• Tidak ada hasil yang ditemukan

“DOS NI ROHA DO SIBAHEN NASAUT”

3. Memanfaatkan Modal Ekonom

Menurut penuturan informan, untuk bisa memperoleh suara banyak dan memenangkan pemilihan legislatif harus diseimbangkan antara modal ekonomi dan juga

mampu mempelajari budaya daerah setempat dan harus pintar memanfaatkan jaringan marga.Dikarenakan kondisi masyarakat yang masih memegang kuat adat dan budaya serta melihat kecenderungan masyarakat yang lebih memilih para calon yang mempunyai kesamaan dengan mereka seperti misalnya kesamaan agama, marga, suku dan daerah.

“modal ekonomi (uang) juga harus kita miliki untuk memenangkan sebuah pertarungan untuk mendapatkan satu kursi dalam pemilihan legislatif itulah yang dsebut dengan “cost politic” atau biaya politik. Modal ekonomi tersebut kita gunakan untuk pembuatan spanduk, pembuatan baliho maupun pembuatan poster-poster maupun stiker, dan juga pengeluaran untuk kebutuhan politik lainnya.Selain untuk itu pada acara natal dan tahun baru pada tahun lalu kita juga memberikan amplop berisi uang kepada masyarakat sebagai ucapan selamat hari natal dan tahun baru kita kepada masyarakat (penduduk desa Saitnihuta).Pemberian tersebut bukan merupakan “Money Politic” tetapi itu sebuah bentuk ucapan terimakasih kita kepada masyarakat tersebut karena antusias mereka untuk mendukung saya waktu itu sampai pada pemilihan legislatif berlangsung.”

Berdasarkan temuan data dilapangan dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan ditemukan data bahwa strategi yang dilakukan calon legislatif untuk mendapatkan dukungan suara adalah dengan memanfaatkan jaringan marga calon legislatif itu sendiri, selain itu juga memanfaatkan jaringan marga dari ibu dan juga istrinya, Selain itu dengan cara memetakan dearah yang akan di dulang suaranya pada saat pemilihan dan menjumpai tokoh-tokoh adat disetiap daerah untuk dijadikan tim sukses, calon legislatif terpilih ini yang merupakan responden juga berkunjung kerumah-rumah yang bisa dijangkau untuk dikunjungi langsung.

Ketiga modal ini harus dimiliki oleh seorang calon legislatif pada saat mencalonkan diri untuk menarik suara dari masyarakat. Didalam teori ekonomi diketahui bahwa pemanfaatan modal ekonomi, modal budaya dan modal sosial sangatlah penting untuk di aplikasikan dan tidak kalah pentingnya untuk di aplikasikan didalam dunia politik. Dimana sering kita lihat orang-orang mengabaikan modal sosial dan modal budaya dan hanya menjadikan modal ekonomi sebagai patokan untuk meraih suara dan

kemenangan dalam pemilihan umum khusunya di daerah yang masih memiliki suku dan agama yang sama.

Berdasarkan temuan data dilapangan jaringan yang dibangun antara calon legislatif terpilih dengan masyarakat khususnya Punguan Marga Simamora Boru Bere dan Ibebere sebagai berikut:

a. Jaringan individu (ego centris) adalah sebuah jaringan yang berhubungan dengan modal tunggal atau individu, contohnya teman baik saya. Dalam hal ini ada satu titik yang menjadi sentral pengamatan.

b. Sedangkan jaringan sosial (social-centric) digambarkan dalam model dan batasan analisisnya, seperti jaringan antara mahasiswa dalam sebuah kelas, jaringan pekerja dan manajemen dalam sebuah pabrik atau tempat kerja.

c. Jaringan terbuka (open system) batasan tidak dianggap penting. Sebagai contoh jaringan politik, jaringan antar perusahaan dan jaringan antara mahasiswa.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan oleh penulis, dimulai dari Bab I sampai dengan Bab IV, banyak hal yang ditemukan oleh penulis baik masalah teoritis ataupun masalah teknis yang berkaitan dengan judul yang telah diteliti oleh penulis maupun kesimpulan dari hasil pengolahan data dan wawancara terhadap pengurus dan anggota organisasi Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere di Desa Saitnihuta maka diperoleh kesimpulan yaitu: pertama, Organisasi masyarakat Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere di Desa Saitnihuta memberikan dukungan penuh terhadap calon legislatif yang merupakan anggota punguan tersebut. Adapun peran yang dilakukan oleh organisasi masyarakat ini adalah sebagai fasilitator dimana semua anggota mendukung penuh calon tersebut dengan memberikan suara pada pemilihan umum, membantu calon tersebut berupa bantuan tenaga maupun moral dengan mengajak keluarga dan kerabat untuk memilih calon legislatif tersebut, dan juga membuat acara adat berupa doa pemberangkatan bagi calon legislatif tersebut.

