• Tidak ada hasil yang ditemukan

Melaksanakan Putusan Pengadilan TUN Menurut UU PTUN

Dalam dokumen T1 312012054 BAB III (Halaman 31-37)

Dalam UU PTUN Perubahan Kedua memberikan penjelasan mengenai akibat hukum yang akan diberikan kepada Pejabat TUN yang tidak melaksanakan Putusan Pengadilan TUN, yaitu pada Pasal 116 ayat (4) menegaskan bahwa “Dalam hal tergugat tidak bersedia melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, terhadap pejabat yang bersangkutan dikenakan upaya paksa berupa pembayaran sejumlah uang paksa dan/atau sanksi administratif”. Dan pada Pasal 116 ayat (7) UU PTUN Perubahan Kedua menegaskan bahwa “Ketentuan mengenai besaran uang paksa, jenis sanksi administrasi, dan tata cara pelaksanaan pembayaran uang paksa dan/atau sanksi administrasif diatur dengan peraturan perundang-undangan”.

Secara teoretis, ganti rugi berasal dari bidang hukum perdata, tentang konsep “onrechtmatige daad”. prinsip bahwa setiap tindakan

onrechtmatigsubjek hukum yang menimbulkan kerugian bagi pihak lain mengharuskan adanya pertanggung jawaban bagi subjek hukum yang bersangkutan merupakan prinsip yang telah diakui dan diterima secara umum.81Konsep ini secara yuridis formal di atur dalam Pasal 136, 1365, dan 1367 KUH Perdata.82

Peraturan perundang-undangan yang dimaksud oleh Pasal 116 ayat (7) UU PTUN Perubahan Kedua adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1991 Tentang Ganti Rugi Dan Tata Cara Pelaksanaannya Pada Peradilan Tata Usaha Negara.

Ganti Rugi yang dimaksud adalah pembayaran sejumlah uang (secara paksa), kepada orang atau badan hukum perdata atas beban Badan Tata Usaha Negara (selanjutnya disebut sebagai Pejabat TUN) berdasarkan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara karena adanya kerugian materiil yang diderita oleh penggugat.83

Besarnya ganti rugi yang dapat diperoleh penggugat paling sedikit Rp.250.000,-(dua ratus lima puluh ribu rupiah), dan paling

81

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, h. 71.

82

Pasal 1365 berbunyi; “Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian

kepada seseorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,

mengganti kerugian tersebut”. Pasal 1366; “Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang di sebabkan karena kelalian atau perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang di sebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya”. Pasal 1367; “Seseorang tidak saja

bertanggung jawab untuk kerugian yang di sebabkan karena perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang di sebabkan karena perbuatan orang-orang yang tanggungannya atau di sebabkan oleh barang-barang yang berada di bawah pengawasannya.”

banyak Rp.5.000.000,-(lima juta rupiah), dengan memperhatikan keadaan yang nyata.84

2. Sanksi Administratif

Sanksi administrasi ini secara tegas di atur dalam UU AP. Sanksi administrasi terbagi dalam tiga (3) golongan yaitu sanksi administrasi ringan berupa; teguran lisan, teguran tertulis, serta penundaan kenaikan pangkat, golongan, dan/atau hak-hak jabatan. Sanksi andministrasi sedang berupa; pembayaran uang paksa dan/atau ganti rugi, pemberhentian sementara dengan memperoleh hak-hak jabatan. Sanksi administrasi berat berupa; pemberhentian tetap dengan memperoleh hak-hak keuangan dan fasilitasnya, pemberhentian tetap tanpa memperoleh hak-hak keuangan dan fasilitas lainnya serta di publikasikan di media massa. Setiap sanksi administrasi ini di sesuaikan dengan pelanggaran yang di lakukan oleh pejabat pemerintah.

Selain UU AP, sanksi administrasi ini juga di atur dalam UU ASN, yang secara khusus mengatur tentang profesi pegawai negeri sipil. Secara eksplisit UU ASN ini mengatur tentang kode etik bagi aparatur sipil negara (ASN) untuk melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan. Akan ada sanksi administrasi berupa pemberhentian tidak hormat karena melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD 1945, di hukum penjara atau kurungan karena melakukan tindak pidana kejahatan dan menjadi anggota dan/ atau pengurus partai politik.

Dari penjelasan sanksi administrasi berdasarkan UU AP dan UU ASN ini maka apabila Pejabat TUN tidak melaksanakan Putusan Pengadilan TUN yang berkekuatan hukum tetap maka dapat di kenai sanksi administrasi tersebut berdasarkan golongan sanksi yang di atur.

Akibat hukum baik ganti rugi dan/atau sanksi administrasi bagi pejabat TUN ini tidak secara serta merta dapat di laksanakan karena ada proses dan tahapan yang harus dilewati. Di samping diumumkan pada media massa cetak setempat sebagaimana dimaksud pada Pasal 116 ayat (5) UU PTUN, ketua pengadilan harus mengajukan hal ini kepada Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintah tertinggi untuk memerintahkan pejabat tersebut melaksanakan putusan pengadilan, dan kepada lembaga perwakilan rakyat untuk menjalankan fungsi pengawasan.

