• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III Analisis Peran Bupati Dalam Perlindungan Perempuan dan Anak

2. Memelihara Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat

2.2. Melaksanakan Wewenang Lain Sesuai dengan Ketentuan

8. Metode Penelitian

Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Seperti juga teori, metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya, dan tidak bisa dinilai apakah suatu metodologi benar atau salah. Untuk menelaah hasil penelitian secara benar, kita tidak cukup sekedar melihat apa yang ditemukan peneliti, tetapi juga bagaimana peneliti sampai pada temuannya berdasarkan kelebihan dan keterbatasan metode yang digunakannya. Metode penelitian adalah tehnik-tehnik spesifik dalam penelitian.32

8.1.Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis meggunakan metode penelitian deskriptif, yang dimaksud dengan metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang tertuju pada pemecahan-pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang atau memusatkan diri pada pemecahan-pemecahan masalah aktual, data-data yang dikumpulkan disusun, kemudian dianalisis.33

Menurut Koentjaraningrat, penelitian deskriptif adalah:

“Memilih atau menggunakan sifat-sifat atau individu, gejala, keadaan atau kelompok tertwntu untuk menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala lainnya dalam masyarakat”.34

32 Dedy Mulyana, 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. PR Remaja Rosdakarya: Bandung. Hal. 145-146

33 Winarno Surahman,.Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Transito. Hal. 139

8.2.Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Bantul, tepatnya di Kantor Bupati Kabupaten Bantul dan Dinas BKK PP dan KB Kabupaten Bantul. Lokasi ini dipilih setelah melihat posisi tertinggi pada Kabupaten Bantul yang dipemimpin oleh seorang perempuan. Hal ini juga melihat fungsi dari Dinas BKK PP dan KB sebagai dinas yang menangani langsung permasalahan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Bantul.

8.3.Unit Analisis

Yang dimaksud dengan unit analisis data adalah suatu usaha untuk mengurai suatu masalah atau fokus kajian menjadi bagian-bagian (decompotion) sehingga susunan/tatanan bentuk suatu yang diurai itu tampak dengan jelas dan karenanya bisa secara lebih terang ditangkap maknanya atau lebih jernih dimengerti duduk perkaranya.35Unit analisanya

adalah Kantor Badan Kesejahteraan Keluarga Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BKK PP dan KB)

8.4.Jenis Data

Data merupakan informasi mengenai keberadaan konsep penelitian yang kita peroleh dari unit analisa yang dapat dijadikan sebagai sarana verifikasi empiris dalam kegiatan penelitian. Menurut cara pengumpulannya, secara garis besar data penelitian dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian secara langsung (langsung dari informan) yang memiliki informasi atau data tersebut.36

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua (bukan orang pertama, bukan asli) yang memiliki informasi atau data tersebut.37 Data yang diperoleh dari literature, buku-buku, arsip, internet, jurnal, dokumen-dokumen yang diperlukan sehingga dari data yang diperoleh tersebut nantinya akan penulis analisis melalui data sekunder yang digunakan untuk mendapatkan kesimpulan dari apa yang diteliti.

8.5.Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data adalah suatu prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Untuk memperoleh data yang representatif baik data primer maupun data skunder, maka dalam penelitian menggunakan beberapa tehnik pengumpulan data yang meliputi:

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan infoermasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau Tanya jawab.Wawancara dalam penelitian

36 Muhammad Idrus, 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga. Hal. 86 37 Ibid.

kualitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksploitasi informasi secara holistik dan jelas dari infrorman.Wawancara mendalam adalah tanyajawab yang terbuka untuk memperoleh data tentang maksud hati partisipan – bagaimana menggambarkan dunia mereka dan bagaimana mereka menjelaskan atau menyatakan perasaannya tentang kejadian-kejadian penting dalam hidupnya.38

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data melalui dokumen- dokumen atau catatan yang tersedia yang menjadi objek penelitian. Tehnik ini digunakan untuk memperoleh data skunder yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti.39Adapun dokumen- dokumen yang digunakan berupa dokumen resmi, arsip, media masa maupun media cetak, biografi, artikel, tulisan-tulisan, maupun jurnal. 3. Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Observasi ini dilakukan untuk menentukan data-data yang berhubungan dengan topic penelitian dan objek yang diteliti.

