• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMBANGUN MANUSIA

Dalam dokumen MEMBANGUN ALIANSI UNTUK PEMBERDAYAAN (Halaman 47-55)

Pembangunan manusia dengan landasan MDGs perlu dilakukan berupa program terpadu berupa kegiatan yang dengan mudah bisa dilaksanakan oleh masyarakat sebagai upaya mencapai target-target MDGs yang telah ditetapkan. Keterpaduan program dan kegiatan tersebut dilaksanakan utamanya di daerah pedesaan yang menyentuh keluarga kurang mampu dan anggotanya.

Program terpadu itu hanya akan berhasil kalau dilakukan didukung program Komunikasi, Informasi dan Edukasi serta Advokasi terpadu yang luas dan gegap gempita. Program KIE itu dilakukan untuk mengantar perubahan cara pandang (mindset) aparat pendukung program pembangunan yang biasa melaksanakan program dengan pendekatan berbeda di masa lalu. Program KIE tersebut dilakukan karena bisa saja pelaksanaan program dengan pendekatan baru itu perlu perubahan struktur jajaran yang mendukung pembangunan dengan model global tersebut. Dukungan kelembagaan pemerintah itu hanya mengubah cara pandang aparat Kementerian, tetapi bisa saja terpaksa mengganti Menteri yang bersangkutan. Demikian juga perlu dukungan pada tingkat Gubernur, Bupati, Walikota sampai perangkat aparat pedesaan lainnya.

Perubahan mindset yang diperlukan adalah kesediaan menilai keberhasilan upaya pembangunan dengan indikator penduduk, berupa ukuran partisipasi atau kesempatan penduduk menikmati fasilitas pelayanan yang memberikan hasil pembangunan yang memuaskan. Ukuran keberhasilan pembangunan manusia bukan lagi kegiatan institusi atau lembaga pemerintah yang melakukan kegiatan, tetapi hasil dan kepuasan atas pelayanan yang dinikmati rakyat banyak.

Dengan demikian bisa saja perubahan mindset tersebut mengharuskan

perubahan peran dan fungsi aparat pemerintah sebagai fasilitator pembangunan yang dengan tulus merangsang dan mengajak masyarakat ikut aktif mengambil prakarsa dan berperan dalam pemberdayaan. Pada tingkat awal bisa saja pemerintah menjadi pendukung, pendamping, menyediakan pelayanan, tetapi tujuannya tetap untuk memberdayakan penduduk agar makin mampu dan mandiri. Keluarga yang dilayani harus lengkap, yaitu sasaran orang tua, kepala keluarga, anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Setiap anggota keluarga mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda, sehingga pelayanan dan jenis pelayanan yang diberikan kepada setiap keluarga miskin juga berbeda-beda.

Karena itu, dalam melakukan pemilihan prioritas pembangunan berupa investasi pada manusia dukungan pemerintah dibalik prioritas investasi diubah. Investasi bukan hanya pada peningkatan mutu atau tersedianya lembaga-lembaga pelayanan, tetapi lebih difokuskan pada upaya mendorong semangat kerja keras, kemandirian dan peningkatan kemampuan penduduk kurang mampu agar mampu berjuang memenuhi kebutuhannya. Utamanya mampu mengakses pelayanan dengan makin mudah. Ringkasnya investasi ditujukan pada manusia dan keluarga kurang mampu yang menjadi sasaran pembangunan untuk meningkatan partisipasi yang memberi hasil akhir sesuai aspirasi rakyat banyak.

Apabila kita mengikuti pendekatan ini, maka “keramaian” atau “kemeriahan” pembangunan tidak lagi terletak pada kemegahan simposium, seminar, dan lokakarya pada tingkat pusat, tetapi pada makin maraknya gerakan pelatihan aparat dan masyarakat pelaku pembangunan pada tingkat pedesaan. Pelatihan pada tingkat pedesaan akan menghasilkan berkembangnya modal sosial seperti prakarsa

masyarakat, gotong royong dan tumbuhnya rasa malu untuk tidak ikut serta dalam gerakan pembangunan.

Karena masyarakat mengambil peran yang menentukan, maka apabila program pembangunan berhasil, masyarakat perlu diberikan apresiasi yang tulus agar partisipasi itu berlanjut dan masyarakat makin melihat kegiatannya sebagai budaya yang lestari. Keberhasilan dan apresiasi atas keberhasilan itu selanjutnya menjadi bagian dari program Komunikasi, Informasi, Edukasi dan Advokasi, seperti iklan Coca-cola, yang tidak ada hentinya agar budaya pemberdayaan masyarakat bukan lagi menjadi program pemerintah tetapi membudaya dikalangan masyarakat luas sampai ke tingkat pedesaan.

