• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEKANISME UMPAN BALIK DAN PENANGANAN KELUHAN 24

Mekanisme Umpan Balik dan Penanganan Keluhan atau Feedback Grievance Redress Mechanism (“FGRM” atau “Mekanisme”) bertujuan untuk menegakkan kinerja perlindungan lingkungan dan sosial program, dan dirancang untuk mengatasi masalah dan keluhan dengan segera dan transparan tanpa biaya dan tanpa diskriminasi untuk setiap laporan yang dibuat oleh pemangku kepentingan. Untuk tahap awal Program, Balitbangtan menyediakan saluran penanganganan keluhan pada website

Balitbangtan melalui alamat https://www.litbang.pertanian.go.id/kerjasama/ICARE/. Selanjutnya seiring berjalannya program, saluran penanganan umpan balik dan keluhan akan diperluas dengan memanfaatkan channel lain yang sudah ada di lingkup Kementerian Pertanian dan Lembaga Pemerintah lainnya.

Balitbangtan akan menginformasikan pemangku kepentingan terkait tentang proses pengaduan selama implementasi program, dan akan menyediakan catatan bagi publik yang mendokumentasikan tanggapan atas semua pengaduan yang diterima. Penanganan keluhan dilakukan dengan cara yang sesuai secara budaya dan bijaksana, objektif, sensitif, dan responsif terhadap kebutuhan dan kekhawatiran pihak-pihak yang terkena dampak program. Mekanisme ini akan menerima pengaduan formal atau informal, dan sesuai kebutuhan program. Keluhan sedapat mungkin diselesaikan di tingkat program lokal. Balitbangtan akan menempatkan personil yang ditunjuk pada setiap jenjang pengaduan dari pemangku kepentingan. Mekanisme ini juga memungkinkan pengaduan anonim untuk diangkat dan ditangani. Balitbangtan akan terbuka dan mendukung jika keluhan diteruskan ke jalur hukum.

Balitbangtan akan terus memperbaiki FGRM ini untuk memastikan mekanisme ini berfungsi dan dapat diakses oleh penerima manfaat melalui berbagai saluran.

A. Prinsip Utama dalam FGRM Program ICARE akan mengacu kepada:

1. Objektif: Tanggapan dan tindakan untuk mengatasi keluhan yang diajukan harus diputuskan berdasarkan fakta dan/atau bukti yang dapat dinilai sesuai dengan kriteria yang ditetapkan;

2. Kooperatif: Penanganan terhadap pengaduan harus dilakukan dengan kerja sama yang baik antara pihak yang berwenang dalam kepatuhan terhadap mekanisme, prosedur, dan administrasi yang terkait.

3. Non-diskriminatif: Setiap pengaduan diperlakukan sama tanpa memandang suku, agama, ras, jenis kelamin, dan pertimbangan subjektifitas lainnya dari para pengadu.

4. Efektif dan Efisien: Penanganan terhadap keluhan harus dilakukan dengan cara yang ditargetkan dan efisien serta berdasarkan jadwal penyelesaian yang ditentukan;

5. Bertanggung jawab: Penanganan terhadap laporan dan tindak lanjutnya harus bertanggung jawab kepada masyarakat terdampak sesuai dengan hukum, peraturan, dan prosedur yang berlaku.

6. Transparan: mekanisme untuk memproses pengaduan harus transparan dan terbuka sehingga orang-orang yang berkepentingan dapat mengikuti proses penangan pengaduan yang sedang berjalan.

Pengadu yang merasa tidak puas dengan penyelesaian yang disediakan dan/atau keputusan yang diambil dapat terus mencari penyelesaian lain melalui mediasi dan/atau proses litigasi sebagai upaya terakhir sesuai dengan hukum dan peraturan di Indonesia.

