• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA DAN EVALUAS

D. Mekanisme dan Prosedur Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan

pajak/penanggung pajak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan dalam Rangka Penagihan dengan Surat Paksa adalah sebagai berikut :

1. Pengeluaran Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP).

a. Penyitaan terhadap barang milik penanggung pajak dilaksanakan oleh Jurusita Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Prnyitaan (SPMP) yang diterbitkan oleh pejabat, dalam hal utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2x24 jam terhitung sejak tanggal surat diberitahukan kepada penanggung pajak.

b. Sebelum Melaksanakan penyitaan terhadap kekayaan wajib pajak/penanggng pajak atau aktiva milik perusahaan, maka Jurusita hendaknya mengumpulkan

dan mempelajari data mengenai harta kekayaan/aktiva yang akan disita tersebut.

Data ini dapat diperoleh, antara lain dari : 1. Surat Pemberitahuan (SPT) wajib pajak.

2. Laporan Keuangan wajib pajak (Neraca/Daftar L/B). 3. Laporan Pemeriksaan pajak.

4. Laporan pelaksanaan surat paksa.

2. Dalam ketentuan sita supaya diikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

a. Sita dilakukan oleh Jurusita Pajak dengan dilakukan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi yang memenuhi syarat, antara lain :

1. Warga negara Indonesia. 2. Sudah mencapai usia 21 tahun. 3. Dikenal oleh Jurisita Pajak. 4. Dapat dipercaya.

b. Dalam melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak harus : a. Memperlihatkan kartu tanda pengenal jurusita Pajak.

b. Memperlihatkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP). c. Memberitahukan tentang maksud dan tujauan penyitaan.

c. Setiap melakukan penyitaan, Jurusita Pajak harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) yang ditandatangani oleh Jurusita Pajak, Penanggung

Pajak dan Saksi-saksi (pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 ).

3. Berita Acara Pelaksanaan Penyitaan (BAPS) merupakan pemberitahuan kepada penanggung pajak dan masyarakat bahwa penguasaan barang penanggung pajak telah berpindah dari penanggung pajak kepada pejabat. Oleh karena itu, dalam setiap penyitaan, Jurusita Pajak harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) secara jelas dan lengkap yang sekurang-kurangnya memuat hari dan tanggal, nomor, nama Jurusita Pajak, nama penanggung pajak, nama dan jenis, barang yng disita, dan tempat penyitaan.

4. Penolakan dan tidak hadirnya penanggung pajak/wajib pajak dalm penyitaan

a. Dalam hal penanggung pajak menolak untuk menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS), Jurusita Pajak harus mencantumkan penolakan tersebut dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS), dan ditandatangani oleh Jurusita Pajak dan saksi-saksi, dan Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) tersebut telah sah dan mempunyai kekuatan mengikat (pasal 12 ayat (6) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000)

b. Penyitaan tetap dapat dilaksanakan sekalipun penanggung pajak tidak hadir,sepanjang salah seorang saksi berasal dari pemerintah daerah setempat, sekurang-kurangnya setingkat kepala kelurahan atau kepala desa (pasal 12 ayat (4) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000).

c. Barang bergerak yang telah disita dapat dititipkan kepada pemerintah daerah setempat yang menjadi saksi dalam pelaksanaan sita demikian juga dengan barang tidak bergerak pengawasannya diserahkan kepada pemerintah daerah setempat yang menjadi saksi dalam pelaksanaan sita tersebut.

d. Dalam hal pelaksanaan penyitaan tidak dihadiri oleh penanggung pajak, Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) ditandatangani oleh Jurusita Pajak dan saksi-saksi, dan Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat (pasal 15 ayat (5) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000).

e. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) dapat ditempelkan pada barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita, atau di tempat barang bergerak dan atau tidak bergerak yang disita berada, atau di tempat-tempat umum (pasal 12 ayat (7) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000).

f. Salinan Berita Acara Pelaksanaan sita (BAPS) disampaikan kepada : 1. Penanggung Pajak ;

2. Kepolisian untuk barang bergerak yang kepemilikannya terdaftar

3. Badan Pertanahan Nasional (BPN), untuk tanah yang kepemilikannya sudah terdaftar ;

4. Pemerintah daerah dan Pengadilan negeri setempat, untuk tanah yang kepemilikannya belum terdaftar.

5. Kekayaan wajib pajak/penanggung pajak yang dapt disita.

Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap milik penanggung pajak yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau ditempat lain, termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dibebani dengan hak tanggung jawab sebagai jaminan pelunasan utang tertentu berupa barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito jangka panjang, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnyayang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain ; dan / atau barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal kotor isi tertentu (Pasal 14 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000).

