).
Pakpahan, Rudy Hendra. “Akibat Hukum Dibentuk Lembaga Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Pengawas Lembaga Jasa Keuangan di Indonesia”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 9, No. 3.(Oktober 2012).
Sitompul, Zulkarnain. “Konsepsi dan Transformasi Otoritas Jasa Keuangan”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 9, No.3.(Oktober 2012).
Sri, Wiwin. “Independensi Otoritas Jasa Keuangan dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 9, No.3.(Oktober 2012).
Susila, Ikwan. Analisis Efisiensi Lembaga Keuangan Mikro. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 8, No.2. (2007).
Susilowati, Etty. “Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Badan Kredit Desa”, Makalah Disajikan Pada Focus Group Discusion Badan Kredit Desa. (12 Juni 2015)
Tim Penyusunan Rancangan Undang-Undang Tentang Otoritas Jasa Keuangan dan Persiapan Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan. “Naskah Akademik Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan” (Februari 2012).
D. Website
Mengawal Transformasi Badan Kredit Desa,
Independensi Otoritas Jasa Keuangan.
OJK Perkuat Tugas Penyidikan Tindak Pidana Sektor Jasa Keuangan,
pada tanggal 14 Agustus 2016 pada pukul 20.30 WIB).
Badan Kredit Des September 2016).
Analisis Yuridis Terhadap Status Hukum Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014,
Bank Perkreditan Rakyat
http://hukum.student
journal.ub.ac.id/index.php/hukum/article/viewFile/1414/1268, (diakses pada 2 September 2016)
Bank Perkreditan Rakyat Pendukung Perekonomian Rakyat,
BAB III
KEDUDUKAN BADAN KREDIT DESA YANG DIBERIKAN STATUS SEBAGAI BANK PERKREDITAN RAKYAT
A. Badan Kredit Desa
1. Pengertian Badan Kredit Desa
Berdirinya Badan Kredit Desa tidak dapat dipisahkan dari berdirinya AVB
(Algemene Volkerediet Bank) yang kemudian menjadi Bank Rakyat Indonesia
pada sekitar tahun 1896. Kehadirannya erat kaitannya dengan keadaan ekonomi
pedesaan di Jawa yang memprihatinkan disebabkan oleh kegagalan panen secara
luas akibat musim kemarau panjang, banjir dan serangan hama.Berdasarkan
pengalaman pahit ini Asisten Residen Banyumas di Purwokwerto (De Wolf Van
Westerrode) berusaha membentuk kelompok-kelompok swadaya masyarakat guna
mengatasi keadaan, dengan cara membuat lumbung-lumbung desa untuk
menanggulangi keadaan akibat musim paceklik yang sering terjadi terutama di
Jawa dilaksanakan dengan prinsip Koperasi Reifeizen di Jerman yang prakteknya
di Jawa dilaksanakan dengan prinsip Rembug Desa, dimana hal tersebut sudah
biasa dilakukan oleh masyarakat di Jawa dengan prinsipnya gotong – royong.
Badan Kredit Desa adalah perusahaan milik desa yang beroperasi
diwilayah desa yang diurus sebagai perusahaan tersendiri dan terpisah dari
kekayaan lain milik desa yang bersangkutan.Ordonasi Badan Kredit Desa yang
termuat dalam Staatblad 357 tahun 1929, Rijksblad No 9 tahun 1938 untuk daerah
usaha, keuangan dan harta lainnya.Dalam perkembangannya Staatblad tersebut
telah dicabut dan diganti dengan UU No 7/ tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10/ tahun 1998 pasal 58.70
Badan Kredit Desa sudah ada sejak zaman Belanda tahun 1895 dan
merupakan cikal bakal terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat.Badan Kredit Desa
memberikan pinjaman kepada masyarakat dengan bunga yang rendah dan stabil
serta tanpa jaminan dan sesuai kebutuhan masyarakat desa itu sendiri. Badan
Kredit Desa Berbeda dengan Bank Perkreditan Rakyat yang apabila mengajukan
pinjaman harus ada jaminan serta ada kisaran pinjaman yang berlaku. Hal ini Indonesia adalah salah satu negara yang 70% rakyatnya tinggal di
pedesaan. Keadaan seperti ini menyadarkan bahwa fondasi perekonomian akan
semakin kuat, apabila perekonomian rakyat diperkuat. Memperkuat perekonomian
rakyat salah satunya dengan cara membangun lembaga keuangan pedesaan yang
mampu menjadi perantara keuangan pedesaan. Lembaga keuangan pedesaan
sudah ada sejak tahun 1825, dimana lembaga keuangan pedesaan itu disebut
dengan Badan Kredit Desa .Badan Kredit Desa bertujuan untuk memberantas
“sistem ijon”dan mempersempit gerak rentenir sehingga para petani, pegawai, dan
buruh tidak meminjam uang kepada rentenir dengan bunga yang tinggi.Badan
Kredit Desa merupakan perusahaan milik desa yang beroperasi di wilayah
pedesaan yang berasal dari rakyat dan untuk rakyat itu sendiri.
70
Badan Kredit Des
dijelaskan pada peraturan Bank Indonesia 8/26 pasal 72 bahwa Badan Kredit Desa
dikecualikan dari peraturan Bank Perkreditan Rakyat.71
Badan Kredit Desa merupakan perusahaan milik desa yang beroperasi di
wilayah pedesaan yang berasal dari rakyat dan untuk rakyat itu sendiri.Badan
Kredit Desa sudah ada sejak zaman Belanda tahun 1895 dan merupakan cikal
bakal terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat.Badan Kredit Desa memberikan
pinjaman kepada masyarakat dengan bunga yang rendah dan stabil serta tanpa
jaminan dan sesuai kebutuhan masyarakat desa itu sendiri.Badan Kredit Desa
Berbeda dengan Bank Perkreditan Rakyat yang apabila mengajukan pinjaman
harus ada jaminan serta ada kisaran pinjaman yang berlaku.Hal ini dijelaskan pada
peraturan Bank Indonesia 8/26 pasal 72 bahwa Badan Kredit Desa dikecualikan
dari peraturan Bank Perkreditan Rakyat.72
a. Badan Kredit Desa merupakan cikal bakal terbentuknya BPR, dasar
hukum yang mengatur Badan Kredit Desa ialah Staatsblad Nomor 357
tahun 1929 yang berisi Badan Kredit Desa perusahaan terpisah dan tidak Keberadaan Badan Kredit Desa di pedesaaan semakin penting, sejalan
dengan meningkatnya kebutuhan pelayanan akan jasa-jasa lembaga keuangan bagi
masyarakat pedesaan. Status Bank Perkreditan Rakyat baru diberikan kepada
Badan Kredit Desa sejak dikeluarkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992,
proses pemberian status Badan Kredit Desa menjadi Bank Perkreditan Rakyat
diperoleh melalui tahapan berikut:
71 Wina Andini “Jurnal Pengaruh Badan Kredit Desa Terhadap Perekonomian Desa Margoluwih Desa Sleman,Yogyakarta” Bogor 2014, hlm. 6.
boleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan desa, pinjaman hanya ke
penduduk desa yang memerlukan, bunga tidak boleh lebih dari yang
diperlukan untuk menutup biaya operasional, dimana membentuk modal
dan cadangan, satu kali dalam tiga tahun sisa uang di luar keperluan harus
disetorkan ke kas desa, uang kas yang tidak digunakan dalam operasional
harus disimpan pada sentral kas, dan untuk menutup biaya keperluan
bersama beberapa Badan Kredit Desa dibentuk dana usaha dari iuran
tahunan Badan Kredit Desa.
b. Undang-undang nomor 14 Tahun 1967 pasal 41 ayat 1 yang berbunyi bank
desa, lumbung desa, bank pasar, bank pegawai, dan bank-bank lainnya
yang dapat dipersamakan dengan itu yang pada saat mulai berlakunya
Undang-undang ini telah ada, tetap menjalankan tugasnya dalam sistem
perbankan berdasarkan Undang-undang ini.
c. Kepres Nomor 38 tahun 1988 pasal 1 yang berbunyi bank desa, lumbung
desa, bank pasar, bank pegawai, dan bank lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan Undang-undang Nomor 14 tahun
1967 adalah bank perkreditan rakyat.
d. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1064/KMK.00/1988 tentang
pendirian dan usaha Bank Perkreditan Rakyat.
e. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 pasal 58 yang berbunyi bank desa,
lumbung desa, bank pasar, bank pegawai, lumbung pitih nagari (LPN),
lembaga perkreditan desa (LPD), badan kredit desa (BKD), badan kredit
kecamatan (LPK), dan badan karya produksi desa (BKPD) yang telah
memperoleh izin usaha menteri keuangan diberikan status sebagai BPR
sesuai tata cara yang diatur dalam peraturan pemerintah.
f. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1992 pasal 19 ayat 1 yang
berbunyi bank desa, lumbung desa, bank pasar, bank pegawai, LPN, LPD,
BKD, BKK, KURK, LPK, BKPD yang telah memperoleh izin usaha
menteri keuangan diberikan status sebagai BPR.
g. Peraturan Bank Indonesia (PBI) 8/26 tentang Kelembagaan BPR yang
terdapat pada ketentuan penutup Pasal 72 berbunyi PBI ini tidak
diberlakukan bagi BPR eks BKD yang didirikan berdasarkan Staasblad
tahun 1929 Nomor 357.