B. Proses FGRM

Proses FGRM terdiri dari tahapan sebagai berikut:

a) penerimaan dan catatan Keluhan/Pengaduan/Aspirasi dari pihak yang berkepentingan;

b) Penyaringan dan pengelompokan Keluhan/Pengaduan/Aspirasi;

c) Penerimaan dan tindak lanjut penyelesaian;

d) Disposisi Keluhan/Pengaduan/Aspirasi ke pihak terkait dalam Program ICARE untuk ditindaklanjuti;

e) Investigasi Keluhan/Pengaduan/Aspirasi yang meliputi verifikasi dan validasi lapangan jika diperlukan;

f) Pengawalan implementasi tindakan tindak lanjut;

g) Kesimpulan status pengaduan/penyelesaian.

Periode waktu untuk menyelesaikan keluhan tergantung pada kategori tindaklanjut dari Keluhan/Pengaduan/Aspirasi yang diterima. Proses penyelesaian keluhan akan didasarkan pada

karakteristik dan sifat dari masing-masing kasus. Pengaduan dapat diajukan oleh individu, kelompok orang, badan hukum, atau lembaga pemerintah dan dapat melibatkan isu-isu terkait dugaan dampak lingkungan dan sosial dari implementasi Program ICARE. Pihak yang berkepentingan didorong untuk memanfaatkan sistem yang sudah ada yaitu LAPOR!. Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (LAPOR!) adalah layanan penyampaian semua aspirasi dan pengaduan masyarakat Indonesia melalui beberapa kanal pengaduan yaitu website www.lapor.go.id, SMS 1708 (Telkomsel, Indosat, Three), Twitter @lapor1708 serta aplikasi mobile (Android dan iOS). Lembaga pengelola SP4N-LAPOR!

adalah Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kementerian PANRB) sebagai Pembina Pelayanan Publik, Kantor Staf Presiden (KSP) sebagai Pengawas Program Prioritas Nasional dan Ombudsman Republik Indonesia sebagai Pengawas Pelayanan Publik. LAPOR! telah ditetapkan sebagai Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional (SP4N) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2013 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 3 Tahun 2015.

SP4N-LAPOR! telah terhubung dengan 34 Kementerian, 96 Lembaga, dan 493 Pemerintah daerah di Indonesia. SP4N-LAPOR! dibentuk untuk merealisasikan kebijakan “no wrong door policy” yang menjamin hak masyarakat agar pengaduan dari manapun dan jenis apapun akan disalurkan kepada penyelenggara pelayanan publik yang berwenang menanganinya. SP4N bertujuan agar:

 Penyelenggara dapat mengelola pengaduan dari masyarakat secara sederhana, cepat, tepat, tuntas, dan terkoordinasi dengan baik;

 Penyelenggara memberikan akses untuk partisipasi masyarakat dalam menyampaikan pengaduan; dan

 Meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Program ICARE akan melakukan pengkajian untuk mengembangkan layanan pengaduan tersendiri jika dirasakan perlu untuk menampung potensi adanya Keluhan/Pengaduan/Aspirasi selama Program ICARE berlangsung.

Penanganan pengaduan juga dapat dilakukan secara konvensional baik melalui lisan maupun tulisan.

Pengaduan melalui lisan biasanya disampaikan oleh masyarakat secara non-formal sehingga sampai pada pengelola program ICARE untuk ditindaklanjuti. Selain itu, masyarakat yang mengadu dapat langsung menemui pengelola program ICARE untuk dimusyawarahkan dan mendapatkan solusinya.

Pengaduan secara tertulis dapat dilakukan oleh masyarakat melalui kotak pengaduan yang disediakan oleh pengelola program ICARE di setiap lokasi yang berdampak program. Masyarakat dapat mengutarakan keluhannya melalui tertulis yang kemudian disimpan pada kotak pengaduan.

Selanjutnya pengelola program ICARE akan mengecek kotak pengaduan setiap hari untuk mendapatkan informasi pengaduan dan tindaklanjutnya.

Proses pengaduan oleh masyarakat dilakukan melalui 3 tingkat secara berjenjang yaitu tingkat kabupaten/lokasi program ICARE, tingkat provinsi, dan tingkat nasional/pusat. Proses pengaduan tingkat Kabupaten dilakukan oleh tim program ICARE yang berada di Kabupaten. Apabila pada tingkat Kabupaten permasalahan yang diadukan dapat diselesaikan, maka penanganan pengaduan selesai.

