• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memahami satuan peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa dalam prosa fiksi yang dibaca

Bagian 15 : “Matahari yang Tenggelam”

III. Memahami satuan peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa dalam prosa fiksi yang dibaca

Dalam novel Quţrātun Min Ad-Dumū‘i terdapat enambelas bagian cerita yang masing-masing bagian cerita memiliki tahapan-tahapan peristiwa dan pokok pikiran. Setelah penulis baca berulang-ulang, maka penulis dapat memahami peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam setiap bagian cerita, yang penulis rangkum sebagai berikut :

a. Bagian 1 : “Syaikh Mahjub”

Pada bagian ini, dijelaskan latar di mana keluarga Saikh Mahjub tinggal, dan bagaimana latar sosial masyarakat Badui. Di sini diperkenalkan beberapa tokoh yaitu Syaikh Mahjub, Rukiyah, Dzikra dan Amir. Dalam bagian ini belum terjadi peristiwa-peristiwa yang berarti, hanya saja masing-masing tokoh sudah memperkenalkan keberadaan mereka.

b. Bagian 2 : “Dzikra”

Pada bagian ini, dijelaskan bagaimana sosok Dzikra yang merupakan kebanggaan orang tuanya, terutama Syaikh Mahjub, di tengah-tengah masyarakat Badui.

Pada bagian ini, dijelaskan beberapa peristiwa yang terjadi dengan terlebih dahulu menjelaskan latar daerah Kharaj yang akan didatangi oleh keluarga Syaikh Mahjub. Selanjutnya dijelaskan bagaimana perjalanan mereka ke Kharaj, dan bagaimana tradisi Badui di sana dalam menyambut kebahagiaan. Tujuan kedatangan mereka ke sana adalah untuk menghadiri pesta pernikahan kerabat mereka. Ketika mereka pulang ternyata Syaikh Mahjub mengutarakan keinginannya untuk menjodohkan putrinya itu dengan Amir, tetapi tidak disetujui oleh istrinya, karena Dzikra masih terlalu kecil untuk menikah, sehingga terjadi pertengkaran kecil antara Syaikh Mahjub dan Rukiyah.

d. Bagian 4 : “Panah Asmara”

Pada bagian ini, peristiwa-peristiwa yang terjadi bisa saja sangat mengejutkan. Di sini telah terjadi hubungan perasaan yang pada saat itu membuat mereka tidak menyadarinya antara Amir dan Rukiyah. Perasaan itu terjadi begitu cepat, dan perasaan itu adalah ‘cinta’. Syaikh Mahjub juga mengutarakan rencananya itu kepada Amir untuk menjodohkannya dengan Dzikra, akan tetapi tetap ditolak oleh Amir. Pada saat itu Rukiyah dan Amir hanya dapat memendam perasaan mereka masing-masing.

e. Bagian 5 : “Derita Jiwa”

Pada bagian ini, hubungan yang terjalin antara Rukiyah dan Amir tidak diketahui oleh orang lain selain Tuhan. Mereka merasakan penderitaan jiwa yang teramat dalam karena mereka benar-benar telah dimabuk cinta yang tidak akan mungkin dapat membuat mereka bersatu. Rukiyah tidak dapat menahan kesedihannya, sampai pada suatu hari kesedihannya itu diketahui oleh Dzikra. Dia merasakan bahwa jiwa ibunya sedang menderita. Rukiyah dan Amir hanya bisa merenung dan berkhayal tentang nasib kisah cinta mereka. Pada saat itu ternyata Syaikh Mahjub memperhatikan tingkah laku Amir yang aneh dan tetap ingin menikahkan Amir dengan putrinya. Tetapi Amir tidak mau. Di sinilah awal terjadinya konflik antara Syaikh Mahjub dan Amir, sehingga Amir diusir oleh Syaikh Mahjub.

Pada bagian ini, peristiwa-peristiwa yang terjadi lebih memilukan dan menyedihkan. Amir telah diusir oleh pamannya sendiri, ini berarti bahwa dia harus meninggalkan wanita yang dicintainya. Tapi, pada saat Amir berpamitan dengan Rukiyah tiba-tiba Syaikh Mahjub melihat keberadaan mereka berdua di dalam kamar Rukiyah, dan Syaikh Mahjub bertambah murka berubah menjadi seekor singa yang siap menerkam mangsanya. Lalu dia manampar istrina dan membunuh Amir dengan sebilah pisau. Konflik yang terjadi sudah sangat parah yang menyebabkan kematian Amir dan Rukiyah. Yang lebih mnyedihkan lagi adalah Dzikra mengalami tekanan jiwa sehingga membuatnya menjadi bisu akibat ulah ayahnya sendiri. Mulai saat itu Dzikra selalu mengalami kesedihan.

g. Bagian 7 : “Guncangan Jiwa”

Pada bagian ini, Dzikra mengalami guncangan jiwa yang cukup keras setelah kejadian yang dialami oleh ibunya. Pada akhirnya ada beberapa masyarakat yang bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi, mengapa tidak ada peradilan terlebih dahulu sebelum dilakukan hokum rajam. Tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa karena semuanya sudah terlambat. Setelah kejadian yang memilukan itu, Dzikra benar-benar mengalami gangguan jiwa yang mengguncang syaraf kesadarannya. Syaikh Mahjub sedih melihat keadaan anaknya hingga dia membawa Dzikra ke Riyadh untuk berobat. Dzikra dirawat di sebuah panti yang memang khusus menangani penyakit seperti yang diderita Dzikra.

h. Bagian 8 : “Kebahagiaan”

Pada bagian ini, Dzikra mulai mendapat kehidupan baru di panti. Banyak orang yang menyayangi dan memperhatikannya. Dzikra telah berubah menjadi seorang gadis dewasa, semakin besar, semakin terlihat cantik dan memikat. Di panti, dia bertemu dengan seorang dokter yaitu dokter Ashim yang akan merawat dirinya. Ashim menaruh perhatian pada Dzikra. Di sana, setelah keadaannya mulai membaik, dia diangkat sebagai pegawai dip anti. Dzikra semakin bahagia dan lebih percaya diri.

