• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN

C. Mekanisme Pengajuan Pembiayaan Ijarah

Pada dasarnya semua pembiayaan prosedurnya sama, yang membedakan adalah akadnya. Pada pembiayaan ini menggunakan akad ijarah dikarenakan produk ini berbasis jasa pemanfaatan. Pembiayaan dengan akad ijarah yang diterapkan oleh Koperasi Syariah Pegawai dan Pensiunan Pos Indonesia adalah salah satu contoh dari berbagai konsep ekonomi Islam. Banyak yang beranggapan bahwa pembiayaan ijarah adalah yang terbaik dari system pembiayaan lain.

Pada jasa pembiayaan, kebanyakan para nasabah yang menggunakan jasa pembiayaan ijarah di Koperasi Syariah Pegawai dan Pensiunan Pos Indonesia belum begitu mengetahui tentang akad Ijarah, sehingga pihak KOSPPI menjelaskan kepada para nasabah secara detail sebelum pengajuan akad ijarah dilaksanakan.

Hal ini bertujuan agar pembiayaan dengan akad ijarah yang digunakan itu, bukan digunakan untuk membeli barang, akan tetapi digunakan untuk membayar jasa. Pembiayaan multi jasa yang diserahkan kepada nasabah itu diharapkan benar benar digunakan dalam pelunasan jasa, bukan untuk hal hal lainnya.

1. Prosedur Pengajuan

a. Syarat-syarat Pengajuan Pembiayaan

2

Wawancara tertulis dengan Hj.Imam Sumadi selaku manager KOSPPI. Jakarta, 23 November 2013.

1) mengisi formulir yang disediakan

2) melampirkan fotocopy KTP Suami istri 3) melampirkan fotocopy Kartu Keluarga (KK) 4) melampirkan fotocopy SK Pengangkatan

5) persetujuan potong gaji dari bendahara, bila angsuran dengan cara potong gaji

6) persyaratan lain bila dianggap perlu

7) bersedia disurvei dan KOSPPI berhak menolak permohonan permohonan pembiayaan

b. Prosedur Pengajuan Pembiayaan

1) Nasabah melengkapi Surat Permohonan Pembiayaan (SPP) yang di dapat dari costumer servis, melampirkan identitas diri dan Surat Pernyataan dokumen lainnya yang disetujui oleh KOSPPI.

2) Petugas Administrasi Pembiayaan mencatat dan memberi nomor register pada SPP yang masuk. Setelah itu, SPP diajukan pada pejabat berwenang untuk mendapatkan disposisi.

3) Kemudian bagian pembiayaan menyurvei ke lokasi rumah atau usaha nasabah, melakukan wawancara dengan nasabah, mencocokkan data pada Surat.

Permohonan Pembiayaan (SPP) dengan kondisi nasabah yang sesungguhnya, kemudian memeriksa kelengkapan pembukuan biaya sekolah, Surat Keputusan registrasi atau daftar ulang untuk biaya pendidikan dan dokumen lain yang dibutuhkan. Hasil survey

selanjutnya direkam dalam Laporan Hasil Pemeriksaan SPP untuk di analisis dan diteruskan kepada Direksi.

4) Pihak Direksi selanjutnya mempertimbangkan hasil analisis pembiayaan dan memutuskan apakah pembiayaan disetujui untuk direalisasikan atau tidak.

5) Pembiayaan yang disetujui, bagian pembiayaan kemudian mempersiapkan Akad Pembiayaan (AP) ijarah dan berbagai dokumen yang dibutuhkan yaitu :

Slip Setoran (SSt),

Surat Pernyataan Menerima Pembiayaan (SPMP), Kuitansi Realisasi Pembiayaan (KRP),

Kartu Pembayaran Angsuran (KPA) dan Kartu Pembiayaan (KP). SPA diteruskan kepada notaris untuk diperiksa keabsahan dan kebenarannya.