Badan Kredit Desa yang selanjutnya disingkat BKD adalah Bank Desa,
Lumbung Desa atau Badan Kredit Desa yang telah mendapat izin usaha dari
Menteri Keuangan dan telah diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat
oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998.73
73 Pasal 1 Peraturan OJK No. 10 /POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Badan Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Badan Kredit Desa.
Badan Kredit Desa
(BKD) merupakan tonggak sejarah berdirinya Lembaga Keuangan Mikro di
Indonesia.Diawali dengan berdirinya Lumbung Desa (LD) pada tahun 1897 oleh
Kelompok Swadaya Masyarakat. Lumbung Desa dan Bank Desa inilah kemudian
dikenal dengan nama Badan Kredit Desa (BKD), yang merupakan cikal bakal
berdirinya Lembaga Perkreditan Kecil di Pedesaan atau sekarang lebih dikenal
(BKD) merupakan tonggak sejarah berdirinya Lembaga keuangan Mikro di
Indonesia.Diawali dengan berdirinya Lumbung Desa (LD) pada tahun 1897 oleh
Kelompok Swadaya Masyarakat. Lumbung Desa dan Bank Desa inilah kemudian
dikenal dengan nama Badan Kredit Desa (BKD), yang merupakan cikal bakal
berdirinya Lembaga Perkreditan Kecil terdapat proses administratif formal yang
menyulitkan, Sasarannya adalah masyarakat miskin dan pengusaha mikro, dimana
jasa keuangan yang diberikan dapat disesuaikan dengan karakteristik kelompok
sasaran tersebut, Menggunakan pendekatan kelompok, baik dengan ataupun tidak
dengan sistem tanggung renteng yang mengedepankan pola hubungan kenal dekat
sebagai landasan utama mengelola risiko, lingkup kegiatan LKM dapat mencakup
pembiayaan kegatan ekonomi produktif maupun konsumtif, pendampingan dan
pendidikan, kegiatan penghimpunan dan bentuk kegiatan lain yang dibutuhkan
oleh pengusaha mikro dan masyarakat miskin. Selain sarat dengan potensi,
perkemba-ngan BKD masih dihadapkan pada berbagai kendala baik yang bersifat
internal maupun kondisi eksternal yang kurang kondusif.
Pemasalahan mendasar yang dirasakan sebagai kendala utama bagi
berkembangnya BKD di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Masih rancunya definisi dari usaha mikro, kecil, dan menengah,
sehinggaterjadi penafsiran yang berbeda antarakalangan perbankan dengan
instansipemerintah terkait.
2. Belum adanya perlindungan hukum bagi usaha di bidang keuangan mikro,
sehingga resiko kerugian yang diderita oleh nasabah sebagai akibat dari
pula resiko kerugian yang diderita oleh BKD belum dapat dipertanggungkan
kepadapihak lain melalui mekanisme penjami-nan.
3. Belum adanya ketentuan hukum yang mengatur tentang lembaga
penjaminansimpanan mengakibatkan LKM menjadi lembaga yang
kurangmenarik bagi masyarakat yang ingin menempatkan simpanannya dalam
BKD, sehingga mendorong BKD bertumpu pada sumber pembiayaanyang
lebih mahal.
4. Tertutupnya ijin baru bagi pendirian lembaga penjaminan kredit dirasakan
sebagai salah satu kendala bagi tumbuhnya LKM di berbagai daerah,
meskipun di daerah tersebut terdapaT potensi dana yang cukup signifikan bagi
pembentukan LKM.
5. Adanya larangan bagi Pemda untuk melakukan penjaminan hutang (PP 107
tahun 2001 pasal 10). Oleh karena itu perlu dipikirkan mengenai adanya
langkah terobosan bagi pengembangan skema baru untuk penjaminan,
misalnyamelalui revisi PP disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan.
6. Status kelembagaan BKD yang masih"menggantung", dimana BKD
cenderung berstatus BPR tetapi belum sepenuhnya dapat dianggap
sebagaiBPR, karena belum memenuhi persyaratan/kewajiban sebagai BPR.
Menurut Wijono, permasalahan eksternal yang dihadapi BKD adalah
aspekkelembagaan, sedangkan permasalahan internal yang dihadapkan adalah
menyangkut aspek operasional dan pemberdayaan usaha. Sebagian besar BKD
masih terbatas kemam puannya karena masih tergantung kepada jumlah
mengelola usaha sebagian besar juga masihterbatas, sehingga dalam jangka
panjangakan mempengaruhi perkembangan BKD,bahkan bisa menjadi faktor
penghambat yang cukup serius.74
Badan Kredit Desa merupakan salah satu penggerak perekonomian skala
mikro, sehingga pada tahun 1971-1972 terbitlah Izin Kementerian Keuangan
terkait mengenai Badan Usaha BKD.Izin badan usaha yang diberikan oleh
Kementerian Keuangan sejumlah 5279 BKD.Sedangkan BKD sejumlah 175 BKD
tidak memiliki izin dari Kementerian Keuangan namun memiliki izin dari Surat
Depdagri No. 412.21/1502/BANGDES tgl 14 November 1991.75Berdasarkan
pada ketentuan dalam pasal 4 UU Nomor 14 Tahun 1967, BKD tersebut
dipersamakan status dan tugas sebagai dari BPR. Guna untuk memberikan
kepastian terhadap BKD tersebut, sehingga lahirlah Keputusan Presiden Nomor
38 Tahun 1988 tentang Bank Perkreditan Rakyat dimana Lumbung Desa dan
Bank Desa yang diberikan status Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan pada
wilayah.Terkait mengenai status BKD sebagai BPR dipertegas kembali dalam
KMK No.1064/KMK.00/1998 tentang Pendirian dan Usaha BPR, dan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 1992 tentang BPR.76
2. Fungsi Badan Kredit Desa
74
Susila, Ikwan. 2007 Analisis Efesiensi Lembaga Keuangan Mikro, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 8, No. 2, hlm. 225.
75Analisis Yuridis Terhadap Status Hukum Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit
Desa dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, http://hukum.student journal.ub.ac.id/index.php/hukum/article/viewFile/1414/1268, (diakses pada 2 September 2016)
76
Fungsi utama Bank dalam suatu perekonomian adalah untuk memobilisasi
dana masyarakat, dan secara tepat serta cepat menyalurkan dana tersebut kepada
penggunaan atau investasi yang efektif dan efisien. Fungsi seperti itu dapat
dikatakan sebagai “aliran darah” bagi perkrembangan perekonomian dan
peningkatan standar taraf hidup.77
Disetiap negara, fungsi bank merupakan “jantung” dari pasar uang.Fungsi
bank seperti itu sudah berjalan sejak abad pertengahan.Pada waktu it pihak
penguasa telah memanfatkan kredit bank sebagai pengganti pajak untuk
membiayai ambisi mereka.
Fungsi bank lainnya adalah sebagai lembaga
penyedia instrumen pembayaran untuk barang dan jasa yang dapat dilakukan
secara cepat, efisien dan aman. Fungsi ini akan berjalan apabila penjual dan
pembeli barangdan jasa meyakini bahwa instrumen yang digunakan untuk
pembayara tersebut akan diterima dan dibayar oleh semua pihak dalam suatu
transaksi dan transaksi ikutannya. Tanpa adanya kepercayaan, maka fungsi
dimaksud tidak akan berjalan.
78
a. Pemenuhan modal kerja bagi usaha kecil.
