• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Penerapan Reducing Emissions from Deforestation

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4. Mekanisme Penerapan Reducing Emissions from Deforestation

e. Antinori dan Sathaye (2007) menyatakan biaya transaksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk proses administrasi, monitoring dan verifikasi jasa pengurangan emisi dan penyerapan karbon dioksida. Besarnya biaya transaksi pada sektor kehutanan adalah US$1,23.

forest degradation (REDD) hutan tanaman Eucalyptus sp.

Kajian penerapan Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) dari Hutan Tanaman Eucalyptus sp. didasarkan pada hasil pendugaan potensi karbon tersimpan, penyerapan karbon dioksida dan nilai jasa lingkungan yang telah diperoleh. Kajian dilakukan dengan cara mendeskripsikan hasil-hasil yang diperoleh tersebut berdasarkan peraturan dan kebijakan yang berlaku, terutama yang dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan. Parameter yang

a. Areal/lahan, lokasi dan jenis tegakan yang tumbuh di atasnya. b. Data stok karbon dan penyerapan karbon dioksida.

c. Estimasi pendapatan dari REDD. d. Pelaku REDD.

e. Kelengkapan persyaratan REDD. f. Verifikasi dan sertifikasi.

3.5. Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk pendugaan potensi karbon tersimpan adalah analisis ragam Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 (dua) variabel penelitian yaitu kelas umur dan ketinggian tempat tumbuh. Kombinasi perlakuan variabel seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Kombinasi Perlakuan Pendugaan Potensi Karbon Tersimpan Hutan Tanaman Eucalyptus sp.

Kelas Umur (A) Ketinggian Tempat Tumbuh (B)

B1 B2 B3 A1 A1 B1 A1 B2 A1 B3 A2 A2 B1 A2 B2 A2 B3 A3 A3 B1 A3 B2 A3 B3 A4 A4 B1 A4 B2 A4 B3 A5 A5 B1 A5 B2 A5 B3 Keterangan :

A = Kelas Umur (1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun dan 5 tahun)

B = Ketinggian Tempat Tumbuh (< 1.000 mdpl, 1.000 – 1.500 mdpl dan > 1.500 mdpl)

Hipotesis yang digunakan adalah : Ho

H

: Variabel penelitian tidak berpengaruh terhadap pendugaan potensi karbon tersimpan hutan tanaman Eucalyptus sp.

1

Untuk mengetahui pengaruh variabel penelitian terhadap pendugaan potensi karbon tersimpan hutan tanaman Eucalyptus sp. dilakukan analisis keragaman dengan kriteria uji jika F hitung < F tabel maka H

: Variabel penelitian berpengaruh terhadap pendugaan potensi karbon tersimpan hutan tanaman Eucalyptus sp.

0 diterima dan jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak. Untuk mengetahui variabel penelitian mana yang berpengaruh maka pengujian dilanjutkan dengan menggunakan Uji Wilayah Berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test).

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pendugaan Potensi Karbon Tersimpan 4.1.1. Biomassa tegakan Eucalyptus sp.

Data hasil pengukuran biomassa tegakan Eucalyptus sp. disajikan pada Lampiran 1 dan grafik biomassa tegakan Eucalyptus sp. rata-rata disajikan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Grafik Biomassa Tegakan Eucalyptus sp.

Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa nilai biomassa tegakan Eucalyptus sp. meningkat dengan bertambahnya umur tetapi menurun dengan naiknya ketinggian tempat tumbuh. Nilai biomassa tegakan Eucalyptus sp. yang dihasilkan berkisar antara 11,25 – 188,189 ton/ha dengan rata-rata 99,84 ton/ha. Nilai biomassa tegakan Eucalyptus sp. terendah didapat pada tegakan Eucalyptus sp.

umur 1 tahun pada ketinggian > 1.500 mdpl, sedangkan yang tertinggi didapat pada tegakan Eucalyptus sp. umur 5 tahun pada ketinggian < 1.000 mdpl.