Atas barang yang disita dapat ditempeli atau diberi segel sita. Penempelan segel sita dilaksanakan dengan memperhatikan jenis, sifat dan bentuk barang sitaan. Segel sita memuat sekurang-kurangnya : Kata “disita” ; Nomor dan tanggal Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) ; dan larangan untuk memindahtangankan, meminjamkan, ataupun merusak barang yang disita.

Menurut pasal 25 ayat (3) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan surat Paksa, penyitaan harta kekayaan penanggung pajak ini meliputi :

a. Penyitaan terhadap perhiasan emas, permata dan sejenisnya, dilaksanakan dengan cara membuat rincian tentang jenis, jumlah dan harga

perhiasan yang disita dalam satu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS).

b. Penyitaan terhadap uang tunai, dilaksanakan dengn cara menghitung terlebih dahulu uang tunai yang disita dan membuat rinciannya sebagai lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS), dan menempel segel sitadan menitipkan pada penangggung pajak atau pada bank.

c. Penyitaan terhadap harta berupa deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, dilaksanakan dengan cara :

1. Meminta pemblokiran kepada bank disertai salinan Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) ;

2. Bank memblokir dan membuat berita acara pemblokiran serta mengirimnya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak ;

3. Jurusita memerintahkan penanggung pajak untuk memberi kuasa kepada bank agar memberitahukan saldo kekayaannya kepada Jurusita Pajak ; 4. Bila penanggung pajak tidak memberi kuasa, Kepala Kantor Pelayanan

Pajak meminta Menteri Keuangan memerintahkan bank memberitahukan saldo kekayaan penanggung pajak ;

5. Setelah saldo diketahui, Jurusita Pajak menyita dan membuat Berita Acara Pelaksananan Sita (BAPS) dan menyampaikan salinannya kepada penanggung pajak dan bank ;

6. Bila utang pajak belum dilunasi, Kepala Kantor Pelayanan Pajak meminta pencabutan pemblokiran setelah dikurangi jumlah yang telah disita ; d. Penyitaan terhadap obligasi, saham, yang diperdagangkan di bursa efek,

dilakukan dengan cara :

1. Direktur Jenderal Pajak atau pejabat setempat yang ditunjuk meminta secara tertulis kepada Ketua Badan Pengawasan Pasar Modal (Bapepam) dengan menyebutkan nama dan nomor rekening untuk memblokir dan alasan pemblokiran ;

2. Ketua Badan Pengwasan Pasar Modal (Bapepam) memerintahkan kustodian membuat berita acara pemblokiran dan berita acara pemberian keterangan kepada pejabat yang berwenang mendapatkan keterangan keterangan dan menyampaikan kepada Dirjen Pajak serta salinannya disampaikan kepada ketua Bapepam dan penanggung pajak sebagai pemegang rekening ;

3. Jurusita Pajak melakukan penyitaan atas efek kepada kustodian, dan membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita ( BAPS) ;

4. Bila penanggung pajak tidak hadir Berita Acara Pelaksanaan sita (BAPS) ditandatangani Jurusita dan saksi-saksi ;

5. Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) disampaikan kepada penanggung pajak dan salinannya kepada Ketua Bapepam dan kustodian ;

6. Bila dilunasi Kepala Kantor Pelayanan Pajak meminta pencabutan pemblokiran kepada custodian ;

7. Efek yang disita dijual di bursa efek melalui perantara pedagang efek snggota bursa atas permintaan Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

e. Penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi, saham dan sejenisnya yang tidak diperdagangkan di bursa efek, dilaksanakan dengan cara :

1. Melakukan inventarisasi dan membuat rincian tentang jenis, jumlah dan nilai nominal atau perkiraan nilai lainnya dari surat berharga yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) ;

2. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) ;

3. Membuat Berita Acara Pengalihan Hak surat Berharga atas nama dari penanggung pajak kepada pejabat.

f. Penyitaan terhadap piutang, dilaksanakan dengan cara :

1. Melakukan inventarisasi dan membuat rincian tentang jenis, jumlah dan nilai nominal atau perkiraan nilai lainnya dari piutang yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampran Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) ;

2. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) ; 3. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) ;

4. Membuat Berita Acara Pengalihan Hak piutang atas nama dari penanggung pajak kepada pejabat, dan salinannya disampaikan kepada penanggung pajak dan pihak yang berkewajiban membayar hutang ;

g. Penyitaan terhadap penyertaan modal pada perusahaan lain yang tidak ada surat sahamnya, dilakukan dengan cara :

1. Melakukan inventaris dan rincian jumlah penyertaan modal pada perusahaan lain ;

2. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita (BPAS) ;

3. Membuat akta persetujuan pengalihan hak penyertaan modal, dan salinannya disampaikan kepada perusahaan tempat pernyertaan modal. a. Penyitaan terhadap barang yang telah disita oleh kejaksaan atau

kepolisian, dilakukan dengan cara :