Sedangkan Fungsi Badan Kredit Desa menurut Otoritas Jasa Keuangan adalah:
b. Meningkatkan pendapatan atau taraf hidup.
c. Mendorong pembangunan ekonomi desa dan upaya pengentasan
kemiskinan.
77 Lihat Frederic S. Mishkin, The Economics of Money, Banking Financial Markert, Fifth Edition, (Singapore: Addsison-Wasley, 1998), hlm 226, yang mangatakan bahwa bank memainkan
peranan penting dalam menyalurkan dana dari nadabah kepada sektor-sektor produktif dan menjamin sistem keuangan berjalan dengan lancar dan efisien.
d. Membatasi ruang gerak rentenir atau ijon.
3. Tujuan Badan Kredit Desa
Tujuan Badan Kredit Desa menurut Otoritas Jasa Keuangan adalah:
a. Memudahkan akses permodalan.
b. Mendidik masyarakat agar gemar menabung.
c. Memberantas sistem ijon dan mempersempit gerak rentenir.
B. Bank Perkreditan Rakyat
1. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat
Perbankan di banyak negara pada umumnya tidak ditujukan untuk
melayani masyarakat kecil. Tetapi letak perkantoran, struktur organisasi, program
pendidikan,falsafah perusahaan, manajemen dan sistem administrasi, cara dan
produser pelayanananya, semua ditujukkan untuk melayani orang-orang
mapandan berada. Namun di Indonesia, sudah sejak lama ada sejenis bank yang
khusus melayani masyarakat kecil, yaitu Bank Perkreditan Rakyat. Tugasnya
memberikan bantuan kepada masyarakat kecil yang membutuhkan bantuan dana
dari di pasar-pasar dan di desa- desa. Selain itu tugasnya menghimpun dana
tabungan masyarakat berupa deposito berjangka.79
Dengan dikeluarkannya Pakto 1988, di indonesia terdapat dua jenis Bank
Perkreditan Rakyat, yaitu Bank Perkreditan Rakyat gaya lama ( Bank Perkreditan
Rakyat yang telah memperoleh izin sebelum Pakto 1988), dan Bank Perkreditan
Rakyat gaya baru ( Bank Perkreditan Rakyat yang memperoleh izin usaha setelah
79
Pakto 1988). Bank Perkreditan Rakyat gaya lama ini terditi atas Bank Desa,
Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari, Lembaga
Perkreditan Rakyat, Badan Kredit Desa, Badan Kredit Kecamatan, Kredit Usaha
Rakyat Kecil, Lembaga Perkreditan Kecamatan, Bank Karya Produksi Desa dan
Lembaga-lembaga lain yang dipersamakan dengan itu. Sesuai dengan ketentuan
Pasal 41 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967, status dan tugas dari Bank
Perkreditan Rakyat gaya lama ditetapkan dalam Undang-Undang. Namun sambil
menunggu dikeluarkan Undang-Undang dimaksud, pengaturannya diadakan
dalam Keputusan Presiden Nomor 38 Tahun 1988 tentang Bank Perkreditan
Rakyat. Disebutkan bahwa bank-bank desa sebagaimana di atas semuanya
menjadi Bank Perkreditan Rakyat.80
Dasar hukum Pendirian Bank Perkreditan Rakyat gaya lama ini adalah
Staatsblad, Peraturan daerah, keputusan Gubernur masing-masing Provinsi.
Pemilikannya bisa Pemerintah Daerah atau masyarakat setempat. Adapun bentuk
hukumnya berupa Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, Koperasi atau
Maskapai Andil Indonesia, namun beberapa diantaranya bahkan masih belum
memiliki badan hukum.81
Bank Perkreditan Rakyat merupakan salah satu jenis bank yang dikenal
melayani golongan pengusaha mikro, kecil, dan menengah. Lokasi Bank
Perkreditan Rakyat biasanya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan
sehingga Bank Perkreditan Rakyat banyak dijumpai di setiap daerah yang tersebar
di seluruh wilayah indonesia. Bank Perkreditan Rakyat merupakan lembaga
perbankan resmi yang diatur berdasarkan pada Undang-Undang No. 7 Tahun
1992 tentang Perbankan dan sebagaimana telah disempurnakan dengan
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan
Undang-Undang tersebut adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensionalatau berdasarkan pada Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.82
Keberadaan Bank Perkreditan Rakyat dirasakan cukup strategis dalam
menjembatani terwujudnya pemerataan pembangunan.Di samping itu Bank
Perkreditan Rakyat juga sebagai lembaga keuangan mikro diharapkan dapat
melayani kebutuhan danausaha mikro terutama yang belum dapat dijangkau oleh
pembiayaan bank umum.83
Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.Kegiatan Bank Perkreditan
Rakyat jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum karena
Bank Perkreditan Rakyat dilarang menerima simpanan giro, kegiatan valas, dan
perasuransian.84
82 Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 3, (Jakarta:Salemba Empat, 2014).
83
Tjahjo Oetomo Kartodinoto “Usaha Skala Mikro dan Kecil serta Keunggulan dan Alternatif Pembiayaannya Dalam Era Otonomi Daerah,” (Makalah disampaikan dalam rangkamemenuhi salah satu persyaratan pendidikan Sekolah Staf dan Pimpinan Bank Indonesia“SESPIBI”, Jakarta, Maret 2004), hlm. 7.
Bank Perkreditan Rakyat merupakan salah satu pendukung
perkembangan perekonomian Indonesia, terutama untuk kegiatanusaha mikro,
kecil, dan menengah serta sektor informal.Peran Bank Perkreditan Rakyat dalam
84Bank Perkreditan Rakya
pemberian kredit bagi usaha mikro, kecil, dan menengah ini dapat membantu
menciptakan lapangan pekerjaan, pemerataan pendapatan, dan pemerataan
kesempatan berusaha di Indonesia.85
Lembaga perkreditan rakyat didirikan berawal dari keinginan untuk
membantu para petani, pegawai, dan buruh untuk lepas dari jerat rentenir yang
memberikan buna dengan kredit tinggi. Lembaga perkreditan rakyat muncul pada
abad ke 19, ditandia dengan terbentuknya beberapa lembaga seperti Lumbung
Desa, Bank Desa, Bank Tani, Bank Dagang Desa (Bank Pasar) pada zaman
kolonial Belanda. Pada masa setelah kemerdekaan, pemerintah mendorong
pendirian bank-bank di pedesaan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan Bank Pekreditan Rakyat yang merupakan bagian dari sistem Perbankan
harus sehat dan dapat dipercaya oleh masyarakat supaya bisa berkontribusi
maksimal dalam menggerakan perekonomian secara keseluruhan. Perkembangan
usaha Bank Perkreditan Rakyat yang terus menunjukkan kinerja yang positif,
didorong oleh tiga faktor utama yaitu kebijakan pemerintah yang memberikan
peluang pendirian Bank Perkreditan Rakyat, deregulasi perbankan yang
memperbesar ruang gerak Bank Perkreditan Rakyat dan besarnya kebutuhan
masyarakat terutama di daerah pinggiran kota dan pedesaan terhadap jasa
pelayanan perbankan. Kontribusi Bank Perkreditan Rakyat akan semakin nyata
jika Bank Perkreditan Rakyat dalam kondisi sehat dan kuat. Penilaian kesehatan
Bank Perkreditan Rakyat telah menjadi indikator pentingdalam upaya peningkatan
kinerja bank.
