BAB IV HAK – HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT ATAS TANAH
C. Upaya Hukum yang Dapat Dilakukan atas Penguasaan Tanah Adat
2. Mekanisme Penetapan Kawasan Hutan
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat. Dalam ketentuan tersebut diatur mekanisme penetapan tanah ulayat yaitu :
Pasal 5
1. Penelitian dan penentuan masih adanya hak ulayat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2148
2. Keberadaan tanah ulayat masyarakat hukum adat yang masih ada
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dinyatakan dalam peta dasar pendaftaran dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan mengikutsertakan para pakar hukum adat, masyarakat hukum adat yang ada di daerah yang bersangkutan, Lembaga Swadaya Masyarakat dan instansi – instansi yang mengelola sumber daya alam;
148
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat Pasal 2 berbunyi :
1. Pelaksanann hak ulayat sepanjang pada kenyataannya masih ada dilakukan oleh masyarakat hukum adat yang bersangkutan menurut ketentuan hukum adat setempat.
122 tanah dengan membubuhkan suatu tanda kartografi dan, apabila memungkinkan, menggambarkan batas – batasnya serta mencatatnya dalam daftar tanah.
Penentuan keberadaan tanah ulayat dengan Peraturan Daerah tersebut, seharusnya dapat segera berwujud dimana penentuan penetapan kawasan hutan adat yakni dengan penerbitan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dengan catatan tanah hak ulayat mencakup juga hutan adat.
Dengan keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35/PUU-X/2012 yang menguji UU Kehutanan khususnya ketentuan Pasal 6 angka (1) telah memberikan kekuatan hukum atas kedudukan penguasaan tanah adat oleh masyarakat hukum adat sehingga keberadaan dan perlindungan penguasaan tanah masyarakat hukum adat mendapat tempat yang semakin kuat dan dengan Putusan
tersebut telah menjadikan masyarakat adat setidaknya:149
1) Pengakuan masyarakat adat sebagai “penyandang hak” (right bearer), dan
subjek hukum atas wilayah adatnya. Putusan MK perlu dimaknai sebagai pemulihan kewarganegaraan masyarakat adat;
2) Setelah Putusan MK atas perkara Nomor 35/PUU-X/2012 itu, tantangan
terbesar saat ini adalah mewujudkan ralat konsep pembangunan dan ralat kebijakan secara menyeluruh, dan
3) Putusan MK perlu dijadikan rujukan bagi perubahan mendasar dalam
pengelolaan kekayaan alam dan sumber – sumber agraria lainnya.
Oleh karena itu seharusnya pemerintah daerah dalam menindak lanjuti Putusan MK Nomor 35/PUU-X/2012 dapat mengambil langkah – langkah untuk
149
Mia Siscawati, Ph.D. Sajogyo, Institute Pelatihan awal REDD, Tindak Lanjut Putusan MK Nomor 35/PUU-X/2012, MRV dan Pemanfaatan CLAS Lite untuk Analisis Deforestasi Bali, tanggal 18-22 September 2013
123 penetapan hutan adat dengan melaksanakan ketentuan yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat sampai kepada penerbitan Peraturan Daerah. Selanjutnya upaya hukum yang dapat dilakukan adalah dengan mengadvokasi masyarakat guna mensosialisasikan Putusan tersebut dan membuat permohonan usulan kepada Pemerintah Daerah untuk menerbitkan Peraturan Daerah dalam rangka mengukuhkan keberadaan tanah adat masyarakat hukum adat sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat.
124
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
1. Masyarakat Hukum adat merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari bangsa Indonesia, keberadaannya tidak dapat dipungkiri sejak dahulu hingga saat ini. Ada beragam istilah yang digunakan, bahkan di dalam peraturan perundang-undangan pun digunakan berbagai istilah untuk merujuk sesuatu yang sama atau yang hampir sama itu. Mulai dari istilah masyarakat adat, masyarakat hukum adat, kesatuan masyarakat hukum adat, masyarakat tradisional, komunitas adat terpencil, masyarakat adat yang terpencil, sampai pada istilah desa atau nama lainnya Bentuk dan susunan masyarakat hukum yang merupakan persekutuan hukum adat itu, para anggotanya terikat oleh faktor yang bersifat territorial dan geneologis.