Nilai biomassa tegakan Eucalyptus sp. hasil penelitian dipengaruhi oleh diameter tegakan, dimana semakin besar diameter tegakan maka semakin besar pula biomassa tegakan. Hal ini berkaitan juga dengan umur tegakan, dimana semakin besar umur tegakan maka diameter tegakan pun semakin besar. Siahaan (2009) menyatakan bahwa diameter batang tanaman Eucalyptus sp. semakin besar dengan semakin bertambahnya umur. Rata-rata diameter setinggi dada tanaman

Eucalyptus sp. pada plot ukur setiap umur adalah 3,2 cm, 8,9 cm, 12,1 cm, 12,7 cm, 14,7 cm. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Elias et al

(2010) pada pohon Acacia mangium yang mengemukakan kadar karbon dalam biomassa komponen-komponen pohon A. mangium terlihat semakin tinggi seiring dengan semakin besarnya diameter pohon. Data hubungan antara diameter tegakan dengan biomassa tegakan disajikan pada Lampiran 2.

Berdasarkan analisis regresi linier sederhana yang disajikan pada Lampiran 7, didapatkan bahwa koefisien bebas (a2) sebesar 16,379 dan koefisien terikat (a1

Ŷ = -74,716 + 16,379 X

) sebesar -74,716 sehingga persamaan regresinya sebagai berikut :

dimana Ŷ adalah Biomassa Tegakan (ton/ha) dan X adalah diameter tegakan (cm) Berdasarkan pengujian parameter untuk koefisien α2, didapatkan bahwa nilai koefisien α2 untuk α = 5% sangat mempengaruhi nilai taksiran dari biomassa tegakan, sehingga nilai biomassa tegakan memiliki hubungan linear terhadap diameter tegakan. Dari nilai koefisien determinasi (R square) yang

tegakan telah dapat dijelaskan oleh data diameter. Gambar 4.2 berikut menampilkan hubungan linear antara biomassa tegakan dan diameter tegakan.

Gambar 4.2. Hubungan Linear antara Biomassa Tegakan dan Diameter Tegakan

Nilai biomassa tegakan Eucalyptus sp. berdasarkan ketinggian tempat tumbuh berturut-turut semakin menurun dari ketinggian < 1.000 mdpl, 1.000 – 1.500 mdpl dan > 1.500 mdpl. Ketinggian tempat tumbuh berkaitan dengan temperatur udara, dimana semakin naik elevasi suatu daerah maka temperatur udara akan semakin rendah, sehingga akan mempengaruhi kemampuan tegakan untuk tumbuh dan berkembang.

4.1.2. Biomassa tumbuhan bawah

Data hasil pengukuran biomassa tumbuhan bawah hutan tanaman

Eucalyptus sp. disajikan pada Lampiran 3 dan grafik biomassa tumbuhan bawah hutan tanaman Eucalyptus sp. rata-rata disajikan pada Gambar 4.3.

Ŷ = -74,716 + 16,379 X Bio m a ssa T eg a kan ( to n /h a ) Diamater Tegakan (cm)

Gambar 4.3. Grafik Biomassa Tumbuhan Bawah Hutan Tanaman Eucalyptus sp.

Dari Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa nilai biomassa tumbuhan bawah pada hutan tanaman Eucalyptus sp. secara umum menurun dengan bertambahnya umur dari umur 1 tahun ke umur 3 tahun, tetapi pada umur 4 tahun dan 5 tahun nilainya meningkat kembali. Nilai biomassa tumbuhan bawah pada hutan tanaman

Eucalyptus sp. juga menurun dengan naiknya ketinggian tempat tumbuh kecuali pada ketinggian 1000 – 1500 mdpl. Nilai biomassa tumbuhan bawah yang dihasilkan berkisar antara 0,41 – 5,13 ton/ha dengan rata-rata 1,95 ton/ha. Nilai biomassa tumbuhan bawah terendah didapat pada tumbuhan bawah umur 3 tahun pada ketinggian 1.000 - 1.500 mdpl, sedangkan yang tertinggi didapat pada tumbuhan bawah umur 5 tahun pada ketinggian < 1.000 mdpl.

Rendahnya nilai biomassa tumbuhan bawah pada umur 1 tahun, 2 tahun dan 3 tahun pada hutan tanaman Eucalyptus sp. karena pada umumnya di hutan tanaman masih terdapat kegiatan pemeliharaan terhadap tapak tegakan, seperti penyemprotan dan pembersihan hama serta pemupukan. Hal ini menyebabkan hanya sedikit tumbuhan bawah yang hidup. Sedangkan pada umur 4 tahun dan 5 tahun, kegiatan pemeliharaan terhadap tapak tegakan tidak dilakukan lagi, sehingga banyak tumbuhan bawah yang hidup. Siahaan (2009) menambahkan tumbuhan bawah merupakan salah satu tempat penyimpanan karbon pada tegakan

Eucalyptus sp. Pertumbuhan tumbuhan bawah dikontrol untuk mendukung

pertumbuhan tanaman menggunakan bahan kimia yang disempotkan secara berkala.