85
jasa keuangan kepada para pedagang pasar seperti Bank Pasar dan Bank Karya
Produksi Desa (BKPD).Pada awal 1970-an. Pemerintah daerah mulai membentuk
Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LKPD).86
Pada 1988, melalui keputusan Presiden RI No. 38, pemerintah
mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1988 (pakto 1988) yang menjadi
momentum awal pendirian BPR-BPR baru.Bank-bank pasar yang telah terbentuk
dikuhkukan menjadi Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan pada pakto
1988.Kebijakan tersebut memberikan kejelasan mengenai keberadaan dan
kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat. Sebagai langkah lanjutan dari Pakto
1988, pemerintah mengeluarkan beberapa ketentuan dalam bidang perbankan
yang merupakan penyempurnasan ketentuan sebelumnya, yaitu: penyemurnaan
Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan dengan
mengeluarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan
Penyempurnaan lebih lanjut yang dituangkan dalam Undang-Undang No. 10
Tahun 1998. Penyempurnaan sistem perbankan di Indonesia yang ditempuh
dengan cara menyederhanakan jenis bank menjadi Bank Umum dan Bank
Perkreditan rakyat serta memperjelas ruang lingkup dan batas kegiatan yang dapat
diselenggarakan. Diharapkan dapat lebih meningkatkan perannya dalam
pelaksanaan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi,
dan stabilisasi nasional ke arah peningkatan tareif hidup rakyat banyak.87
Pada tahun pelaksanaanya, Undang-Undang No.7 Tahun 1992 didukung
dengan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam
peraturan perundang-undangan tersebut memungkinkan Lembaga Keuangan
bukan Bank yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dapat
menyesuaikan kegiatan usahanya sebagai bank, dan lembaga-lembaga keuangan
kecil, seperti Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung Desa, bank Pegawai, dan
lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu dapat diberikan status
sebagai Bank Perkreditan Rakyat dalam jangka waktu sampai dengan 31 Oktober
1997 dengan memenuhi persyaratan dan tata cara yang dtetapkan dengan
Peraturan Pemerintah. Bank Perkreditan Rakyat yang didirikan sesudah Pakto
1988 ataupu Lembaga Keuangan yang dikuhkukan menjadi Bank Perkreditan
Rakyat sesuai dengan PP No. 71 tahun 1992, tunduk pada ketentuan yang diatur
dalam Undang-Undang Perbankan dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan
Bank Indonesia sebagai otoritas pengawas bank.88
Sektor perbankan yang memiliki posisi strategis sebagai lembaga
intermediasi dan penunjang sistem perbankan merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam proses penyesuaian kebijakan dalam bidang ekonomi dan
keuangan dalam menghadapi tantangan perekonomian regional dan internasional.
Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan penyempurnaan terhadap sistem
perbankan nasional yang bukan hanya mencakup upaya penyehatan bank secara
individu melainkan juga penyehatan sistem perbankan secara menyeluruh.Upaya
penyehatan perbankan nasional menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, bank-bank itu sendiri, dan masyarakat pengguna jasa bank.Adanya
tanggung jawab bersama tersebut dapat membantu memelihara tingkat tingkat
kesehatan perbankan nasional sehingga dapat berperan secara maksimal dalam
perekonomian nasional. Supaya proses pembinaan dan pengawasan bank dapat
terlaksana secara efektif, kewenangan dan tanggung jawab mengenai perizinan
bank yang semula berada pada Menteri Keuangan diahlikan kepada Pimpinan
Bank Indonesia sehingga Bank Indonesia memiliki kewenangan dan tangung
jawab yang utuh untuk menetapkan perizinan, pembinaan, dan pengawasan bank
serta pengenaan sanksi terhadap bank yang tidak memenuhi peraturan perbankan
yang berlaku.89
Dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945 menyebutkan bahwa “dalam pasal 33
tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk
semua di bawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat.
Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran
orang-seorang”, selanjutnya dalam pasal 33 UUD 1945 juga dikatakanbahwa “ Bumu
dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok
kemakmuran rakyat”. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dalam pasal 33
UUD 1945 beserta penjelasannya secara tegas melarang adanya penguasaan
sumber daya alam di tangan orang-seseorang. Dengan kata lain monopoli, Dalam melaksanakan usahanya Bank Perkreditan Rakyat berasaskan
demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi
ekonomi adalah sistem ekonomi indonesia yang dijalankan sesuai dengan pasal 33
UUD 1945 yang memiliki 8 ciri positif sebagai pendukung dan 3 ciri negatif yang
harus dihindari (free fight liberalism, etatisme, dan monopoli).
oligopoli, ataupun praktek kartel dalam bidang pengelolaan sumber daya alam
bertentangan dengan prinsip Pasal 33 UUD 1945.90
Fungsi Bank Perkreditan Rakyat Secara lebih detail dapat diuraikan
sebagai berikut :
2.Fungsi Bank Perkreditan Rakyat
Fungsi Bank Perkreditan Rakyat tidak hanya sekedar menyalurkan kredit
kepada para pengusaha mikro, kecil, dan menengah, tetapi ada juga yang
menerima simpanan dari masyarakat atau dengan kata lain berfungsi sebagai
penghimpun dan penyalur dari masyarakat. Simpanan nasabah Bank Perkreditan
Rakyat di jamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sesuai dengan
ketentuan dan persyaratan yang berlaku sehingga bersifat aman.Pada mulanya
tugas pokok BankPerkreditan Rakyat diarahkan untuk menunjang pertumbuhan
dan modernisasi ekonomi pedesaan.Namun semakin bertumbuh kebutuhan
masyarakat, tugas Bank Perkreditan Rakyat tidak hanya ditunjukan masyarakat
pedesaan, tetapi juga mencakup pemberian jasa perbankan bagi masyarakat
golongan ekonomi lemah di daerah perkotaan.Dalam penyaluran kredit terhadap
masyarakat Bank Perkreditan Rakyat menggunakan prinsip 3T, yaitu Tepat
Waktu, Tepat Jumlah, Tepat Sasaran. Hal tersebut dikarenakan proses kreditnya
yang relatif cepat, persyaratan lebih sederhana dan sangat mengerti aka kebutuhan
nasabah.
91
90 Ibid.
1. Memberi pelayanan perbankan kepada masyarakat yang sulit atau tidak
memiliki akses ke abnk umum.
2. Membantu Pemerintah mendidik masyarakat dalam memahami pola nasional
agar akselerasi pembangunan di sektor pedesaan dapat dipercepat.
3. Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha terutama bagi masyarakat
pedesaan.
Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat jauh lebih sempit jika dibandingkan
dengan kegiatan bank umum. Bank Perkreditan Rakyat dalam melakukan
kegiatannya tidak sama dengan kegiatan yang dilakukan oleh bank konvensional
(bank umum). Adapun bentuk kegiatan yang boleh dilakukan oleh Bank
Perkreditan Rakyat meliputi: Menghimpun dana dalam bentuk simpanan tabungan
dan simpanan deposito. Menyalurkan pinjaman kepada masyarakat. Menyedikan
pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah.92
Peranan Bank Perkreditan Rakyat dalam perekonomian masyarakat dapat
dilihat dari skala usahanya.Skala usaha Bank Perkreditan Rakyat adalah usaha
kecil sehingga lebih memiliki kekuatan dalam hal likuiditas dibanding bank
umum. Bank Perkreditan Rakyat lebih cenderung memberikan pinjaman jangka
pendek kepada debiturnya, karena pinjaman tersebut mempunyai batas pelunasan
yang relatif cepat dan dana yang diberikan juga minim. Bila terjadi sesuatu yang
tidak diinginkan misalnya debitur ingkar janji terhadap kewajibannya maka risiko
yang ditanggung oleh pihak bank relatif kecil.93
92
Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), hlm. 214.
Bentuk Badan Hukum Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan
Undang-Undang No.10 Tahun 1998 dapat berupa :
1. Perusahaan Daerah (Badan Usaha Milik Daerah)
2. Koperasi
3. Perseroan Terbatas ( berupa saham atas nama)
4. Bentuk lain yang di tetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Kegiatan Usaha Bank Perkredita Rakyat meiliputi usaha untuh
menghimpun dan menyalurkan dana dengan tujuan mendapatkan keuntungan.
Keuntungan Bank Perkreditan Rakyat diperoleh dari spread effect (selisih antara
bunga pinjaman dan bunga pinjaman) dan pendapatan bunga. Kegiatan usaha
yang dilakukan Bank Perkreditan Rakyat, antara lain sebagai berikut:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu.
2. Memberikan kredit dalam bentuk Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi,
maupun Kredit Konsumsi.
3. Menyediakan pembiayaan dan penetapan dana berdasarkan Prinsip
Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah tidak diperkenalkan melaksanakan kegiatan
secara konvensional. Demikian juga Bank Perkreditan Rakat yang
melakukan kegiatan usaha secara konvensional tidak diperkenalkan
4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain.
SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada Bank
Perkreditan Rakyat apabila Bank Perkreditan Rakyat mengalami over
likuiditas.