38 Djam’an Satori & Aan Komariah, 2012.Metodologi Penelitian Kualitatif. Alfabeta: Bandung. Hal. 130

4. Responden

Ada beberapa responden yang dibutuhkan dalam penelitian ini, diantaranya:

1) Hj. Sri Surya Widati, sebagaiBupati Kabupaten Bantul

2) Anatasia Diah Setiawati, SH., M.Hum. Kepala bidang pemberdayaan perempuan.

3) Sumiyatun, SH, M.Si.Kepala sub Bidang Pengembangan Partisipasi Perempuan dan Pengarusutamaan Gender.

4) Sylvi Kusumaningtyas. S.Sos Kepala Sub Bidang Perlindungan Hak-Hak Perempuan dan Anak

8.6.Tehnik Analisis Data

Tujuan dari analisis data pada dasarnya adalah menyederhanakan data dalam bentuk yang mudah dibaca dan dipahami. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana data yang terkumpul akan diinterpretasikan sesuai arti kata yang disesuaikan dengan tujuan dankepentingan penelitian. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:40

1. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data.

2. Mempekajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data.

3. Menuliskan ‘model’ yang ditemukan.

40 Lexy Moleong.J, 2004.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung, PT Remaja Rosada Karya. Hal: 248

4. Koding yang telah dilakukan.

Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam dengan informasi kunci, yaitu seseorang yang benar-benar memahami dan mengetahui situasi objek penelitian. Setelah melakukan wawancara, analisis data dimulai dengan membuat transkrip hasil wawancara, dengan cara memutar kembali rekaman hasil wawancara, mendengarkan dengan seksama, kemudian menuliskan kata-kata yang didengar sesuai dengan apa yang ada direkaman tersebut.

Setelah peneliti menulis hasil wawancara tersebut kedalam transkrip, selanjutnya peneliti harus membaca secara cerat untuk kemudian dilakukan reduksi data. Peneliti membuat reduksi data dengan cara membuat abtraksi, yaitu mengambil dan mencatat informasi- informasi yang bermanfaat sesuai dengan konteks penelitian atau mengabaikan kata-kata yang tidak perlu sehingga didapatkan inti kalimatnya saja, tetapi bahasanya sesuai dengan bahasa informan.

BAB II

DESKRIPSI WILAYAH DAN OBJEK PENELITIAN

1. Deskripsi Wilayah Kabupaten Bantul

1.1. Sejarah Singkat Pemerintah Kabupaten Bantul

Awal pembentukan wilayah kabupaten Bantuladalah perjuangan gigih Pangeran Diponegoro melawan penjajah bermarkas di Selarong sejak tahun 1825 hingga 1830. Seusai meredam perjuangan Diponegoro, pemerintah Hindia belanda kemudian membentuk komisi khusus untuk menangani daerah Vortenlanden yang antara lain bertugas menangani pemerintah daerah Mataram, Pajang, Sokawati, dan Gunung kidul. Kontrak kasusunan Surakarta dengan Yogyakarta dilakukan baik hal pembagian wilayah maupun pembayaran ongkos perang, penyerahan Pemimpin pemberontak, dan pembentukan wilayah administrative.

Tanggal 26 dan 31 maret 1831 pemerintah hindia Belanda dan Sultan Yogyakarta mengadakan kontrak kerja sama tentang pembagian wilayah administrative baru dalam kasultanan disertai penetapan jabatan kepala wilayahnya. Saat itu kasultanan Yogyakarta dibagi menjadi tiga kabupaten yaitu Bantulkarang untuk kawasan selatan, Denggung untuk kawasan utara, dan Kalasan untuk kawasan timur. Menindaklanjuti untuk pembagian wilayah baru Kasultanan Yogyakarta, tanggal 20 Juli 1831 atau Rabu Kliwon 10 Sapar tahun Dal 1759 (Jawa) secara resmi ditetapkan pembentukan kabupaten Bantul yang sebelumnya dikenal

bernama Bantulkarang. Seorang Nayaka Kasultanan Yogyakarta bernama Raden Tumenggung Mangun Negoro kemudian dipercaya Sri Sultan Hamengkubuwono V untuk memangku jabatan sebagai Bupati Bantul.