Namun jika permasalahan pengaduan tidak dapat diselesaikan di tingkat Kabupaten, Tim program ICARE dapat mengajukan permasalahan pengaduan ke tingkat Provinsi untuk mendapatkan solusinya.

Selanjutnya permasalahan pengaduan di tingkat Provinsi yang tidak dapat diselesaikan, dapat diajukan ke tingkat nasional/pusat. Mekanisme proses pengaduan masyarakat dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1. Alur proses pengaduan masyarakat pada program ICARE

Keterangan :

 Tim Safeguard Pusat adalah Tim safeguard yang menangani safeguard keseluruhan Program ICARE;

 Tim Safeguard Provinsi adalah Tim Safeguard yang menangani safeguard di Provinsi lokasi ICARE;

 Tim Safeguard Kabupaten adalah Tim Safeguard yang menangani safeguard di Kabupaten lokasi ICARE;

8.0 PEMANTAUAN DAN PELAPORAN

Dalam pelaksanaan Program ICARE, Balitbangtan menetapkan Unit Pelaksana Program (UPP) yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kegatan ICARE secara utuh. Tim UPP ICARE Balitbangtan juga bertanggung jawab untuk melakukan pemantauan dan pelaporan proses pelibatan pemangku kepentingan sehingga memungkinkan untuk dilakukan evaluasi tingkat efektivitasnya. Pemantauan pelibatan pemangku kepentingan akan dilakukan secara tersendiri atau bersama-sama dengan kegiatan pemantauan rutin program jika diperlukan. Pemantauan bertujuan untuk memastikan perencanaan yang dituangkan dalam dokumen ini dapat terlaksana dan mengevaluasi apakah perencanaan masih relevan terhadap kondisi pelibatan pemangku kepentingan yang terjadi selama program berjalan. Sedangkan pelaporan bertujuan untuk memberikan informasi secara detil kepada UPP, Pimpinan, dan pihak lain yang relevan, seperti Sekretariat Jenderal Kementan, Bappenas, dan

Tim Safeguard ICARE Pusat

Tim Safeguard ICARE Provinsi

Tim Safeguard ICARE Kabupaten

Selesai

Selesai Selesai

Tidak Ya

Ya

Masyarakat yang mengadukan

Tidak

World Bank, terkait pelibatan pemangku kepentingan program ICARE. Selain itu laporan pelibatan pemangku kepentingan juga akan disampaikan kepada pihak terkait yang bersangkutan sekaligus sebagai fungsi kontrol terhadap pelaksanaan perencanaan dalam dokumen ini.

Balitbangtan akan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah di calon lokasi program serta pihak terkait lain (penyuluh, perangkat desa, Gapoktan, dan lainnya) untuk mengumpulkan informasi dan umpan balik guna memantau pelaksanaan dan kualitas kegiatan pelibatan pemangku kepentingan yang dijalankan oleh Program.

Secara garis besar, rencana kegiatan pemantauan pelibatan pemangku kepentingan dalam program ICARE akan dilaksanakan pada tiga periode, yaitu:

a. Pemantauan sebelum pelaksanaan kegiatan pelibatan pemangku kepentingan (Ex-ante)

Pemantauan dilaksanakan pada tahap persiapan dan penyusunan perencanaan pelibatan pemangku kepentingan. Hal utama yang menjadi obyek pemantauan adalah identifikasi dan strategi pelibatan pemangku kepentingan yang ditunagkan pada kerangka acuan kegiatan. Hasil pemantauan dan evaluasi dituangkan dalam laporan hasil evaluasi yang kemudian dikompilasi oleh UPP ICARE untuk diformulasi menjadi Laporan. Hasil evaluasi digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki perencanaan kegiatan. Waktu ideal pelaksanaan pemantauan adalah pada akhir tahun sebelum pelaksanaan kegiatan di setiap awal tahun.