6) Setelah semua dokumen yang diperlukan siap, pihak KOSPPI Menandatangani akad bersama nasabah pada hal ini pihak KOSPPI tanpa mengundang notaries Selanjutnya AP, SSt, SPMP, KRP, dan KPA diarsipkan oleh bagian pembiayaan.

7) Dokumen yang lain yaitu SPMP, SSt, dan KRP diteruskan ke bagian kas untuk pencairan dana pembiayaan.

8) Bagian Kas menyerahkan uang tunai dan seluruh dokumen lembar2 kepada nasabah.

9) SPMP, SSt, KRP kemudian diteruskan ke bagian akuntansi untuk dicatat dan diarsipkan.

Apabila hasil survei menunjukkan bahwa pembiayaan tidak layak sehingga tidak dapat di realisasi, maka bagian pembiayaan akan melakukan survei ulang kepada nasabah. Dalam hal ini, nasabah dapat mengganti agunan apabila agunan nasabah tidak disetujui atau melengkapi kekurangan lain.

2. Perinsip Penilaian Pembiayaan Ijarah3

Ketika nasabah mengajukan pembiayaan, maka pihak KOSPPI akan menilai terdahulu kepada pihak calon nasabah. Penilaian ini yang nantinya akan menjadi dasar bagi KOSPPI untuk memutuskan apakah pembiayaan yang diajukan layak direalisasikan atau tidak.

Pada dasarnya jaminan yang diberikan kepada KOSPPI berupa SK pengangkatan hanya dijadikan untuk berjaga-jaga apabila pembiayaan yang diberikan macet karna kelalayan pemohon pembiayaan atau mangkir dari tanggung jawab melunasi pembiayaan.

Adapun prinsip-prinsip penilaia adalah sebagai berikut : a. Syarat 5 C tersebut, yaitu:

Character Adalah sifat atau watak calon nasabah untuk memberi keyakinan bahwa calon nasabah benar-benar dapat dipercaya. Character mengukur “Kemauan” calon nasabah mengembalikan pembiayaan.

3

Wawancara tertulis dengan Hj.Imam Sumadi selakumanager KOSPPI. Jakarta, 23 November 2013.

Capasity Menilai kemampuan mengelola bisnis dan kemampuan mencari laba Sehingga akan mencerminkan kemampuan calon nasabah mengembalikan pembiayaan.

Capital Bertujuan untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki calon nasabah terhadap yang akan dibiayai

Collateral adalah jaminan yang diberikan calon nasabah sebagai pelindung KOSPPI dari risiko kerugian atau ketika nasabah tidak mau mengembalikan pinjaman.

Condition KOSPPI juga perlu menilai kondisi ekonomi saat ini dan prediksi masa akan datang bila dalam pembiayaan untuk modal produktif.

b. Syarat 7 P tersebut yaitu

Personality Adalah menilai karakter, kepribadian atau tingkah laku calon nasabah.

Party Yaitu mengklasifikasikan calon nasabah berdasarkan modal, loyalitas serta karakter. Sehingga calon nasabah pada suatu klasifikasi akan mendapatkan fasilitas pembiayaan yang berbeda dengan calon nasabah klasifikasi lain.

Purpose Untuk mengetahui tujuan calon nasabah mengambil pembiayaan.

Prospect Untuk menilai usaha calon nasabah di masa mendatang menguntungkan atau tidak, bila pembiayaan produktif.

Payment adalah bagaimana cara atau dari sumber mana saja calo nasabah akan mengambil pembiayaan.

Profitability, untuk menganalisis kemampuan nasabah mencari laba atau keuntungan.

Protection untuk menjaga pembiayaan melalui suatu perlindungan seperti jaminan barang atau asuransi

c. Syarat 3 R tersebut yaitu

Return yaitu hasil yang diperoleh oleh debitur, artinya Perolehan tersebut mencukupi untuk membayar pembiayaan beserta bagi hasil atau margin keuntungan.

Repayment yaitu kemampuan pihak debitur untuk membayar kembali.