Kegiatan penjarangan yang dilakukan terhadap tegakan, baik pada batang, cabang maupun ranting juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tumbuhan bawah. Hal ini berkaitan dengan intensitas cahaya matahari yang dapat diterima oleh tumbuhan bawah. Semakin banyak cahaya matahari yang diterima tumbuhan, berarti semakin baik proses fotosintesis pada tumbuhan tersebut. Pada lokasi penelitian, penjarangan mulai dilaksanakan pada tegakan yang berumur 3 tahun. Kegiatan penjarangan ini menyebabkan kerapatan tegakan menjadi berkurang dan intensitas cahaya matahari yang masuk menjadi semakin besar, sehingga tumbuhan bawah pada umur 4 tahun dan 5 tahun semakin banyak. Dibandingkan dengan tegakan umur 1 tahun, 2 tahun dan 3 tahun, tegakan masih sangat rapat, intensitas cahaya matahari sedikit dan tumbuhan bawah yang tumbuh pun sedikit.

Nilai biomassa tumbuhan bawah pada hutan tanaman Eucalyptus sp.

bawah lebih dapat bertahan hidup pada ketinggian yang tidak terlalu tinggi, dimana temperatur tidak terlalu rendah dan tanahnya tidak lembab. Kondisi lapangan pada Sektor Tele dengan ketinggian < 1.500 mdpl menunjukkan temperatur udara berkisar 25 – 28oC dan kondisi tanah lembab dan hanya sedikit tumbuhan bawah yang tumbuh. Sedangkan kondisi lapangan pada Sektor Aek Nauli sebagai lokasi penelitian dengan ketinggian > 1.000 mdpl dan 1.000 – 1.500 mdpl memiliki temperatur yang lebih tinggi dan tanahnya lebih kering dibandingkan pada Sektor Tele. Kondisi ini menyebabkan tumbuhan bawah lebih banyak tumbuh.

4.1.3. Nekromassa

Data hasil pengukuran nekromassa hutan tanaman Eucalyptus sp. disajikan pada Lampiran 4 dan grafik nekromassa hutan tanaman Eucalyptus sp. rata-rata disajikan pada Gambar 4.4.

12,03 11,55 11,52 13,43 14,69 12,51 11,36 11,45 14,39 15,50 11,44 10,73 11,62 13,53 14,90 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00

1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5 tahun

B e ra t K e ri n g ( to n /h a ) Umur Tegakan

Dari Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa nilai nekromassa pada hutan tanaman

Eucalyptus sp. secara umum menurun dengan bertambahnya umur dari umur 1 tahun ke umur 3 tahun, tetapi pada umur 4 tahun dan 5 tahun nilainya meningkat kembali. Nilai nekromassa pada hutan tanaman Eucalyptus sp. juga menurun dengan naiknya ketinggian tempat tumbuh, kecuali pada ketinggian 1000 – 1500 mdpl. Nilai nekromassa yang dihasilkan berkisar antara 10,73 – 15,50 ton/ha dengan rata-rata 12,71 ton/ha. Nilai nekromassa terendah didapat pada nekromassa umur 2 tahun pada ketinggian > 1.500 mdpl, sedangkan yang tertinggi didapat pada nekromassa umur 5 tahun pada ketinggian 1.000 – 1.500 mdpl.

Nilai nekromassa hutan tanaman Eucalyptus sp. yang rendah pada umur 2 tahun dan 3 tahun disebabkan karena belum banyaknya bahan organik yang mati yang berasal dari ranting, cabang dan daun tegakan Eucalyptus sp. Nilai nekromassa pada umur 1 tahun lebih tinggi daripada umur 2 tahun dan 3 tahun disebabkan karena masih terdapatnya sisa-sisa pemanenan yang belum terangkut, terutama cabang dan ranting tegakan. Sedangkan nilai nekromassa yang semakin meningkat pada umur 4 tahun dan 5 tahun karena sudah banyaknya ranting, cabang dan daun tegakan Eucalyptus sp. yang gugur. Gambar 4.5. menampilkan perbandingan nekromassa hutan tanaman Eucalyptus sp. pada umur 1 tahun sampai dengan 5 tahun.