b. Pemantauan pada saat pelaksanaan pelibatan pemangku kepentingan (on-going)

Pemantauan ini akan dilaksanakan pada saat kegiatan pelibatan pemangku kepentingan berlangsung dalam implementasi kegiatan program. Waktu pemantauan disesuaikan dengan waktu pelaksanaan pemantauan kegiatan di dalam ruang lingkup program. Dalam pemantauan ini akan dilihat apakah rencana dan strategi pelibatan pemangku kepentingan yang dituangkan dalam kerangka acuan kegiatan dapat diimplementasikan. Kegiatan pemantauan akan menghadirkan pemangku kepentingan jika diperlukan. Hasil Pemantauan dituangkan dalam laporan untuk mendapatkan evaluasi lebih lanjut. Pemantauan selama kegiatan direncanakan dilakukan pada setiap triwulan, dan pertengahan tahun.

c. Pemantauan setelah pelaksanaan pemangku kepentingan (ex-post)

Pemantauan pelibatan pemangku kepentingan dilakukan tepat setelah kegiatan selesai untuk mendapat umpan balik terhadap pelaksanaan kegiatan. Umpan balik ini kemudian dikompilasi dan dievaluasi serta dilaporkan kepada UPP ICARE untuk menjadi bagian dari laporan tahunan kegiatan Program.

Balitbangtan akan menentukan kemudian detil dan teknis terkait metode dan format laporan pemantauan serta evaluasi. Sebagai salah satu upaya pengungkapan informasi kepada publik, Balitbangtan juga akan menayangkan dokumen SEP ini serta dokumen lainnya yang terkait dengan

Program ICARE pada website Balitbangtan melalui tautan

https://www.litbang.pertanian.go.id/kerjasama/ICARE/

Lampiran 1. Profile Singkat Pemangku Kepentingan

Kabupaten Garut, Jawa Barat

Petani kentang Petani kentang merupakan pelaku utama di Kawasan Pertanian Kentang. Sebagian besar petani mengembangkan kentang jenis granula dan median. Secara umum, petani kentang memiliki sikap yang terbuka untuk menerima intervensi teknologi Peternak domba Peternak domba merupakan pelaku utama di Kawasan Peternakan. Terkait jenis ternak, peternak dibagi menjadi dua, yaitu peternak yang fanatik mempertahankan jenis asli domba garut dan peternak yang menerima domba hasil persilangan.

Umumnya, peternak domba garut belum berpikir ke arah produksi skala ekonomis.

Mereka lebih gemar memelihara untuk aduan atau “status sosial”.

Bappeda Bappeda berperan dalam proses koordinasi kontribusi PEMDA dalam keberlanjutan fungsi Kawasan pertanian yang dikembangkan Kementan melalui program ICARE baik selama berlangsungnya kegiatan maupun setelah menjadi Kawasan mandiri.

Respon Bappeda sangat positif dan mendukung pelaksanaan program ICARE Dinas Peternakan Dinas Peternakan berperan dalam mengimplementasikan kontribusi PEMDA dan

mendukung keberlangsungan program ICARE, khususnya dalam komoditas domba garut dan memfasilitasi/koordinasi lapang antara petani, penyuluh dan pasar.

Respon Dinas Peternakan sangat positif dengan ICARE dan siap mendukung untuk kesuksesan program tersebut.

Dinas Pertanian Dinas Pertanian berperan dalam mengimplementasikan kontribusi PEMDA dan mendukung keberlangsungan program ICARE, khususnya dalam komoditas kentang dan memfasilitasi koordinasi lapang antara petani, penyuluh dan pasar.

Respon Dinas Pertanian sangat positif dengan ICARE dan siap mendukung untuk kesuksesan program tersebut.

BPTP BPTP memfasilitasi koordinasi para pelaku yang terlibat dalam program ICARE sehingga dapat berjalan sesuai dengan agenda yang telah disusun. Disamping itu, BPTP akan menjembatani sinergitas antara program ICARE dengan UPLAND.