2. Pengakuan hukum terhadap masyarakat hukum adat serta hak – hak
tradisionalnya dilaksanakan oleh negara. Pengakuan tersebut tercantum pada Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18 Ayat (2). Selanjutnya diakomodir dalam beberapa peraturan perundang – undangan, antara lain: Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok – Pokok Agraria yang mengatur mengenai hak ulayat masyarakat hukum adat; Undang – Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang mengatur mengenai kawasan hutan adat; Putusan MK Nomor 35/PUU-X/2012 mengenai pengujian
125 undang – undang terhadap undang – undang dasar yang isi putusannya menguatkan kepemilikan hutan adat atas masyarakat hukum adat.
3. UUPA mengakui adanya keberadaan hak ulayat. Hal ini memjadi dasarnya
dikeluarkannya Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat. Peraturan Menteri Negara Agraria tersebut mengatur mengenai kriteria dan atau tidak adanya keberadaan hak ulayat masyarakat hukum adat. Setelah melalui penelitian yang melibatkan stakeholders, keberadaan hak ulayat yang masih ada dinyatakan dalam peta dasar pendaftaran tanah dengan membubuhkan suatu tanda kartografi dan apabila memungkinkan, menggambarkan batas – batasnya serta mencatatnya dalam daftar tanah.
4. Pengelolaan hutan oleh komunitas masyarakat hukum adat adalah sebuah
pengakuan dari pemerintah dan multipihak lainnya bahwa masyarakat hukum adat adalah pelaku utama dalam pengelolaan hutan yang mempunyai peran dan tanggung jawab sejajar dengan pihak lain dalam mendapatkan manfaat ekonomi dan jasa lingkungan dari hutan serta menjaga kelestariannya. Pengakuan ini sangat penting sebagai bagian dari proses politik yang dituangkan dalam perumusan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan hutan. Karena dalam perspektif apapun, masyarakat lokal adalah pemangku kepentingan yang berada langsung di dalam atau disekitar hutan serta merasakan secara langsung dampak baik maupun dampak buruk dari pengelolaan hutan yang ada.
126
5. Keberadaan Peraturan Menteri Agraria Nomor 5 Tahun 1999 telah
memberi peluang menuju pengakuan dan perlindungan terhadap masyarakat hukum adat, sehingga penjabaran dan pelaksanaan ketentuan itu terpulang kepada kita untuk menyambutnya dengan tetap menjaga persatuan dan kesatuan dalam menikmati hak- hak yang ada diperolah dan disesuaikan dengan ketentuan hukum yang berlaku, serta strategi yang diupayakan untuk melestarikan hak – hak masyarakat adat berkelanjutan. Hal ini merupakan penjabaran dari Pasal 2 ayat (1) yang menyatakan, bahwa Pelaksanann hak ulayat sepanjang pada kenyataannya masih ada dilakukan oleh masyarakat hukum adat yang bersangkutan menurut ketentuan hukum adat setempat.
6. Dengan adanya Putusan MK 35/PUU-X/2012 ini, maka diharapkan akan
lahir berbagai inisiatif yang melindungi dan mengakui hak-hak kesatuan masyarakat adat terhadap wilayah adatnya. Oleh karena kebijakan dan proses yang saling terkait, maka sangat diperlukan adanya kesepahaman bersama antara pemangku kebijakan dalam menginterpretasikan Putusan MK 35/PUU-X/2012 dengan peran masing-masing sehingga mampu bersinergis dalam mengimplementasikan dan mewujudkan pengakuan dan perlindungan atas Hak Masyarakat Adat.
B.Saran
1. Agar pengakuan dan pengaturan kedudukan hak ulayat dalam peraturan
perundang – undangan ini tidak sia – sia, maka perlu harmonisasi peraturan perundang – undangan yang dan mengkaji ulang peraturan perundang – undangan yang melemahkannya.
127
2. Perlu dikembangkannya upaya – upaya untuk mempertahankan
keberadaan hak ulayat dan keberadaan nilai – nilai adat baik oleh pemerintah maupun masyarakat di daerah – daerah. Tujuannya agar hak ulayat dan nilai – nilai hukum adat tradisional tersebut tidak musnah atau hilang dan digeser oleh nilai – nilai baru yang belum tentu sesuai dengan kondisi daerah tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya masyarakat memelihara hak ulayat dalam masyarakat hukum adat.
3. Pemerintah hendaknya menciptakan perundang – undangan hak ulayat
yang lebih kongkrit yang dapat melindungi dan berpihak kepada masyarakat hukum adat tersebut.