Gambar 4.5. Nekromassa Hutan Tanaman Eucalyptus sp.

(a = sisa penebangan pada umur 1 tahun; b = umur 2 tahun; c = umur 3 tahun; d = umur 4 tahun; e = umur 5 tahun)

Karbon tersimpan dipengaruhi juga oleh produktivitas serasah. Tanaman

Eucalyptus sp. yang mempunyai daun dengan ciri morfologi kecil dan tipis menyebabkan mudahnya daun tersebut untuk gugur, sehingga pada umur 4 tahun dan 5 tahun terdapat lebih banyak serasah di bandingkan pada umur pertumbuhan sebelumnya. Kecepatan pelapukan yang lambat di atas permukaan tanah menyebabkan banyaknya serasah yang ada sehingga nilai karbon tersimpannya juga tinggi. Hairiah et al (2004) menyatakan makin tebal daun makin sulit lapuk, demikian pula bila daun makin mengkilat dan berminyak dipermukaannya makin lambat lapuk. Bentuk dan ukuran tidak berpengaruh terhadap kecepatan pelapukan daun. Kecepatan pelapukan serasah di permukan tanah hutan berjalan paling lambat, dimana sekitar 50% dari serasah yang ada di permukaan tanah hilang terlapuk pada saat 101 minggu. Mindawati (2011) menambahkan sifat

a b

serasah lebih besar dari laju dekomposisi. Produktivitas serasah tegakan hibrid E. urograndis berkisar antara 3,5-5,3 ton/ha/tahun pada rotasi 1 dan sekitar 3,7-6,2 ton/ha/tahun pada rotasi 2. Produktivitas serasah dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama curah hujan, suhu dan faktor kesuburan tanah di samping faktor genetik tanaman.

4.1.4. Potensi karbon tersimpan

Data hasil potensi karbon tersimpan hutan tanaman Eucalyptus sp.

disajikan pada Lampiran 5 dan grafik potensi karbon tersimpan hutan tanaman

Eucalyptus sp. rata-rata disajikan pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Grafik Potensi Karbon Tersimpan Hutan Tanaman

Eucalyptus sp.

Dari Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa potensi karbon tersimpan pada hutan tanaman Eucalyptus sp. meningkat dengan bertambahnya umur tetapi menurun

14,13 30,69 70,08 83,93 95,68 13,53 27,90 69,90 73,12 89,03 10,71 15,77 55,71 59,22 80,63 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5 tahun

P e n y e rap an K ar bo n ( to n /h a) Umur Tegakan < 1.000 mdpl 1.000 - 1.500 mdpl > 1.500 mdpl

dengan naiknya ketinggian tempat tumbuh. Nilai karbon tersimpan yang dihasilkan berkisar antara 10,71 – 95,68 ton/ha dengan rata-rata 52,67 ton/ha. Nilai karbon tersimpan terendah didapat pada hutan tanaman Eucalyptus sp. umur 1 tahun pada ketinggian > 1.500 mdpl, sedangkan yang tertinggi didapat pada hutan tanaman Eucalyptus sp. umur 5 tahun pada ketinggian < 1.000 mdpl.

Berdasarkan analisis keragaman yang disajikan pada Lampiran 8 diperoleh bahwa umur, ketinggian tempat serta interaksi antara umur dan ketinggian tempat berpengaruh sangat nyata terhadap potensi karbon tersimpan hutan tanaman

Eucalyptus sp. Dengan kata lain, variabel dalam penelitian ini dapat menyebabkan terjadinya perbedaan dalam nilai karbon tersimpan hutan tanaman Eucalyptus sp.

yang dihasilkan.

Hasil Uji Wilayah Berganda Duncan yang disajikan pada Lampiran 9 menunjukkan bahwa pada selang kepercayaan 95 %, umur tegakan dan ketinggian tempat tumbuh hutan tanaman Eucalyptus sp. berbeda nyata satu sama lain dalam menghasilkan nilai karbon tersimpan. Semakin besar umur tegakan maka nilai karbon tersimpan hutan tanaman Eucalyptus sp. meningkat. Semakin besar ketinggian tempat maka maka nilai karbon tersimpan hutan tanaman Eucalyptus sp. menurun.