Secara umum, BPTP memberikan respon yang positif terhadap program ICARE dengan memberikan dukungan penuh untuk keberhasilan program ini.

Penyuluh Penyuluh memiliki peranan yang cukup penting sebagai fasilitator dalam

mendesiminasikan program ICARE dan mengadaptasikan teknologi inovasi untuk mempercepat dan meningkatkan produksi komoditas kentang dan domba Balitsa Balitsa selaku institusi yang mengembangkan benih kentang dan menghasilkan

inovasi teknologi kentang berkontribusi dalam menyediakan teknologi untuk diimplementasikan di kawasan pertanian dalam program ICARE

Balitnak Balitnak memiliki inovasi teknologi budidaya domba termasuk melakukan perbaikan genetik sehingga dapat dikembangkan di Kawasan pertanian dalam program ICARE

Kementrian Kehutanan Kementerian kehutanan dapat berperan dalam menyediakan lahan untuk penanaman hijauan pakan ternak sehingga jaminan ketersediaan pakan di Kawasan ternak dapat berkelanjutan.

Belum dilakukan pendekatan ke kementerian kehutanan

BKPP BKPP merupakan supporting institusi yang ikut berkontribusi dalam kesuksesan program ICARE terutama pada teknologi pakan dan pemeliharaan domba. BKPP memberikan respon positif terhada program ICARE

Pasar STA Bayongbong akan menjadi pusat pemasaran kentang, sehingga konsolidasi produk akan menjadi sangat penting. Pasar hewan buka setiap hari Senin dan Kamis. Rata-rata penjualan domba sekitar 20 ekor per desa.

Deperindag Deperindag membantu program ICARE dalam proses pemasaran produk olahan kentang dan ternak domba. Respon Deperindag cukup positif terhadap program ICARE

Dinas Pariwisata Dinas Pariwisata merupakan institusi yang selama ini menggalakan wisata terkait komoditas domba, sehingga pembangunan Kawasan pertanian (ternak domba) yang dikembangkan dalam program ICARE menjadi agenda yang menarik dan perlu ditindaklanjuti. Dinas pariwisata memberikan respon yang baik terhadap program ICARE ini.

Dinas Koperasi dan UMKM

Dinas Koperasi membantu permodalan (LPDB) pinjaman dengan bunga 3,3%, dalam menjamin keberlanjutan produk-produk olahan kentang dan domba. Secara umum dinas koperasi memberikan respon yang positif terhadap program ICARE

Kabupaten Brebes, Jawa Tengah

BPTP Jateng BPTP merupakan koordinator kegiatan ICARE di lapang. BPTP mampu mengidentifikasi potensi, peluang, dan permasalahan di lapang. Telah ditunjuk SDM yang akan menjadi tim teknis di lapang.

Koordinasi dengan Bupati dan OPD daerah baik. Kedekatan dengan Camat, Kades, dan PPL di wilayah lokasi terpilih sangat baik.

Bupati Brebes Bupati sebagai kepala pemerintahan di Kabupaten terbuka terhadap program dan mendukung Komoditas pisang Brebes berkualitas dan memiliki daya saing. Bupati akan mengkoordinasikan OPD terkait untuk mendukung program, namun perlu lebih dikonkretkan dalam anggaran.

Perluasan areal/ pengembangan pisang dapat dilaksanakan di Kecamatan Bumi ayu, Larangan, dan Ketanggungan.

Petani Pisang (Gapoktan Mandiri Kedungneng)

Petani pisang merupakan pelaku utama di hulu rantai nilai Kawasan pertanian pisang. Secara umum Petani menyambut baik terhadap program dan menunjukkan keseriusan untuk bertani pisang dengan menyewa lahan sendiri. Petani juga telah memiliki jalur pasar sendiri, namun masih berharap dibantu mencarikan pemasaran jika areal diperluas.

Unit usaha pengolahan Unit pengolahan hanya satu dan masih skala kecil (150-200 kg/hari) di kecamatan lokasi terpilih (Desa Kedungneng, Kec. Losari). Produk olahan berupa keripik saja dan belum tertarik dengan introduksi produk olahan baru.