Tanggal 20 Juli ini lah yang setiap tahunnya diperingati sebagai hari jadi kabupaten Bantul.Selain itu tanggal 20 Juli tersebut juga memiliki nilai simbol kepahlawanan dan kekeramatan bagi masyarakat Bantul mengingat perang Diponegoro dikobarkan tanggal 20 Juli 1825.Pada masa kependudukan jepang, pemerintahan berdasarkan pada Usamu Seirei nomor 13 sedangkan stadsgemente ordonantie dihapus.Kabupaten memiliki hak mengelola rumah tangga sendiri (otonom).Kemudian setelah kemerdekaan, pemerintahan ditangani oleh Komite Nasional Daerah untuk melaksanakan UU No 1 tahun 1945.Tetapi di Yogyakarta dan Surakarta undang-undang tersebut tidak diberlakukan hingga dikeluarkannya UU Pokok Pemerintah Daerah No 22 tahun 1948.Dan selanjutnya mengacu UU Nomor 15 tahun 1950 yang isinya pembentukan pemerintahan Daerah Otonom di seluruh Indonesia.

1.2. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul Gambar 2.1

Peta Geografis Kabupaten Bantul

Sumber : http://loketpeta.pu.go.id/peta/peta-infrastruktur-kabupaten-Bantul-2012/ Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Apabila dilihat dari bentang alamnya, wilayah Kabupaten Bantul terdiri dari daerah dataran yang terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian timur dan barat, serta kawasan pantai di sebelah selatan.Kondisi bentang alam tersebut relative membujur dari utara ke selatan.Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07o44’04” sampai 08o00’27” Lintang Selatan dan 110o12’34” sampai 110o31’08” Bujur Timur. Kabupaten Bantul adalah

salah satu dari 5 (lima) Kabupaten di DIY, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul, sebelah utara berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia.1

Kabupaten Bantul terdiri dari 17 Kecamatan, yaitu Kecamatan Srandakan, Sanden, Kretek, Pundong, Bambanglipuro, Pandak, Bantul, Jetis, Imogiri, Dlingo, Pleret, Piyungan, Banguntapan, Sewon, Kasihan, Pajangan, dan Sedayu.

Luas wilayah Kabupaten Bantul adalah 50.685 Ha yang terbagi dalam 17 kecamatan, yaitu:

Tabel 2.2

Daftar Kecamatan Kabupaten Bantul

No Kecamatan Luas wilayah Persentase

1. Srandakan 1.832 Ha 3,61 % 2. Sanden 2.316 Ha 4,57 % 3. Kretek 2.677 Ha 5,28 % 4. Pundong 2.368 Ha 4,67 % 5. Bambanglipuro 2.270 Ha 4,48 % 6. Pandak 2.430 Ha 4,79 % 7. Bantul 2.195 Ha 4,33 % 8. Jetis 2.447 Ha 4,83 % 9. Imogiri 5.449 Ha 10,75 % 10. Dlingo 5.587 Ha 11,02 % 11. Pleret 2.297 Ha 4,53 % 12. Piyungan 3.254 Ha 6,42 % 13. Banguntapan 2.848 Ha 5,62 % 14. Sewon 2.716 Ha 5,36 % 15. Kasihan 3.238 Ha 6,39 % 16. Pajangan 3.325 Ha 6,56 % 17. Sedayu 3.436 Ha 6,78 %

Sumber: BPS Kabupaten Bantul 2014

1.3. Luas Wilayah Kabupaten Bantul

Kabupaten Bantul memiliki luas daerah sebesar 50,685 Ha, dengan topografi sebagai dataran rendah 140% dan lebih dariseparonya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur, secara garis besar terdiri dari:2 a. Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan

yang membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86 km2 (17,73 % dari seluruh wilayah).

b. Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang subur seluas 210.94 km2 (41,62 %).

c. Bagian Timur,adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05 km2 (40,65%).

d. Bagian Selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian Tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikir berlagun, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek.

