LAPORAN TUGAS AKHIR
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
TINGKAT KEPATUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK DALAM MELAPORKAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DI KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA MEDAN TIMUR
O L E H
NAMA : FADHILLAH AINI PASARIBU NIM : 102600034
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
MenyelesaikanStudiPada Program Studi Diploma III AdministrasiPerpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN PKLM INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN
OLEH :
Nama : Fadhillah Aini Pasaribu
NIM : 102600034
Program Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan
Judul : Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Program Studi Diploma III Dosen Pembimbing Supervisor
Administrasi Perpajakan
Drs. Alwi Hasim Batubara, M.Si Prof. Dr. Badaruddin, M.Si Patar Novery M.P.Htb NIP : 195608311986011001 NIP : 1968052519992031002 NIP 197711222000031001
Dekan
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat-Nya dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)M sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Diploma III pada Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan FISIP USU. Adapun judul Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM) ini adalah “Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam membayar
Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur”. Kiranya
laporan ini dapat menjadi masukan atau pun sumber informasi kepada para
pembaca, khususnya penulis dapat mengetahui bagaimana peningkatan tingkat
kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT)
nya.
Dalam kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
kedua orangtua penulis yakni Ayah dan Mama ( H.Muhammad.Arsad Pasaribu
dan Hj. Dra.Sakdiana Ritonga) yang telah memberikan banyak semangat,
dorongan, nasehat dan juga motivasi hingga saat ini. Terima kasih juga kepada
adik-adik penulis yaitu Raja Indhi Pasaribu dan Agus Sina Fikri Pasaribu yang
telah memberikan semangatnya juga kepada penulis.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih dalam kesempatan ini yaitu
1. Bapak Prof.Dr.Badarudin selaku Dekan FISIP USU, yang juga selaku
Dosen Pembimbing dalam menyelesaikan laporan ini.
2. Bapak Dr. Alwi Hashim Batubara,M.Si selaku Ketua Program Studi
Administrasi Perpajakan FISIP USU.
3. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Program Studi
Administrasi Perpajakan FISIP USU.
4. Pegawai-pegawai di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FISIP USU.
5. Teman-teman kelas A 2010 dan teman-teman penulis lainnya yang
namanya tidak mungkin disebutkan satu persatu telah banyak membantu
dan memberikan semangat kepada penulis dalam laporan ini.
Besar harapan penulis adanya saran dan kritik untuk penulis laporan ini,
sehingga untuk kedepannya penulisan ini bisa menjadi lebih baik lagi.
Medan, Juli 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI………...………. …... i
DAFTAR TABEL………...……….. iv
DAFTAR GAMBAR………...………. v
BAB I PENDAHULUAN………. 1
A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)……..……. 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)…….. 4
C. Uraian Teoritis ………. 6
D. RuangLingkupPraktekKerjaLapanganMandiri (PKLM)………….. … 10
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………... 11
F. Metode Pengumpulan Data PKLM ………... 12
G.SistematikaPenulisanLaporanPraktekKerjaLapanganMandiri……….. 12
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)……………….……. 14
A. Sejarah SingkatBerdirinya Kantor PelayananPajak Pratama Medan Timur………... 14
B. Gambaran Umum Kantor PelayananPajakPratama Medan Timur………... 16
C. Struktur Organisasi Kantor PelayananPajakPratama Medan Timur… 18 D.Tugas danWewenangMasing-MasingSeksi……… 21
BAB III GAMBARAN MENGENAI PROSEDUR DAN TATA CARA RESTITUSI KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI (PPN)……… 27
A.Ketentuan…………..………... 27
B. Subjek Dan Objek………..……….………... 29
C. PengukuhanPengusahaKenaPajak………..………... 35
D.SaatTerutangPajakPertambahanNilai………...……… 36
E. TerutangPajakPertambahanNilai………..……….. 38
F. Dasar Pengenaan Pajak……….. 39
G.Cara Perhitungan………... 40
H.MekanismePajakPertambahanNilai………..…….. 41
I. Pelaporan SPT………..………..……… 42
J. FakturPajak………...…..……. 44
BAB IVANALISIS DAN EVALUASI………... 47
A.PengertianKepatuhan………... 47
B. PengusahaKenaPajak (PKP) Yang Memenuhidan Yang Tidak MemenuhiKewajibanMenyampaikan SPT Masa PPN di KPP Pratama Medan Timur………... 48
C. MekanismePelaporanSuratPemberitahuanMasaPajakPertambahan Nilai di KantorPelayanan Pajak (KPP) PratamaMedan Timur……… 63
E. Upaya MeningkatkanKepatuhan PKP DalamMelaporkan SPT
OlehPihak KPP Pratama Medan Timur………... 66
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN……….. 68
A.Kesimpulan………... 68
B. Saran………... 69
DAFTAR TABEL
Tabel II.1Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Timur………. 24
Tabel III.1Penerimaan SPT Masa PPN PadaTahunPajak 2012 di Kantor PelayananPajakPratamaMedanTimur………... 44
Tabel IV.1 Penerimaan SPT Masa PPN Januari 2012di KPP Medan Timur... 49
Tabel IV.2 Penerimaan SPT Masa PPN Februari 2012di KPP Medan Timur. 50 Tabel IV.3 Penerimaan SPT Masa PPN Maret 2012di KPP Medan Timur... 51
Tabel IV.4 Penerimaan SPT Masa PPN April 2012di KPP Medan Timur... 52
Tabel IV.5 Penerimaan SPT Masa PPN Mei 2012di KPP Medan Timur... 53
Tabel IV.6 Penerimaan SPT Masa PPN Juni 2012di KPP Medan Timur... 54
Tabel IV.7 Penerimaan SPT Masa PPN Juli 2012di KPP Medan Timur... 55
Tabel IV.8 Penerimaan SPT Masa PPN Agustus 2012di KPP Medan Timur... 56
Tabel IV.9 Penerimaan SPT Masa PPN September 2012di KPP Medan Timur………... 57
Tabel IV.10 Penerimaan SPT Masa PPN Oktober 2012di KPP Medan Timur………... 58
Tabel IV.11 Penerimaan SPT Masa PPN November 2012di KPP Medan Timur……….... 59
TABEL GRAFIK
Garifik IV.1 PresentasePenerimaanSuratPemberitahuanMasaPajak
PertambahanNilai di Kantor PelayananPajakPratama Medan Timur
Tahun 2012……….…… 62
Garifik IV.2 PresentaseJenisSuratPemberitahuanMasaPajak
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 StrukturOrganisasiKantor Pelayanan Pajak Pratama
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Perkembangan perekonomian Indonesia yang berjalan saat ini diikuti pula
dengan kebijakan-kebijakan Peraturan di bidang pajak. Oleh karena itu,pajak
merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan kehidupan
masyarakat menuju kesejahteraan. Perencanaan perdagangan bebas (free trade)
tahun 2003 membawa konsekuensi pula dalam kebijakan perpajakan. Dalam era
globalisasi atau era persaingan bebas inilah cepat atau lambat tidak dapat ditolak
dan harus menerima keberadaan globalisasi ekonomi serta yang paling penting
yaitu mengambil kesempatan yang dapat timbul akibat adanya perubahan ekonomi
Internasional (Waluyo,2003:1).