Nilai karbon tersimpan yang didapatkan dari hasil penelitian pada hutan tanaman Eucalyptus sp. berbeda dibandingkan dengan karbon tersimpan pada hutan tanaman jenis lainnya pada umur yang relatif sama. Data hasil penelitian yang dirangkum oleh TPIBLK (2010a) menyatakan cadangan karbon hutan tanaman Acacia mangium umur 6 tahun di hutan tanaman Benakat Sumatera

Jawa umur 1 tahun sebesar 5,4 ton/ha, hutan tanaman Acacia mangium di PT. Perhutani Bogor umur 3 tahun sebesar 110,97 ton/ha dan umur 5 tahun sebesar 176,84 ton/ha. Perbedaan nilai karbon tersimpan pada tiap jenis tanaman disebabkan oleh kemampuan tanaman menyerap karbon dioksida pada saat aktivitas fotosintesis dan menyimpannya. Persamaan allometrik yang dipakai dalam menghitung nilai karbon tersimpan juga berpengaruh terhadap hasil yang didapatkan. Menurut Manuri et al (2011), terdapat 7 (tujuh) jenis kesalahan dalam pendugaan karbon, yaitu kesalahan pengukuran, kesalahan model ekspansi biomassa atau persamaan allometrik, kesalahan sampling, kesalahan koreksi citra, kesalahan klasifikasi, data entry dan kalkulasi dan scale up.

Cadangan karbon cenderung semakin besar dengan meningkatnya umur tanaman. Hutan tanaman cepat tumbuh yang cadangan karbonnya paling tinggi adalah Acacia dan hutan tanaman lambat tumbuh yang cadangan karbon paling besar adalah Shorea. Kemampuan hutan tanaman dalam menyimpan karbon tersebut akan dipengaruhi oleh jenis yang ditanam, kondisi tempat tumbuh dan teknik silvikultur atau intensitas pemeliharannya. Hutan tanaman untuk jenis-jenis pohon berdaur panjang seperti kemiri, agathis, shorea rasamala dan pinus memiliki kemampuan menyimpan karbon dalam jumlah relatif sama dengan tegakan yang hidup di hutan alam. Jenis pohon daur pendek di hutan tanaman yang memiliki prospek menyimpan karbon dalam jumlah besar diantaranya adalah sengon dan Acacia crassicarpa, pohon tersebut ternasuk ke dalam jenis pionir dan cepat tumbuh (TPIBLK 2010a).

Potensi karbon tersimpan hutan tanaman Eucalyptus sp. yang berbeda berdasarkan ketinggian tempat tumbuh disebabkan karena proses aktivitas fisilogi

dalam tegakan Eucalyptus sp., dimana semakin meningkat ketinggian tempat tumbuh maka kemampuan tanaman untuk berfotosintesis akan semakin rendah sehingga kemampuan menyerap CO2

Besarnya penyimpanan C berkisar antara 20 hingga 400 Mg C ha-1 tergantung pada jenis dan komposisi ekosistem hutan, letak geografis, tanah dan iklimnya. Pengelolaan hutan juga menentukan penyimpanan C dan perubahannya dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh pertumbuhan dan gangguan termasuk hama penyakit dan kebakaran (Hairiah dan Rahayu 2007).

dan menyimpannya dalam biomassa semakin kecil. Mindawati (2011) mengemukakan lebih kecilnya produktivitas hibrid E. urograndis di Indonesia diduga disebabkan oleh perbedaan ketinggian tempat dimana jenis tersebut tumbuh pada dataran tinggi sehingga mengakibatkan laju fotosintesis lebih rendah dan pertumbuhan lebih lambat.

Potensi karbon tersimpan pada hutan tanaman Eucalyptus sp. dari hasil penelitian ini didapatkan dari biomassa total yang diukur dari biomassa tegakan, tumbuhan bawah dan nekromassa. Biomassa tegakan memberikan nilai yang terbesar, diikuti oleh nekromassa dan terakhir tumbuhan bawah terhadap nilai karbon tersimpan pada hutan tanaman Eucalyptus sp. Hairiah dan Rahayu (2007) mengemukakan semua data biomassa dan nekromasa yang telah diperoleh dijumlahkan yang merupakan estimasi akhir jumlah C tersimpan. Konsentrasi C dalam bahan organik biasanya sekitar 46%, oleh karena itu estimasi karbon tersimpan per komponen dapat dihitung dengan mengalikan total berat massanya dengan konsentrasi C. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang didapatkan oleh Siahaan (2009) dimana simpanan karbon pada tanaman memiliki persentase

yang terlihat adalah peningkatan simpanan karbon pada tegakan Eucalyptus sp.

dari umur 3 – 4 tahun merupakan peningkatan yang terkecil dan peningkatan yang besar ada pada tegakan Eucalyptus sp. pada umur 1 ke 2 tahun dan umur 4 ke 5 tahun. Tabel 4.1 di bawah ini menggambarkan konstribusi tiap bagian yang diukur dalam potensi karbon tersimpan yang datanya merujuk pada Lampiran 5.