Kondisi yang seperti ini ditambah dengan letaknya yang merupakan perpanjangan dari dataran yang membentang dari kaki Gunung Merapi dan bagian dari lembah Opak dan Progo menjadikan Daerah Kabupaten Bantul termasuk daerah yang subur, baik karena dataran wilayahnya, jenis lapisan tanahnya, pengairannya maupun letaknya yang ada di penghujung selatan tempat sungai-sungai yang

2 Luas wilayah Kabupaten Bantul diakses dari http://www.bpkp.go.id/diy/konten/836/Profil-

bermuara dan menumpuknya lumpur vulkanik besrta endapan-endapan humus dari daerah utara. Kondisi ini tentu saja sangat menguntungkan dan membuat Kabupaten Bantul cocok digunakan sebagai lahan pertanian basah sepanjang tahun dan permukiman pedesaan pertanian.Sehingga tidak mengherankan jika kemudian banyak penduduk Bantul yang menggantungkan hidupnya dari bidang pertanian.

Tata guna lahan Kabupaten Bantul:

1. Pekarangan : 18.327,15 Ha (36,16%) 2. Sawah : 16.823,84 Ha (33,19%) 3. Tegalan : 7.554,45 Ha (14,90%) 4. Tanah Hutan : 1.697,80 Ha (3,35%)

Kabupaten Bantul dialiri oleh enam sungai yang mengalir sepanjang tahun dengan panjang 114 Km2. Keenam sungai tersebut yaitu: 1. Sungai Oyo : 35,75 km 2. Sungai Opak : 19,00 km 3. Sungai Code : 7,00 km 4. Sungai Winongo : 18,75 km 5. Sungai Bedog : 9,50 km 6. Sungai Progo : 24,00 km 1.4. Iklim

Menurut data dari Dinas Sumber Daya Air di Kabupaten Bantul terdapat 12 titik Stasiun Pemantau curah hujan, yaitu stasiun Pemantauan Ringinharjo, Nyemengan, Gandok, Kotagede, Pundong, Barongan,

Ngetak, Gandongan, Piyungan, Sedayu, Ngestiharjo dan Dlingo. Sepanjang Tahun 2013 curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yang tercatat di StasiunPemantauan Ringinharjo, yaitu sebanyak 907 mm dengan jumlah hari hujan 29 hari.3

2. Kondisi Demografi Kabupaten Bantul

2.1. Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk

Bedasarkan hasil registrasi penduduk awal tahun 2012 jumlah penduduk di Kabupaten Bantul sebanyak 1,015.465 jiwa. Dengan rincian jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 502.762 jiwa (29,52%) dan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan berjumlah 512.703 jiwa (50,48%).

Jumlah penduduk yang besar merupakan salah satu 47sset penting dan potensi dalam pembangunan.Namun dapat pula menjadi beban pembangunan apabila kualitas penduduk tersebut kurang memadai.

Komposisi penduduk Kabupaten Bantul didominasi oleh penduduk muda/dewasa. Rasio ketergantungan penduduk usia produktif di Kabupaten Bantul sebesar 47%, yang artinya bahwa 100 orang penduduk usia produktif (15-65 tahun) menanggung sekitar 47 orang yang belum/tidak produktif (kurang dari 15tahun atau lebih dari 65 tahun). Jumlah penduduk Bantul mancapai 781.013 orang pada tahun 2000. Angka ini terus bertambah hingga pada tahun 2011 mencapai

921.263. Selama periode 2000-2010 tingkat pertumbuhan penduduk per tahun tercatat meningkat dari 1,15% menjadi1,57%.4

Untuk itu arah kebijaksanaan di bidang kependudukan perlu diprioritaskan pada upaya pengendalian kuantitas da peningkatan kualitas, sehingga penduduk dapat menguntungkan pembangunan. 2.2. Kepadatan penduduk Kabupaten Bantul