3. Tujuan Bank Perkreditan Rakyat
Menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam usaha mencapai tujuannya Bank
Perkreditan Rakyat mempunyai sasaran melayani keutuhan petani, nelayan,
peternak, pedagang, pengusaha kecil, pegawai dan pensiunan, karena sasaran ini
belum dapat terjangkau oleh bank umum sehingga dapat mewujudkan pemerataan
layanan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan,
dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang (rentenir dan pengijon).94
C. Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat
Bank Kredit Desa adalah salah satu lembaga yang dipersamakan dengan
bank, alasannya karena Bank Kredit Desa memiliki fungsi dan potensi yang
dominan dalam bidang keuangan, khususnya dalam keuangan bidang mikro,
yakni desa. Pembangunan ekonomi skala desa merupakan salah satu fungsi dari
berdirinya Badan Kredit Desa, sehingga tidak dipungkiri bahwa keberlangsungan
Badan Kredit Desa dari zaman sebelum kemerdekaan dan bahkan sampai saat ini
masih digunakan dalam pembagunan ekonomi skala desa.
Bank Kredit Desa telah membantu menopang perekonomian masyarakat
desa sejak tidak dapat terpisahkan, karena selain keberadaan Badan Kredit Desa
yang telah berlangsung lama namun juga ditunjang akan kepercayaan masyarakat
desa akan keberadaan Badan Kredit Desa. Kepercayaan merupakan aset
perbankan yang sangat penting untuk dijaga guna meningkatkan efisiensi
penggunaan bank, efisiensi intermediasi, dan efektifitas penggunaan sarana lalu
lintas pembayaran.95
Undang-Undang Perbankan Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 menegaskan tentang konsep kepercayaan
dalam dalam perbankan. Badan Kredit Desa merupakan salah satu bagian dari
perbankan, hal ini karena Badan Kredit Desa memiliki kegiatan yang sama
dengan perbankan yakni simpan pinjam. Sehingga Badan Kredit Desa
dipersamakan dengan perbankan, berkolerasi dengan ketentuan diatas memberi
sifat hubungan bankdan nasabah penyimpan dana sebagai hubungan kepercayaan
(fiduciary relation) konsekuensi dari pengakuan hubungan kepercayaan ini adalah
bahwa bank tidak boleh hanya memperlihatkan kepentingannya sendiri
semata-mata, tetapi juga harus memperhatikan kepentingan nasabah penyimpanan dana.
Mengenai hubungan bank dengan nasabah debitur juga merupakan hubungan
kepercayaan karena bank hanya bersedia memberikan kredit kepada nasabah
debitur atas dasar kepercayaan bahwa nasabah debitur mampu dan mau membayar
kembali kredit tersebut.96
Pentingnya akan kepercayaan masih terjalin sampai saat ini baik dengan
berubahnya badan hukum Badan Kredit Desa menjadi Bank Perkreditan Rakyat
eks Badan Kredit Desa, hal ini dikarenakan masyarakat desa mengenal Bank
Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa masih sama dengan Badan Kredit
Desa. Karena operasional dari sistem pembayaran masihlah sama dengan Badan
Kredit Desa mengingat bahwa dalam praktek ini merupakan Bank Perkreditan
Rakyat yang terkecualikan dari ketentuan pada aturan Bank Perkreditan Rakyat
pada umumnya. 97
Untuk melindungi kepercayaan maka masyarakat desa (nasabah) perlu
mendapat perlindungan agar kepercayaan masyarakat desa akan Bank Perkreditan
Rakyat eks Badan Kredit Desa akan meningkat pula. Alasan utama pelindung
hukum terhadap nasabah, diantaranya :98
1. Nasabah membutuhkan sarana untuk menyimpan dananya dan bertranstaksi dengan pihak lain melalui banknya dengan rasa aman.
2. Nasabah hanya memperhatikan hanya dari sisi kepentingannya, tidak menilai tentang keberadaan Bank sebagai lembaga.
3. Kepercayaan nasabah terhadap Banknya, telah meyakini kegiatan usaha lembaga Bank nya, sehingga nasabah seolah-olah telah memiliki informasi lengkap.
4. Bank harus selalu memperhatikan asas kehati-hatian dalam melaksanakan kewajibannya, dalam rangka melindungi kepentingan nasabahnya.
96Ibid.
97
Analisis Yuridis Terhadap Status Hukum Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014,
agustus 2016 pukul 21.00)
5. Kompeksitas kegiatan perbankan yang meluas pada produk keuangan lainnya tidak semata mata bergerak dalam usaha jasa perbankan yang konvensional, sehingga perlu mengantisipasi resiko perbankan yang tidak merugikan nasabah.
Perlindungan hukum kepada nasabah tentunya akan berdampak positif
pada Bank Perkreditan Rakyat eks Bank Kredit Desa itu sendiri sekaligus pada
peningkatan pembangunan ekonomi nasional. Semakin tinggi perlindungan
hukum yang diberikan kepada nasabah, maka semakin tinggi pula kepercayaan
nasabah pada bank Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa sehingga kegiatan
simpan pinjam di Bank Perkreditan Rakyat Eks Bank Kredit Desa semakin
dinikmati masyarakat desa. Apabila Bank Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit
Desa sudah tidak dipercayai lagi oleh masyarakat desa, maka eksistensi Bank
Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa sebagai lembaga intermediasi akan
hancur, karena hidup matinya Bank Perkeditan Rakyat eks Badan Kredit Desa
tergantung pada tingkat kepercayaan masyarakat desa. Sehingga perlindungan
hukum bagi nasabah merupakan suatu tuntutan yang tidak boleh diabaikan begitu
saja.
Keberadaan kepastian suatu hukum juga dapat mempengaruhi terhadap
kepercayaan masyarakat desa, walaupun saat ini keperadaan Badan Kredit Desa
sudah berubah baik menjadi Bank Perkreditan Rakyat, PT Bank Perkreditan
Rakyat, koperasi Badan Perkreditan Rakyat juga sangat mempengaruhi
kepercayaan di masyarakat. Seperti yang dipaparkan oleh Badan Pengurus Pusat
Asosiasi Badan Kredit Desa (BPP ABKD) yang menyatakan bahwa berdasarkan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan maka merubah status
Rakyat eks Badan Kredit Desa ini merupakan Bank Perkreditan rakyat yang
dikecualikan dari ketentuan yang mengatur mengenai Bank Perkreditan Rakyat
pada umumnya. Sampai saat ini tidak ada payung hukum dan peraturan
perundang-undangan yang membahas mengenai Badan Kredit Desa, sehingga
kondisi tersebut menyebabkan ketidakpastian pada Badan Kredit Desa.99
Permasalahan tersebut akan secara tidak langsung merusak stabilitas Bank
Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa dan kepercayaan dari masyarakat
desa. Status hukum yang tidak ditunjang dari dalam peraturan pelaksanaan
memberikan ketidakpastian hukum terhadap keberadaan Bannk Perkreditan
Rakyat eks Badan Kredit Desa. Terutama terhadap masalah Badan Kredit Desa
yang telah bertransformasi menjadi Bank Perkreditan Rakyat, walaupun
operasional dan pemanfaatan Bank Perkreditan Rakyat tersebut masih sama dan
selayaknya Badan Kredit Desa, namun nomenklatur sudah beruba menjadi Bank
Perkreditan Rakyat. Selayaknya Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa
tersebut harus tunduk pada ketentuan Undang-Undang Perusahaan Daerah serta
tunduk pada Peraturan Perbankan.Namun Kembali pada kenyataan pada lapangan
bahwa Bank Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa merupakan salah satu
Bank Perkreditan Rakyat yang terkecualikan.
BAB IV
PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP TRANSFORMASI BADAN KREDIT DESA YANG DIBERIKAN STATUS
SEBAGAI BANK PERKREDITAN RAKYAT
A. Konsekuensi Adanya Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat
Dalam rangka menciptakan sistem keuangan inklusif yang kuat dan
tangguh, diperlukan lembaga keuangan yang mampu melayani masyarakat hingga
lapisan masyarakat di pedesaan.Badan Kredit Desa sebagai salah satu jenis
lembaga keuangan di Desa yang masih ada hingga saat ini memiliki peran yang
sangat penting dalam membantu perekonomian masyarakat desa.Peran penting
dari Badan Kredit Desa tersebut perlu diperkuat melalui penataan kelembagaan
dan pengawasan dalam suatu peraturan perundang-undangan.
