• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PELAKSANAAN MAGANG

E. Mekanisme Peran Reporter Berita Jogja

Proses penyajian berita dalam Berita jogja berdasarkan pengamatan penulis adalah sebagai berikut : JADWAL LIPUTAN LIPUTAN PENULISAN NASKAH EDITING ON AIR

Keseluruhan proses dari jadwal liputan sampai editing biasanya sudah harus selesai pada pukul 16.00 WIB. Kemudian pada pukul 18.00-19.00 WIB (jam tayang mulai Maret 2008) berita-berita tersebut ditayangkan live dari studio 3 TVRI stasiun D.I Yogyakarta.

Mekanisme peran reporter Berita jogja pada dasarnya hampir sama dengan proses penyajian berita, tetapi tugas mereka hanya sampai pada tahap editing. Penjabaran Mekanisme peran reporter Berita jogja berdasarkan hasil pengamatan penulis selama Kuliah Kerja Media adalah sebagai berikut :

a. Jadwal Liputan

Sedikit berbeda dengan stasiun televisi lain yang mengadakan rapat redaksi untuk menentukan dan membahas materi liputan, TVRI stasiun D.I Yogyakarta hanya menggunakan jadwal liputan sebagai patokan dalam menentukan tugas reporter hari itu. Produser bekerjasama dengan Editor In Chief menentukan jadwal liputan untuk reporter. Berdasarkan pengamatan penulis jadwal liputan biasanya sudah keluar sore hari sebelum pelaksanaan liputan sehingga reporter bisa mempersiapkan beberapa hal seperti berikut :

· Menentukan angle berita yang akan diambil

· Menyiapkan materi yang berhubungan dengan berita tersebut · Menentukan pertanyaan – pertanyaan pokok

· Merencanakan gambar dan stock shot yang diperlukan · Menghubungi narasumber (jika memungkinkan)

Menurut redaktur Berita Jogja, Bpk. Zaenal Arifin, jadwal liputan tersebut disusun berdasarkan beberapa sumber berita, yaitu:

· Media informasi lain (televisi, radio, koran) · Press release

· Informasi dari masyarakat dan pihak yang terkait dengan berita tersebut. Selain melakukan liputan berdasarkan jadwal liputan juga terdapat beberapa reporter di ruang redaksi untuk berjaga–jaga jika ada berita yang sifatnya tidak terencana.

b. Liputan

Karena keterbatasan SDM, hampir semua reporter TVRI stasiun D.I Yogyakarta juga merangkap sebagai kamerawan. Sebelum memulai liputan reporter diharuskan mengecek peralatan yang akan mereka bawa untuk menghindari terjadinya gangguan teknis pada properti yang digunakan saat terjun ke lapangan. Peralatan yang digunakan oleh reporter adalah :

· Kamera Panasonic MD 10000 · Microphone

Selain kamera yang telah disediakan kantor, reporter juga kadang menggunakan camcorder milik pribadi. Selain itu berdasarkan pengamatan selama mengikuti liputan, penulis tidak pernah melihat reporter membawa tripod dikarenakan terlalu berat sehingga malah mengganggu kinerja reporter dalam memburu berita. Selain alat–alat tersebut reporter juga menggunakan kendaraan roda dua sebagai sarana transportasi, tetapi jika lokasi liputan jauh maka mereka menggunakan mobil kantor.

Tiap reporter kadang tidak hanya meliput satu berita dalam satu hari, tetapi terkadang bisa dua sampai empat berita. Maka untuk efisiensi waktu ketika tiba

di lokasi peliputan, reporter harus membaca situasi terlebih dahulu untuk menentukan apakah mereka akan mengambil stok gambar atau mewawancarai narasumber lebih dahulu. Mereka akan memilih untuk mencari stock shot dulu jika narasumber belum mempunyai waktu untuk melakukan interview, sebaliknya jika narasumber sudah siap maka statement-nya diambil baru kemudian mencari gambar untuk mendukung berita tersebut. Tapi jika lokasi liputan adalah sebuah konferensi pers atau seminar, maka reporter akan lebih memfokuskan dalam mencari gambar karena data–data yang dibutuhkan sudah tersedia dalam press release

Stand up reporter hanya bersifat Reporter On the Spot but Off the Screen karena tidak memungkinkan bagi seorang reporter untuk on screen dan mengoperasikan kamera secara bersamaan. Materi pertanyaan masih berpedoman pada rumus 5W + 1H dan pengembangan dari jawaban narasumber. Dalam melakukan wawancara reporter sering menggunakan bahasa Jawa untuk membangun keakraban dengan narasumber. Selain menggali data dan mengambil statement dari narasumber, seorang reporter juga kadang melengkapi berita mereka dengan vox pops untuk mengetahui tanggapan masyarakat tentang suatu permasalahan. Setelah selesai wawancara, sebagian reporter juga meminta nomor telepon narasumber karena jika ternyata data yang didapat masih kurang, mereka bisa mengkonfirmasikannya lagi kepada narasumber. Selain itu hal tersebut juga berguna dalam menciptakan koneksi yang mungkin nantinya bisa bermanfaat dalam tugas liputan yang lain.