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan
berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik
materiil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu
banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha
untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan
pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa
pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi
kepentingan bersama.
Sumber penerimaan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagian besar
Dimana penerimaan negara dari sektor pajak setiap tahun terus meningkat. Hal ini
dapat dilihat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dimana rencana
pendapatan negara dari sektor pajak terus mengalami peningkatan. Pendapatan
negara dari sektor pajak inilah yang digunakan untuk membiayai pelaksanaan
pembangunan nasional yang sedang berjalan.
Perusahaan merupakan satu organisasi yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi
atau distribusi guna memenuhi kebutuhan manusia. Dalam melakukan suatu
kegiatan ekonomis tersebut perusahaan pasti ingin memperoleh laba dan atas
kegiatan ekonomis tersebut perusahaan diwajibkan memberikan kontribusi kepada
negara dalam rangka melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Perusahaan yang berdasarkan ketentuan perundang-undangan pajak wajib
mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 42 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Barang dan
Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM),bahwa perusahaan sebagai
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang
melakukan Penyerahan Barang Kena Pajak wajib memungut,menyetor,dan
melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang (Mulyo Agung,2011:3).
Dari tahun ke tahun Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan salah satu sumber
dalam mewujudkan pembangunan nasional secara mandiri. Hal ini disebabkan
karena penerimaan negara yang bersumber dari tahun ke tahun,yang dimasukkan
ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dinilai sebagai
pendapatan negara yang potensial dibandingkan dengan penerimaan negara secara
internal lainnya,seperti : penerimaan negara bukan pajak,disamping penerimaan
negara secara eksternal,yaitu pinjaman luar negeri.
Pengusaha Kena Pajak hanya diharuskan membayar kepada negara selisih
antara Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut dari pembeli Barang Kena Pajak
atau penerima Jasa Kena Pajak (Pajak Keluaran) dengan Pajak Pertambahan Nilai
yang di bayar kepada penjual Barang Kena Pajak dan atau pemberi Jasa Kena
Pajak (Pajak Masukan). Berbeda dengan Pajak Pertambahan Nilai, Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Pertambahan
Nilai maupun Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut (Mulyo
Agung,2011:4-5).
Pajak merupakan topik pembicaraan yang sangat menarik untuk dibahas dan
dipelajari oleh siapa saja di dalam meningkatkan penerimaan negara secara
internal. Hal ini dikarenakan pemungutan pajak berkaitan erat dengan aktivitas
dalam kehidupan sehari-hari. Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM),mahasiswa dihadapkan pada pokok permasalahan secara langsung sesuai
dengan kenyataan di lapangan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
berlangsung,yang akan dibahas oleh Penulis. Oleh sebab itu,laporan ini saya beri
Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur”.
B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Setiap usaha atau kegiatan sudah tentu mempunyai tujuan dan manfaat. Berhasil
atau tidaknya tujuan itu tergantung kesungguhan dari pihak yang
melaksanakannya. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini memiliki
beberapa tujuan dan manfaat baik untuk mahasiswa sendiri,pihak universitas,atau
pihak instansi pemerintah yang dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Medan Timur dijadikan sebagai objek dalam pelaksanaan Kegiatan
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
Pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang dilaksanakan
oleh mahasiswa Program Diploma III Administrasi Perpajakan diharapkan dapat
dilaksanakan sesuai dengan tujuan PKLM,antara lain:
1.1.Untuk mengetahui banyaknya jumlah Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada
Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.
1.2.Untuk mengetahui bagaimana cara Pengusaha Kena Pajak (PKP) dalam
melaporkan SPTMasa Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun manfaat dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah:
2.1.Bagi Mahasiswa
a. Sebagai sarana bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu secara langsung pada
bidang yang ditekuni sehingga dapat membandingkan antara teori yang telah
diperoleh di bangku perkuliahan dengan Praktik di lapangan.
b. Memberikan pengalaman yang berarti bagi mahasiswa bagaimana bekerja di
suatu perusahaan.
c. Menambah ilmu dan wawasan dalam hal Pajak Pertambahan Nilai.
d.Meningkatkan interaksi baik dengan petugas ataupun pegawai pajak maupun
dengan Wajib Pajak mengenai Pajak Pertambahan Nilai.
e.Sebagai wadah untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja dengan
dibekali keahlian keterampilan dan pengalaman yang diperoleh sewaktu
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
2.2.Bagi Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dengan Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fisip USU.
b. Memberikan kualitas pada Program kerja jangka pendek.
c.Dapat menjadi sumbang saran dan masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak
khususnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.
e. Membangun citra instansi pemerintah yang baik khususnya citra Direktorat
Jenderal Pajak.
2.3.Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
a. Meningkatkan hubungan kerja sama Universitas Sumatera Utara dengan Kantor
Pelayanan Pajak Medan Timur.
b. Membuka interaksi antar mahasiswa,dosen,dan instansi pemerintah di bangku
perkuliahan.
c. Sebagai kewajiban untuk menyumbangkan pengetahuan yang dimiliki
mahasiswa.
d. Guna meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan serta menetapkan
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu, khususnya
dibidang perpajakan.
e. Untuk meningkatkan efisiensi kerja dalam penerapan dan pelaksanaan ilmu
pengetahuan.
C. Uraian Teoritis
1. Definisi Pajak
Beberapa definisi pajak menurut para ahli:
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
1.2. P.J.A.Andriani mengutip dari R.Santoso Brotodiharjo (1991:2) dalam bukunya Waluyo (2003:1),mengatakan: “Pajak adalah iuran kepada negara (yang
dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi-prestasi kembali,langsung
dapat ditunjuk dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”.
1.3.N.J.Feldmannmengutip dari Suandy Erly (2008:9) dalam bukunya Waluyo (2003:1) mengatakan: “ Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan
terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara
umum),tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluara-pengeluaran umum”.
2. Pengertian Wajib Pajak
Wajib Pajak orang adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas penyerahan barang dan jasa di
Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan
distribusi. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sangat dipengaruhi oleh
perkembangan transaksi bisnis serta pola konsumsi masyarakat yang merupakan
objek dari Pajak Pertambahan Nilai. Sesuai dengan namanya, Pajak Pertambahan
Nilai dikenakan atas nilai tambah (added value) yang timbul pada barang atau jasa
tertentu yang dikonsumsi, sehingga kekhawatiran timbul efek pengenaan pajak
berganda dapat dihindarkan.
4. Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan
Undang-Undang.
5. Barang Kena Pajak
Barang Kena Pajak adalah barang berwujud yang menurut sifatnya atau
hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak maupun
barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang ini.
