BAB IV PEMBAHASAN
4.2 Hasil Analisis Data
4.2.2 Memain-mainkan Muka
Interpretasi lain yang berkaitan dengan definisi Miriam A. Locher
(2008:3) tentang ketidaksantunan berbahasa ini adalah bahwa tindakan
tersebut sesungguhnya bukanlah sekadar perilaku ‘melecehkan muka’,
melainkan perilaku yang ‘memain-mainkan muka’. Tindakan bertutur sapa
akan dikatakan sebagai tindakan yang tidak santun bilamana muka (face)
dari mitra tutur dipermainkan, atau setidaknya dia telah merasa bahwa
penutur memain-mainkan muka mitra tuturnya dan membuat mitra tutur
merasa jengkel. Tuturan-tuturan yang memain-mainkan muka akan
dianalisis sebagai berikut.
Cuplikan Tuturan 1
Penutur : mahasiswa, usia 21 tahun, angkatan 2010 Mitra tutur : dosen laki-laki, usia 50 tahun.
Dosen A : “Hari ini kita kuis lagi ya?” Mahasiswa B : “Iya, Pak.”
Mahasiswa C : “Soalnya berapa, Pak?” Dosen A : “50 soal.”
Mahasiswa B : “Soalnya 50? Ya, ampun, Pak.” (B2)
(Konteks tuturan: Tuturan disampaikan ketika berada di dalam kelas. Siang itu mitra tutur akan mengadakan kuis. Siang itu mitra tutur memberikan kuis sebanyak 50 butir soal. Para mahasiswa juga sangat jenuh dengan Namun, para mahasiswa biasa mendapatkan soal sebanyak 50 butir.)
Cuplikan Tuturan 2
Penutur : mahasiswa, usia 22 tahun, angkatan 2009 Mitra tutur : dosen laki-laki, usia 55 tahun.
Dosen A : “Hari ini saya tidak bisa mengajar karena saya akan keluar kota. Tugas ini dapat dikerjakan di rumah.”
Mahasiswa B : “Pak, apa ini tugasnya dah masuk nilai apa nggak?” (B3)
Dosen : (diam saja)
(Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan di dalam kelas, saat mitra tutur memberikan tugas kepada penutur. Penutur menayakan kejelasan tugas tersebut apakah pemberian tugas ini sudah masuk ke dalam penilaian. Mitra tutur sering lupa memberikan nilai atas tugas yang ia berikan kepada mahasiswanya.)
Cuplikan Tuturan 3
Penutur : mahasiswi, usia 21 tahun, angkatan 2010 Mitra tutur : dosen laki-laki, usia 50 tahun
Mahasiswa A : “Pak, saya ingin tanya.” Dosen B : (mengacuhkan)
Mahasiswa A : “Bapak, saya tidak jelas materi itu. Pak, saya mau tanya.”
Dosen B : (mengacuhkan)
Mahasiswa A : (muka kesal) “Jelehi banget.” (B4)
(Konteks tuturan: Tuturan ini terjadi pada saat mitra tutur menjelaskan suatu materi kepada mahasiswa. Penutur tidak jelas maksud materi yang dijelaskan. Penutur bertanya kepada mitra tutur. Namun, mitra tutur berkali-kali mengacuhkannya. Sikap mitra tutur membuat penutur jengkel dan marah.)
Cuplikan Tuturan 4
Penutur : mahasiswi, usia 21 tahun, angkatan 2010 Mitra tutur : dosen perempuan, usia 36 tahun.
Mahasiswa A :”Bu, saya mau konsultasi skripsi.”
Dosen B :”Wah, saya sedang sibuk. Sudah ditinggal dulu. Seminggu lagi diambil.”
Mahasiswa : “Ih.. sombong, nyebahi!” (B5)
(Konteks tuturan: Tuturan ini dituturkan pada saat di ruang dosen. Penutur ingin konsultasi skripsi dengan mitra tutur. Mitra tutur adalah dosen pembimbing skripsi penutur. Mitra tutur tidak ingin menerima konsultasi saat ini karena ia sedang sibuk padahal hari itu adalah jadwal bimbingan. Penutur keluar ruangan dengan sikap ketus.)