Program-program pembangunan manusia dilaksanakan dengan tujuan agar penduduk muda yang miskin memperoleh kesempatan kedua atau second chances. Karena itu program-program pembangunan itu tidak boleh lagi bersifat dan beroritentasi pada program instansi yang terkotak-kotak. Keterpaduan program di pedesaan diarahkan terpadu pada sasaran penduduk kurang mampu. Bukan terpadu dari instansinya. Untuk pelaksanaan dilapangan perlu reformasi mental, perubahan mindset, atau kalau perlu reshuffle kabinet. Artinya pemerintah perlu memberikan dukungan yang kuat dengan menyesuaikan struktur dan program pembangunan untuk memenuhi kebutuhan penduduk kurang mampu yang berbeda-beda.

Karena sifat program dengan pendekatan MDGs meliputi bidang kesehatan, pendidikan, wirausaha dan lainnya, maka bidang-bidang utama tersebut perlu disesuaikan atau di-reshuffle. Pertama, Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan Nasional, perlu ditata kembali.

Seluruh jajaran dengan kantor-kantornya di daerah segera merubah orientasinya kepada penduduk, kalau perlu menjemput penduduk kurang mampu atau menyediakan fasilitas khusus untuk keluarga kurang mampu dan anak-anaknya. Fasilitas yang diperlukan bukan sekedar pelayanan gratis, tetapi fokus pelayanan yang sangat kuat di desa, yaitu dengan menyediakan tenaga dokter, bidan atau guru yang menjemput penduduk agar sehat, sekolah dan berumur panjang.

Dalam penataan itu Kementerian Tenaga Kerja, ditambah dengan penggabungan Dirjen Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas kedalamnya, diubah menjadi Kementerian Tenaga Kerja, Pelatihan Penduduk dan Transmigrasi. “Kementerian” ini bertanggung jawab menyiapkan tenaga kerja bermutu yang siap bekerja. Kementerian ini bertanggung jawab menyiapkan dan mendukung tenaga muda, terutama tenaga muda dari keluarga kurang mampu, melalui pelatihan dan fasilitasi yang bermutu menjadi penduduk siap bekerja.

Kementrian ini juga bertanggung jawab meningkatkan motivasi dan menyiapkan pengusaha, daerah-daerah dan pasar tenaga kerja di luar negeri agar bisa menampung tenaga kerja atau penduduk muda yang telah mengikuti pelatihan ketrampilan yang jumlahnya melimpah. Kalau perlu kementerian ini mendampingi tenaga muda tersebut. Disamping itu, kalau perlu, kepada pengusaha yang bersedia menampung tenaga kerja itu diberi insentif berupa fasilitas atau kemudahan memperoleh pinjaman modal kerja dari bank dengan diskon bunga yang anggarannya disediakan oleh pemerintah.

Untuk mencapai cakupan pemberdayaan bagi keluarga muda kurang mampu yang jumlahnya melimpah, anggaran bidang kesehatan

pada tingkat awal perlu ditingkatkan menjadi 20 persen agar penduduk sehat menghasilkan anak-anak yang sehat dan berumur panjang. Umur yang panjang memberi kesempatan keluarga kurang mampu memperbaiki diri dan mendukung anak-anaknya bersekolah. Anggaran bidang pendidikan dan bidang pelatihan serta persiapan tenaga kerja ditingkatkan, kalau perlu sampai diatas 50 persen. Ukuran keberhasilannya adalah jumlah penduduk muda yang tidak mendapat kesempatan pertama karena miskin atau tidak peduli pendidikan, untuk mengikuti pendidikan luar sekolah atau kursus-kursus ketrampilan yang bermutu agar bisa mencoba kesempatan kedua atau second chances untuk mengentaskan kemiskinan.

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga serta BKKBN dan jajaran pemerintah di daerah bekerja sama menggalang upaya pemberdayaan keluarga kurang mampu untuk mengikuti upaya pemberdayaan di setiap desa melalui forum Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya. Pos-pos ini didirikan di desa dan pedukuhan serta dikelola masyarakat secara mandiri dengan pendampingan pemerintah. BKKBN dan pemerintah daerah memfasilitasi Posdaya dengan bantuan dan kemudahan agar masyarakat yang mengelola Posdaya bisa menyampaikan informasi, edukasi dan advokasi tentang program pembangunan dengan benar dan berkelanjutan. Kegiatan utamanya ditujukan pada keluarga muda kurang mampu yang mempunyai anak dibawah usia 15 tahun. Melalui forum Posdaya penduduk lansia diatas usia 65 tahun diusahakan menjadi peneduh dan penasehat sehingga seluruh penduduk bisa memainkan peran yang berbeda-beda.

