• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

Mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan proses pengaruh kebijakan moneter terhadap sektor keuangan dan sektor riil (Warjiyo, 2004). Secara umum, terdapat enam jenis saluran tranmisi kebijakan moneter yang sering dikemukakan dalam teori ekonomi moneter. Saluran transmisi tersebut antara lain saluran uang, saluran suku bunga, saluran nilai tukar, saluran harga aset, saluran kredit, dan saluran ekspektasi. Masing-masing saluran transmisi tersebut menjelaskan mengenai alur pengaruh kebijakan moneter terhadap sektor keuangan dan aktivitas ekonomi.

Mekanisme transmisi kebijakan moneter dapat berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dan bisnis melalui alur tingkat bunga atau interest rate channel, alur harga aktiva atau asset price channel, dan alur kredit atau credit channel. Mekanisme transmisi alur tingkat bunga dari ekspansi moneter adalah peningkatan permintaan agregat sebagai akibat peningkatan ekspektasi inflasi dan penurunan tingkat bunga riil. Penurunan tingkat bunga riil akan meningkatkan investasi dan menurunkan biaya modal dalam proses produksi sehingga output agregat naik. Mekanisme transmisi alur harga aktiva dari ekspansi moneter adalah peningkatan permintaan agregat sebagai akibat peningkatan ekspektasi inflasi, nilai perusahaan dan kekayaan individu. Peningkatan ekspektasi inflasi akan menurunkan tingkat bunga riil sehingga nilai

tukar mata uang depresiasi, ekspor netto naik dan kemudian meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Mekanisme transmisi alur kredit atau credit channel terdiri dari alur pinjaman bank atau bank lending channel, alur neraca atau balance sheet channel, alur arus kas atau cash flow channel, alur harga takterantisipasi atau unanticipated price channel, dan alur likuiditas rumah tangga atau household liquidity channel. Mekanisme transmisi alur kredit adalah peningkatan permintaan karena peningkatan kredit perbankan sebagai akibat peningkatan investasi dan konsumsi. Peningkatan investasi dan konsumsi akan mendorong aktivitas ekonomi dan bisnis. Permasalahan dari mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah memilih alur tarnsmisi yang paling efektif dalam meningkatkan aktivitas ekonomi dan bisnis.

a. Mekanisme Transmisi Alur Tingkat Bunga

Tingkat bunga merupakan kunci mekanisme transmisi moneter dalam model IS, model LM, model AD dan model AS. Peningkatan stok uang akan menurunkan tingkat bunga riil dan biaya modal serta meningkatkan investasi bisnis. Peningkatan investasi akan meningkatkan permintaan agregat. Penurunan tingkat bunga riil juga akan meningkatkan pengeluaran untuk pembelian rumah dan barang tahan lama. Oleh sebab itu penurunan tingkat bunga akibat ekspansi moneter akan meningkatkan belanja atau konsumsi dan permintaan agregat. Pada tingkat bunga nominal yang sangat rendah, ekspansi moneter akan meningkatkan ekspektasi tingkat harga dan inflasi, akibatnya tingkat bunga riil turun. Penurunan tingkat bunga riil akan menurunkan biaya modal dan biaya memegang uang, kemudian menstimulasi

pengeluaran bisnis dan konsumen. Peningkatan pengeluaran bisnis dan konsumen pada akhirnya akan mingkatkan permintaan agregat. Mekanisme transmisi alur tingkat bunga dirumuskan dalam dua bentuk, yaitu:

Di mana:

m = stok uang nominal, r = tingkat bunga riil, p = ekspektasi tingkat harga,

= investasi riil, dan

y = output riil agregat.

b. Mekanisme Transmisi Alur Harga

Mekanisme transmisi alur harga aktiva terdiri dari efek nilai tukar atau

exchange rate effect, Tobin’s q theory dan efek kekayaan atau wealth effect. Pertumbuhan ekonomi internasional dan nilai tukar fleksibel telah meningkatkan peranan kebijakan moneter internasional dalam penentuan nilai tukar mata suang suatu negara. Ekspansi moneter pada awalnya akan menurunkan tingkat bunga riil domestik dan kemudian mengakibatkan deposit mata uang luar negeri naik. Peningkatan nilai deposit mata uang luar negeri terhadap deposit mata uang domestik akan mengakibatkan apresiasi nilai tukar mata uang luar negeri dan depresiasi nilai

m  r y

tukar mata uang domestik. Depresiasi nilai tukar mata uang domestik mengakibatkan harga relatif produk atau ekspor lebih murah sehingga ekspor netto naik dan akhirnya meningkatkan permintaan agregat. Mekanisme transmisi alur efek nilai tukar dirumuskan sebagai berikut:

Di mana:

e = nilai tukar mata uang, dan x = ekspor riil netto.