Risk Bearing Ability yaitu kemampuan menanggung risiko. Misalnya jika terjadi hal- hal yang di luar antisipasi kedua belah pihak (pembiayaan macet), untuk itu harus diperhitungkan apakah jaminan sudah cukup aman untuk mencukupi risiko tersebut.

D. Mekanisme Pencairan Pembiayaan Ijrah KJKS KOSPPI

Pada Praktek Pembiayaan ijarah di KOSPPI ada yang dinamakan perjanjian Pembiayaan ijarah antara pihak koperasi dan pihak nasabah pemohon. Setelah perjanjian disetujui oleh kedua pihak yakni pihak KOSPPI dengan nasabah, maka pihak KOSPPI akan menyerahkan draf asumsi kepada nasabah. Draf asumsi akad ijarah pada pembiayaan tersebut berisi manfaat

dari obek sewa kemanfaatan, nominal dan jangka waktu yang akan digunakan.

Adapun kelebihan (fee atau ujrah) pada pembiayaan, besaran dalam pelunasannya tidak mutlak, hanya dipersamakan 20% pertahun dari pokok pembiayaan, jadi besaran fee atau ujrah tergantung kesepakatan dengan nasabah, analisis KOSPPI kepada nasabah. Selain itu juga, system pembiayaan yang diterapkan menggunakan akad ijarah dalam pencairan dana berupa uang bukan kemanfatan barang atau jasa.

Ijarah adalah bentuk produk akad pembiayaan yang ada di KOSPPI. Akad ijarah ini membiayai berbagai jasa layanan pembiayaan. Diantaranya adalah:

untuk biaya kesehatan, Layanan kesehatan digunakan untuk biaya seperti; biaya rawat inap rumah sakit dan biaya dokter.

Sedangkan untuk layanan pendidikan, digunakan untuk biaya sekolah seperti; Biaya Masuk, biaya SPP, uang gedung, biaya seragam dan biaya lainnya yang dibutuhkan untuk keperlua pendidikan.

Pembiayan haji dan umrah, untuk biaya travel dalam hal akomodasi, transportasi, penginapan, dan biaya lainnya yang dibutuhkan.

Serta pembiayaan lainya dalam hal sewa manfaat yang di butuhkan nasabah.

Berikut ini adalah contoh pemberian akad pembiayaan untuk membiayai haji. Seorang nasabah pensiunan ingin menunaikan haji namun dana belum mencukupi untuk pembayaran haji sebesar Rp 25.000.000,00.- Kemudian

mengajukan kepada KOSPPI untuk melakukan pembiayaan haji dengan mengisi form dan memenuhi persyaratan-persyaratan pembiayaan, pengajuan pinjaman Rp 25.000.000,00.- pemasukan perbulan Rp 7.000.000,00.- jangka waktu pembiayaan dua tahun.

Pada saat Pra pemberian akad, KOSPPI melakukan analisis terdahulu terhadap calon nasabah dengan melihat ; berapa kebutuhan dana yang sangat diperlukan oleh nasabah untuk membiayai haji, bagaimana dan berapa kemampuan nasabah untuk mengangsur terhadap jumlah dana yang diberikan untuk membiayai haji, dengan tetap melihat pada prinsip penilaian calon nasabah. Ketika semua analisis tersebut terpenuhi maka KOSPPI bisa menyetujui pembiayaan yang diajukan nasabah sesuai kebutuhan dengan memberikan akad ijarah karena untuk membiayai haji pembiayaan ijarah yang lebih sesuai. Peraktiknya KOSPPI bermitra dengan pemberi jasa lalu membayarkan uang sewa tunai kepada mitra Kafilah Tratravel, kemudian menyewakan kembali kepada nasabah di bebankan membayar Angsuran pokok (AP), fee serta biaya lain-lain.

Berdasarkan contoh di atas, angsuran yang harus dikembalikan oleh nasabah untuk akad ijarah adalah pokok pembiayaan ditambah dengan ujrahnya.