3.4 Analisis

Dari beberapa Putusan Pengadilan TUN yang tidak dilaksanakan oleh Pejabat TUN dan penyebab Pejabat TUN tidak melaksanakan Putusan Pengadilan TUN yang telah berkekuatan hukum tetap dan mengikat serta penjelasan akibat hukum bagi Pejabat TUN maka dapat katakan bahwa Pengadilan TUN menemui kendala yang cukup besar, lemahnya pelaksanaan putusan oleh Pejabat TUN merupakan masalah mendasar yang bagi Pengadilan TUN.

Sebelum menjelaskan akibat hukum bagi Pejabat TUN yang tidak melaksanakan Putusan Pengadilan TUN penulis hendak menjelaskan bahwa dalam tulisan ini Putusan Pengadilan TUN yang dimaksudkan adalah Putusan

Condemnatoir yang berarti bahwa putusan bersifat akhir yang menghukum pihak yang di kalahkan untuk memenuhi prestasi, meliputi : memberi, berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Dalam putusan ini diharapkan bagi pihak yang kalah atau Pejabat TUN memberi ganti rugi, atau berbuat sesuatu misalnya mencabut kembali KTUN tersebut.

Fakta di Indonesia menyebutkan bahwa ada beberapa Putusan Pengadilan TUN yang tidak dilaksanakan oleh Pejabat TUN, sebagaimana telah dijelaskan di atas. Keadaan ini menggambarkan bahwa belum adanya peraturan yang memaksa Pejabat TUN untuk melaksanakan Putusan Pengadilan TUN. Sehingga akibatnya para Pejabat TUN merasa tidak harus melaksanakan atau dapat mengabaikan Putusan Pengadilan TUN tersebut.

Beberapa faktor yang telah dijelaskan di atas kemudian menjadi alasan sebuah Putusan Pengadilan TUN tidak dilaksanakan oleh Pejabat TUN. Menurut pendapat penulis ada faktor dominan yang mengakibatkan Pejabat TUN tidak melaksanakan Putusan Pengadilan TUN yaitu rendahnya kesadaran hukum Pejabat TUN. Bagi para Pejabat TUN hal yang perlu diketahui adalah bahwa jabatan hanyalah fiksi yang dilaksanakan oleh pejabat sebagai pelaksanaan jabatan pemerintah. Oleh karena itu sebagai pemangku jabatan diperlukan kesadaran hukum Pejabat TUN dalam melaksanakan Putusan Pengadilan TUN. Karena setiap tindakan yang dilakukan oleh pejabat ada akibat hukumnya. Demikian juga bagi pejabat yang tidak melaksanakan Putusan Pengadilan TUN maka akan ada sanksi yang diberikan. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Pejabat diatur dan tunduk pada hukum kepegawaian di Indoesia yaitu UU ASN dan UU AP.

Adapun sanksi yang diberikan bagi Pejabat TUN yang tidak melaksanakan Putusan Pengadilan TUN adalah Sanksi Ganti Rugi dan Sanksi Administratif. Ganti Rugi dan Sanksi Administratif akan di berikan kepada Pejabat TUN apabila telah melewati proses sebagaimana di sebutkan dalam Pasal 116 ayat (6) UU PTUN. Oleh karena itu menurut penulis proses yang harus dilalui dalam menerapkan ganti rugi dan sanksi administratif bagi Pejabat TUN tersebut membutuhkan waktu yang terlalu lama yaitu 90 hari, sehingga seharusnya ganti rugi harus diterapkan setelah ada Putusan Pengadilan TUN yang berkekuatan hukum tetap, karena kerugian yang diderita oleh tergugat akibat diterbitkannya KTUN harus segera diganti berdasarkan Putusan Pengadilan TUN tersebut.

Penerapan sanksi administratif bagi Pejabat TUN secara langsung dapat diterapkan karena sanksi administrasi terbagi atas sanksi administrasi ringan, sedang dan berat berdasarkan pelanggaran yang dilakukan oleh Pejabat TUN dengan prosesnya masing-masing. Sanksi administrtif ringan, sedang atau berat akan dijatuhkan dengan pertimbangan unsur proporsional dan keadilan.

Penerapan sanksi ganti rugi dan sanksi administratif akan diberikan setelah jangka waktu 90 hari kerja sejak Putusan Pengadilan TUN bersifat tetap. Untuk KTUN sebagai objek sengketa tidak memiliki kekuatan hukum lagi setelah 60 hari kerja sejak Putusan Pengadilan bersifat tetap. Oleh karena setelah 90 hari kerja Pejabat TUN tidak melaksanakan kewajibannya untuk melaksanakan Putusan TUN maka penggugat dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan yang berwenang untuk memerintahkan tergugat melaksanakan Putusan Pengadilan TUN tersebut. dalam hal tergugat tidak melaksanakan Putusan

Pengadilan tersebut maka Pejabat TUN dikenakan upaya paksa berupa pembayaran sejumlah uang paksa (Ganti Rugi) dan atau sanksi administratif.

Oleh karena itu akibat hukum bagi pejabat TUN yang tidak melaksanakan Putusan Pengadilan TUN yaitu dikenai sanksi Ganti Rugi dan sanksi Administratif.

Dalam dokumen T1 312012054 BAB III (Halaman 31-37)

Dokumen terkait