Kedua, anggota Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere di Desa Saitnihuta pada pemilihan legislatif pada tahun 2014 lalu dalam memilih calon legislative masih dipengaruhi oleh faktor marga atau kesukuan, faktor agama, dan juga faktor kesamaan daerah dan juga adat dan budaya yang masih dipegang kuat oleh anggota punguan. Anggota dari Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere di Desa Saitnihuta cenderung memilih yang satu marga dengan mereka, karena menurut mereka ada rasa bangga yang mereka rasakan jika satu marga mereka terpilih dan menang jadi anggota DPRD di daerah mereka. Selain itu menurut mereka jika anggota legislatif terpilih berasal dari daerah mereka maka mereka mengharapkan bahwa anggota legislatif terpilih

tersebut akan membangun daerah mereka, baik pembangunan berupa infrasutuktur jala, pengadaan lampu jalan, irigasi dan juga pembangunan lain yang dibutuhkan masyarakat tersenut.

Ketiga, masyarakat di Desa Siatnihuta khusunya anggota Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere di Desa Saitnihuta masih dikenal memegang kuat adat dan budaya mereka serta masih mengamalkan nilai-nilai adat yang berlaku dimasyarakat mereka seperti pengamalan terhadap istilah “Dalihan Na Tolu” ( Tungku Berkaki Tiga) dan mereka masih memegang kuat prinsip “bolo adong do na di hita boasa pola ingkon tu

halak?” ( kalau ada punya kita kenapa harus orang lain?) yang masih mempengaruhi

mereka dalam menentukan pilihan.

Keempat, ketika mencalonkan diri jadi anggota legislatif di Kabupaten Humbang Hasundutan calon legislatif yang merupakan anggota dari Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere di Desa Saitnihuta juga memanfaatkan jaringan marga untuk mendukung kemenangannya dengan cara membuat catatan jumlah desa, kecamatan yang akan didulang suaranya pada saat pemilihan umum. Catatan ini penting untuk mempetakan jaringan marga disetiap desa atau kecamatan dan mencari orang yang berpengaruh di daerah tersebut misalnya tokoh adat untuk dijadikan tim suksesuntuk mengajak masyarakat dan membentuk tim yang kuat pada saat kampanye. Selain dengan cara memetakan dearah calon legislatif terpilih juga berkunjung kerumah-rumah yang bisa dijangkau untuk dikunjungi langsung. Anggota legislatif Kabupaten Humbang Hasundutan tersebut memanfaatkan jaringan marga karena sudah melihat kondisi masyarakat yang cenderung untuk memilih berdasarkan kesamaan marga, agama, suku, dan juga daerah.

Kelima, untuk mencapai sebuah kemenangan dalam mendapatkan suara dalam pemilihan umum tidak hanya membutuhkan modal ekonomi (uang), tapi harus seimbang antara modal ekonomi, pemanfaatan jaringan, dan juga modal budaya.Dan pemanfaatan

modal sosial tidak hanya bisa diaplikasikan dalam eknomi atau pasar tetapi juga bisa diaplikasikan dalam dunia perpolitikan untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

5.2 Saran

Adapun yang menjadi saran penulis dalam hal ini adalah dalam menjatuhkan pilihannya, masyarakat sudah seharusnya benar-benar memilih calon pemimpin yang berkualitas, tanpa memandang calon tersebut berasal dari manapun dalam arti tidak melihat agama, suku maupun marga dari calon tersebut dan tanpa ada tekanan atau paksaan dari pihak manapun. Masyarakat hendaknya memilih calon yang benar-benar dapat membawa perubahan bagi negara, dan rakyat kedepannya.Karena dengan menentukan pilihan berdasarkan kesamaan marga, suku, agama, dan juga daerah akan menimbulkan nepotisme nantinya.

Diharapkan bagi para anggota legislatif yang sudah terpilih dengan memanfaatkan jaringan marga dalam meemperoleh suara dari masyarakat agar dapat bersikap adil dan tegas dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab yang sudah di pikul dan tidak melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme nantinya pada saat sudah menjabat.

Dokumen terkait