6. Jasa Kena Pajak
Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan berdasarkan suatu perikatan atau
perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan
barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari
pemesan,yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang ini.
7. Dasar Pengenaan Pajak
Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah harga jual,penggantian,nilai
impor,nilai ekspor,atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung
pajak yang terutang.
8. Faktur Pajak
Faktur Pajak adalah bukti potogan pajak yang dibuat oleh pengusaha Kena
Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak.
9. Pajak Masukan
Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang seharusnya sudah
dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atau
perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dari Luar Daerah Pabean dan/atau impor Barang Kena Pajak.
10. Pajak Keluaran
Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terutang yang wajib
dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak,penyerahan Jasa Kena Pajak,ekspor Barang Kena Pajak Berwujud,ekspor
11.Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah sebagai sarana Wajib Pajak untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terhutang dan laporan tentang pemenuhan pembayaran pajak yang
telah dilaksanakan sendiri dalam satu Tahun Pajak atau bagian Tahun Pajak dan
laporan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang
pemotongan/pemungutan pajak orang atau badan lain dalam satu Masa Pajak yang
ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.SPT dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. SPT Masa untuk melaporkan pembayaran masa yang dilakukan oleh Wajib
Pajak.
b.SPT Tahunan untuk memberitahukan besarnya pajak yang terhutang dari
penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak dalam satu tahun pajak.
12. Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)
Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah :
a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, selambat-lambatnya dua puluh hari setelah
akhir Masa Pajak.
b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan, selambat-lambatnya tiga bulan setelah
D. Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Penulis ingin mengetahui
beberapa masalah berikut :
1.Mengetahui jumlah Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang terdaftar di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
2.Mengetahui bagaimana Mekanisme pelaporan SPT Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
E.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data sesuai dengan metode yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Tahapan persiapan
Pada tahapan ini penulis melakukan berbagai persiapan mulai dari penentuan
judul, penentuan tempat PKLM, mencari bahan untuk pembuatan proposal dan
juga konsultasi dengan dosen.
2. Studi Literatur
Dalam hal ini penulis mengumpulkan alat-alat dan bahan yang dibutuhkan
seperti Undang-undang dan buku-buku yang berhubungan dengan kepabeanan.
3. Observasi Lapangan
Melakukan peninjauan dan pengamatan yang sesuai dengan data-data yang
4. Pengumpulan Data
Dalam hal ini penulis mencari dan mengumpulkan data mengenai prosedur
penyampaian surat pemberitahuan masa pajak pertambahan nilai.
5. Analisis dan Evaluasi Data
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam menganalisa dan mengevaluasi
data-data yang dikumpulkan.
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data mengenai Praktik Kerja Lapangan Mandiri, penulis
mengumpulkan data dan informasi dengan mengunakan metode sebagai berikut :
1. Studi Pustaka (Library Research)
Pengumpulan data mengenai tata cara pelaporan Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai melalui bahan-bahan bacaan seperti buku-buku,
majalah, surat kabar, dan Undang-undang.
2. Field Research
Mengumpulkan data dengan cara observasi yaitu meninjau langsung ke
lapangan dan melakukan interview atau wawancara dengan key person untuk
memperoleh data yang diperlukan mengenai Surat Pemberitahuan (SPT) Masa
G. Sistematika Penulisan Laporan Prakter Kerja Lapangan Mandiri
Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan laporan PKLM ini, maka
penulis membaginya dalam lima bab pembahasan yang terdiri dari:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi laporan ini. Bab ini
terdiri dari latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, Uraian Teoritis,
ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika
penulisan laporan PKLM.
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat lokasi dimana Praktik Kerja
Lapangan Mandiri dilakukan. Dalam hal ini sejarah singkat lokasi yang akan
diuraikan penulis adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, Struktur
Organisasi, tugas dan fungsi pegawai di instansi tersebut serta gambaran lain jika
dibutuhkan.
BAB III: GAMBARAN DATA PKLM
Pada bab ini membahas segala hal yang berkaitan dengan masalah Tingkat
Kepatuhan Kena Pajak Dalam Melaporkan SPTMasa Pajak Pertambahan Nilai Di
Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.
BAB IV: ANALISIS DAN EVALUASI
Dalam bab ini Penulis akan menganalisa data yang diperoleh, kemudian
mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi untuk menjawab perumusan
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan kesimpulan dari uraian-uraian dalam bab-bab sebelumnya serta
saran-saran dari penulis yang merupakan sumbangan pemikiran yang diharapkan
dapat memberikan manfaat pada pihak-pihak yang memerlukan.
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A.Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
Menurut data yang diambil dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur,agar
diketahui saja melalui situs
Kantor Pelayanan Pajak berdiri pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan
Pajak pada masa itu bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan
Republik Indonesia berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian
berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya adalah
Direktorat Jenderal Pajak. Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga kantor
inspeksi pajak, yaitu:
1.Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan
2.Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara
3.Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua, yaitu
Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk
memudahkan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, dan
dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pajak kepada masyarakat, maka
dibuatlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
267/KMK.01/1989. Hal itu mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang
diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sekaligus mendirikan
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.
Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April
1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Kantor Pelayanan Pajak
Medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan
berubah menjadi empat wilayah kerja, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
Jenderal Pajak”, maka Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan menjadi enam
wilayah kerja, yaitu:
1. Kantor PelayananPajak Medan Timur
2. Kantor PelayananPajak Medan Barat
3. Kantor PelayananPajak Medan Kota
4. Kantor PelayananPajak Medan Polonia
5. Kantor PelayananPajak Medan Belawan
6. Kantor PelayananPajak Medan Petisah
Setelah adanya modernisasi perpajakan tahun 2008, struktur organisasi Kantor
Pelayanan Pajak sebelumnya, yaitu berdasarkan jenis pajak berubah menjadi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang struktur organisasinya berdasarkan fungsi
jabatan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mulai beroperasi pada
tanggal 27 Mei 2008, berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor
95/PJ.01/2008 tanggal 19 Mei 2008.
B.Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur beralamat di Jalan Pangeran
Diponegoro Nomor 30A Gedung Keuangan Negara Lantai II Medan dan sekarang
berpindah alamat di Jalan Suka Mulya Nomor 17A Medan. Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Timur didirikan pada tanggal 1 April 1994 berdasarkan
tanggal 3 Agustus 1993. Adapun wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur, yaitu:
1. Kecamatan Medan Tembung
Kecamatan Medan Tembung adalah daerah pintu gerbang kota Medan di
sebelah Timur yang merupakan pintu masuk dari Kabupaten Deli Serdang atau
daerah lainnya melalui transportasi darat. Di Kecamatan Medan Tembung ini
banyak terdapat jenis usaha industri kecil seperti kerajinan rotan. Disamping itu
banyak pula yang bergerak di bidang usaha industri rumah tangga seperti
pembuatan sepatu.