Dalam Pasal 58 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
menyatakan bahwa Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Perkreditan Desa, Badan
Kredit Desa, Badan Kredit Kecamatan, Kredit Usaha Rakyat Kecil, Lembaga
Perkreditan Kecamatan, Bank Karya Produksi Desa, dan atau lembaga-lembaga
lainnya yang dipersamakan dengan itu diberikan status sebagai Bank Perkreditan
Rakyat, dengan memenuhi persyaratan tata carayang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah. Selanjutnya dalam Pasal 19 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat menyatakan bahwa Bank Desa,
LPK, BKPD, dan atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu,
yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan, dinyatakan menjadi
Bank Perkreditan Rakyat. Dengan demikian saat ini terdapat Badan Kredit Desa
dengan izin usaha dari Menteri Keuangan yang diberikan status sebagai Bank
Perkreditan Rakyat. Namun dengan karekteristik operasional Badan Kredit Desa
yang unik dan tidak sama dengan Bank Perkreditan Rakyat pada umumnya.
Badan Kredit Desa yang diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat
dikecualikan dari setiap peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Bank
Perkreditan Rakyat.100
Badan Kredit Desa yang berdasarkan pertimbangan tidak dapat memenuhi
ketentuan Bank Perkreditan Rakyat dapat memilih untuk mengubah Kegiatan
usaha menjadi LKM atau Badan usaha menjadi BUMDesa atau unit usaha
BUMDesa.101
100
Penjelasan POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.
101
Pasal 10 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.
Badan Kredit Desa yang memilih untuk mengubah kegiatan usaha
menjadi LKM atau badan usaha menjadi BUMDesa atau unit usaha BUMDesa
wajib menyampaikan rencana tindak kepada Otoritas Jasa Keuangan paling
lambat 31 Desember 2016. Dalam hal Badan Kredit Desa memilih mengubah
kegiatan usahanya menjadi LKM, rencana tindak memuat paling sedikit ialah
pilihan kegiatan usaha atau badan badan usaha, pembentukan badan hukuum yang
sesuai dengan kegiatan usaha, pengangkatan pengurus pengajuan permohonan
LKM dan pengajuan permohonan pencabutan izin usaha sebagai Bank
Perkreditan Rakyat. Badan Kredit Desa memilih mengubah badan usahanya
menjadi BUMDesa atau unit usaha BUMDesa, rencana tindak paling sedikit
rencana pendirian BUMDesa atau unit usaha BUMDesa sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.Perubahan kegiatan usaha atau badan usaha
dilaksanakan oleh Badan Kredit Desa paling lambat tanggal 31 Desember
2019.Apabila Otoritas Jasa Keuangan memandang perlu, Otoritas Jasa Keuangan
dapat meminta Badan Kredit Desa untuk melakukan revisi terhadap rencana
rencana tindak yang disampaikan Badan Kredit Desa. Badan Kredit Desa atas
inisiatf sendiri hanya dapat 1 (satu) kali merivisi rencana tindak dan disampaikan
kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat tanggal 31 Desember 2017, Badan
Kredit Desa wajib melaksanakan rencana tindak paling lama tanggal 31 Desember
2019.102
Badan Kredit Desa yang memilih untuk mengubah kegiatan usaha atau
badan usaha wajib menyampaikan laporan perkembangan realisasi rencana tindak
kepada Otoritas Jasa Keuangan setiap 6 (enam) bulan sekali untuk periode yang
berakhir pada tanggal 30 Juni dan 30 Desember. Laporan perkembangan realisasi
rencana tindak tesebut dilakukan paling lambat tanggal 31 Juli 2017, sedangkan
Laporan perkembangan realisasi rencana tindak dimana Badan Kredit Desa atas
inisiatif sendiri hanya dapat 1 (satu) kali merivisi rencana tindak dilaksanakan
untuk pertama kali paling lambat tanggal 31 Juli 2018.103
Badan Kredit Desa wajib menyampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan
yaitu informasi mengenai keaktifan Badan Kredit Desa disertai bukti buktinya dan
laporan keuangan Badan Kredit Desa secara triwulan selama 1 (satu) tahun untuk
periode yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2016, 30 Juni 2016, 30 September
2016, dan 31 Desember 2016 paling lambat 1 (satu) tahun setelah berlakunya
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. Badan Kredit Desa yang tidak
menyampaikan informasi mengenai keaktifan Badan Kredit Desa dan Laporan
triwulan selama 1 (satu) tahun dinyatakan sebagai Badan Kredit Desa yang tidak
aktif beroperasi dan akan dicabut izin usaha oleh Ororitas Jasa Keuangan,
pencabutan izin bagi Badan Kredit Desa dilakukan tanpa proses pemberesan, dan
selanjutnya hak dan kewajiban Badan Kredit Desa menjadi tanggung jawab
pemilik Badan Kredit Desa.104
Badan Kredit Desa yang memilih menjadi BUMDesa atau unit usaha
BUMDesa wajib mengajukan permohonan pencabutan izin usaha sebagai Bank
Perkreditan Rakyat kepada Otoritas Jasa Keuangan. Dalam hal permohonan
pencabuta izin usaha sebagai Bank Perkreditan Rakyat disetujui okleh Otoritas
Jasa Keuangan, maka Otoritas Jasa Keuangan mencabut izin usaha Badan Kredit
Desa dan segala hak dan kewajiban Badan Kredit Desa beralih kepada BUMDesa
103Pasal 11 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.
atau unit usaha BUMDesa. Dalam hal Otoritas Jasa Keuangan telah mencabut izin
usaha Badan Kredit Desa namun BUMDesa atau unit usaa BUMDesa belum
terbentuk maka segala hak dan kewajiban Badan Kredit Desa menjadi tanggung
jawab pemilik Badan Kredit Desa. Badan Kredit Desa yang Memilih menjadi
LKM, wajib mengajukan permohonan pencabutan izin usaha sebagai Bank
Perkreditan Rakyat kepada Otoritas Jasa Keuangan bersamaan dengan
pengajuannan izin kegiatan usaha sebagai LKM, selanjutnya Otoritas Jasa
Keuangan apabila menyetujui permohonan tersebut maka Otoritas Jasa Keuangan
akan mencabut izin usaha Badan Kredit Desa, memberikan kegiatan usaha sebagai
LKM dan segala hak dan kewajiba Badan Kredit Desa beralih kepada LKM.105
Badan Kredit Desa yang tidak memenuhi ketentuan Bank Perkreditan
Rakyat atau tidak dapat melaksanakan rencana tindak paing lambat tanggal 31
Desember 2019 akan dicabut izin usahanya oleh Otoritas Jasa Keuangan diikuti
dengan pemberesan Badan Kredit Desa, Badan Kredit Desa dapat mengajukan
permohonan pencabutan izin usaha kepada Otoritas Jasa Keuangan atas inisiatif
Badan Kredit Desa dan diikuti dengan pemberesan Badan Kredit Desa.106
Badan Kredit Desa dapat mengajukan permohonan pencabutan izin usaha
kepada Otoritas Jasa Keuangan atas inisiatif Badan Kredit Desa, Dalam hal
Permohonan pencabutan izin usaha disetujui, Otoritas Jasa Keuangan mencabut
izin usaha Badan Kredit Desa dan diikuti dengan pemberesan Badan Kredit
105
Pasal 13 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.
Desa.107 Badan Kredit Desa yang telah dicabut izin usahanya sebagaimana
dimaksud disebut sebagai “Badan Kredit Desa dalam pemberesan” dan
mencantumkan frasa “(dalam pemberesan) setelah penulisan nama Badan Kredit
Desa, sejak tanggal pencabutan izin usaha Badn Kredit Desa tidak diperbolehkan
melakukan perbuatan hukum berkaitan dengan aset Badan Kredit, Kecuali untuk
:108
1. Pembayaran gaji karyawan, Pelaksanaan Operasional, dan Dewan
Pengawas yan belum dibayarkan
2. Pembiayaan biaya kantor
3. Pembayaran kewajiban Badan Kredit Desa kepada nasabah penyimpan
dan aytau pihak ketiga
4. Hal-hal lain atas persetujuan Otoritas Jasa Keuangan.
Badan Kredit Desa yang telah dicabut izin usahanya juga tidak boleh
melakukan pembayaran gaji kepada Dewan Pengawas Ex-Officio Kepala Desa.
Badan Kredit Desa yang telah dicabut izin usahanya membentuk tim pemberesan
paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal pencabutan izin usaha, apabila tim
pemberesan tidak dapat terbentuk. Pemberesan Badan Kredit Desa menjadi
tanggung jawab pemilik Badan Kredit Desa.109
107Pasal 15 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.
108
Pasal 16 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.