128
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Aceh Dalam Rangka 2006, 2007, Banda Aceh : kerjasama BPS dan BAPPEDA NAD
Akbar, M. Rizal, dkk, 2005, Tanah Ulayat dan Keberadaan Masyarakat Hukum Adat, Pekanbaru : LPNU Press
Alting, Husen, 2010, Dinamika Hukum dalam Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat Atas Tanah, Yogyakarta: LaksBang PRESSindo Bahar, Saafroedin, 2005, Seri Hak Masyarakat Hukum Adat : Inventarisasi Dan
Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat, Jakarta : Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
Chomzah, Ali Achmad, 2003, Seri Hukum Pertanahan III Penyelesaian Sengketa Hak atas Tanah, Jakarta :Prestasi Pustaka
Djuned, T., dkk, 2001, Inventarisasi Hukum Adat dan Adat di Aceh, Laporan Penelitian, kerjasama FH Unsyiah dan Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Haar, Terr, 1960, Asas – Asas dan Susunan Hukum Adat, Jakarta : Pradya Paramita
Hadikusuma, Hilman, 2003, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Bandung: CV Mandar Maju
Harahap, A. Bazar, 2007, Posisi Tanah Ulayat Menurut Hukum Nasional, Jakarta : CV Yanis
Harsono, Boedi, 2005, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang – Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaannya, Jakarta : Djambatan
---, 1968, UUPA Bagian Pertama Jilid Pertama, Jakarta : Kelompok Belajar ESA
---, 2000, Himpunan Peraturan – Peraturan Hukum Tanah, Jakarta : Djambatan
---, 2002, Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional, Jakarta : Universitas Trisakti
Ismail, Ilyas, 2005, Konsep Hak Garap atas Tanah, Bandung : Ciptapustaka
MediaPerintis
Ikhsan, Edy dan Mahmul Siregar, 2010, Bahan Ajar Metode Penelitian Hukum,
129
Kertasapoetra, G. dkk, 1985, Hukum Tanah, Jaminan Undang – Undang Pokok
Agraria Bagi Keberhasilan Pendayagunaan Tanah, Jakarta : Bina Aksara Koesnoe, H. M, 2000, Prinsip – prinsip Hukum Adat tentang Tanah, Surabaya :
Ubaya Press
Kusumaatmadja, Mochtar, 2006, Konsep – Konsep Hukum dalam Pembangunan, Bandung : PT. Alumni
Lontaan, J.U., 1975, Sejarah Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat, Jakarta : Bumi Restu
Lubis, M. Solly, 1994, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung : Mandar Maju
Magnis Suseno, Frans, dkk, 2006, Masyarakat Hukum Adat: Hubungan Struktural dengan Suku Bangsa dan Negara (Ditinjau dari Perspektif Hak Asasi Manusia), Komisi Nasional dan Hak Asasi Manusia
Mahmud Marzuki, Peter, 2008, Penelitian Hukum, Jakarta : Kencana Prenada
Media Group
Maladi, Yanis, 2009, Antara Hukum Adat dan Ciptaan Hukum oleh Hakim (Judge Made Law), Yogyakarta : Mahkota Kata
Marwan, M. dan Jimmy P, 2009, Kamus Hukum Dictionary of Law Complete
Edition Surabaya : Reality Publisher
Muhammad, Bushar, 2006, Asas – Asas Hukum Adat, Jakarta : PT. Pradnya Paramita
---, 1961, Pengantar Hukum Adat, Rangkaian Publikasi Hukum Adat dan Etnografi, Jakarta : Balai Buku Ichtiar
---, 1981, Pokok-Pokok Hukum Adat, Jakarta : PT Pradnya Paramita Mukti, Affan, 2010, Pembahasan Undang – Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun
1960, Medan : USU Press
Nur Rahman, Irfan, et.al., 2011, Dasar Pertimbangan Yuridis Kedudukan Hukum (Legal Standing) Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam Proses Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi, Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengkajian Kepaniteraan dan Sekretariat Jendral Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
Nurtjahjo, Hendra dan Fokky Fuad, 2010, Legal Standing Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam Berperkara di Mahkamah Konstitusi, Jakarta: Salemba Humanika
130 Suharjito, Didik dkk., 2000, Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat, Jakarta :
Pustaka Kehutanan Masyarakat
Parlindungan, A. P., 1990, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Bandung : Mandar
Maju
---, 1998, Komentar atas UUPA, Bandung : Mandar Maju
Rita Ruwiastuti, Maria, 2000, Sesat Pikir Politik Hukum Agraria : Membongkar Alas Penguasaan Negara atas Hak – Hak Adat, Kerjasama Insist Press, KPA dan Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Ruchiyat, Eddy, 1984, Politik Nasional Sampai Orde Baru, Bandung : Alumni Bandung
Safitri, Myrna, 1997, Pengelolaan Hutan, Akses Masyarakat Lokal dan Perkembangan Gagasannya dalam Kebijakan dan Perdebatan Internasional, Depok : P3AE-UI Santoso, Urip, 1996, Hukum Agraria (Kajian Komprehansif), Jakarta : Perdana Media
Grup
Satjipto Rahardjo, 2006, Hukum dalam Ketertiban, Jakarta : UKI Press