Peralatan yang digunakan masih konvensional. Omset sekitar 700.000-1,1 juta/

proses.

Asisten Daerah Asisten Daerah mempunyai tugas membantu Sekretaris Daerah dalam penyusunan kebijakan daerah di bidang pemerintahan, hukum dan pengoordinasian

penyusunan kebijakan daerah di bidang kesra, pengoordinasian pelaksanaan tugas Perangkat Daerah, dan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan daerah di bidang tata pemerintahan dan kesejahteraan rakyat dan hukum.

Asda akan mapping SDM dan kontribusi untuk ICARE dan kontribusi tersebut dalam waktu dekat akan masuk RPJMD untuk pemulihan ekonomi nasional. Selain itu Asda mengusulkan adanya MoU antara Kepala Balitbangtan dan Pemkab.

Brebes.

Kepala Baperlitbangda Kab. Brebes

Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah mempunyai tugas membantu Bupati dalam melaksanakan penunjang urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah kabupaten di bidang perencanaan pembangunan dan penelitian pengembangan. Baperlitbangda sangat mendukung program ICARE karena menambah icon Komoditas Brebes jadi sentra pisang setelah Bawang dan telor asin.

Dukungan berupa pengawalan thd program ini dengan merencanakan anggaran dari dana desa dan PU untuk infrastruktur berupa JUT dan irigasi.

Dinas Pertanian Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab Brebes mendukung program ICARE ditunjukan dengan adanya koordinasi dan konsolidasi dengan OPD terkait sebelum kedatangan tim ICARE. Dinas Pertanian menjalin koordinasi dan konsolidasi tim yang baik dengan BPTP.

Dinas Pertanian Provinsi

Dinas Pertanian Provinsi telah merekomendasikan Kab Brebes sebagai lokasi Kawasan pisang di Jateng. Koordinasi masih perlu dilaksanakan, namun saat ini terjadi kekosongan Kepala Dinas (Plt.) dan Kabid (Plt) yang menurut informasi kurang mendukung terhadap program pertanian.

Dinas Perindustrian dan Tenga Kerja Kab.

Brebes

Memiliki tugas membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten dibidang perindustrian dan tenaga kerja. Dukungan terhadap ICARE adalah mendampingi unit pengolahan jika sudah masuk skala industri.

Industri pengolahan pisang eksisting masih merupakan Kelompok Usaha Bersama di Bumi ayu, belum skala Industri. Produknya keripik pisang dan sale pisang.

Pemasaran masih terbatas minimarket lingkup Kabupaten.

Kades Kedungneng (Pak Sartono)

Kepala Desa mendukung kegiatan ICARE dan memastikan petani yang terlibat adalah yang serius dan focus dalam budidaya pisang.

Penyuluh Penyuluh berperan sebagai “middleman” dalam sektor delivery informasi dan program. Dinas Pertanian memberdayakan penyuluh untuk menjangkau petani, sedangkan Petani memanfaatkan penyuluh untuk meng akses program, bantuan, dan informasi.

Secara umum penyuluh yang ditemui cukup responsif dengan masalah di lapangan, dan memiliki komunikasi yang baik dengan pihak-pihak terkait.

Penyuluh perlu dibekali informasi/ materi yang menyeluruh untuk dapat memahami Program ICARE termasuk budidaya pisang yang akan diperkenalkan ke Petani dan pelaku lainnya di Kawasan Pertanian.

Pasar (pedagang besar)

Sektor pasar untuk komoditi pisang belum teridentifikasi. Perlu incentive yang menarik dari program ICARE untuk dapat melibatkan pasar dalam sistem Kawasan Pertanian yang akan dibentuk.

Pasar (pengepul) Merupakan middleman dalam rantai nilai. Belum ada komunikasi langsung untuk pengepul pisang, namun dalam diskusi teridentifikasi petani tidak menjadi pengepul karena Harga pisang yang turun drastis/ tidak menjanjikan.