Dalam kegiatan Posdaya, kepala keluarga kurang mampu, isteri dan anaknya yang tidak sekolah, menjadi sasaran utama pemberdayaan

dan kalau perlu didampingi dalam pelatihan ketrampilan, diantar ke sekolah, atau diperkenalkan kepada dokter dan bidan agar bisa hidup sehat, mandiri atau memperoleh kerja dan bisa membangun keluarga sejahtera.

Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam Negeri, TNI Polri, dan instansi lainnya, bertanggung jawab membangun prasarana, fasilitasi pembangunan dan keamanan agar setiap penduduk berperan dengan baik. Penduduk kurang mampu bisa mengikuti pemberdayaan, dan mampu bekerja keras menghasilkan produk-produk yang bermutu untuk keperluan ekspor dengan daya saing yang tinggi.

Dalam bidang ekonomi perlu dikembangkan struktur baru dari Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian diubah menjadi dua Kementerian baru, yaitu pertama Kementerian Koperasi, Usaha Kecil, Menengah dan Perdagangan Dalam Negeri, yang memihak keluarga kurang beruntung. Kedua, perlu dibentuk Kementerian Industri dan Perdagangan Internasional yang bertanggung jawab meningkatkan ekspor barang dan hasil industri nasional. Kementrian Koperasi, Usaha Kecil, Menengah dan Perdagangan Dalam Negeri serta dinas-dinas serupa di daerah bertanggung jawab merangsang pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah serta perdagangan dalam negeri. Kementerian ini bertanggung jawab membangun jaringan distribusi nasional yang mantab dan efisien sehingga pasar dalam negeri yang jumlahnya sangat besar dapat dikuasai oleh produk dalam negeri dan akhirnya menjadi basis ekspor.

Kementerian ini bertanggung jawab terhadap upaya pemberdayaan usaha kecil dan menengah dengan merangsang kecintaan dan penggunaan

produk dalam negeri. Bersama dengan Kementerian lain, kegiatannya diarahkan untuk merangsang dan menyiapkan sebanyak mungkin penduduk untuk bekerja. Orientasinya padat karya yang memberi kesempatan setiap penduduk mempunyai pekerjaan yang menguntungkan. Kementerian Industri dan Perdagangan Internasional berorientasi ekspor dengan tanggung jawab merangsang industri untuk menghasilkan produk dengan kualitas global yang mempunyai daya saing kuat terhadap produk negara lain. Investasi dan penggunaan teknologi modern perlu dikembangkan untuk menghasilkan produk dengan kualitas prima yang dengan mudah bisa bersaing dalam pasar intenasional. Nilai tambah dari hasil ekspor tersebut bisa dimanfaatkan untuk membeli barang modal untuk memajukan industri kecil menengah dan mengembangkan kemampuan ekspor lebih lanjut.

Departemen Sosial tetap ditugasi untuk membantu keluarga yang berada dalam keadaan tidak mampu karena musibah, terlalu tua atau tidak bisa lagi mengikuti berbagai upaya pemberdayaan yang diselenggarakan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Pelatihan Penduduk. Munculnya budaya saling membantu membawa masyarakat dan keluarga di pedesaan makin maju dan sejahtera. Lebih dari itu perlu dihidupkan budaya apresiasi kepada masyarakat yang peduli terhadap sesama anak bangsa. Penghargaan itu merangsang tumbuhnya rasa malu untuk tidak peduli, tidak memberi perhatian dan berbuat sesuatu untuk menolong sesama anak bangsa. Kekuatan ini diharapkan makin merangsang gerakan besar mensukseskan tujuan dan target-target pembangunan manusia atas dasar tujuan dan target MDGs secara nasional. Insya Allah.

[

NTUK menyukseskan program Posdaya yang akan diluncurkan 2007 mendatang, Yayasan Dana Sejahtera Mendiri (Yayasan Damandiri) akan mencontoh Provinsi Bali yang sukses menyelenggarakan Program Keluarga Berencana (KB) melalui pendekatan Banjar. Hal itu dikemukakan Wakil Ketua I Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono di hadapan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) se-Provinsi Bali, dalam rangka pertemuan PLKB sekaligus pembentukan Forum PLKB se-Provinsi Bali, beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut Haryono Suyono mengatakan, untuk daerah Bali memang Banjar-Banjar dijadikan sebagai pusat kegiatan pemberdayaan keluarga, namun untuk daerah lain bisa saja kita menggunakan rumah-rumah ibadah, terutama masjid untuk Islam sebagai pusat kegiatan Posdaya.

U

Reportase Majalah Gemari Edisi 71/VII/2006

Dalam dokumen MEMBANGUN ALIANSI UNTUK PEMBERDAYAAN (Halaman 47-55)

Dokumen terkait