Setiady, Tolib, 2008, Intisari Hukum Adat Indonesia (Dalam Kajian Kepustakaan), Bandung : Alfabeta
Simarmata, Rikardo, 2006, Pengakuan Hukum Terhadap Masyarakat Adat di Indonesia, Jakarta : UNP Regional Centre in Bangkok
Sirait, Martua, Chip Fay dan A. Kusworo, 2002, Bagaimana Hak – Hak Masyarakat Hukum Adat dalam Mengelola Sumber Daya Alam Diatur, Bogor : ICRAF Southeast Asia Policy Research Working Paper
Siregar, Tampil Ansari, 2005, Mempertahankan Hak atas Tanah, Medan : Multi Grafika Medan
Soekanto, Soerjono, 1983, Hukum Adat Indonesia, Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada
---, dan Sri Mamudji, 1982, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta : CV. Rajawali
Sudiyat, Imam, 1981, Hukum Adat Sketsa Asas, Yogyakarta : Liberty
Sukanti Hutagalung, Arie dan Markus Gunawan, 2008, Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan, Jakarta : RajaGrafindo Persada
131 Sumardjono, Maria S.W., 2008, Tanah dalam Perspektif Hak Ekonomi Sosial dan
Budaya, Jakarta : Kompas
---, 2005, Kebijakan Pertanahan : Antara Regulasi dan Implementasi, Jakarta : Kompas
---, 1982, Puspita Serangkum Aneka Masalah Hukum Agraria, Yogyakarta : Andi Offset
Wignjodipoero, Soerojo, 1984, Pengantar dan Azas – Azas Hukum Adat, Jakarta : Gunung Agung
Yamin, Muhammad dan Abdul Rahim Lubis, 2008, Hukum Pendaftaran Tanah Bandung : Mandar Maju
B.Karya Ilmiah, Makalah dan Paper
Abdurahman, Hak Masyarakat Adat atas Tanah di Kalimantan Timur, makalah
disampaikan pada Semiloka Tanah Adat di Indonesia dan Permasalahannya, Pusat Penelitian Unika Atma Jaya dan Puslitbang BPN, Jakarta, 1996
A. Latief Fariqun, 2007, “Pengakuan Hak Masyarakat Hukum Adat atas Sumberdaya Alam dalam Politik Hukum Nasional”, (Disertasi Doktor Ilmu Hukum, Universitas Brawijaya)
Arie Sukanti Hutagalung, “Konsepsi Yang Mendasari Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional”, (Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Hukum Agraria Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok: 2003
Bachtiar Abna dan Dt. Rajo Sulaiman, Pengelolaan Tanah Negara dan Tanah Ulayat, Lokakarya Regional BPPN Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan, Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM), Padang, 2007
Berto Nababan , Lokakarya “Membangun kesepahaman para pihak dalam menyikapi dan \ menindaklanjuti Putusan MK No.35/2012 pada Tataran Nasional dan Daerah, Jakarta pada tanggal 11 & 12 Agustus 2014
Hasanu Simon, Demokratisasi Pengelolaan Sumber Daya Alam, Prosiding Lokakarya Reformasi Hukum di bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam, ICEL, Jakarta, 1999
I Nyoman Nurjaya, “Antropologi Hukum: Tema Kajian, Metodologi, Dan Penggunaannya Untuk Memahami Fenomena Hukum Di Indonesia”, Makalah. Dipresentasikandalam Serial Kuliah Tamu dengan Tema: Kajian Hukum, Politik dan Organisasi Sosial dalam Tinjauan Antropologi, diselenggarakan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya pada tanggal 6 April 2013
132 Jurnal Konstitusi LK SPs Universitas Sumatera Utara, Vol. I, No. 2, November
2009 “Politik Agraria dalam Menyahuti Perkembangan Otonomi Daerah” oleh Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN
Jurnal Kemenhut Vol. 7, No. 2, Tahun 2013 “Dampak Putusan MK No. 35/PUU-X/2012 Terhadap Pengurusan dan Pengelolaan Hutan oleh Subarudi, M. WoodSc
Laporan Hasil Penelitian Kerjasama Pemerintah Kabupaten Manggarai Dengan Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Kupang, 2001, Pengakuan dan Perlindungan Terhadap Hak Ulayat atas Tanah Masyarakat Hukum Adat dalam Rangka Otonomi Daerah di Desa Colol Kecamatan Pocoranaka Timur Kabupaten Manggarai Timur, Kupang
Mas Achmad Santosa, dalam papernya Reformasi Hukum dan kebijaksanaan di Bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam, dalam Demokratisasi Pengelolaan Sumber Daya Alam, ICEL, Jakarta, 1999
Maria S. W. Sumardjono, Diabaikan, Hak Ulayat Sakai Payung Hukum Sebenarnya Ada, Tergantung Niat Baik Pemda, Kompas, 26 Maret 2007. Mia Siscawati, Ph.D. Sajogyo, Institute Pelatihan awal REDD, Tindak Lanjut
Putusan MK Nomor 35, MRV dan Pemanfaatan CLAS Lite untuk Analisis Deforestasi Bali, tanggal 18-22 September 2013
Sandra Moniaga, Hak – Hak Masyarakat Hukum Adat dan Masalah Kelestarian Lingkungan Hidup, Wacana HAM, Jakarta, No, 10/Tahun II/12 Juni 2002 Seminar Hukum Adat dan Pembangunan Hukum Nasional, Lembaga Pembinaan
Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Yogyakarta, 1975.