Pola persebaran penduduk pada umumnya berkaitan erat dengan potensi wilayah tersebut dimana wilayah yang merupakan pusat kegiatan ekonomi mempunyai jumlah penduduk terbanyak. Dengan luas wilayah sekitar 506,85 km2, maka kepadatan penduduk pada tahun 2011 mencapai 1.818 orang/km2. Apabila dilihat per kecamatan, kepadatan penduduk tertinggi berada pada kecamatan Banguntapan sebesar 4.302 orang/km2, sedangkan kepadatan terendah terdapat pada kecamatan Dlingo yaitu sebesar 638 orang/km2.5

4 Bantul Dalam Angka 2012

Grafik 2.3

Kepadatan Penduduk Kab.Bantul Tahun 2011 (jiwa/km2)

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Bantul 2012 2.2.1. Kepadatan Penduduk Agraris

Sedangkan Kepadatan penduduk agraris adalah angka yang menunjukkan perbandingan jumlah penduduk pada suatu daerah dengan luas lahan pertanian yang tersedia.Dengan adanya kecenderungan bahwa setiap tahun terjadi pengurangan lahan pertanian, maka perlu ada upaya-upaya kongkrit agar pemenuhan kebutuhan dari produk pertanian tetap terjaga serta adanya langkah- langkah pengamanan lahan pertanian untuk menekan laju pengurangannya.6 6 http://www.bantulkab.go.id/datapokok/0502_kepadatan_penduduk_agraris.html 1,565 1,248 1,0951,324 1,6511,972 2,722 2,138 1,038 638 1,904 1,519 4,302 3,892 3,481 9991,304 Srandakan Kretek Bambangli… Bantul Imogiri Pletet Banguntapan Kasihan sedayu

kepadatan penduduk

(jiwa/km²)

Tabel 2.4

Tabel Kepadatan Penduduk Agraris

No Kecamatan Pertanian(Ha) Luas Areal Penduduk Jumlah Kepadatan / Ha

1. Srandakan 419 28.668 50 2. Sanden 986 29.744 26 3. Kretek 892 29.323 12 4. Pundong 864 31.779 24 5. Bambanglipuro 1.164 37.480 24 6. Pandak 927 47.908 28 7. Bantul 1.132 59.754 58 8. Jetis 1.177 52.313 39 9. Imogiri 1.109 56. 51 10. Dlingo 512 35.667 9 11. Pleret 860 43.731 26 12. Piyungan 1.385 49.427 23 13. Banguntapan 1.409 122.510 100 14. Sewon 1.305 105.701 83 15. Kasihan 673 112.708 150 16. Pajangan 262 33.216 23 17. Sedayu 960 44.798 16 Jumlah 16.036 921.263 31

Sumber: BPS Kabupaten Bantul 2.2.2. Kepadatan penduduk Geografis

Dalam database ini untuk Kepadatan Penduduk dibedakan menjadi beberapa kategori.Kepadatan penduduk geografis menunjukkan jumlah penduduk pada suatu daerah setiap kilometer persegi.Kepadatan penduduk geografis menunjukkan penyebaran penduduk dan tingkat kepadatan penduduk di suatu daerah.Daerah yang mempunyai kepadatan penduduk geografis tinggi terletak di Kecamatan Sewon, Banguntapan dan kasihan sedangkan kepadatan