Tobin telah mengembangkan teori bagaimana kebijakan moneter dapat mempengaruhi penilaian saham, yang disebut Tobin’s q theory. Tobin mendefinisikan q sebagai rasio harga pasar perusahaan dengan biaya penggantian modal. Jika q tinggi maka rasio harga pasar perusahaan dengan biaya penggantian modal tinggi, dan sebaliknya jika q rendah maka rasio harga pasar perusahaan dengan biaya penggantian modal rendah. Ekspansi moneter akan meningkatkan ekspektasi harga saham perusahaan dan akibatnya rasio harga pasar perusahaan dengan biaya penggantian modal naik. Peningkatan q ini akan meningkatkan pengeluaran untuk peralatan dan pabrik baru atau investasi.

Peningkatan pengeluaran investasi perusahaan akan meningkatkan permintaan agregat. Mekanisme transmisi alur Tobin’s q theory dirumuskan sebagai berikut:

m  r e x y

Di mana:

s = ekspektasi harga saham, dan

q = rasio harga pasar saham dengan biaya penggantian modal.

Mekanisme transmisi moneter juga mempengaruhi kekayaan masyarakat. Keputusan pengeluaran dari konsumen mungkin akan mempengaruhi neraca konsumen. Modigliani menggunakan hipotesis siklus hidup atau life cycle hypotheses dari konsumsi barang tahan lama dan jasa-jasa untuk menjelaskan efek kekayaan. Premis utama dari Modigliani adalah bahwa konsumsi tidak konstan dalam periode jangka panjang. Hal ini terutama disebabkan oleh kekayaan keuangan dari konsumen, seperti saham, obligasi dan deposit tidak konstan selama hidup. Ekspansi moneter akan meningkatkan harga aktiva keuangan sehingga kekayaan keuangan naik. Peningkatan kekayaan keuangan akan meningkatkan sumber daya ekonomi selama hidup konsumen dan pada akhirnya akan meningkatkan konsumsi dan permintaan agregat. Mekanisme transmisi alur efek kekayaan dirumuskan sebagai berikut:

Di mana:

w = kekayaan keuangan atau neraca konsumen, dan c = konsumsi riil rumah tangga.

2.5. Inflasi

Pada dasarnya, inflasi didefinisikan sebagai gejala kenaikan harga secara umum. Hera, M. Ikhsan dan Widyanti (2000) mendefinisikan inflasi sebagai

“kenaikan harga umum secara terus-menerus dan persisten dari suatu perekonomian”

sedangkan Mankiw (2002) menyatakan “Economist use the term inflation to describe a situation in which the economy’s overall price level is rising”. Sedangkan untuk

mengukur tingkat inflasi suatu negara, bisa digunakan tiga indikator (Ikhsan dan Widyanti, 2000), yaitu:

1. Perubahan Indek Harga Konsumen (IHK) atau Indek Biaya Hidup (IBH). 2. Perubahan Indek Harga Perdagangan Besar (IHPB).

3. Perubahan Deflator GDP/GDY.

Masing-masing indikator punya kelebihan dan kekurangan, namun yang utama adalah kita bagaimana menggunakan jenis indikator sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pengukuran. Di Indonesia, indikator yang sering digunakan untuk mengukur inflasi ini adalah IHK.

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus Sukirno (2002). Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain (Boediono, 2000). Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan persentase yang sama. Inflasi merupakan kenaikan harga secara terus menerus dan kenaikan harga yang terajadi pada seluruh kelompok barang dan jasa Pohan (2008). Bahkan mungkin

dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. Yang penting kenaikan harga umum barang secara terus menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan harga barang yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar, bukanlah merupakan inflasi (Nopirin, 2000). Atau dapat dikatakan, kenaikan harga barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat dikatakan akan menyebabkan inflasi.

Dari kutipan di atas diketahui bahwa inflasi adalah keadaan di mana terjadi kelebihan permintaan (Excess Demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan. Inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang dan jasa secara umum (bukan satu macam barang saja dan sesaat). Menurut definisi ini, kenaikan harga yang sporadis bukan dikatakan sebagai Inflasi.