Pelaksanaan Pemberesan Badan Kredit Desa dilakukan oleh tim pemberes,
dengan terbentuknya tim pemberes ini wewenang dan tanggung jawab pengurusan
Badan Kredit Desa dalam pemberesan menjadi tanggung jawab tim pemberes.
Dalam menjalankan wewenang dan tanggung jawabnya.Tim pemeres mewakili
Badan Kredit Desa dalam pemberesan. Sejak terbentuknya tim pemberes,
pelaksanaan Operasional dan Dewan Pengawas Badan Kredit Desa menjadi non
aktif, dan berkewajiban untuk setiap saat membantu memberikan data dan
informasi yang diperlukan oleh tim pemberes.110
Pelaksanaan pemberesan Badan Kredit Desa dilaksanakan dalam jangka
waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tim pemberes dibentuk, dalam
hal pemberesan tim pemberesan badan Kredit Desa tidak dapat diselesaikan dalam
jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, pemberesan Badan Kredit Desa
ditetapkan menjadi tanggung jawab pemilik Badan Kredit Desa.111 Dalam
melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya tim pemberesan tidak
diperbolehkan memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan tim pemberesan
bertanggung jawab secara pribadi apabila dalam melakukan tugasnya melanggar
ketentuan.112
110Pasal 18 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.
111Pasal 19 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.
112
Pasal 20 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.
1. Pencairan harta Badan Kredit Desa
2. Penagihan piutang kepada para nasabah debitur Badan Kredit Desa
3. Pembayaran kewajiban Badan Kredit Desa kepada penyimpan dana dan
atau lainya dari hasil pencairan dan atau penagihan tersebut.113
Segala biaya yang berkaitan dengan dengan Pemberesan Badan Kredit
Desa dan tercantum dalam Daftar Biaya pemberesan menjadi bebanharta
kekayaan Badan Kredit Desa dalam pemberesan dikeluarkan terlebih dahulu dari
setiap hasil pencairan yang bersangkutan.114
Tim Pemberesan menyusun neraca akhir Pemberesan Badan Kredit Desa
untuk dilaporkan kepada pemilik Badan Kredit Desa paling lambat 1 (satu) bulan
setelah pelaksanaan pemberesan, dalam hal neraca akhir pemberesan Badan
Kredit Desa telah disetujui pemilik Badan Kredit Desa dan pemilik telah
menerima pertanggung jawaban tim pemberesan, pemilik Badan Kredit Desa
membubarkan tim pengawas, neraca akhir pemberesan Badan Kredit Desa juga
dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan. Dalam hal neraca akhir Pemberesan
Badan Kredit Desa tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu paling lama 6
(enam) bulan terhitung sejak tanggal Tim Pemberesan dibentuk, seluruh hak dan
113Pasal 21 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.
kewajiban Badan Kredit Desa ditetapkan menjadi tangung jawab pemilik Badan
Kredit Desa.115
B. Mekanisme Adanya Badan Kredit Desa yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat
Badan Kredit Desa wajib memenuhi ketentuan Bank Perkreditan Rakyat
mencakup antar lain kelembagaan, prinsip kehati-hatian, pelaporan dan
transparansi keuangan, serta penerapan standar akuntansi bagi Bank Perkreditan
Rakyat Paling lambat tanggal 31 Desember 2019. Ketentuan kelembagaan
sebagaimana dimaksud meliputi antara lain:116
1. Bentuk Badan hukum Bank Perkreditan Rakyat berupa Perseroan Terbatas, Koperasi, Perusahaan Umum Daerah atau Perusahaan Perseroan Daerah
2. Kewajiban Bank Perkreditan Rakyat untuk memiliki anggota Direksidan anggota Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan prinsip Kehati-hatian sebagaimana dimaksud meliputi antar lain:
1. Penerapan tata kelola
2. Penerapan menejemen waktu
3. Pemenuhan kewajiban penyediaan modal minimum dan modal inti 4. Kualitas aset produktif
5. Penerapan batas minimum pemberian kredit
Ketentuan pelaporan dan transparansi keuangan sebagaimana dimaksud
meliputi antara lain, Laporan bulanan, Laporan rencana kerja dan realisasi rencana
115
Pasal 23 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.
kerja, Laporan pelaksanaan pengawasan oleh Dewan Komisaris, Laporan
keuangan publikasi, Laporan keuangan tahunan.
Dalam rangka memenuhi seluruh ketentuan Bank Perkreditan Rakyat,
Badan Kredit Desa wajib menyampaikan rencana tindak (action plan) kepada
Otoritas Jasa Keuangan paling lambat tanggal 31 Desember 2016. Rencana tindak
tersebut paling sedikit memuat:117
1. Pembentukan badan hukum Perseroan Terbatas, Koperasi, Perusahaan
Umum Daerah atau Perusahaan Perseroan Daerah.
2. Pengangkatan anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris
3. Pemenuhan modal inti Bank Perkreditan Rakyat
4. Permenuhan infrastruktur termasuk teknologi informasi untuk mendukung
kegiatan operasional dan pelaporan dan
5. Hari kerja operasional
Otoritas Jasa Keuangan memandang perlu, Otoritas Jasa Keuangan dapat
meminta Badan Kredit Desa untuk melakukan revisi terhadap rencana tindak yang
disampaikan oleh Badan kredit Desa, Badan Kredit Desa wajib menyampaikan
rencan tindak paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah Otoritas Jasa Keuangan
menyampaikan permintaan revisi rencana tindak, batas waktu realisasi seluruh
rencana tindak paling lambat tanggal 31 Desember 2019. Badan Kredit Desa
wajib melaksanakan rencana tindak dan melaporkan perkembangan realisasi
rencana tindak kepada Otoritas Jasa Keuangan setiap 6 (enam) bulan sekali untuk
periode yang berakhir pada tanggal 30 juni dan 31 Desember, penyampaian
laporan paling lambat pada akhir bulan berikutnya, laporan perkembangan
realisasi rencana tindak dilakukan untuk pertama kali paling lambat tanggal 31
Juli 2017. Badan Kredit Desa atas inisiatif sendiri hanya dapat 1(satu) kali
merevisi rencana tindak sebagaimana disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan
paling lambat tanggal 31 Desember 2017.Laporan perkrembangan realisasi
rencana tindak dilakukan untuk pertama kali paling lambat pada tanggal 31 Juli
2018.
Dalam rangka melaksanakan rencana tindak pembentukan badab hukum
Perseroan Terbatas, Koperasi, Perusahaan Umum Daerah atau Perusahaan
Perseroan Daerah, Badan Kredit Desa harus membentuk badan hukum sesuai
ketentuan yang mengatur kelembagaan Bank Perkreditan Rakyat dan ketentuan
peraturan perundang-undangan lainnya. Dalam rangka melaksanakan rencana
tindak pengangkatan anggota Direksi dan angota Dewan Komisaris Badan Kredit
Desa harus mengangkat anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris sesuai
ketentuan yang mengatur kelembagaan Bank Perkreditan Rakyat dan ketentuan
peraturan perundang-undangan lainnya. Dalam rangka melaksanakan rencana
tindak pemenuhan modal inti Bank Perkreditan Rakyat Bank Kredit Desa harus
memenuhi modal inti minimum Bank Perkreditan Rakyat sebesar Rp.
6.000.000.000,00 (enam milyar rupiah) dengan ketentuan:
2. Badan Kredit Desa wajib memenuhi modal inti minimum sebesar Rp. 6.000.000.000,00 (enam milyar rupiah) paling lambat tanggal 31 Desember 2024.
3. Badan Kredit Desa dengan modal inti paling sedikit sebesar Rp.3.000.000 (tiga milyar rupiah) namun kurang dari Rp. 6.000.000,00 (enam milyar rupiah), wajib memenuhi modal inti minimum sebesar Rp. 6.000.000.000,00 (enam milyar rupiah) paling lambat tanggal 31 Desember 2019.118
Dalam rangka memenuhi ketentuan Bank Perkreditan Rakyat, 1 (satu)
Badan Kredit Desa atau lebih dapat melakukan penyatuan Badan Kredit Desa
melalui proses penggabungan Badan Kredit Desa, 2 (dua) Badan Kredit Desa atau
lebih dapat melakukan penyatuan Badan Kredit Desa melalui proses peleburan
Badan Kredit Desa dan harus melibatkan Pemerintah Daerah. Penyatuan Badan
Kredit Desa harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari Otoritas Jasa
Keuangan, hak dan kewajiban yang timbul setelah penyatuan Badan Kredit Desa
menjadi Bank Perkreditan Rakyat menjadi tangung jawab Bank Perkreditan
Rakyat hasil penyatuan Badan Kredit Desa.119
Untuk memperoleh persetujuan penyatuan Badan Kredit Desa melalui
proses penggabungan, ketua pelaksana operasional Badan Kredit Desa atau salah
satu Badan Kredit Desa yang melakukan penyatuan Badan Kredit Desa harus
mengajukan permohonan kepada Otoritas Jasa Keuangan sesuai dengan format
yang akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan. Untuk
memperoleh persetujuan penyatuan Badan Kredit Desa melalui proses peleburan.