1. Jurusita Pajak akan menyita barang bukti tersebut bila proses pembuktian telah setelah terlebih dahulu menyampaikan surak paksa dengan dilampiri surat pemberitahuan bahwa barang tersebut merupakan objek sita ;

2. Sebelum objek sita dikembalikan kepada penanggung pajak,kejaksaan atau kepolisian memberitahukan kepada pejabat yang menerbitkan surat paksa ;

3. Walaupun barang yang disita telah dikembalikan kepada penanggung pajak,penyitaan teap dilaksanakan ;

b. Penyitaan terhadap kekayaan penanggung pajak yang disimpan pada bank, dilakukan dengan cara :

1. Jurusita Pajak setelah menerima berita acara pemblokiran memerintahkan kepada penanggung pajak untuk member kuasa kepada bank agar memberitahukan saldo kekayaannya yang tersimpan pada bank ;

2. Dalam hal penangggung pajak tidak memberikan kuasa kepada bank, maka pejabat meminta Gubernur Bank Indonesia melalui Menteri Keuangan untuk memerintahkan saldo kekayaan penanggung pajak yan tersimpan pada bank dimaksud kepada pejabat ;

3. Setelah saldo kekayaan penanggung pajak yang tersimpan pada bank diketahui, Jurusita Pajak melaksanakan penyitaan ;

4. Jurusita Pajak membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS), dan ditandatangani oleh Jurusita Pajak, saksi-saksi dan pimpinan bank yang bersangkutan ;

5. Jurusita Pajak menyampaikan salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) kepada penanggung pajakdan pimpinan bank yang bersangkutan ; 6. Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran bank setelah

penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak; 7. Dalam hal jumlah yang diblokir lebih besar dari jumlah yang disita, maka

atas sisa lebih tersebut diajukan permintaan pencabutan pemblokiran oleh pejabat kepada bank;

8. Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak penyitaan, penanggung pajak teidak melunasi uatang pajakdan biaya penagihan pajak, pejabat segera meminta kepada pimpinan bank untuk memindahbukukan harta kekayaan penanggung pajak yang tersimpan di bank ke kas negara aatau ke kas daerah sejumlah yang tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) ;

9. Sebelum jangka waktu 14 (empat belas) hari berakhir, penanggung pajakdapat mengajukan permohonan kepada pejabat utuk menggunakan barang sitaan dimaksud untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak ;

10.Pencabutan sita dilaksanakan oleh Jurusita Pajak berdasarkan surat pencabutan sita yang diterbitkan oleh pejabat dan tembusannya disampaikan kepada pimpinan bank yang bersangkutan ;

6. Barang-barang milik penanggung pajak yang dikecualikan dari penyitaan/tidak boleh disita:

Tidak semua harta kekayaan penanggung pajak dapat disita sebagai jaminan atas pelunasan utang pajaknya, tentu ada beberapa jenis harta kekayaan wajib pajak yang dikecualikan dari penyitaan menurut undang-undang yang diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 meliputi :

a. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya ;

b. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan 1 bulan beserta peralatan memasak yang berada di rumah ;

c. Perlangkapan penanggung pajak yang bersifat dinas ;

d. Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan penanggung pajak dan alat-alat yang dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan, dan keilmuan;

e. Peralatan dalm keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) ;

f. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tangggungannya.

7. Batas waktu penyitaan.

Dalam pasal 11 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000 disebutkan bahwa pelaksanaan surat paksa tidak dapat dilanjutkan dengan penyitaan sebelum lewat waktu 2x24 jam setelah surat paksa diberitahukan.

8. Biaya Penyitaan.

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) bahwa jumlah biaya penagihan pajak dengan penyitaan yang harus dibayar oleh penanggung pajak adalah sebesar Rp.100.000,00 (seratus ribu rupiah). Biaya penagihan ini dibayar dengan menggunakan Surat Setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (SSBP).

9. Penyitaan tambahan.

Menurut pasal 21 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, penyitaan tambahan dilaksanakan apabila :

a. Nilai barang yang disita nilainya tidak cukup ntuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak karena penyitaan akan tetap dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup untuk melunsi utang pajak dan biaya penagihan pajak.

b. Hasil lelang barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak.

10. Pencabutan sita (Pasal 22 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa).

a. Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasi biaya penagihan pajakdan utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan pajak atau ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan atau Gubernur atau Bupati/Walikota.

b. Pencabutan sita dilaksanakan berdasrkan surat pencabutan sita yang diterbitkan oleh pejabat.

c. Surat pencabutan sita sekaligus berfungsi sebagai pencabutan Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) disampaikan oleh Jurusita Pajak kepada penanggung pajak dan instansi terkait, diikutidengan pengembalian barang yang disita kepada penanggung pajak.

E. Prosedur Penerbitan dan pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan

Dokumen terkait