2. Kecamatan Medan Timur
Di Kecamatan Medan Timur ini terdapat Stasiun Kereta Api Medan yang
dikenal dengan “Stasiun Besar” sebagai salah satu sarana transportasi darat antar
kota dan antar daerah dari dan ke Kota Medan. Walaupun bukan sebagai daerah
pusat industri, di Kecamatan Medan Timur ini juga banyak terdapat usaha industri
kecil seperti bengkel kenderaan bermotor, bengkel bubut, showroom serta usaha
perdagangan dan jasa.
3. Kecamatan Medan Perjuangan
Kecamatan Medan Perjuangan adalah salah satu daerah padat pemukiman di
kota Medan. Kecamatan Medan Perjuangan pada umumnya bergerak di sektor
perdagangan baik itu perdagangan besar, menengah maupun kecil. Di Kecamatan
C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis mengenai
penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing
dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut juga
untuk membina keharmonisan kerja agar dapat dilaksanakan dengan teratur dan
baik untuk mencapai tujuan secara maksimal.
Adapun struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Medan Timur adalah struktur organisasi linier adan staf yang berada di
bawah seseorang koordinasi Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak
Sumatera Utara I, dimana seluruh pegawainya adalah Pegawai Negri Sipil di
bawah naungan Kementeri Keungan Republik Indonesia.
Kantor Pelayan Pajak dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu tipe A dan
tipe B. Kantor Pelayanan Pajak tipe A merupakan Kantor Pelayanan Pajak yang
tergolong dalam skala besar dan biasanyaa berada di ibukota provinsi sedangkan
Kantor Pelayanan Pajak tipe B merupakan Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah
kerjanya tidak melebihi dari wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak tipe A dan
biasanya berada di kotamadya dan kabupaten. Sehingga, berdasarkan
penggolongan tersebut maka KPP Pratama Medan Timur dapat digolongkan
sebagai KPP tipe A karena wilayahnya berkedudukan diwilayah di Ibukota
Provinsi Sumatera Utara.
Namun, berdasarkan SK Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
tipe A. Sehingga, adanya surat keputusan tersebut maka KPP tipe B tidak ada di
Kantor Wilayah Direktorat Jendral Sumatera Utara I.
Berdasarkan SK Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 tentang susunan organisasi Departemen
Keuangan, maka tipe A terdiri dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur membawahi satu sub bagian, delapan seksi, satu kantor penyuluhan
ditambah kelompok tenaga fungsional (yang berada diluar struktur organisasi
Kantor Pelayanan Pajak) yakni mempunyai tugas :
1. Sub Bagian Tata Usaha (TU)
2. Seksi Tata Usaha dan Perpajakan (TUP)
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
4. Seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi
5. Seksi Pajak Penghasilan Badan
6. Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya
8. Seksi Penagihan
9. Seksi Penerimaan dan Keberatan
10. Seksi Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan
Namun, setelah adanya modrenisasi perpajakn pada tahun 2006, KPP
Pratama yang berdasarkan Peraturan Menteri Keungan Republik Indonesia No.
Direktorat Jendral Pajak, maka KPP Pratama terbagi menjadi beberapa seksi,
antara lain :
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi pengolahan Data dan Informasi
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Penagihan
5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I s.d IV
8. Seksi Jabatan Fungsioanal
Wilayah kerja masing-masing seksi pengawasan dan konsultasi (WASKON) di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah sebagai berikut :
a. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, meliputi Kelurahan Pulo Brayan Darat I
dan II, Kelurahan Sidodadi, dan Kelurahan Perintis.
b. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, meliputi Kelurahan Sei Kera Hilir I dan II,
Kelurahan Sidorame Barat I dan II, Sidorame Timur, Kelurahan Pahlawan,
Kelurahan Sei Kera Hulu, Kelurahan Pandau Hilir dan Kelurahan Tegal Rejo.
c. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, meliputi Kelurahan Bandar Selamat,
Kelurahan Bantan, Kelurahan Bantan Timur, Kelurahan Indrakasih, Kelurahan
d. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, meliputi Kelurahan Durian, Kelurahan
Gaharu, Kelurahan Glugur Darat I dan II, Kelurahan Gang Buntu, Kelurahan Pulo
Brayan Bengkel, dan Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru.
D. Tugas dan Wewenang Masing-Masing Seksi
Pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam struktur organisasi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah :
1. Sub Bagian Tata Usaha / Umum, mempunyai tugas :
1.1. Pelaksanaan Tata Usaha dan Kepegawaian yang bertugas membantu
menangani urusan Tata Usaha dan Kepegawaian.
1.2. Pelaksanaan Keuangan yang bertugas menangani urusan keuangan.
1.3. Pelaksanan Rumah Tangga yang bertugas menangani urusan dan
perlengkapan Rumah Tangga.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, mempunyai tugas :
2.1. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian
informasi perpajakan.
2.2. Perekaman dokumen perpajakan.
2.3. Merekam SSP lembar ke-3.
2.4. Merekam SPT Masa PPN 1111 atau 1111 DM.
2.5. Merekam SPT Masa PPh Pasal 21.
2.8. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan.
2.9. Melakukan pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan.
2.10. Memberi pelayanan dukungan teknis komputer.
2.11. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing.
2.12. Pelaksanaan i-SISMIOP (Intelligence- Sistem Manajemen Informasi Objek
Pajak) dan SIG (Sistem Informasi Geografis).
2.13. Menyiapkan laporan kinerja.
3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi, mempunyai tugas :
3.1. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
3.2. Membimbing/ menghimbau kepada wajib pajak dan konsultasi
teknisperpajakan.
3.3. Melakukan penyusunan profil wajib pajak.
3.4. Menganalisis kinerja wajib pajak.
3.5. Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
3.6. Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi.
3.7. Memberikan usulan pembetulan ketetapan pajak, pengurangan Pajak Bumi
dan
Bangunan.
3.8. Melakukan evaluasi banding.
4.1. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak.
4.2. Penundaan dan angsuran tunggakan pajak.
4.3. Penagihan aktif.
4.4. Memberikan usulan penghapusan piutang pajak.
4.5. Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
5. Seksi Ekstensifikasi, mempunyai tugas : 5.1. Melakukan pengamatan potensi perpajakan.
5.2. Pendataan objek dan subjek pajak.
5.3. Pembentukan dan pemuktahiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang
ekstensifikasi.
6. Seksi Pemeriksaan, mempunyai tugas :
6.1. Melakukan penyusunan rencana pemerikasaan.
6.2. Pengawasan pelaksanaan aturan pemerikasaan.
6.3. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta
administrasi
pemeriksaan perpajakan lainnya.
7. Seksi Pelayanan, mempunyai tugas :
7.1. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
7.2. Menerima dan meneliti, serta merekam surat permohonan Wajib Pajak dan
surat-
lainnya.
7.4. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan pencabutan
identitas Wajib Pajak.