Tabel 4.1. Kontribusi Nilai Potensi Karbon Tersimpan Ketinggian

(mdpl)

Umur (tahun)

Kontribusi terhadap Biomassa (%) Tegakan Tumbahan Bawah Nekromassa < 1.000 1 58,38 2,45 39,17 2 81,75 0,93 17,31 3 91,98 0,46 7,56 4 90,91 1,73 7,36 5 90,47 2,47 7,06 1.000 - 1.500 1 55,07 2,42 42,51 2 80,29 0,97 18,73 3 92,20 0,27 7,54 4 87,96 2,99 9,05 5 89,76 2,23 8,01 > 1.500 1 48,32 2,55 49,13 2 67,44 1,25 31,31 3 89,88 0,52 9,60 4 87,60 1,90 10,51 5 89,19 2,30 8,50

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa berdasarkan ketinggian tempat tumbuh, biomassa tegakan memberikan nilai yang terbesar, diikuti oleh nekromassa dan terakhir tumbuhan bawah terhadap nilai karbon tersimpan pada hutan tanaman

tegakan pada umur 1 dan 2 tahun lebih kecil dibandingkan pada umur 3 tahun, 4 tahun dan 5 tahun. Konstribusi nekromassa pada umur 1 dan 2 tahun lebih besar dibandingkan pada umur 3 tahun, 4 tahun dan 5 tahun. Hal ini berkaitan dengan diameter tegakan yang belum besar pada umur 1 tahun dan 2 tahun dan masih banyaknya sisa-sisa hasil pemanenan yang tertinggal pada kedua umur tersebut.

Daur hutan tanaman Eucalyptus sp. yang diterapkan pada lokasi penelitian adalah 5 tahun. Dengan hasil penelitian yang didapatkan, maka umur tegakan 5 tahun merupakan umur yang optimal bagi penyimpanan karbon. Setelah umur 5 tahun, tanaman Eucalyptus sp. dapat ditebang. Sedangkan berdasarkan ketingggian tempat, ketinggian < 1.000 mdpl menghasilkan penyimpanan karbon yang optimal pada hutan tanaman Eucalyptus sp. Mindawati et al. (2010) menyatakan daur optimal pada rotasi 1 terjadi pada umur 5,5 tahun dengan riap volume maksimal tegakan E. urograndis sekitar 35,45 m3/ha/tahun dan pada rotasi 2 terjadi pada umur 5 tahun dengan riap volume maksimal sebesar 35,95 m3/ha/tahun.

4.2. Penyerapan Karbon Dioksida

Data hasil penyerapan karbon dioksida hutan tanaman Eucalyptus sp.

disajikan pada Lampiran 6 dan grafik penyerapan karbon hutan tanaman

Gambar 4.7. Grafik Penyerapan Karbon Dioksida Hutan Tanaman Eucalyptus sp.

Dari Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa nilai penyerapan karbon dioksida pada hutan tanaman Eucalyptus sp. meningkat dengan bertambahnya umur tetapi menurun dengan naiknya ketinggian tempat tumbuh. Nilai penyerapan karbon dioksida yang dihasilkan berkisar antara 39,30 – 351,15 ton/ha dengan rata-rata 193,29 ton/ha. Nilai penyerapan karbon dioksida terendah didapat pada hutan tanaman Eucalyptus sp. umur 1 tahun pada ketinggian > 1.500 mdpl, sedangkan yang tertinggi didapat pada hutan tanaman Eucalyptus sp. umur 5 tahun pada ketinggian < 1.000 mdpl.