Cuplikan Tuturan 5
Penutur : mahasiswi, usia 21 tahun, angkatan 2010 Mitra tutur : dosen laki-laki, usia 45 tahun
Mahasiswa A :”Pak, saya ingin menayakan kegiatan mahasiswa yang akan dilaksanakan oleh prodi. Apa Bapak tidak sibuk?”
Dosen B :”Tunggu sebentar ya. Mari mbak silahkan masuk.” (mempersilahkan mahasiswa lain masuk)
Mahasiswa B : “Pak, saya sudah nunggu lama, Pak. Pak, ini nggak adil!” (B6)
(Konteks tuturan: Tuturan tersebut dituturkan pada saat penutur ingin menayakan kegiatan mahasiswa di prodi tersebut. Penutur sudah menunggu lama mitra tutur di depan ruang dosen. Mitra tutur justru mendahulukan mahasiswa yang akan konsultasi skripsi daripada penutur yang ingin menayakan kegiatan mahasiswa.)
4.2.2.1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik
Wujud ketidaksantunan linguistik berupa tuturan lisan yang telah
ditranskrip antara dosen dan mahasiswa yang berupa tuturan yang
memain-mainkan -muka mitra tuturnya. Wujud ketidaksantunan linguistik tersebut
sebagai berikut.
Tuturan B3: “Pak, apa ini tugasnya dah masuk nilai apa nggak?”
Tuturan B4: “Jelehi banget.”
Tuturan B5: “Ih.. sombong, nyebahi!”
Tuturan B6: “Pak, ini nggak adil!”
4.2.2.2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik
Wujud ketidaksantunan pragmatik tuturan dapat dilihat dari konteks
yang melingkupi tuturan tersebut. Adapun konteks-konteks dalam tuturan yang
memain-mainkan muka sebagai berikut.
Tuturan B2: Mitra sudah biasa mengadakan kuis diakhir pekuliahan. Namun,
soal 50 buah itu terlalu banyak bagi para mahasiswa. Selain itu,
waktu yang diberikan juga tidak banyak dan para mahasiswa
merasa jenuh setiap akhir perkuliahan yang diampu oleh mitra
tutur selalu mengadakan kuis.
Tuturan B3: Mitra tutur memberikan tugas kepada para mahasiswanya.
Penutur sangsi dengan tugas yang diberikan mitra tutur. Mitra
tutur biasa memberikan tugas namun tidak pernah dibahas atau
dijelaskan lebih rinci. Penutur merasa rugi bila tugas itu tidak
dinilai karena ia sudah mengerjakan dengan baik. Penutur
meminta kejelaskan tugas yang diberikan kepada mitra tutur.
Tuturan B4: Konteks tuturan tersebut pada saat mitra tutur menjelaskan suatu
tersebut dan ia bermaksud menayakan kepada mitra tutur tetapi
mitra tutur tidak memperdulikan pertanyaan penutur.
Tuturan B5: Konteks tersebut pada saat penutur akan berkonsultasi skripsi
dengan mitra tutur. Mitra tutur menolak tidak menerima
bimbingan skripsi saat ini karena ia sedang sibuk. Padahal, hari
ini ada jadwal bimbingan skripsi. Mitra tutur menolak dengan
muka ketus. Penutur sangat kesal dengan perlakukan mitra tutur
kepadanya. Penutur keluar ruangan mitra tutur sambil
mengerutu.
Tuturan B6: Penutur sudah menunggu lama di depan ruang dosen mitra tutur.
Mitra tutur akan memberikan bimbingan kepada mahasiswa.
Padahal, penutur sudah datang lebih awal daripada mahasiswa
tersebut. Penutur merasa jengkel dan sikap mitra tutur sangat
tidak adil.
4.2.2.3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik
Penanda ketidaksantunan linguistik dapat dilihat berdasarkan nada,
tekanan, intonasi, dan pilihan kata. Adapun penanda-penanda ketidaksantunan
linguistik yang memain-mainkan muka sebagai berikut.
Tuturan B2: nada sedang, tekanan sedang pada kata 50 dan ya, ampun,
intonasi tanya dan berita, pilihan kata yang digunakan
Tuturan B3: nada sedang, tekanan lemah pada penggalan kalimat dah masuk,
intonasi tanya, pilihan kata yang digunakan nonstandar yang
berupa kata tidak baku dah dan nggak.
