BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
ANALISIS DAN EVALUASI A.Pengertian Kepatuhan
C. Mekanisme Pelaporan Surat pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Dikantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Pajak pertambahan nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas atas konsumsi barang atau jasa di dalam daerah pabean oleh orang pribadi atau oleh badan. PPN tergolong sebagai pajak yang objektif, karena penekanannya mula-mula kepada objeknya terlebih dahulu, baru kemudian pada subyeknya. Siapapun subyeknya (masyarakat yang mampu maupun yang kurang mampu), akan dikenakan PPN, selama mereka mengkonsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, di dalam daerah pabean.
Sehubungan dengan mulai berlakunya UU PPN yang baru 1 April 2010, maka untuk mengkomodir perubahan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, maka Dirjen Pajak telah
71% 21% 8% Nihil Kurang bayar Lebih bayar
mengeluarkan aturan baru mengenai bentuk, isi, dan Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) yaitu dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-14/PJ/2010 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Dalam mekanisme pelaporan Pajak Pertambahan Nilai terlebih dahulu diketahui siapa saja yang wajib membayar/menyetor dan melaporkan PPN/PPnBM, apa saja yang wajib disetor oleh PKP dan pemungut PPN dan PPnBM, dimana tempat pembayaran/penyetoran PPN/PPnBM, kapan saat pelaporan PPN/PPnBM, dan apa sarana yang digunakan untuk melakukan pembayaran/penyetoran pajaknya.
Untuk membayar/menyetor PPN dan PPnBM digunakan formulir Surat Setoran Pajak yang tersedia dikantor-kantor Pelayanan Pajak dan Kantor-kantor penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) diseluruh Indonesia. PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan dalam SPT Masa dan disampaikan kepada kantor Pelayanan Pajak setempat paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah, dan menandatangani serta menyampaikan ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak dikukuhkan. Bagi Wajib Pajak yang menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dalam penyelenggaraan pembukuannya, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dan mata uang selain
beserta petunjuk pengisiannya di Kantor Pelayanan Pajak, harus dilakukan dengan lengkap, benar dan ditandatangani oleh pengurus atau direksi untuk Wajib Pajak Badan, Wajib Pajak yang namanya tercantum dalam Kartu NPWP dan SK PKP bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dan dalam hal ditandatangani oleh pihak lain selain tersebut diatas maka harus dilampiri Surat Kuasa Khusus (per masa pajak dengan menyebut bulan yang bersagkutan). disampaikan langsung kekantor Pelayanan kekantor penyuluhan pajak setempat paling lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.
Pengusaha Kena Pajak wajib menerbitkan faktur setiap penyerahan dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, serta saat Pengusaha Kena Pajak menyampaikan tagihan kepada Bendahara Pemerintah sebagai pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
13. Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Tingkat Kepatuhan PKP dalam Melaporkan SPT Masa PPN
1. Masih rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya untuk melaporkan SPT Masa PPN-nya.
Seperti yang dilihat data dari penerimaan Surat Pemberitahuan dari tahun ke tahun semakin menurun hal ini dikarenakan masih banyaknya Pengusaha Kena Pajak yang belum melaporkan SPT-nya dikarenakan kurangnya kesadaran dan tanggung jawabnya sebagai PKP dalam memenuhi kewajibannya sebagai pengusaha.
2. Masih terdapat PKP yang tidak jujur dalam melaporkan SPT Masanya.
Pengusaha yang sudah terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak masih banyak yang tidak jujur melaporkan SPT Masanya. Mereka tidak mau membayar pajak atau membayar pajaknya tapi pajaknya tidak sesuai dari penghasilan yang sebenarnya disebabkan rendahnya pengawasan pemerintah dan sanksi atau denda yang dikenakan terhadap PKP yang tidak patuh masih sangat kecil.
3. Minimnya pemahaman PKP terkait dengan kewajiban perpajakannya yaitu melaporkan SPT Masanya.
Pengetahuan masyarakat tentang pajak sangat minim. Banyak diantara mereka yang tidak tahu sama sekali tentang pengertian pajak, fungsi, dan manfaatnya. Ketidaktahuan mereka karena tidak adanya informasi yang jelas dan terpogram yang disampaikan oleh pemerintah. Akibat ketidaktahuan mereka tentang informasi yang benar tentang pajak, mengakibatkan tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak menjadi rendah.
14. Upaya Meningkatkan Kepatuhan PKP dalam Melaporkan SPT oleh Pihak KPP Pratama Medan Timur
1. Memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat selaku wajib pajak agar lebih mengetahui,memahami dan mengerti mengenai pelaporan SPT Masa dan fasilitas yang ada dalam perpajakan
melakukan sesnsus penduduk nasional,dropbox,pojok pajak,Tax Go to School,registrasi ulang PKP,sosialisasi melalui media cetak maupun secara formal dan informal,dll.
2. Meningkatkan citra Good Governance
Hal ini dimaksud yang dapat menimbulkan adanya rasa saling percaya antara pemerintah dan masyarakat wajib pajak, sehingga kegiatan pembayaran pajak akan menjadi sebuah kebutuhan dan kerelaan, bukan suatu kewajiban. Dengan demikian tercipta pola hubungan antara negara dan masyarakat dalam memenuhi hak dan kewajiban yang dilandasi dengan rasa saling percaya.
3. Melakukan pemeriksaan dan pendataan ulang secara maksimal dalam penerimaan SPT Masa PPN sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan menerapkan sanksi dengan tegas kepada PKP yang tidak melaporkan SPT Masa PPN
Masih banyaknya PKP yang tidak jujur maupun belum melaporkan dirinya sebagai Pengusaha Kena Pajak,untuk itu pihak Direktorat Jenderal Pajak perlu melakukan pemeriksaan ataupun pendataan ulang dalam penerimaannya maupun yang sudah terdaftar sebagai PKP agar diberikan Surat Himbauan untuk melaporkan SPT-nya dan dapat memberikan sanksi yang tegas bagi yang terlambat ataupun yang tidak melaporkan SPT-nya sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN