• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PELAKSANAAN ANGKUTAN BARANG DENGAN

A. Mekanisme Pemuatan Barang ke Dalam Peti Kemas oleh

A.2. Mekanisme Pemuatan Barang ke Dalam Peti Kemas

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh Penulis dengan pihak PT Masaji Tatanan Container, dalam hal ini dengan bagian operasional, Penulis mendapatkan informasi bahwa PT Masaji Tatanan Container pada saat ini melingkupi 2 lingkup bisnis, yaitu Bisnis Utama (Main Bussiness) yang terdiri dari Storage Container, Handling Container, Maintenance and Repair dan Cleaning, serta Reefer Container Service, dan Pendukung (Additional Service) yang terdiri dari Reposition Container, Container Sale Unit serta Project Container. Hal ini dikarenakan perkembangan penggunaan peti kemas dan aspek-aspek lain yang menyertai penggunaan peti kemas sehingga PT Masaji Tatanan Container tidak melingkupi usaha pemuatan barang ke dalam Peti Kemas.

Perjanjian atau kontrak yang dilakukan oleh PT Masaji Tatanan Container ini adalah dengan pihak pelayaran sebagai pemilik peti kemas atau disebut dengan Principal, yang biasanya dalam jangka waktu yang lama/longterm, bukan dengan pemilik barang.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa awalnya lingkup bisnis PT Masaji Tatanan Container adalah kegiatan depo petikemas dan CFS

(Container Freight Station). Adapun Depo Peti Kemas ini dapat diartikan sebagai tempat khusus untuk menampung, menumpuk, penyimpanan (storage), penyediaan (supply), perawatan dan perbaikan (maintenance and repair) dan sewa menyewa (leasing) peti kemas, yang dalam hal ini adalah peti kemas kosong atau lazim disebut Empty Container.

Peti kemas yang dalam keadaan kosong ini masuk ke depo peti kemas, lalu akan datang Surveyor yaitu orang yang bertugas melakukan inspeksi terhadap peti kemas yang masuk dan menentukan status peti kemas tersebut apakah Available Clean, Available Unclean atau Damage. Proses survey dan identifikasi setiap kerusakan mengacu pada ketentuan atau standar dalam IICL dan Cargoworthy. Apabila peti kemas yang masuk dalam keadaan kotor, maka peti kemas tersebut akan dicuci terlebih dahulu lalu ditumpuk. Apabila peti kemas yang masuk dalam keadaan rusak, dan termasuk dalam kategori masih bisa diperbaiki, maka akan diperbaiki setelah mendapatkan persetujuan dari perusahaan pelayaran sebagai pemilik peti kemas. Dan apabila peti kemas yang masuk dalam kondisi yang baik maka peti kemas tersebut akan ditempatkan di posisi blok AV (Available). Jadi jika peti kemas hendak dipakai untuk keperluan ekspor maka peti kemas tinggal diambil di depo peti kemas.

Sedangkan CFS (Container Freight Station) merupakan suatu lokasi tempat penimbunan barang-barang muatan (baik terhadap barang/komoditi ekspor maupun impor) berupa pergudangan atau lapangan terbuka, yang dipergunakan untuk menampung (sementara) komoditi tersebut, untuk selanjutnya komoditi dimaksud diisi/ditumpuk ke dalam peti kemas khhusus terhadap barang ekspor

dan dikeluarkan dari peti kemas bagi barang impor untuk selanjutnya diserahkan kepada penerima yang berhak.57

a. Menerima Packing List (surat keterangan atas perincian barang) dan Shipping Instruction (surat perintah pengapalan barang) yang diserahkan oleh eksportir bersangkutan, dimana selanjutnya eksportir tersebut akan mengisi formulir isian yang disodorkan kepadanya.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa CFS (Container Freight Station) adalah suatu tempat yang digunakan untuk menampung sementara semua komoditi ekspor maupun impor untuk selanjutnya dimasukkan/diisi/ditimbun (stuffing) ke dalam peti kemas tertentu bagi semua barang ekspor dan akan dikeluarkan (stripping) dari peti kemas terhadap semua barang yag diimpor. Jadi untuk barang-barang yang akan diekspor, komoditi tersebut akan diterima oleh petugas CFS yang ditunjuk, dimana kemudian Petugas tersebut akan melaksanakan prosedur penerimaan barang sebagai berikut, yaitu :

b. Dengan diisinya formulir serta diterimanya packing list dimaksud, maka petugas CFS akan segera memeriksa kebenaran formulir isian dengan keadaan fisik dari barang tersebut.

c. Apabila segala sesuatunya ternyata cocok, maka segera Petugas tersebut mengukur, menimbang sesuai kebutuhan, dimana segala sesuatunya tersebut akan dicatat pada buku registrasi penerimaan barang untuk selanjutnya dibuat tanda penerimaan barang, untuk siap dikapalkan sesuai perintah yang diterimanya.

57

d. Selanjutnya Petugas tersebut akan melaksanakan pemesanan peti kemas (Container Booking) kepada Perusahaan Pelayaran bersangkutan.

e. Setelah peti kemas tiba di CFS, maka Petugas bagian pengisian komoditi ke dalam peti kemas segera memeriksa peti kemas tersebut apakah ada yang bocor, rusak, kotor dan lain sebagainya agar tidak merusak barang yang akan diisi kedalamnya.

f. Apabila segala sesuatunya telah aman seluruhnya, maka mulailah komoditi ekspor tersebut diisi ke dalam peti kemas bersangkutan, selanjutnya menungu pengapalan. 58

Apabila seorang eksportir mengirimkan barang ekspornya secara penuh untuk satu unit peti kemas, maka yang bersangkutan akan menerima satu unit peti kemas yang berisi khusus komoditi ekspor miliknya. Peti kemas yang diisi secara penuh dengan barang muatan oleh seorang shipper/eksportir maka peti kemas tersebut disebut sebagai Full Container Load (FCL). Sebaliknya apabila shipper/eksportir tidak secara penuh mengisi komoditi ekspornya, maka pengisian tersebut dikenal dengan sebutan Less Container Load (LCL). Prosedur untuk penerimaan barang impor pada CFS dapat dilaksanakan apabila barang-barang impor tersebut syarat pengangkutan/pengiriman barang-barangnya yang berada didalam peti kemas adalah atas dasar CFS/CFS atau CFS/CY artinya bahwa barang muatan tersebut dapat diambil oleh Perusahaan Pelayaran dari CFS atau dari Container Yard (CY) di luar negeri dan harus diserahkan sampai di muka

58

pintu gudang CFS di dalam negeri atau di gudang importir bersangkutan, yaitu mulai dari :

a. Menerima surat pengantar peti kemas yang diterbitkan oleh pihak Pengangkut berikut dokumen-dokumen penunjangnya, seperti copy B/L, Delivery Order, dan lain sebagainya.

b. Petugas pada CFS akan memeriksa keadaan peti kemas dari luar antara lain, nomor seri peti kemas, nomor segel (Seal Number) serta packing list bersangkutan.

c. Apabila segala sesuatunya memang benar dan cocok seluruhnya, maka mulailah Petugas CFS dimaksud akan mengurus peti kemas bersangkutan, yaitu :

1) Apabila peti kemas tersebut merupakan peti kemas yang tergolong pada Consolidated Cargo maka peti kemas ini akan segera dibongkar (stripping), untuk selanjutnya diadakan seleksi tentang tujuan akhir dari barang muatan bersangkutan, sesuai alamat Penerima barang masing-masing.

2) Tetapi apabila ternyata peti kemas tersebut merupakan peti kemas Full Container Load (FCL), maka peti kemas ini tidak akan dibongkar. Petugas CFS akan segera memberitahukan kedatangan peti kemas tersebut melalui surat Arrival Notice kepada Penerima barang untuk segera mengambil barang yang ada pada peti kemas bersangkutan.

3) Penerima barang wajib untuk segera mengeluarkan barang miliknya tersebut sesegera mungkin, agar mereka tidak terkena Container’s demurrage.

4) Untuk mengeluarkan barang muatan yang berada di dalam peti kemas, Penerima barang dapat melaksanakannya dengan tatacara sebagai berikut: i. Melakukan stripping sendiri di lokasi CFS

ii. Memerintahkan Forwarder untuk mengangkut peti kemas bersangkutan langsung ke muka gudangnya, untuk selanjutnya dibongkar dan segera mengirimkan kembali peti kemas dimaksud ke CFS bersangkutan

iii. Melanjutkan pengiriman peti kemas tersebut kepada alamat yang ditunjuk oleh penerima barang

5) Apabila peti kemas yang telah kosong diterima kembali dari Penerima barang, maka pengelola CFS akan segera mengaur dan menentukan kemana peti kemas tersebut akan dikirim kemudian. 59

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat persiapan pemuatan barang yaitu sebagai berikut :

1. Memeriksa peti kemas, yaitu dengan melakukan light test, bebas bau, kering dan bebas hama, pintu dapat ditutup dengan baik dan atap tidak berkarat. 2. Stuffing atau pemuatan barang dengan baik :

a) Membagi jumlah berat barang secara merata, yaitu tidak menumpuk susun ke atas, tetapi diusahakan sejauh mungkin lantai dasar peti kemas terisi secara proporsional dengan barang yang relatif berat tersebut. Hal ini

59

dikarenakan bahwa Stowage factor lantai dasar peti kemas memiliki ambang batas daya tahan, yaitu sebesar 4,5 ton/m2 pada peti kemas ukuran 20’ dan sebesar 3 ton/m2

b) Memusatkan berat barang sesuai dengan titik pusat beratnya masing-masing, agar berat barang terpusat pada satu titik tertentu.

pada peti kemas 40’ sehingga tidak boleh melebih ambang batas tersebut. Langkag terbaik yang dapat dilakuakan adalah pada saat setiap memuat barang menggunakan alas balok yang disesuaikan dengan bentuk atau ukuran peti kemas/barang yang bersangkutan.

c) Memuat barang yang lebih berat di lantai dasar dan menumpuk barang yang ringan diatasnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga jangan terjadi kerusakan selama barang dalam proses pengangkutan.

d) Tidak menumpuk barang yang basah atau barang yang cair diatas barang yang kering di dalam peti kemas karena barang cair sering terjadi kebocoran. Untuk memuat barang cair ke dalam peti kemas maka dilapisi bagian atas dan diantara satu dengan lainnya dengan bahan-bahan yang mudah menyerap cairan.

e) Memuat barang serapat mungkin dan menghindari terjadinya ruang-ruang yang tersisa. Jika terjadi, maka ruang-ruang kosong tersebut disisip dengan bahan-bahan yang lunak berupa busa, bantal udara, karton bekas dan sebagainya.

f) Mengikat sedemikian rupa barang muatan pada lantai atau badan peti kemas sejauh mungkin dengan menggunakan rantai, tali baja, jarring dan

lain sebagainya untuk menghindari pergeseran atau benturan sesama barang lainnya atau dengan dinding-dinding peti kemas bersangkutan selama terjadinya pergerakan peti kemas bersangkutan. Terhadap barang yang mudah bergerak harus diikat kuat bila perlu dengan rantai yang dipasang ke lantai peti kemas.

g) Tidak memuat barang ke dalam peti kemas melebihi kapasitas muat dari peti kemas bersangkutan.

h) Berhati-hati terhadap barang-barang yang berbau, amis dan sebagainya (stinkers materials), agar tidak dicampur didalam peti kemas dengan barang-barang lainnya. Apabila terjadi maka harus diberi perlakuan khusus yaitu harus dipisah dan dibatasi sedemikian rupa lau dibungkus dengan bahan yang kedap terhadap bau seperti kertas aluminium, plastic lembaran yang tebal dan sebagainya.

i) Memperhatikan barang-barang berbahaya yang dimuat di dalam peti kemas dan membuat tanda khusus yang ditempel pada dinding peti kemas. 3. Mengurangi Kondensasi

a) Harus ditata di tempat yang lebih lapang b) Peti kemas harus dalam keadaan kering c) Mempergunakan silica gel

d) Dunage (pengganjal) harus dalam keadaan kering e) Besi telanjang harus dicat atau dibungkus pipa PVC60

60

Didalam kegiatan operasional untuk melakukan proses bongkar muat, biasanya PT Masaji Tatanan Container menggunakan alat berat untuk memindahkan Container. Pada umumnya alat yang digunakan adalah Reach Staker, Top Loader, Side Loader maupun Forklift.

Dokumen terkait