Hasil liputan seorang reporter kadang tidak hanya digunakan dalam Berita Jogja tetapi juga dalam YogyaWarta dan Jogja weekend karena ketiga program tersebut merupakan produk divisi pemberitaan TVRI stasiun D.I Yogyakarta. Bahkan jika berita tersebut berskala nasional maka akan ditayangkan juga di TVRI Nasional.

c. Penulisan Naskah

Setelah liputan selesai, reporter kembali ke ruang redaksi untuk menulis naskah berita setelah sebelumnya mengembalikan peralatan liputan terlebih dahulu. Selain menulis naskah, reporter juga mencatat time code sebagai panduan bagi editor dalam menyunting video rekaman hasil liputan tadi. .

Bagi beberapa reporter pemula proses menulis naskah bisa membutuhkan waktu yang cukup lama karena mereka terkadang masih bingung dalam mengolah data–data yang mereka dapat selama liputan menjadi sebuah naskah berita televisi yang berpedoman pada rumus ELF (Easy Listening Formula). Selain itu pemilihan kata yang digunakan bisa membuat mereka bingung dalam menulis naskah berita. Untuk mengatasi hal itu mereka sering meminta masukan dari Editor In Chief atau reporter lain. Naskah Berita Jogja menggunakan model dua lajur.

Seperti halnya wartawan media cetak, tingkat stres di ruang redaksi tergolong cukup tinggi mengingat deadline yang harus mereka kejar. Apalagi jika waktu on air sudah dekat dan naskah yang mereka tulis masih belum juga selesai. Naskah yang sudah selesai ditulis oleh reporter kemudian diedit oleh Editor In Chief atau redaktur yang bertugas hari itu.

Berdasarkan wawancara penulis dengan redaktur Berita Jogja, Bpk. Zaenal Arifin, beberapa kesalahan reporter yang sering terjadi saat penulisan naskah adalah :

· Lead berita yang terlalu panjang · Narasi yang bertele – tele

· Pemilihan kata yang kurang tepat

Setelah proses pengeditan naskah selesai, naskah kemudian dicetak dan diurutkan dengan naskah–naskah lain untuk Berita Jogja edisi hari itu. Kemudian naskah–naskah tersebut dibagikan kepada :

· Penyiar · Program Director · Floor Director · Editor · VTR · Telecine · Switcher · Audio · Asko d. Editing

Reporter Berita Jogja, Herdian Giri, menyebutkan tugas reporter dalam proses editing Berita Jogja adalah :

1. Audio : melakukan voice over untuk narasi berita.

Dalam proses editing Berita jogja, editor bekerjasama dengan reporter dalam menentukan gambar atau suara yang akan ditampilkan. Reporter menentukan gambar dan suara yang ingin mereka tampilkan sedangkan editor bertugas untuk meng-capture dan memotong atau memilih gambar dan suara dari keseluruhan stock shot yang telah direkam selama liputan. Selain dari hasil rekaman liputan hari itu, kadang-kadang editor juga bertugas memasukkan gambar atau suara dari hasil liputan-liputan dahulu (dokumentasi) sebagai materi penunjang berita tersebut.

Setelah naskah beritanya selesai tugas reporter selanjutnya adalah melakukan voice over/dubbing di studio kedap suara di ruang editing untuk merekam narasi berita tersebut. Setelah voice over selesai dan gambar hasil liputan sudah dipilih, editor kemudian bertugas untuk menyatukan gambar dan narasi menjadi sebuah tayangan berita utuh.

Editor Berita Jogja menggunakan peralatan editing nonlinier (digital) dengan software pineacle untuk editing visual dan sony acid untuk mengedit audio. Sedangkan peralatan lain yang digunakan adalah komputer, monitor display, VTR recorder, monitor audio video dan studio kedap suara yang dilengkapi dengan microphone dan loudspeaker untuk proses voice over.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pelaksanaan Kuliah Kerja Media penulis di TVRI stasiun D.I Yogyakarta, maka penulis dapat merumuskan beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

1. Di tengah persaingan dengan stasiun televisi swasta dan pertumbuhan televisi lokal di Yogyakarta, Berita Jogja tetap menjadi barometer masyarakat Yogyakarta dalam mendapatkan informasi dan pemberitaan yang terjadi di sekitar mereka.

2. Dengan SDM dan sarana yang terbatas Berita Jogja mampu menyajikan sisi jurnalistik televisi. Keterbatasan ini juga menjadi kendala dalam produksi Berita Jogja khususnya dalam peliputan berita. Sehingga reporter tidak dapat melaksanakan tugasnya secara maksimal dan profesional. 3. Redaksi pemberitaan TVRI stasiun D.I Yogyakarta tidak

menyelenggarakan rapat redaksi untuk menentukan dan membahas materi liputan, tetapi hanya menggunakan jadwal liputan sebagai patokan dalam menentukan tugas reporter. Pembahasan materi liputan dilakukan secara informal dan tidak melalui rapat redaksi.

4. Berita yang diliput oleh reporter terkadang tidak hanya ditayangkan dalam program Berita Jogja tetapi juga ditayangkan dalam program YogyaWarta

dan Jogja Weekend dengan naskah yang disesuaikan dengan format bahasa masing-masing program.