Model Inflasi Statis Klasik

Misalkan dalam model klasik pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi tidak ada sehingga pertumbuhan stok uang naik secara konstan sebesar pada periode [t], yaitu:   ln( ) t M (2.20)

Netralitas uang dalam model klasik menyatakan bahwa tingkat harga [Pt] juga naik sebesar pertumbuhan stok uang []. Penyelesaian model klasik akan menghasilkan tingkat bunga nominal [R], di mana tingkat bunga nominal merupakan fungsi dari output agregat ditambah tingkat inflasi, yaitu:

t t t y

Substitusi (1.2) ke model LM untuk mendapatkan solusi Rt dan Pt. Mt ditentukan oleh otoritas moneter dan yt konstan pada y* karena skedul AS inelastis sempurna atau vertikal. Keseimbangan pada kondisi steady-state dapat dijelaskan dengan tiga cara seperti pada Gambar 2.1. Pertama, output

agregat pada steady-state adalah sebesar y*. Kedua, nilai y, R, dan MP juga konstan pada waktu tak terhingga karena tingkat harga umum atau inflasi naik secara konstan. Ketiga, nilai harus sama dengan nilai ln(Pt) dan untuk MP juga konstan sebesar .

Gambar 2.1. Keseimbangan Steady-State Model Klasik

Konsekuensinya, keseimbangan pada kondisi steady-state adalah = atau pertumbuhan output agregat tidak ada. Nilai Rt ditentukan oleh perpotongan skedul IS, yaitu Rt = (yt) + t dan y = y*, sehingga peranan dari skedul LM hanya menentukan saldo kas riil [MP] pada tingkat y dan R tertentu. Oleh sebab itu tingkat

Rt MP R IS: (y) + r (y) y*

pertumbuhan P adalah konstan sebesar pada keseimbangan steady-state. Dengan kata lain steady-state inflation menjelaskan pertumbuhan harga-harga atau inflasi sama dengan pertumbuhan stok uang nominal sehingga semua variabel ekonomi riil tidak berubah.

Konsumsi riil rumah tangga juga dapat ditentukan oleh saldo kas riil atau real

wealth selain tingkat bunga dan output agregat, yaitu:

)] / ( , ), [(y R M P C c  (2.22)

Di mana MP merupakan kekayaan riil yang dipegang oleh individu atau rumah tangga. Berdasarkan (1.3) model IS berubah menjadi:

t t t t t y M P R [ ,( / )] (2.23)

Di mana peningkatan output riil agregat akan menurunkan tingkat bunga nominal [y < 0] dan peningkatan kekayaan riil akan meningkatkan tingkat bunga nominal [MP > 0]. Pada keseimbangan steady-state, tingkat bunga nominal adalah tingkat pertumbuhan saldo kas riil ditambah tingkat inflasi atau dalam model klasik disebut superneutrality of money [R = + ]. Oleh sebab itu pertumbuhan stok uang sebesar tingkat inflasi [] akan menurunkan skedul LM dan skedul IS, dan penurunan MP kemungkinan akan menurunkan tingkat bunga nominal.

Misalkan pertumbuhan output agregat pada steady-state adalah v sehingga tingkat inflasi sebesar = - 1 v, di mana 1 adalah elastisitas permintaan uang terhadap output agregat. Pada kondisi steady-state, tingkat inflasi adalah selisih antara tingkat pertumbuhan uang [] dengan elastisitas permintaan uang terhadap

output riil agregat [1] dikali tingkat pertumbuhan output riil agregat [v]. Dengan mengambil logaritme natural model permintaan uang, model inflasi steady-state adalah ) ln( ) ln( ) ln( ) ln(MtPt 0 1 yt 2 Rt ) ln( ) ln( ) ln( ) ln(Mt Pt 1 yt 2 Rt    ) ln( ) ln(Pt 1v 2 Rt      ) ln( ) ln(Pt 1v 2 Rt    (2.24)

Persamaan (2.24) menjelaskan bahwa tingkat inflasi [ln(Pt)] pada kondisi steady-state adalah - 1 v, di mana pertumbuhan tingkat bunga [ln(Rt)] sama dengan nol atau tingkat bunga nominal tidak berubah pada kondisi steady-state. Selama tingkat bunga nominal masih berubah maka kondisi perekonomian belum mencapai steady state.

Dokumen terkait