7.5. Melakukan urusan kearsipan wajib pajak.
Saat ini di KPP Pratama Medan Timur tercacat ada sekitar 83 orang pegawai yang
terdaftar. Di bawah ini terdapat rincian mengenai jumlah pegawai di setiap unit
Tabel 2.1 Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Timur
No. Unit Jumlah Pegawai (orang)
1. Kepala Kantor 1
2. Sub Bagian Umum 6
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
(PDI)
9
4. Seksi Pelayanan 16
5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 4
6. Seksi Penagihan 4
7. Seksi Ekstensifikasi 4
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 6
10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 7
11. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 7
12. Kelompok fungsional pemeriksaan pajak 9
Jumlah 81 orang
STRUKTUR ORGANISASI
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 2013
E.Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Kepala Kantor
Kasubbag Umum
Seksi PDI
SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI
SEKSI PELAYANAN
SEKSI PEMERIKSAAN
DAN KEP.INTERNAL
SEKSI EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN SEKSI
PENAGIHAN
Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat
membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP.Tetapi lebih
jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan
praktik-praktik “good governance” pada instiusi pemerintah secara keseluruhan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah mencanangkan
visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.Adapun visi dan
misi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Visi : Menjadi institusi pemerintah penghimpun pajak negara yang terbaik di
wilayah Asia Tenggara.
2. Misi : Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan
Undang-Undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai
BAB III
GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A.Ketentuan
Sebelum melakukan pembahasan lebih mendalam mengenai Pajak Pertambahan
Nilai,maka ada baiknya bila penulis menjelaskan pengertian pajak terlebih dahulu.
Pengertian Pajak menurut Rochmat Soemitrodalam bukunya (Mardiasmo, 2008:1)
yaitu: “Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat
dipaksakan dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan,dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Dari definisi tersebut diatas diambil suatu kesimpulan bahwa pajak
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang beserta peraturan pelaksanaannya.
2. Tidak adanya kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan.
3. Pajak dipungut oleh negara.
4. Pajak digunakan untuk membiayai perekonomian suatu negara.
5. Sebagai alat untuk mengatur kebijakan perekonomian suatu negara.
Jika dalam hal ini pajak mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pendapatan negara
1. Dasar Hukum
Yang menjadi dasar hukum atas pengenaan maupun pemungutan Pajak
Pertambahan Nilai adalah berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009
tentang PPN dan PPnBM.
Undang- Undang Nomor 42 tahun 2009 ini merupakan perubahan ketiga atas
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983. Perubahan Undang-Undang Nomor 8 tahun
1983 tentang PPN dan PPnBM ini dilakukan untuk menyempurnakan sistem
perpajakan Indonesia secara optimal. Penyempurnaan dan pembaharuan terus
menerus dilakukan dalam sistem perpajakan Indonesia mengingat adanya
perkembangan ekonomi global yang berkembang demikian pesatnya yang telah
menyebabkan pula timbulnya persaingan global yang mau tidak mau memaksa
untuk melakukan pembaharuan.
1. Karakteristik
2.1.Pajak tidak langsung
Beban pajak dipikul oleh konsumen akhir. Pengusaha akan menggeser beban
pajak kepada pembeli, sesuai dengan mata rantai produksi dan distribusi
hingga ke konsumen akhir melalui pengenaan pajak secara bertingkat.
Pengusaha menggeser beban pajaknya melalui pengkreditan pajak.
2.2.Pajak Bertingkat
PPN dikenakan pada setiap jalur produksi maupun distribusi.
2.4.PPN bersifat netral
Pengenaan PPN didasarkan pada “destination principle” dan hanya
dikenakan atas nilai tambahnya saja. PPN di pungut ditempat barang atau jasa
tersebut dikonsumsi.
2.5.Pajak Objektif
PPN hanya dikenakan bila terdapat factor objektif, yaitu : keadaan, peristiwa
atau perbuatan hukum yang dapat dikenai pajak. PPN akan mendahulukan
Objek, baru kemudian mencari subjeknya.
2.6.Tidak Menimbulkan Pajak Berganda
PPN yang dibayar oleh konsumen akhir adalah total nilai tambah yang
dikenakan oleh pabrikan dan distributor.
2.7.Sistem Faktur
Setiap penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang
dilakukan oleh pengusaha kena pajak harus dibuatkan faktur pajak.
B.Subjek dan Objek
1. Subjek Pajak
Dalam buku “Perpajakan Indonesia” (Waluyo,2006:57-68) secara garis besar
yang menjadi Subjek dari Pajak Pertambahan Nilai adalah :
1.1.Pengusaha Kena Pajak
Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan PPN
BerdasarkanUndang- Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM.
Kegiatan yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak meliputi:
Melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dapat
dikenakan PPN,dalam hal ini adalah Pengusaha Kena Pajak dan Pengusaha
Kecilyang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
- Mengekspor Barang Kena Pajak yang dapat dikenakan PPN.
- Menyerahkan aktiva yang tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan.
- Bentuk kerjasama operasi yang mencakup penyerahan Barang Kena Pajak
atau Jasa Kena Pajak yang dikenakan PPN.
Yang termasuk dalam Pengusaha Kena Pajak tersebut diatas yakni meliputi:
pabrikan/produsen, Pengusaha Real Estate,Importir, Indentor, Pengusaha yang
mempunyai hubungan istimewa dengan pabrikan atau importer, pemegang hak
paten dan merk dagang,pemborong/kontraktor/subkontraktor bangunan dan harta
tetap lainnya, Pengusaha Jasa yang melakukan Barang Kena Pajak dan Pedagang
Eceran. Pedagang eceran tersebut adalah Pengusaha yang dalam kegiatan usaha
dan pekerjaannya melakukan usaha perdagangan dengan cara sebagai berikut:
- Menyerahkan Barang Kena Pajak melalui suatu tempat penjualan eceran seperti
toko,kios,atau dengan cara penjualan yang dilakukan langsung kepada
konsumen akhir,atau dengan cara penjualan yang dilakukan langsung dari
- Menyediakan Barang Kena Pajak yang diserahkan langsung di tempat
penjualan secara eceran.
- Melakukan transaksi jual beli secara spontan tanpa didahului dengan penawaran
tertulis,pemesanan tertulis,kontrak dan lelang pada umumnya bersifat tunai,dan
pembeli datang ke tempat penjualan tersebut secara langsung dan membawa
sendiri Barang Kena Pajak yang dibelinya.
1.2.Bukan Pengusaha Kena Pajak
Bukan pengusaha Kena Pajak merupakan pengusaha kecil yang nilai peredaran
brutonya setahun lebih atau dengan Rp.240.000.000 atau Jasa Kena Pajak
dengan jumlah peredaran brutonya tidak lebih dari Rp. 120.000.000, akan tetapi
apabila pengusaha kecil tersebut mengajukan permohonan untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak,maka pengusaha kecil tersebut telah sepenuhnya
menjadi Pengusaha Kena Pajak,dan wajib memungut,menghitung,menyetor,dan
melaporkan PPN dan PPnBM yang terhutang.
2. Objek Pajak
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:
2.1.Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha kena pajak.
2.2.Impor Barang Kena Pajak
2.3.Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daeraa Pabean yang dilakukan oleh
2.4.Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar pabean di dalam
daerah pabean.
2.5.Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
Jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean yang dimanfaatkan oleh siapa pun
di dalam Daerah Pabean dikenai Pajak Pertambahan Nilai.
2.6.Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.
2.7. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud / Barang
Kena Pajak Tidak Berwujud hanya pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi
Pengusaha Kena Pajak.
2.8.Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 pasal 1 ayat 1,2 dan 3
tentang PPN dan PPnBM yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak adalah
barang-barang berwujud yang menurut sifat dan hukumnya dapat berupa barang
bergerak atau barang tidak bergerak maupun barang tidak berwujud,yang termasuk
barang tidak berwujud adalah hak merek dagang ,hak paten dan hak cipta yang
dikenakan PPN.
Sebagaimana didalam Pasal 4A ayat 2 Undang-Undang Nomor 42 tahun
2009 tentang PPN dan PPnBM maka jenis-jenis kelompok barang yang tidak
1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya.
2. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak.
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel,restoran,rumah
makan,warung,dan sejenisnya,meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi ditempat maupun tidak,termasuk makanan atau minuman yang
diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering.
4. Uang,emas batangan,dan surat berharga.
Sedangkan yang dimaksud dengan Jasa Kena Pajak sesuai dengan Pasal 1
ayat 5 dan 6 Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM
adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan
hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak
tersedia untuk dipakai,termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang
karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesanan
yang dikenakan PPN.
Sebagaimana yang terdapat di dalam pasal 4A ayat 3 Undang-Undang
Nomor 42 tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM maka jenis-jenis kelompok jasa
yang tidak dikenakan PPN didasarkan atas kelompok-kelompok jasa sebagai
berikut:
1. Jasa pelayanan kesehatan medis
3. Jasa pengiriman surat dengan perangko
4. Jasa keuangan
5. Jasa asuransi
6. Jasa keagamaan
7. Jasa pendidikan
8. Jasa kesenian dan hiburan
9. Jasa penyinaran dan yang tidak bersifat iklan meliputi jasa penyinaran radio
atau televisi,baik yang dilakukan instansi pemerintah atau swasta yang tidak
bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial
10. Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri
yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan luar negeri
11. Jasa tenaga kerja
12. Jasa perhotelan
13. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum,meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh
instansi pemerintah seperti pemberian Izin Mendirikan Bangunan
(IMB),pemberian Izin Usaha Perdagangan,pemberian Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) dan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP)
14. Jasa penyediaan tempat parkir yang dilakukan oleh pemilik tempat parkir atau
pengusaha pada pengguna tempat parkir dengan dipungut bayaran
16. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos
17. Jasa boga atau katering
C.Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana di maksud dalam
peraturan perundang-undangan kecuali pengusaha kecil yang batasnya ditetapkan
oleh Menteri Keuangan, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang.
Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean dan/atau melakukan ekspor
Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena pajak, dan/atau ekspor Barang
Kena Pajak Tidak berwujud diwajibkan:
a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
b. Memungut pajak yang terutang
c. Menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus dibayar dalam hal
Pajak Keluaran lebih besar dari pada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang
d. Melaporkan penghitungan pajak.
Kewajiban diatas tidak berlaku untuk pengusaha kecil yang batasnya ditetapkan
dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak. Apabila pengusaha kecil memilih
menjadi Pengusaha Kena Pajak, undang-undang ini berlaku sepenuhnya bagi
pengusaha kecil tersebut.
D. Saat Terutang Pajak Pertambahan Nilai
Pemungutan PPN/PPnBM menganut prinsip akrual, artinya, terutangnya
pajak terjadi pada saat penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa kena Pajak meskipun
pembayarannya belum diterima.
Terutangnya Pajak terjadi pada saat:
1. Penyerahan Barang Kena Pajak
a. Saat Barang Kena Pajak diserahkan secara langsung kepada pembeli.
b. Saat Barang kena Pajak diserahkan secara langsung kepada penerima barang
(untuk pembelian Cuma-Cuma, pemakaian sendiri, penyerahan pusat ke
cabang).
c. Saat Barang Kena Pajak diserahkan pada juru kirim/jasa angkutan.
d. Saat harga atas Penyerahan Barang Kena Pajak diakui sebagai
piutang/penghasilan.
2. Penyerahan Jasa Kena Pajak
a. Saat harga atas penyerahan Jasa Kena Pajak diakui sebagai
pitutang/penghasilan.
d. Saat mulai tersedianya fasilitas/kemdahan untuk dipakai secara nyata, baik
sebagian atau seluruhnya dalam hal pemberian cuma-cuma atau pemakaian sendiri
Jasa Kena Pajak.
3. Impor Barang Kena Pajak
Saat Barang Kena Pajak tersebut di masukkan ke dalam Daerah Pabean
4. Pemanfaatan Barang Kena pajak Tidak Berwujud/ Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean
Saat yang diketahui terjadi lebih dahulu dari peristiwa-peristiwa sebagai
berikut:
a. Secara nyata digunakan oleh pihak yang memanfaatkannya.
b. Dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkannya
c. Saat harga jual dan/atau penggantian ditagih oleh pihak yang menyerahkannya.
d. Harga perolehan dibayar, baik sebagian atau seluruhnya, oleh pihak yang
memanfaatkan.
e. Ditandatanganinya kontrak/perjanjian atau saat lain yang ditetapkan oleh Dirjen
Pajak.
5. Ekspor Barang Kena Pajak berwujud
Saat Barang Kena Pajak dikeluarkan dari Daerah Pabean.
6. Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud/ Jasa Kena Pajak
Saat penggantian atasa jasa yang diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai
penghasilan.
a. Atas Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran
perusahaan, saat terutangnya PPN adalah pada saat yang terjadi sebagai
berikut :
1) Saat ditandatanganinya akte pembubaran oleh Notaris
2) Saat berakhirnya jika waktu berdirinya perseroan yang ditetapkan dalam
Anggaran Dasar (AD) perusahaan
3) Saat tanggal penetapan Pengadilan yang menyatakan perseroan dibubarkan
4) Saat diketahuinya bahwa perusahaan tersebut nyata-nyata sudah tidak
melakukan kegiatan usaha atau sudah dibubarkan, berdasarkan hasil
pemeriksaan atau berdsarkan data atau dokumen yang ada
b. Atas kegiatan membangun sendiri, saat terutangnya PPN adalah pada saat mulai
dibangunnya bangunan.
c.Atas penyerahan kepada Pemungut PPN :
1) Saat terutangnya PPN adalah pada saat disampaikan tagihan.
2) Kontraktor migas & panas bumi, saat terutangnya PPN adalah pada saat sama
dengan penyerahan barang kena pajak/jasa kena pajak.