5. Sistem “ROSS” yang dianut oleh reporter Berita Jogja hanya bersifat Reporter On the Spot but Off the Screen.

6. Kerjasama (team work) merupakan modal utama dalam divisi pemberitaan sehingga menghasilkan produk yang benar-benar berkualitas. Dalam hal ini reporter berperan besar untuk merealisasikan kerjasama tersebut ke dalam produksi regional TVRI stasiun D.I Yogyakarta.

7. Koneksi yang baik antara reporter dengan sumber berita dan antar reporter lokal sangat penting untuk memudahkan peliputan berita dan menciptakan suasana kerja jurnalistik yang kondusif.

B. Saran-Saran

Dalam kesempatan ini penulis akan mencoba memberikan saran demi peningkatan kualitas dan eksistensi TVRI stasiun D.I Yogyakarta dan program Diploma III broadcasting FISIP UNS sebagai berikut :

· Instansi Magang

1. Redaksi pemberitaan TVRI stasiun D.I Yogyakarta sebaiknya menyelenggarakan rapat redaksi dalam menentukan dan membahas materi liputan maupun mengevaluasi tugas reporter hari itu. Karena dalam kerja tim peliputan diperlukan koordinasi yang jelas antar personel sehingga materi berita yang telah diproyeksikan dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya miss-komunikasi.

2. Selama pelaksanaan magang penulis mengamati sistem kerja reporter TVRI stasiun D.I Yogyakarta yang hanya mengadakan liputan berdasarkan jadwal liputan. Para reporter tidak berinisiatif untuk melakukan kegiatan liputan tanpa harus menunggu perintah atasan. Oleh karena itu sebaiknya para reporter lebih berinisiatif dalam melakukan perencanaan liputan, tetapi tentunya inisiatif liputan itu tetap harus dikoordinasikan dengan koordinator liputan. 3. Pengadaan fasilitas internet di ruang redaksi sangat dibutuhkan

sebagai sarana penunjang dalam peliputan berita. Selain itu internet juga bisa berfungsi sebagai alternatif sumber berita dan menjalin komunikasi dengan kantor berita maupun stasiun televisi yang lain. 4. Penambahan sarana liputan dan SDM yang berkualitas juga diperlukan dalam meningkatkan mutu produk jurnalistik TVRI stasiun D.I Yogyakarta.

5. Sebaiknya reporter Berita Jogja melakukan stand up di depan kamera karena selama ini stand up reporter hanya bersifat Reporter On the Spot but Off the Screen.

· Program Diploma III

1. Penambahan dan peningkatan sarana praktik perkuliahan sangat dibutuhkan untuk melancarkan proses pembelajaran.

2. Pelayanan pengelola laboratorium dan peminjaman alat praktik juga perlu ditingkatkan.

3. Peningkatan kualitas pengajar juga diperlukan untuk menjadikan mahasiswa sebagai SDM yang handal. Pada beberapa mata kuliah, penulis merasakan adanya ketidaksesuaian antara materi kuliah dengan subyek mata kuliah yang diampu oleh pengajar. Selain itu perlu diadakan evaluasi terhadap kinerja dosen yang sering absen dalam memberikan kuliah.

4. Sebaiknya pembimbing magang mengadakan kunjungan ke instansi tempat mahasiswa melaksanakan Kuliah Kerja Media untuk melihat langsung proses magang dan mengetahui kredibilitas instansi magang.

5. Pembangunan televisi komunitas juga sangat diperlukan untuk mengakomodasi dan mengasah skill mahasiswa sebagai persiapan menuju dunia kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2006

Effendy, Onong Uchjana. Televisi siaran Teori dan Praktik, Mandar Maju, Bandung, 1993

Iskandar Muda, Deddy. Jurnalistik televisi “ Menjadi Reporter Profesional”, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005

Junus, Husain dan Bansuru, Aripin. Seputar Jurnalistik (Pedoman pendidikan dasar bagi calon Wartawan), Aneka, Solo, 1996

Koesworo FX., Margantoro JB., Viko Ronnie S., Dibalik tugas kuli tinta, Sebelas Maret University Press, Surakarta dan Yayasan Pustaka Nusatama,

Yogyakarta, 1994

LPPAI UII. Dasar-dasar Jurnalistik, LPPAI UII, Yogyakarta, 2001

Mencher, Melvin. News reporting and writing, Brown & Benchmark, 1997 Morissan. Jurnalistik Televisi Mutakhir, Ghalia Indonesia, 2004

Romli, Asep Syamsul M. SIP, Jurnalistik Praktis untuk pemula, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003

Subroto, Darwanto Sastro. Produksi acara televisi, Duta Wacana University, 1994 Wahyudi, J.B. Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996

Wahyudi, J.B. Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994

Wahyudi, J.B. Jurnalistik Televisi, tentang dan sekitar siaran berita TVRI, Alumni, Bandung, 1985

White, Ray. TV News “ Building career in Broadcast Journalism”, Focal Press Boston London, 1990

Dokumen terkait