penduduk geografis rendah terletak di Kecamatan Dlingo, Pajangan, dan Pleret.7

Tabel 2.6

Tabel Kepadatan Penduduk Geografis Per Kecamatan Tahun 2012

No Kecamatan (KmLuas 2) Penduduk Jumlah Kepadatan / Km2

1. Srandakan 18,32 28.755 1.570 2. Sanden 23,16 29.814 1.287 3. Kretek 27,77 29.470 1.101 4. Pundong 23,68 31.881 1.346 5. Bambanglipuro 22,7 37.480 1.651 6. Pandak 24,3 48.104 1.980 7. Bantul 21,95 60.192 2.742 8. Jetis 24,47 52.667 2.152 9. Imogiri 54,49 56.823 1.043 10. Dlingo 55,87 35.814 641 11. Pleret 22,97 44.155 1.922 12. Piyungan 32,54 50.137 1.541 13. Banguntapan 28,48 124.838 4.383 14. Sewon 27.16 106.929 3.937 15. Kasihan 32,38 114.412 3.533 16. Pajangan 33,25 33.549 1.009 17. Sedayu 34,36 45.116 1.313 Jumlah 506,85 930.276 1.835

Sumber: BPS Kabupaten Bantul, 2013 3. Visi dan Misi Kabupaten Bantul

3.1. Visi Kabupaten Bantul

Kabupaten Bantul memiliki Visi “Bantul Projotamansari, Sejahtera, Demokrasi dan Agamis”. Visi tersebut mengandung pengertian bahwa kondisi kabupaten Bantul yang ingin diwujudkan dimasa yang akan datang adalah Produktif-profesional, Ijo royo-royo,

tertib, aman, sehat dan asri, sejahtera dan demokratis, yang semuanya itu akan diwujudkan melalui misi.8.

3.2. Misi Kabupaten Bantul

Misi merupakan pernyataan operasional tentang tujuan operasional organisasi (pemerintah) yang diwujudkan dalam produk, dan pelayanan sehingga dapat mengikuti irama perubahan jaman bagi pihak yang berkepentingan dimassa mendatang. Misi sebagai penjabaran dari sebuah visi suatu organisasi atau sebagai pernyataan tentang segala sesuatu yang akan dilakukan untuk mencapai visi atau tujuan tersebut. Berikut Misi Kabupaten Bantul sesuai RPJMD tahun 2011-2015.9

1. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah menuju tata kelola pemerintahan yang empatik.

2. Meningkatkan kualitas hidup rakyat menuju masyarakat Bantul yang sehat, cerdas, berahklak mulia, dan berkepribadian Indonesia dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 3. Meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan kualitas

pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan berbasis pengembangan ekonomi local, dan pemberdayaan masyarakat yang responsive gender.

4. Meningkatkan kewaspadaan terhadap resiko bencana dengan memperhatikan penataan ruang dan pelestarian lingkungan.

8 Visi dan Misi Kabupaten Bantul diakses melalui

3.3. Motto Kabupaten Bantul

Bantul merupakan salah satu Kabupaten di DIY, ibu kotanya adalah Bantul. Motto Kabupaten Bantul adalah “Projotamansari” yang merupakan singkatan dari Produktif, Profesional, Ijo royo-royo, Tertib, Aman, Sehat dan Asri. Masing-masing singkatan tersebut memiliki makna, yaitu:10

1. Produktif dalam arti bahwa semua potensi daerah baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia dapat berproduksi sehingga mampu member andil terhadap pembangunan daerah.

2. Professional dalam arti penekanan setiap warganya dari berbagai profesi, agar mereka betul-betul matang dan ahli dibidangnya masing-masing. Tolok ukur profesionalisme ini dapat dilihat dari kualitas hasil kerja dihadapkan kepada efisiensi penggunaan data, sarana, tenaga serta waktu yang diperlukan.

3. Ijo Royo-Royo dalam arti tidak ada sejengkal tanah pun yang ditelantarkan sehingga baik di musim hujan baik di musim semi kemarau dimanapun akan tampak suasana yang rindang. Dalam hal ini perlu diingatkan kepada masyarakat Bantul bahwa bagaimana pun Kabupaten Bantul tumbuh terlebih dahulu sebagai kawasan agronomi yang tangguh dalam rangka mendukung tumbuh berkembangnya sector industry yang kuat di masa mendatang.