Ketua pelaksana operasional dari salah satu Badan Kredit Desa yang melakukan
118Pasal 4 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.
penyatuan Badan Kredit Desa harus mengajukan permohonan kepada Otoritas
Jasa Keuangan sesuai dengan format yang akan diatur lebih lanjut dalam Surat
Edaran Otoritas Jasa Keuangan permohonan harus dilampiri dengan:120
1. Nama dan tempat kedudukan Badan Kredit Desa yang melakukan
penyatuan Badan Kredit Desa.
2. Nama dan tempat kedudukan Bank Perkreditan Rakyat hasil Penyatuan
Badan Kredit Desa
3. Nama pemegang saham atau pemilik, calon anggota direksi dan anggota
dewan komisaris hasil penyatuan Badan Kredit Desa.
Persetujuan para pemilik Badan Kredit Desa yang melakukan penyatuan
Badan Kredit Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
rancangan neraca dan laba rugi setelah penyatuan Badan Kredit Desa sesuai
dengan format yang akan diatur dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan memberikan Persetujuan atau penolakan secara tertulis
atas permohonan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga Puluh) hari kerja sejak
permohonan diterima secara lengkap.
Bank Perkreditan Rakyat hasil penyatuan Badan Kredit Desa wajib
melaporkan pelaksanaan penyatuan Badan Kredit Desa kepada Otoritas Jasa
Keuangan dengan dilampirkan paling sedikit:121
120Pasal 6 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.
1. Fotokopi anggaran dasar Bank Perkreditan Rakyat Bank Perkreditan
Rakyat hasil Penyatuan Badan Kredt Desa yang telah disahkan oleh
instansi yang berwenang
2. Susunan organisasi dan kepengurusan Bank Perkreditan Rakyat hasil
Penyatuan Badan Kredit Desa, data Direksi dan Dewan Komisaris serta
data pemegang saham atau pemilik Bank Perkreditan Rakyat hasil
Penyatuan Badan Kredit Desa
3. Laporan neraca dan laba rugi Bank Perkreditan Rakyuat hasil penyatuan
Badan Kredit Desa
4. Alamat lengkap Bank Perkreditan Rakyat hasil Penyatuan Badan Kredit
Desa.
Laporan pelaksanan Penyatuan Badan Kredit Desa wajib disampaikan
paling lambat 20(dua puluh) hari kerja setelah tanggal diterimanya pengesahan
anggaran dasar dari nstasi yang berwenang, berdasarkan laporan pelaksanaan
Penyatuan Badan Kredit Desa Otoritas Jasa Keuangan mencabut izin usaha
Badan Kredit Desa yang melakukan Penyatuan Badan Kredit Desa melalui proses
penggabungan Badan Kredit Desa atau Otoritas Jasa Keuangan mencabut izin
usaha Badan Kredit Desa dan menerbitkan izin usaha Bank Perkreditan Rakyat
yang baru hasil Penyatuan Badan Kredit Desa melalui proses peleburan Badan
Kredit Desa. Laporan pelaksanaan Badan Kredit Desa mengacu pada format yang
akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.
Pemerintah Daerah dapat mengajukan rencana pengalihan Badan Kredit
Desa sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dan ketentuan peraturan
perundang-undangan, pengajuan rencana pengalihan Badan Kredit Desa dilampiri
dengan:
1. Rancangan Pengalihan Badan Kredit Desa yang memuat paling sedikit:122
a. Nama dan tempat kedudukan Pemerintah Daerah yang akan mengambil
ahli Badan Kredit Desa
b. Jumlah dan nilai nominal aset dan kewajiban yang akan diambil alih
beserta komposisi pemegang saham atau pemilik setelah dilakukan
pengalihan Badan Kredit Desa
c. Rencana status kantor-kantor adan Kredit Desa hasil Pengalihan Badan
Kredit Desa
2. persetujuan para pemuilik Badan Kredit Desa yang melakukan Pengalihan
Badan Kredit Desa sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
3. rancangan neraca dan laporan laba rugi setelah pengalihan Badan Kredit Desa.
Otoritas Jasa Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan secara
tertulis atas rencana Pengalihan Badan Kredit Desa dalam jangka waktu paling
lama 20(dua puluh) hari kerja sejak pengajuan rencana Pengalihan Badan Kredit
Desa diterima secara lengkap. Dalam hal rencana pengalihan Badan Kredit Desa
disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan, Pemerintah Daerah melaksanakan proses
pengalihan Badan Kredit Desa dilanjutkan dengan pengajuan permohonan izin
122
usaha Bank Perkreditan Rakyat yang dilampiri dengan bukti pemenuhan modal
inti minimum. Pengajuan rencana Pengalihan Badan Kredit Desa mengacu pada
format yang akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan secara
tertulis atas permohonan izin usaha Bank Perkreditan Rakyat dalam jangka waktu
paling lama 30(tiga puluh) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap.
Dalam persetujuan permohonan izin usaha Bank Perkreditan Rakyat diikuti
pencabutan izin usaha Badan Kredit Desa yang diambil ahli.
C. Tinjauan Yuridis pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap Transformasi Badan Kredit Desa yang diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat
Meningkatkan pengawasan merupakan salah satu program pembangunan,
yang dasar dan landasannya tidak berbeda dengan kegiatan-kegiatan
pembangunan lainnya.Sehingga pengawasan adalah bahagian yang integral dari
kegiatan pembangunan, dimana pengawasan harus dilaksanakan dengan efesiensi
dan efektivitas, agar jangan pengawasan justru menimbulkan pemborosan. Istilah
pengawasan dalam banyak hal sama artinya dengan kontrol.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata kontrol adalah
memeriksa.123Lingkup pengawasan yang perlu dilakukan pengawasan terdiri dari
tiga hal atau kombinasinya yaitu uang, barang dan orang.Demi terwujudnya
penyelenggaraan dari Bank Perkreditan Eks Badan Kredit Desa yang efisien dan
transparansi maka dibutuhkan suatu pengawasan.Sehingga dalam menjalankan
atau menyelenggarakan birokrasi, tidak dapat berjalan dengan seimbang jika tidak
adanya pengawasan.Pengawasan dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan
terjadinya penyimpangan tugas pemerintahan sebagaimana dasar-dasarnya dalam
konstitusi dan jabarannya yang diatur oleh undang undang atau untuk melakukan
cross check atau pencocokan, apakah kegiatan tersebut telah sesuai dengan tolak
ukur yang sudah ditentukan sebelumnya atau tidak. Sehingga pengawasan tidak
hanya digunakan dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan peraturan namun
juga sebagai tolak ukur keberhasilan dalam mencapai tujuan kegiatan.Dalam hal
tujuan penyelenggaraan dari Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa
adalah terlaksananya kegiatan simpan pinjam guna menunjang pembangunan
perekonomian masyarakat Desa. Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan
Kredit Desa merupakan kegiatan dalam lingkup perekonomian, sehingga demi
mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dibutuhkan suatu pengawasan baik
intern ataupun ekstern.Selain menunjang transparansi dan akuntabilitas,
pengawasan juga dibutuhkan dalam melindungi aset milik Bank Perkreditan
Rakyat Eks Badan Kredit Desa.124
123
Poerwadarminta, W.J.S Kamus Besar Bahasa Indonesia, diolah kembali oleh Pusat Pembinaan Bahas, Depdikbud, PN Balai Pustaka Jakarta, 1984, hlm 521.
124
M. Situmorang, Viktor dan Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat dalam Lingkungan Aparatur Pemerintah, PT. Rineka Cipta,
Pengawasan Bank pada prinsipnya terbagi atas dua jenis, yaitu
pengawasan dalam rangka mendorong bank-bank untuk ikut serta menunjang
pertumbuhan ekonomi dan menjaga kestabilan moneter, dan pengawasan