Pembiayaan disetujui Rp.20.000.000.- dengan jangka 2 tahun dengan penghasilan perbulan Rp.7.000.000,- apabila angsuran yang di bebankan. Rp.2.000.000/BLN, Maka nasabah masih memiliki sisa penghasilan Rp.5.500.000.

Ujrah=20% Thn X plafon (20% X 20.000.000 = 4.000.000/thn) Angsuran perbulan = plafon + ujrah = ujrah & flapon : 24 BLN Pada saat pencairan pembiayaan , nasabah dikenakan biaya administrasi (3,75%) Rp 337.500, ditambah iuran bulanan (0,25%) Rp22.500, ditambah iuran hibah/sukarela Rp 10.0000 untuk dana social

Dengan kata lain, maka obyek sewa setiap bulannya akan berkurang sesuai kesepakatan semula karena setiap bulan harus mengangsur pokoknya juga, di samping membayar ujrahnya. Sehingga pada saat jatuh tempo akhir angsuran objek sewa yang diberikan akan menjadi nol.

Perhitungan ujrahnya di awal akad diberikan atau pada saat pencairan obyek sewa dengan konsep cicilan angsuran flat rate. Akan tetapi, harus mengembalikan obyek sewanya setiap bulan sedangkan perhitungan ujrahnya di awal akad.

Padahal Ibadah Haji tidak menghasilkan keuntungan materi berupa uang akan tetapi memberikan kebutuhan rohaniah. Selain itu juga yang disediakan pihak KOSPPI untuk pembiayan pendidikan, kesehatan, dan lainnya adalah berupa uang karena KOSPPI tidak memiliki barang atau jasa yang disewakan selain uang, kecuali pembiayan haji. adapun haji tersendiri KOSPPI sudah bermitra dengan pihak kafilah travel untuk memberi pembiayan talangan biaya haji.

Dalam ketentuan dari akad ijarah haruslah ada barang atau jasa yang akan disewakan. Akan tetapi praktek pemberian akad Ijarah bukan dalam

bentuk barang atau jasa yang di sewakan tetapi uang, seharusnya koperasi melakukan sewa akomodasi yang di lakukan untuk rumah sakit, pendidikan, renovasi rumah, dan lainnya kemudian menyewakan kembali kepada nasabah dengan pembayaran secara mengsuran.

Fatwa Dewan Syariah Nasional No.09/DSN-MUI/IV/2000.serta No.09/DSN-MUI/IV/2000. Terdapat point syarat ijarah berupa barang/ jasa yang disewakan haruslah dalam kepemilikan sendiri/hak mengelola.

Dalam pelunasan ada nasabah membayar lebih cepat dari jangka waktu pembiayaan dan menunggak. Menurut HJ. Imam Sumadi:

Bagi nasabah yang mepercepat pelunasan tidak ada pemotongan, pelunasan pembayaran tetap 100% dari awal perhitungan akad karna pada awal akad tidak ada, namun untuk hal ini ada pertimbangan dan kebijakan yang di serahkan kepada pihak direksi KOSPPI dan pemegang saham.

Untuk nasabah yang mengalami keterlambatan tidak ada denda KOSPPI memberi kelonggaran untuk nasabah, namun peraturan ini tidak di publis untuk mencegah adanya nasabah yang nakal. Kembali kepada penyaluran dana berupa uang maka hal ini akan menimbulkan problematika atas pemberian akad ijarah tersebut dikarnakan pencairan berupa uang langsung, di antaranya sebagai berikut: 1. Uang Bukan Sebagai Barang Komoditi

Di dalam konsep Islam, uang tidak termasuk dalam fungsi utilitas karena manfaat yang kita dapatkan bukan dari uang itu secara langsung,

melainkan dari fungsinya sebagai perantara untuk mengubah suatu barang menjadi barang yang lain.