Kios Saprodi Merupakan supporting unit untuk operasional kegiatan petani. Belum ada komunikasi, teridentifikasi melalui wawancara dengan petani.

Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara

Petani Kakao Petani kakao merupakan pelaku utama di yang akan dikembangkan menjadi Kawasan pertanian korporasi (Kabupaten Kolaka Timur). Walaupun masih menanam kakao, namun produksinya cenderung terus menurun dikarenakan usia pohon yang tua dan serangan penyakit serta hama. Secara umum, petani kakao sangat antusias terhadap program ICARE, termasuk siap menerima intervensi teknologi. Mereka berharap zaman keemasan kakao di Sulawesi Tenggara, khususnya di Kabupaten Aere dapat diwujudkan melalui program ICARE. Oleh karena itu, mereka menyambut baik program ICARE dan siap untuk berpartisipasi aktif.

Peternak sapi Peternak sapi juga merupakan pelaku utama untuk komoditas pendukung unggulan yang akan dikembangkan pada Kawasan Pertanian Korporasi (Kabupaten Kolaka Timur). Sapi yang dikembangkan adalah jenis sapi potong (Sapi bali) dengan performa tubuh yang relatif kecil. Kondisi tidak memungkinkan untuk dijadikan sebagai aseptor IB untuk straw Limousin, Simental, Brangus atau jenis sapi besar lainnya. Pada tahun 2019, peternak mendapat Bantuan dari Bank Indonesia (20

ekor) dan telah mampu dikembangkan menjadi 60 ekor melalui kawin alam sehingga diasumsikan setiap tahun beranak 1 kali. Secara teori, budidaya sapi yang dilakukan terbilang berhasil. Selama ini managemen pemeliharaan sapi belum terintroduksi dengan teknologi apapun (managemen tradisional). Para peternak belum berorientasi bisnis dan belum memahami teknologi pakan yang berpotensi untuk meningkatkan nilai nutrisi. Namun demikian, peternak telah menerapkan teknologi pengolahan limbah ternak (kotoran dan urine) yang didukung oleh infrastruktur yang memadai dan beroperasi dengan baik. Produksi urine dengan bakteri MA-11 telah menghasilkan biourine yang berpotensi memberikan nilai tambah / pendapatan bagi peternak (harga 5.000/liter tanpa merk menjadi 50.000/liter apabila memperoleh ijin edar). Biogas yang diproduksi juga

menghasilkan api berwarna biru yang mengindikasikan tingkat pemanasan yang baik. Performa pupuk kompos yang diproduksi juga bagus. Permasalahan terletak pada populasi sapi yang masih rendah.

Secara umumnya, peternak sapi potong sangat antusias dengan program ICARE dan siap menerima intervensi teknologi untuk meningkatkan produksi ternak melalui perbaikan sistem managemen yang efektif dan efesien.

Bappeda tingkat Kabupaten

Bappeda tingkat kabupaten berperan dalam proses koordinasi terkait kontribusi PEMDA pada program ICARE, termasuk memelihara fungsi kawasan pertanian yang dikembangkan agar berkelanjutan sehingga mampu secara terus menerus memberikan nilai tambah kesejahteraan bagi para petani dan peternak. Respon Bappeda sangat positif dan mendukung pelaksanaan program ICARE yang terlihat dengan partisipasinya dalam setiap diskusi terkait project ICARE, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah.

Dinas Perkebunan Dinas Perkebunan berperan penting dalam program ICARE ini dengan memfasilitasi koordinasi antara petani, penyuluh, pasar dan pihak-pihak yang terkait dengan budidaya kakao. Dinas juga akan mengimplementasikan kontribusi PEMDA sehingga seluruh agenda program ICARE dapat terlaksana secara efektif.

Respon Dinas Peternakan sangat positif dengan program ICARE dan berkomitmen untuk turut serta secara aktif dalam meyukseskan program tersebut.

Dinas Pertanian dan

Dinas Pertanian dan

Dokumen terkait