Pada bagian ini, Dzikra kembali mengalami kesedihan, dia diberitahu bahwa Nadhiroh, kepala panti yang begitu menyayanginya telah meninggal dunia. Untuk menghilangkan kesedihannya, Ashim menyarankan Dzikra bekerja di rumah sakit dan dia pun setuju. Dzikra telah bekerja di Rumah Sakit Syamis yang terletak di Riyadh. Dzikra bertemu dengan orang-orang baru lagi dan di sana dia mempunyai dua orang sahabat yaitu Sama’ dan Kamilah.

j. Bagian 10 : “Rahasia Terungkap”

Pada bagian ini, Dzikra dan Ashim semakin dekat dan akrab karena mereka sering bertemu. Sampai-sampai mereka tidak menyadari kalau mereka memiliki perasaan satu sama lain. Pada suatu hari, Ashim mengambil buku yang pernah dipinjamkannya kepada Dzikra, ternyata ada secarik kertas di dalamnya. Kertas itu merupakan goresan tangan Dzikra yang berisikan bahwa dia menyayangi dan mencintai Ashim.

k. Bagian 11 : “Kepergian”

Pada bagian ini, Ashim memutuskan untuk menulis surat buat Dzikra bahwa sebenarnya dia juga mencintai Dzikra dan ingin menikahinya. Tapi, Dzikra menganggap Ashim hanya menaruh rasa iba dan belas kasih bukan mencintai dengan sepenuh hati. Untuk menghindari Ashim, akhirnya Dzikra meminta dipindahkan ke Rumah Sakit Mina di Makkah Al-Mukarramah.

l. Bagian 12 : “Air Mata Cinta”

Pada bagian ini, Dzikra merasa tenang berada di Makkah, melihat para jamaah haji dan Ka’bah. Jiwanya terasa sejuk. Dalam hatinya, sebenarnya Dzikra tidak sanggup berjauhan dengan Ashim karena dia begitu mencintainya. Lalu, Dzikra menulis surat untuk Ashim dan menyampaikan apa yang terpendam dalam hatinya.

m. Bagian 13 : “Harapan Baru”

Pada bagian ini, Ayah Ashim sangat tidak suka dan menentang keras hubungan anaknya dengan Dzikra. Ayahnya beranggapan bahwa Dzikra tidak

pantas untuk anaknya itu, karena Dzikra adalah gadis cacat dan dari keluarga miskin, sedangkan mereka adalah orang terhormat dan berpendidikan. Ashim sangat kecewa dengan sikap ayahnya itu dan dia tidak perduli dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang. Ashim segera pergi ke Makkah untuk menemui Dzikra dan kembali meyakinkannya bahwa dia akan sembuh. Ashim mengajak Dzikra pergi berobat ke luar negeri dan Dzikra pun setuju. Dzikra kembali menemukan harapan baru.

n. Bagian 14 : “Mimpi”

Pada bagian ini, Ashim menerima surat Dzikra dari London dan akan segera kembali. Ashim dengan setia menunggu kedatangan Dzikra walaupun pengobatannya di sana sia-sia. Setelah keduanya bertemu, mereka langsung berpelukan melepaskan rasa rindu yang sekian lama terpendam. Hati keduanya telah bertemu kembali.

o. Bagian 15 : “Matahari Yang Tenggelam”

Pada bagian ini, Dzikra kembali ke perumahan rumah sakit tempat ia bekerja. Keesokan harinya, ada seorang lelaki tua yang hendak bertemu dengannya dan orang tua itu adalah ayah Ashim. Ayah Ashim meminta Dzikra untuk meninggalkan anaknya. Dzikra sangat terpukul sekali, tapi dia berusaha untuk tetap tegar dan tabah. Ashim mengetahui hal itu dan dia sangat marah dan kecewa terhadap ayahnya. Segera Ashim pergi menyusul Dzikra dalam keadaan marah dengan mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Namun, kenyataan berkata lain, Ashim mengalami kecelakaan, yang pada akhirnya menyebabkan dirinya meninggal dunia. Mendengar kabar itu, jiwa Dzikra kembali terguncang bahkan kali ini lebih keras, keras sekali. Kekasih hatinya telah meninggalkannya untuk selama-lamanya.

p. Bagian 16 : “Kesetiaan”

Pada bagian ini, semenjak kematian Ashim, Dzikra kembali ke panti dan dia ingin mengabdikan dirinya di panti. Di sana Dzikra menuangkan semua kisahnya dalam sebuah buku. Di luar dugaan, bukunya mendapat sambutan yang luar biasa dari pembaca, yang membuatnya menjadi terkenal dan mendatangkan rejeki

baginya. Sekarang Dzikra hidup serba kecukupan dan menjadi orang terhormat. Orang-orang yang dahulu memandang rendah dirinya kini berlomba-lomba mendekatinya termasuk ayah Ashim. Walaupun begitu, Dzikra tetap dan akan selalu mengenang Ashim di dalam hatinya untuk selamanya.

Dokumen terkait