Ibnu Tamiyah dalam kitabnya (Majmu Fatwa Syaikhul Islam) menyampaikan lima butir peringatan penting mengenai uang sebagai komoditi, yakni :

1. Perdagangan uang akan memicu inflasi;

2. Hilangnya kepercayaan orang terhadap stabilitas nilai mata uang akan mengurungkan niat orang untuk melakukan kontrak jangka panjang dan menzalimi golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti pegawai maupun karyawan

3. Perdagangan dalam negeri akan menurun karena kekhawatiran stabilitas nilai uang;

4. Perdagangan internasional akan menurun;

5. Logam berharga (emas dan perak) yang sebelumnya menjadi nilai intrinstik mata uang akan mengalir keluar negeri.

Dalam sistem ekonomi konvensional dikenal adanya 3 fungsi uang, yaitu:

1. Medium of Exchange 2. Unit of Account 3. Store of Value

Sedangkan dalam ekonomi Islam, hanya dikenal adanya 2 fungsi: 1. Medium of Exchange (for transaction)

Fungsi pertama ini jelas bahwa uang hanya berfungsi sebagai medium of exchange. Uang menjadi media untuk merubah barang dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain, sehingga uang tidak bisa dijadikan komoditi.

Fungsi kedua dari uang dalam Islam adalah sebagai unit of account. Imam Ghazali mengatakan bahwa dalam ekonomi barter sekalipun uang tetap diperlukan. Seandainya uang tersebut tidak diterima sebagai medium of exchange, uang tetap diperlukan sebagai unit of account, misalnya untuk mengetahui apakah 3 buah topi sama dengan 1 durian?.

Fungsi ketiga dari uang sebagai store of value. Ketika teori konvensional memasukkan satu dari fungsi uang adalah sebagai store of valuedemand termasuk juga adanya motif demand for speculation.

Hal ini tidak diperbolehkan dalam Islam. Islam memperbolehkan uang untuk transaksi dan untuk berjaga-jaga, namun menolak uang untuk spekulasi. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa dalam Islam, uang hanya diakui sebagai intermediary form, hanya diakui sebagai medium of exchange dan unit of account, tidak lebih dari ini.

Uang hanya sekedar sebagai medium dari barang yang satu, berubah menjadi barang yang lain, tidak perlu adanya double coincidence needs. Jadi dalam konsep Islam, uang tidak masuk dalam fungsi utility kita. karena sebenarnya manfaat yang kita dapatkan bukan dari uang itu sendiri, tetapi dari fungsi uang.

Dalam Hadits-hadits Rasulullah SAW, bisa kita lihat peran uang sangat sentral sekali dalam teori ekonomi Islam. Salah satu contoh ketika pada

suatu hari sahabat Bilal bin Rabah ingin menukar 2 sak kurma yang buruk dengan 1 sak kurma yang baik, maka Rasulullah mengatakan, “Tidak boleh, jual dulu kurma yang buruk, lalu barulah beli kurma yang baik dengan hasil penjualan tersebut”. Menurut Rasulullah, tiap kurma mempunyai harga masing-masing.

Oleh karena itu sangatlah naif sekali apabila dikatakan bahwa dalam teori ekonomi Islam tidak mengenal konsep uang. Islam juga tidak mengenal konsep time value of money, karna kuantitas waktu sama bagi setiap manusia yang membedakannya faktor pemanfaatan waktu.4

E. Analisis Kesesuaian Pembiayaan Ijarah di KOSPPI

Pembiayaan ijarah merupakan perjanjian untuk membiayai kegiatan sewa menyewa yang dilakukan oleh bank syariah atau Lembaga Keuangan Syariah. Prinsip ini digunakan sebagai salah satu dasar dalam penyaluran dananya.5

Hukum ijarah telah disepakati oleh para ulama seluruhnya dengan landasan “Mempersewakan barang atau jasa , dibenarkan syara’ dalil hukum sewa-menyewa pada bab sebelumnya:

Pakar-pakar keilmuan dan cendekiawan sepanjang sejarah di seluruh negeri telah sepakat akan legitimasi ijarah. Dari beberapa nash yang ada, kiranya dapat dipahami bahwa ijarah itu disyari'atkan dalam Islam, karena

4

Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007), h. 524

5FATWADEWAN SYARI’AH NASIONAL NO: 09/DSN MUI/IV/2000 (PEMBIAYAAN IJARAH)

pada dasarnya manusia senantiasa terbentur pada keterbatasan dan kekurangan.

Manusia antara yang satu dengan yang lain selalu terikat dan saling membutuhkan. Ijarah (sewa menyewa) merupakan salah satu aplikasi keterbatasan yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Boleh dikatakan bahwa pada dasarnya ijarah itu adalah salah satu bentuk aktivitas antara dua pihak, saling meringankan, serta termasuk salah satu bentuk tolong menolong yang diajarkan agama. Ijarah merupakan salah satu jalan untuk memenuhi hajat manusia. Para ulama menilai bahwa ijarah itu merupkan suatu hal yang diperbolehkan.

Dalam penerapanya pembiayaan Ijarah adalah suatu kontrak di bawah tangan dengan tanpa melibatkan pihak notaries. adapun prakteknya KOSPPI menyewakan peralatan (equipment), sebuah bangunan atau barang-barang seperti mesin-mesin, pesawat terbang, dan lainnya kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang sudah ditentukan secara pasti sebelumnya (fixed charge) dan pelunasan dengan cara mengangsur.

Pada KOSPPI, ada tiga pihak yang terlibat dalam proses pembiayaan ijarah, yakni bank, orang yang menyewa (nasabah), dan pihak yang diberikan upah oleh nasabah dengan pembiayaan dari bank tersebut. Pada praktek dengan akad Ijarah di KOSPPI ada yang dinamakan perjanjian pembiayaan Ijarah antara pihak bank dan pihak nasabah. Dalam perjanjian tersebut terdapat beberapa pasal yang menerangkan bentuk praktek pembiayaan ijarah.

Dalam perjanjian ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pembiayaan itu sendiri. Pihak pertama dan kedua sepakat dengan ini mengikatkan diri satu terhadap yang lain, bahwa untuk perjanjian ini dan segala akibatnya memberlakukan ekonomi Islam dan peraturan perundang undangan lain yang tidak bertentangan dengan syariah.

KOSPPI menerapkan prinsip ijarah kedalam salah satu produk pembiayaannya, yaitu untuk pembiayaan renovasi rumah, pendidikan, kesehatan dan kepemilikan barang. Ijarah merupakan akad atau perjanjian untuk kegiatan sewa menyewa, Prinsip ini digunakan sebagai salah satu dasar dalam penyaluran dana yang dilaksanakan oleh bank syariah atau Lembaga Keuangan Syariah.

Setelah perjanjian disetujui oleh kedua pihak yakni pihak KOSPPI dengan nasabah, maka pihak KOSPPI akan menyerahkan draf asumsi kepada nasabah. Draf asumsi pembiayaan tersebut berisi perihal pembiayan, nominal dan jangka waktu yang akan digunakan. Praktek pembiayaan dengan akad ijarah di KOSPPI berbeda dengan yang terdapat pada kitab Fiqih. Jika dalam kitab Fiqih diterangkan bahwa ijarah adalah sewa menyewa barang untuk diambil manfaatnya, KOSPPI tidak menyewakan barang kepada nasabah serta tidak bekerjasama dengan pemilik maupun pengelola jasa, KOSPPI memberikan dana talangan untuk biaya pendidikan, kesehatan, haji/umrah, renovasi rumah dan lain-lain.

Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Pembiayaan dengan akad ijarah di KOSPPI. Sebagai Sebuah Perusahaan yang bergerak dalam bidang

jasa, khususnya jasa keuangan dalam mengembangkan usahanya, berkewajiban mengetahui hal-hal yang dapat mengakibat suatu perjanjian menjadi sah atau tidak (fasid).