Sukiran, “Kajian Yuridis tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing di Indonesia”, (Tesis, Ilmu Hukum, Pascasarjana USU, 2010)
Syafruddin Kalo, Kebijakan Kriminalisasi dalam Pendaftaran Hak – Hak atas Tanah di Indonesia : Suatu Pemikiran, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Hukum Agraria pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2006
Syarifah M, “Eksistensi Hak Ulayat atas Tanah dalam Era Otonomi Daerah pada Masyarakat Sakai di Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau”(Tesis, Ilmu Hukum, Program Studi Magister Kenotariatan,USU, 2010)
Tan Kamelo, Eksistensi Hak – Hak Masyarakat Hukum Adat atas Tanah Eks Konsesi dan Perusahaan Lainnya Dalam Perspektif Hukum Perdata, Seminar Nasional Pemberdayaan Hak – Hak Masyarakat Hukum Adat dalam Mendukung Pembangunan Jati Diri Bangsa tanggal 7 Juli 2012, Medan
133 Taqwaddin, “Penguasaan Atas Pengelolaan Hutan Adat oleh Masyarakat Hukum Adat (Mukim) di Provinsi Aceh”, (Disertasi Doktor Ilmu Hukum, Universitas Sumatera Utara, 2010)
Yunidur Usman, Pengelolaan Hutan oleh Rakyat, makalah dipresentasikan pada Diskusi Rancangan untuk Kebijakan Hutan Aceh, BRR, 12 Maret 2008
C. Peraturan Perundang - Undangan
Ketetapan MPR No. IX/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam
Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan
Konvensi ILO 169 tahun 1989 tentang Bangsa Pribumi dan Masyarakat Adat di Negara – Negara Merdeka
Konvensi International Labour Organization (ILO) Tahun 1986
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1998 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai atas Tanah
Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 35/PUU-X/2012. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 59/K/SIP/1958 Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
134 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok – Pokok Agraria
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1967 tentang Pokok – Pokok Kehutanan
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
D. Internet
Azmi Siradjudin AR, Pengakuan Masyarakat Adat Dalam Instrumen Hukum Nasional, http://www.ymp.or.id/content/view/107/35, (diakses pada tanggal 08 februari 2015) http://www.negarahukum.com/hukum/defenisi-hak-asasi-manusia.html (diakses pada 15 Januari 2015) http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/public/contetinfoumum/penelitian/pdf/2-Penelitian%20MHA-upload.pdf (diakses tanggal 1 Februari 2015).
135
html (diakses tanggal 11 Februari 2015)
Yance Arizona, “Mendefinisikan Indegenous Peoples di Indonesia” https://www.yancearizona.net/tag/masyarakat-hukum-adat/ (diakses tanggal 24 Januari 2015)
Yance Arizona., Satu Dekade Legislasi Masyarakat adat. http://epistema.or.id/wpcontent/uploads/2012/01/Working_Paper_Epistema_I nstitute_07-2010.pdf (diakses pada 08 Februari 2015)
Yayasan Merah Putih,”Pengakuan Masyarakat Adat dalam Instrumen Hukum Nasional, http://www.ymp.or.id/content/view/107/35/ (diakses pada tanggal 14 februari 2015)
Yance Arizona, “Masyarakat Adat dalam Kontenstasi Pembaruan Hukum