Tuturan B4: nada sedang, tekanan sedang pada kata jelehi, intonasi berita,
pilihan kata yang digunakan nonstandar yang berupa
penggunaan bahasa Jawa jelehi banget.
Tuturan B5: nada sedang, tekanan sedang pada kata sombong dan nyebahi,
intonasi berita, pilihan kata yang digunakan nonstandar yang
berupa penggunaan bahasa Jawa nyebahi.
Tuturan B6: nada sedang, tekanan sedang pada kata adil, intonasi turun,
pilihan kata yang digunakan nonstandar yang berupa kata tidak
baku nggak.
4.2.2.4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik
Penanda ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat berdasarkan konteks
dan informasi indeksal yang terdiri dari tindak verbal dan tindak perlokusi.
Adapun penanda-penanda ketidaksantunan pragmatik yang memain-mainkan
muka sebagai berikut.
Tuturan B2: Tuturan dituturkan pada saat penutur akan memberikan kuis
mitra tutur di kelas. Tuturan tersebut terjadi pada tanggal 20
November 2012, pukul 12.30 WIB. Tindak verbal yang
dihasilkan adalah tindak tutur ekspresif berupa pernyataan
yang dihasilkan adalah mitra tutur mengurangi jumlah soal yang
diberikan.
Tuturan B3: Tuturan dituturkan pada saat perkuliahan di kelas. Tuturan
tersebut terjadi pada tanggal 11 Desember 2012, pukul 11.20
WIB. Tindak tutur verbal yang dihasilkan dari tuturan tersebut
adalah tindak tutur asertif yaitu berupa pertanyaan penilaian
tugas yang diberikan dari mitra tutur. Tindak perlokusinya
adalah mitra tutur memberikan penjelasan penilaian tugas dari
mitra tutur.
Tuturan B4: Tuturan (B4) dituturkan pada saat perkuliahan di kelas. Tuturan
tersebut terjadi pada tanggal 11 Desember 2012, pukul 11.20
WIB. Tindak tutur verbal yang dihasilkan dari tuturan tersebut
adalah tindak tutur asertif yaitu berupa pernyataan kekesalan
kepada mitra tutur. Tindak perlokusinya adalah mitra tutur
mempersilahkan penutur untuk menayakan materi yang belum
jelas.
Tuturan B5: Tuturan tersebut dituturkan di kelas, pada tanggal 11 Desember
2012, pukul 15.00 WIB. Tuturan tersebut menghasilkan tindak
verbal yaitu tindak tutur asertif yaitu pernyataan berupa
kekesalan penutur akan tindakan mitra tutur yang acuh kepada
penutur. Tuturan tersebut juga menghasilkan tindak perlokusi
yaitu mitra tutur menanggapi penutur dan mempersilahkan
Tuturan B6: Tuturan tersebut dituturkan di kelas, pada tanggal 11 Desember
2012, pukul 15.30 WIB. Ttindak verbal yaitu tindak tutur
asertif yaitu pernyataan berupa kekesalan penutur akan tindakan
mitra tutur yang acuh kepada penutur. Tuturan tersebut juga
menghasilkan tindak perlokusi yaitu mitra tutur menanggapi
penutur dan mempersilahkan penutur untuk konsultasi kepada
mitra tutur.
4.2.2.5 Makna Ketidaksantunan Berbahasa yang Memain-mainkan Muka
Makna yang melingkupi tuturan tersebut juga mempengaruhi santun
tidaknya tuturan tersebut. Makna dari tuturan-tuturan ketidaksantunan
berbahasa yang memain-mainkan muka sebagai berikut.
Tuturan B2: Membuat kesal dan bingung mitra tutur yang memberikan jumlah
soal kuis yang terlalu banyak.
Tuturan B3: Membuat kesal dan bingung mitra tutur yang memberikan tugas
kepada penutur bahwa tugas tersebut dinilai atau tidak.
Tuturan B4: Membuat kesal dan bingung mitra tutur yang tidak biasanya
melihat penutur marah karena ketidakpedulian mitra tutur.
Tuturan B5: Membuat kesal dan bingung mitra tutur yang tidak biasanya
melihat penutur marah karena ketidakpedulian mitra tutur.
Tuturan B6: Membuat kesal dan bingung mitra tutur yang tidak biasanya