Hal ini dimaksudkan agar muamalah berjalan sah dan segala tindakan jauh dari kerusakan yang terjadi dengan sebab suatu hal yang tidak dibenarkan syara’. Sewa-menyewa dalam hukum Islam diperbolehkan, setiap manusia berhak melakukannya dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang telah diatur dalam syariah Islam.

Melihat mekanisme pemberian pembiayaan ijarah yang dipraktekan, KOSPPI tidak membayarkan sendiri atas jasa yang nasabah butuhkan dengan bermitra kepada pemberi jasa, kosppi hanya memberi sejumlah uang dengan menyerahkan kuasa kepada nasabah untuk membayarkan atau membeli manfaat jasa yang nasabah butuhkan, hal ini tanpa di aplikasikan dalam akad tertulis hanya lisan. maka kita bisa mengetahui secara pasti apakah praktek pembiayaan sudah sesuai dengan syariah dan hukum terkait ataukah belum.

Dengan melihat mekanisme tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan ijarah yang dipraktekkan di KOSPPI ternyata belum sepenuhnya memenuhi ketentuan-ketentuan syara’.

Sedikit kekurangan dalam hal sebagai berikut :

Pembiayaan yang dipraktekkan oleh KOSPPI belum sepenuhnya sesuai. Karna adanya syarat ijarah yang belum terpenuhi. Dalam ketentuan akad ijarah haruslah ada barang atau jasa yang akan

disewakan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.09/DSN-MUI/IV/2000 serta No.09/DSN-No.09/DSN-MUI/IV/2000. Terdapat point syarat ijarah berupa barang atau jasa yang disewakan haruslah dalam kepemilikan sendiri ataupun hak mengelola. Akan tetapi praktek pemberian akad ijarah pada kosppi bukan dalam bentuk barang atau jasa yang di sewakan dengan bermitra kepada pemberi jasa, melainkan dana berupa uang. seharusnya koperasi melakukan sewa akomodasi yang di lakukan untuk jasa rumah sakit, pendidikan, renovasi rumah, dan lainnya kemudian menyewakan kembali kepada nasabah dengan pembayaran secara mengsuran

Pencairan pembiayaan berupa uang, ini yang menjadi polemik dalam penerapannya, dikhawatirkan uang di jadikan sebagai store of value demand, termasuk juga adanya motif demand for speculation. Karna Uang hanya sekedar sebagai medium dari barang yang satu, berubah menjadi barang yang lain, tidak perlu adanya double coincidence needs.

Dalam hal ini pihak kosppi mempunyai alasan, mereka menerapkan pembiayaan ijarah dengan pencairan dana berupa uang dan mewakilkan kepada nasabah untuk pelunasan dana kepada pihak ketiga sebagai penyedia jasa. Hasil wawancara dengan HJ. Imam Sumadi di sebabkan beberapa hal:

Kurangnya jaringan kerjasama dengan pihak penyelenggara jasa terkait Waktu dan biaya lebih yang harus di keluarkan (maka di lakukan efisiensi)

Belum meluasnya jaringan cabang kosspi

Ijarah yang dilakukan KOSPPI memang tidak sama persis dengan definisi ijarah yang dikenal dalam fiqih muammalat secara kontekstual. Dalam kitab fiqih dijelaskan bahwa ijarah adalah suatu jenis perikatan atau perjanjian yang bertujuan mengambil manfaat suatu benda yang diterima dari orang lain dengan jalan membayar upah sesuai dengan perjanjian dan kerelaan kedua belah pihak dengan rukun dan syarat yang telah ditentukan.

Praktek pembiayaan ijarah yang dilaksanakan di KOSPPI bukanlah menyewakan suatu barang untuk diambil manfaatnya ataupun mempekerjakan seseorang untuk diberikan upah. Praktek ijarah yang dilaksanakan oleh KOSPPI hanya menyalurkan dana talangan berupa uang kepada nasabah yang memerlukan untuk biaya pendidikan, kesehatan dan

Dokumen terkait