10 Profil Kabupaten Bantul diakses dari http://www.bpkp.go.id/diy/konten/836/Profil-Kabupaten-

4. Tertib dalam arti setiap warga Negara secara sadar menggunakan hal dan menjalankan kewajibannya dengan sebaik-baiknya sehingga terwujud kehidupan pemerintah dan kemasyarakatan yang tertib semuanya secara pasti, berpedoman pada system ketentuan hokum/ perundang-undangan yang esensial untuk terciptanya disiplin nasional.

5. Aman dalam arti bahwa terwujudnya tertib pemerintahan dan tertib kemasyarakatan akan sangat membantu terwujudnya keamanan dan ketentraman masyarakat. Kondisi aman ini perlu ditunjang demi terpeliharanya stabilitas daerah.

6. Sehat dalam arti bahwa tertibnya lingkungan hidup yang akan dapat menjamin kesehatan jasmani dan rohani bagi masyarakat/ manusia yang menghuninya.

7. Asri dalam arti bahwa upaya pengaturan tata ruang di desa dan di kota dapat serasi, selaras, dan seimbang dengan kegiatan-kegiatan manusia yang menghuninya sehingga akan menumbuhkan perasaan kerasan, asri tidak mewah tetapi cenderung memanfaatkan potensi lingkungan yang berstandar pada kreativitas manusiawi.

8. Sejahtera dalam arti bahwa kebutuhan dasar masyarakat Kabupaten Bantul telah terpenuhi secara lahir dan batin.

9. Demokratis dalam arti bahwa adanya kebebasan berpendapat, berbeda pendapat, dan menerima pendapat orang lain. Akan tetapi

apabila sudah menjadi keputusan harus dilaksanakan bersama-sama dengan penuh rasa tanggungjawab.

10. Agamis dalam arti bahwa kehidupan masyarakat Bantul senantiasa diwarnai oleh nilai-nilai religuisitas dan budi pekerti yang luhur. Pentignya aspek agama tidak diartikan sebagai bentuk primordialisme untuk satu agama tertentu, tetapi harus diartikan secara umum bahwa nilai-nilai luhur yang dianut oleh semua agama semestinya dapat ditentukan dalam interaksi social sehari-hari. 4. Profil Bupati Kabupaten Bantul

Pada tahun 2010 sejarah Kabupaten Bantul mencatat untuk pertama kalinya Kabupaten Bantul dipimpin oleh seorang pemimpin Perempuan.Beliau adalah Hj. Sri Surya Widati.Hj. Sri Surya Widati dilantik pada hari Selasa 27 Juli 2010.Hj. Sri Surya Widatimenjabat sebagai Bupati Kabupaten Bantul pada periode 2010-2015.Hj. Sri Surya Widatilahir di Jakarta, 26 Maret1951, beliau merupakan putri dari pasangan Budiman Adiyono (Alm) dan Mien Sariatun. Bersuamikan Drs. HM. Idham Samawi, memiliki putra-putri yakni Intan Titisari, Mohamad Wirmon Samawi SE, MIB dan Adi Karang, S.Psi.

Dalam pendidikan Hj. Sri Surya Widati menyelesaikan pendidikan SD nya di Tanah Abang Jakarta pada tahun 1958-1963. Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP DAPENA di Surabaya pada tahun 1964-1966.Dan menyelesaikan pendidikan SMA Negeri 6 di Yogyakarta pada Tahun 1967- 1969.

Dalam kariernya, Ibu Ida pernah menjabat sebagai Dewan Komisaris Harian Kedaulatan Rakyat pada bulan Juni 1996-April 2009. Dalam Bidang Pers, Ibu Ida menjabat sebagai Ketua IKWI (Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia) Cabang Yogyakarta (1994-2011). Kemudian dalam Bidang Kesehatan, bu Ida pernah menjabat sebagai Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Cabang Bantul (2000-2010), Ketua PMI Cabang Bantul (2003-2013), dan Dewan Kehormatan PPTI (Perkumpulan Pemberantasan Tubekulosis Indonesia) Kabupaten Bantul (2009-2013)

Kemudian dalam Bidang Kesejahteraan Keluarga, bu Ida menjabat sebagai Ketua POKJA Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) (12 Januari 2009- Sekarang), Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bantul (2008-2013),

Dokumen terkait