8. Saat pembayaran yang diterima sebelum penyerahan atau pemanfaatan barang
kena pajak/jasa kena pajak
Pajak terutang saat pembayaran dalam hal :
b. Pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan barang kena pajak
tidak berwujud/jasa kena pajak dari luar daerah pabean.
E.Terutang Pajak Pertambahan Nilai
Tempat Terutang Pajak Pertambahan Nilai
Adapun yang menjadi tempat terutangnya pajak pertambahan nilai adalah :
1. Pengusaha kena pajak yang melakukan :
a. Penyerahan barang kena pajak/jasa kena pajak didalam daerah Pabean.
b. Ekspor barang kena pajak berwujud/tidak berwujud/jasa kena pajak.
2. Terutang pajak ditempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat
kegiatan usaha dilakukan atau tempat lain yang ditetapkan dengan peraturan
Dirjen Pajak.
3. Dalam hal impor, terutang pajak di tempat Barang Kena Pajak dimasukkan dan
dipungut melalui Direktorat Jendral Bea dan Cukai.
4. Orang Pribadi atau Badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean terutang pajak di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat
kegiatan usaha.
F. Dasar Pengenaan Pajak
Untuk menghitung besarnya pajak (PPN dan PPnBM) yang terutang perlu
1. Pemakaian sendiri Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak adalah Harga
Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor (HPP).
2. Pemberian Cuma-Cuma Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak adalah
Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor (HPP).
3. Penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual
rata-rata.
4. Penyerahan penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul
film.
5. Penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran.
6. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuK diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran
perusahaan, adalah harga pasir wajar.
7. Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau
penyerahan Barang Kena Pajak antara cabang adalah harga pokok penjualan
atau harga perolehan.
8. Penyerahan Barang Kena Pajak melalui pedagang perantara adalah harga yang
disepakati antara pedagang perantara dengan pembeli.
9. Penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah harga lelang.
10. Penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah
yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih.
G.Cara Perhitungan
Sebelum melakukan perhitungan atas besarnya Pajak Pertambahan Nilai yang
terhutang maka terlebih dahulu yang harus diketahui adalah Dasar Pengenaan
Pajak (DPP) dan tarif pajak yang berlaku.
1. Dasar Pengenaan Pajak
Berdasarkan Pasal 1 ayat 17 Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang PPN
dan PPnBM yang dimaksud dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) adalah
jumlah harga jual,penggantian,nilai impor, nilai ekspor, atau nilai lain yang
dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terhutang.
2. Tarif Pajak
Dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM
yang dimaksud dengan tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah sebesar 10%
(sepuluh persen) dan dengan Peraturan Pemerintah tarif pajak tersebut dapat
diubah menjadi serendah-rendahnya 5% (lima persen) dan setinggi-tingginya
15% (lima belas persen). Namun khusus untuk ekspor Barang Kena Pajak tarif
PPN nya adalah 0% (nol persen).
Sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 dengan Dasar Pengenaan Pajak maka untuk
mencari besar PPN yang terhutang cara perhitungannya adalah:
H.Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai.
Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai adalah pengusaha kena pajak
mengurangkan atau mengkreditkan pajak masukan dalam suatu masa pajak pajak
keluaran dalam masa pajak yang sama.
Apabila dalam masa pajak tersebut lebih besar pajak keluaran, maka terjadi pajak
kurang bayar, oleh karena itu kelebihan pajak keluaran tersebut harus dibayar ke
kas negara. Sebaliknya, jika dalam masa pajak tersebut lebih besar pajak masukan,
maka terjadi pajak lebih bayar. Oleh karena itu, kelebihan pajak masukan dapat
dikompensasikan ke masa pajak berikutnya atau direstitusi.
I. Pelaporan SPT
Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib
menghitung dan melaporkan jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah (PPn BM) yang terutang.
1. Fungsi dan Tujuan
Sebagai sarana bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) untuk melaporkan dan
mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) yang sebenarnya
terutang dalam hal melaporkan pajak yang terutang menggunakan SPT Masa
PPN. Dalam hal pelaporan SPT Masa PPN dapat dilakukan dengan 2 cara,
1.1.Secara manual
Penyampaian SPT Masa PPN secara manual dapat dilakukan dengan mengisi
Formulir 1111 yang diambil di KPP atau KP2KP, kemudian diisi dengan
benar, jelas, dan lengkap. Setelah semua diisi dan tidak lupa ditandatangani
atau stempel, SPT Masa PPN diantarkan langsung ke KPP atau mengirim
melalui kantor pos atau melalui jasa kurir.
1.2.Secara elektronik
SPT dalam bentuk data elektronik dapat disampaikan melalui e-Filling, yaitu
cara penyampaian SPT yang dilakukan secara online yang real-time melalui
situs http://www.pajak.go.id atau Penyedia Jasa Aplikasi / Application Service
Provider (ASP). Pengusaha Kena Pajak merekam data-data perpajakan yang
akan dilaporkan dengan benar dan lengkap. Setelah diisi dengan lengkap dan
benar, Pengusaha Kena Pajak mencetak formulir induk SPT Masa PPN 1111
atau 1111DM dan disimpan dalam media komputer (disket, CD, dsb).
Pengusaha Kena Pajak melaporkan SPT dengan menggunakan media
elektronik ke KPP dengan membawa formulir Induk SPT Masa PPN dan hasil
cetakan e-SPT yang telah ditandatangani beserta file data SPT yang tersimpan
dalam media komputer. Bagi Pengusaha Kena Pajak yang telah melaporkan
1.3.Batas Waktu Penyampaian SPT Masa PPN
Penyampaian SPT Masa PPN paling lama tanggal 20 bulan berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir. Apabila surat pemberitahuan masa tersebut tidak
disampaikan sesuai jangka waktu yang ditentukan, pengusaha kena pajak
dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar lima ratus ribu rupiah
(Rp500.000).
1.4.Pemenuhan Kewajiban SPT Masa PPN
Selama melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri di Kantor Pelayanan
Pajak Medan Timur penulis mendapat data tentang jumlah Pengusaha Kena
Pajak yang melaksanakan kewajibannya selama tahun 2012, yaitu sebagai
Tabel III.1
Penerimaan SPT Masa PPN Pada Tahun Pajak 2012
Di kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
No Bulan Jlh PKP
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tahun 2012
Dari tabel III.1 bagaimana Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya dan akan dianalisa pada bab selanjutnya.