Penyerapan karbon dioksida oleh hutan tanaman Eucalyptus sp. berkaitan dengan banyaknya karbon yang dapat diserap oleh hutan tersebut. Semakin banyak karbon yang terserap semakin besar pula karbon dioksida yang dapat di serap dalam hutan tanaman Eucalyptus sp. Dalam penelitian ini, nilai penyerapan karbon dioksida juga berbeda berdasarkan tingkat umur dan ketinggian tempat

51,87 112,61 257,19 308,02 351,15 49,67 102,38 256,53 268,36 326,73 39,30 57,86 204,44 217,35 295,93 0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00 350,00 400,00

1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5 tahun

P e n y e rap an K ar bo n Di o k si d a (t o n /h a) Umur Tegakan < 1.000 mdpl 1.000 - 1.500 mdpl > 1.500 mdpl

tumbuh. Hasil penelitian yang didapatkan oleh Heriansyah (2005a), absorpsi CO2 untuk hutan tanaman Akasia pada umur 3 tahun dan 5 tahun berturut-turut sebesar 18,04 ton/ha/tahun dan 19,16 ton/ha/tahun. Absorpsi CO2 pada hutan tanaman Pinus umur 5 tahun sebesar 10,53 ton/ha/tahun. Potensi hutan tanaman dalam menyerap CO2

Perbedaan besaran penyerapan karbon dioksida oleh hutan tanaman

Eucalyptus sp. berdasarkan ketinggian tempat tumbuh karena kemampuan tegakan

Eucalyptus sp. untuk berfotosintesis pada ketinggian tempat tumbuh yang rendah lebih baik dibandingkan pada ketinggian yang lebih tinggi. Semakin baik kemampuan tumbuhan untuk berfotosintesis maka semakin banyak pula karbon dioksida yang dapat diserap. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mindawati (2011) pada jenis Eucalyptus urograndis pada dataran tinggi menghasilkan produktivitas yang lebih kecil dibandingkan pada dataran yang lebih rendah yang diakibatkan karena laju fotosintesis lebih rendah dan pertumbuhan lebih lambat. Junaedi (2008) menyatakan secara alami melalui proses fotosintesis, tumbuhan diberi kemampuan untuk mengkonsumsi CO

dari atmosfer bervariasi menurut jenis, tingkat umur dan kerapatan tanaman.

2 di atmosfer dan merubahnya menjadi bentuk energi (gugus gula) yang bermanfaat bagi kehidupan. Sebagian besar energi ini disimpan dalam tumbuhan dalam bentuk biomassa. Sehingga semakin besar CO2

Hutan mengabsorpsi CO

yang dapat diserap maka semakin besar pula biomassa dalam tumbuhan tersebut.

2 selama proses fotosintesis dan menyimpannya sebagai materi organik dalam biomassa tanaman. Banyaknya materi organik yang

pokok dari produktivitas hutan. Produktivitas hutan merupakan gambaran kemampuan hutan dalam mengurangi emisi CO2 di atmosfer melalui aktivitas fisiologinya. Pengukuran produktivitas hutan relevan dengan pengukuran biomassa. Biomassa hutan menyediakan informasi penting dalam menduga besarnya potensi penyerapan CO2 dan biomassa dalam umur tertentu yang dapat dipergunakan untuk mengestimasi produktivitas hutan (Heriansyah 2005a). Nugroho et al. (2012) menambahkan bahwa peningkatan produktivitas hutan tanaman merupakan tindakan meningkatkan penyerapan karbon dalam periode tertentu. Disebut dalam periode tertentu karena menunggu pertumbuhan pohon hingga siap ditebang.

4.3. Nilai Jasa Lingkungan dari Penyerapan Karbon Dioksida

Data nilai jasa lingkungan yang dihasilkan dari penyerapan karbon dioksida hutan tanaman Eucalyptus sp. disajikan pada Tabel 4.2. Nilai jasa lingkungan yang dihasilkan dari penyerapan karbon dioksida hutan tanaman

Eucalyptus sp. sebesar 39,30 – 351,15 ton/ha adalah berkisar antara US$179,61/ha – US$1.604,74/ha. Nilai ini didapatkan berdasarkan harga karbon dioksida sebesar US$5,8 per ton CO2e yang dikeluarkan oleh The World Bank (2011) yang dikurangi dengan biaya transaksi menurut Antinori dan Sathaye (2007) pada sektor kehutanan sebesar US$1,23. Biaya transaksi yang dihitung adalah biaya administrasi, monitoring dan verifikasi jasa penyerapan karbon dioksida.

Tabel 4.2. Nilai Jasa Lingkungan dari Penyerapan Karbon Dioksida Hutan Tanaman Eucalyptus sp.

Ketinggian (mdpl) Umur (tahun) Jumlah

Dokumen terkait