J. Faktur Pajak
Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena
Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena
Pajak.
a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean Ekspor BKP Berwujud
b. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean
c. Ekspor BKP Tidak berwujud dan/atau
d. Ekspor JKP
2. Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat pada:
a. Saat penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP
b. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi
sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa
Kena Pajak
c. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap
pekerjaan
d. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan
3. Pengusaha Kena Pajak dapat membuat 1 (satu) Faktur Pajak meliputi seluruh
penyerahan yang dilakukan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau
penerimaan Jasa Kena Pajak yang sama selama 1 (satu) bulan kalender
4. Faktur Pajak harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan
Dalam faktur pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang
Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat:
a. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahan Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak
c. Jenis Barang atau Jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan
harga
d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut
e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut
f. Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak
g. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak
h. Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan dokumen tertentu yang
kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembuatan Faktur Pajak dan tata
cara pembetulan atau penggantian Faktur Pajak diatur dengan atau berdasarkan
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI A.Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan Wajib Pajak di awali dengan adanya kesadaran PKP mengenai
kewajibannya dalam hal perpajakan. Kesadaran adalah faktor yang berasal dari
kemauan dan perubahan sikap PKP dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
dan hak pajaknya.
Ada dua macam kepatuhan yaitu:
1. Kepatuhan Formal : Kepatuhan Formal adalah suatu keadaan dimana PKP
memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-Undang perpajakan.
2. Kepatuhan Material : Kepatuhan Material adalah suatu keadaan dimana PKP
secara substantive / hakekat memenuhi semua ketentuan material
perpajakan,yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan.
Kepatuhan Material dapat meliputi juga kepatuhan formal,jadi PKP yang
memenuhi kepatuhan material dalam mengisi SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai
adalah PKP yang mengisi dengan jujur,baik dan benar SPT tersebut sesuai dengan
Undang-undang PPN dan menyampaikannya tepat waktu ke Kantor Pelayanan
Pajak sebelum batas waktu yang ditentukan.
Kepatuhan dapat diwujudkan misalnya dengan penyuluhan,pelayanan,dan
dengan menempatkan PKP sebagai subjek yang dihargai hak-hak dan
kewajibannya.
Tingkat kepatuhan PKP yang dimaksud dalam hal ini adalah kepatuhan PKP
pajak efektif dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Kadang PKP memang
sengaja menghindari kewajibannya perpajakannya dengan tidak menyampaikan
SPT Masa PPN-nya kepada KPP bahkan masih banyak PKP yang melalaikan
pajaknya yaitu menolak membayar pajak yang telah di tetapkan dan menolak
memenuhi formalitas yang harus di penuhi olehnya.
Ada juga PKP yang memberikan ketidakjelasan alamat kepada KPP
sehingga SPT yang dikirimkan tidak diterima oleh PKP yang bersangkutan
akibatnya PKP merasa tidak mempunyai kewajiban menyampaikan SPT Masa
karena tidak menerima SPT tersebut.
Dari data tabel III.1 penulis akan melakukan analisa dan evaluasi yang akan
membandingkan Ketentuan Umum Perpajakan tentang Pajak Pertambahan Nilai
yang diuraikan pada Bab III dengan kenyataan yang ada di lapangan sehingga
penulis dapat melihat dan menilai sampai sejauh mana Ketentuan Umum
Perpajakan tentang Pajak Pertambahan Nilai tersebut diterapkan wajib pajak
B.Pengusaha Kena Pajak (PKP) Yang Memenuhi dan Yang Tidak Memenuhi Kewajiban Menyampaikan SPT Masa PPN di KPP Pratama Medan Timur
Dari tabel III.1 penulis akan menganalisa kepatuhan Pengusaha Kena Pajak
dalam melaksanakan kewajiban menyampaikan SPT Masa PPN sebagai berikut:
1. Masa Pajak Januari 2012
Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada bulan Januari 2012
adalah 1.157 PKP, dan dari jumlah tersebut yang melaporkan pajaknya pada
masa pajak Januari 2012 adalah seperti di bawah ini:
Tabel IV.1
Penerimaan SPT Masa PPN Januari 2012 di KPP Medan Timur
No. Jenis SPT Masa PPN Nihil
SPT Masa PPN WP
non-PKP 0 0 0 0
2. SPT Masa PPN 1111 1410 346 150 1906
3. SPT Masa PPN 1111 DM 25 48 1 74
4. SPT Masa PPN Jasa 0 0 0 0
Jumlah 1435 394 151 1980
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tahun 2012.
Dari tabel IV.1 di atas kita dapat melihat jumlah penerimaan SPT Masa PPN untuk
bulan Januari 2012 adalah 1980
1157� 100% = 171,13%
Dari penerimaan SPT Masa PPN bulan Januari 2012 dapat dirincikan lagi sebagai
SPT Masa PPN Kurang Bayar =394
1157�100% = 34,05%
SPT Masa PPN Lebih Bayar =151
1157�100% = 13,05%
Dengan melihat rincian penerimaan SPT Masa PPN Januari 2012 di Tabel IV.1,
penerimaan SPT Masa PPN Januari 2012 di KPP Medan Timur adalah sekitar
171,13%. Jumlah ini menunjukkan besarnya kepatuhan Pengusaha Kena Pajak
yang terdaftar di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
2. Masa Pajak Februari 2012
Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada bulan Februari 2012
adalah 1.184 PKP, dan dari jumlah tersebut yang melaporkan pajaknya pada masa
pajak Februari 2012 adalah seperti di bawah ini:
Tabel IV.2
Penerimaan SPT Masa PPN Februari 2012 di KPP Medan Timur
No. Jenis SPT Masa PPN Nihil
Kurang
bayar Lebih bayar Jumlah SPT
1.
SPT Masa PPN WP
non-PKP 0 0 0 0
2. SPT Masa PPN 1111 1435 343 152 1930
3. SPT Masa PPN 1111 DM 20 51 1 72
4. SPT Masa PPN Jasa 0 0 0 0
Jumlah 1455 394 153 2002
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tahun 2012.
Dari tabel IV.2 di atas kita dapat melihat jumlah penerimaan SPT Masa PPN untuk
bulan Februari 2012 adalah 2002
Dari penerimaan SPT Masa PPN bulan Februari 2012 dapat dirincikan lagi sebagai
berikut:
SPT Masa PPN Nihil =1455
1184�100% = 122,88%
SPT Masa PPN Kurang Bayar =394
1184�100% = 33,27%
SPT Masa PPN Lebih Bayar =153
1184x100%=12.92%
Setelah melihat rincian Penerimaan SPT Masa PPN Februari 2012 di Tabel IV.2,
jumlah penerimaan SPT Masa PPN Februari 2012 mengalami penurunan sebesar
2,05% dari penerimaan SPT Masa PPN bulan Januari 2012.
3. Masa Pajak Maret 2012
Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada bulan Maret 2012
adalah 1.202 PKP, dan dari jumlah tersebut yang melaporkan pajaknya pada masa
pajak Maret 2012 adalah seperti di bawah ini:
Tabel IV.3
Penerimaan SPT Masa PPN Maret 2012 di KPP Medan Timur
No. Jenis SPT Masa PPN Nihil
SPT Masa PPN WP
non-PKP 0 0 0 0
2. SPT Masa PPN 1111 1386 358 149 1893
3. SPT Masa PPN 1111 DM 20 51 1 72
4. SPT Masa PPN Jasa 0 0 0 0
Jumlah 1406 409 150 1965
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tahun 2012.