kebersamaan, yang dimasa lalu pernah mengangkat nama baik Indonesia di kancah dunia sebagai pelopor gerakan KB yang kaya inovasi, untuk menempatkan penduduk yang telah berhasil itu sebagai aktor pembangunan bangsanya.
Mengacu pada tekad Presiden RI untuk segera mulai membangun manusia Indonesia menjadi manusia yang bermutu dan mandiri, maka materi sasaran dan target MDGs yang telah ditetapkan Undang-undang sebagai arahan pembangunan kedepan, kita diajak untuk menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan. Target pengentasan kemiskinan akan dijadikan target utama yang dengan pemberdayaan keluarga akan dikeroyok dan diselesaikan bersama. Lembaga-lembaga pedesaan seperti Posyandu, yang telah diperintahkan Presiden untuk disegarkan dan dikembangkan, bersama mitra kerja terkait akan dipersiapkan dengan sungguh-sungguh menjadi forum pemberdayaan keluarga sehingga kekuatan pembangunan di pedesaan akan melipat jumlahnya.
Seluruh komponen anak bangsa akan diajak untuk terjun dalam kegiatan Posyandu sehingga forum ini menjadi forum pembangunan yang dinamis. Orientasi dalam Posyandu pada bidang KB dan Kesehatan seperti saat didirikannya di tahun 1983, akan diperluas dengan materi pembangunan yang target-targetnya secara jelas tergambar dalam MDGs atau Human Development Index. Pendekatan Tridaya, yaitu pembangunan manusia dengan dukungan pembangunan wirausaha dan lingkungan yang kondusif akan menjadi acuan yang diperkuat dinamikanya.
Prioritas pengentasan kemiskinan, karena alasan-alasan strategis untuk masa depan bangsa, utamanya dalam memotong rantai
kemiskinan yang lestari dan tidak mengulang proses kulturisasi kemiskinan, diprioritaskan pada dukungan pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan pada anak-anak dan remaja, yaitu anak-anak umur 0-15 tahun, remaja umur 15-24 tahun, orang tua serta kakek-nenek atau lansia dari anak-anak dan remaja tersebut. Target-target utama untuk bidang keagamaan dan cinta tanah air, peduli terhadap sesamanya, KB dan kesehatan, pendidikan, wirausaha, dan peduli terhadap lingkungan, yang sebenarnya merupakan fungsi utama keluarga, akan dijadikan acuan berbagai lembaga dan instansi serta masyarakat umum yang akan diajak bekerja sama membantu keluarga di seluruh pelosok tanah air, utamanya keluarga kurang mampu.
Untuk mendukung upaya maha besar dan sangat kompleks itu dalam tataran kebijaksanaan Menko Kesra telah berhasil menelurkan kesepakatan nasional dalam Kongres Pembangunan Manusia beberapa waktu yang lalu. Sekarang terpulang kepada para Bupati dan Walikota untuk bergerak bersama rakyat di seluruh pelosok tanah air. Gerakan pembangunan manusia dengan tetap memberikan prioritas dan menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan ini harus menjadi acuan untuk semua kalangan. Karena manusia sebagai titik sentralnya, dan untuk peningkatan mutu serta kesejahteraan yang lestari, maka ukurannya harus segera disepakati dan disebarluaskan. Ukuran itu adalah partisipasi dan kesejahteraan yang dinikmati oleh setiap manusia di bumi pertiwi ini tanpa pilih kasih, tanpa perbedaan.
Posyandu yang dikembangkan menjadi Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya dalam setiap jajaran masyarakat akan mengembangkan kepedulian yang tinggi terhadap anak-anak yang tidak saja akan menjadi aset bangsa di masa depan, tetapi sekarangpun harus mulai bisa
menikmati budaya yang penuh kedamaian, kebersamaan, dan kesempatan partisipasi yang tinggi dalam membangun diri dan masyarakatnya. Anggapan bahwa anak-anak dan remaja adalah pemeran masa depan harus dikikis habis karena merekapun harus mulai menjadi pemeran dan menikmati perannya itu dengan pilihan yang demokratis. Dalam konteks tujuan luhur itu, Safari membangun jaringan pemberdayaan yang telah dimulai dari Jakarta, dalam minggu ini akan dilanjutkan ke Jawa Timur, Sumatra Selatan, Sumatra Utara dan kembali lagi ke Jawa Tengah dan Bali. Pada awal tahun 2007 kegiatan tersebut akan dilanjutkan ke daerah-daerah lain sementara daerah yang sudah dikunjungi diharapkan segera mulai dengan menyegarkan kembali, melatih kembali, kiat-kiat pembangunan bersama masyarakat yang dinamis.
Prioritas seperti ajakan hidup sehat, dengan KB dan pola hidup sehat dalam lingkungan keluarga yang harmonis, biarpun nampaknya mudah diingat, memerlukan dukungan jaringan pelayanan yang luas dalam masyarakat. Dukungan ini juga memerlukan tekad pemerintah daerah untuk memberi kemudahan bagi bidan di desa agar bisa memberikan dukungan pelayanan yang nyaman dan bermutu. Pengaturan birokrasi yang berbelit dan menyandarkan diri pada kepentingan formal berdasarkan standard kaku harus dihapuskan agar akses terhadap pelayanan yang luas dapat diperoleh. Kekurangan bukan disalahkan tetapi harus didukung dengan pelatihan yang intensif, mudah diikuti dengan jaringan pengaman yang luas dan menyenangkan.
Prioritas sasaran anak-anak, remaja, keluarga muda dengan ibu muda paritas rendah, lansia dalam keluarganya, harus menjadi sasaran
berbagai komponen pembangunan secara terpadu. Semangat hidup sehat, bersekolah, bekerja dalam bidang formal maupun wirausaha, bukan saja menjadi prioritas setiap keluarga, tetapi mendapat dukungan dari seluruh sarana pelayanan yang ada. Kesulitan memperoleh akses terhadap pelayanan harus menjadi perhatian dan sekaligus ditangani. Keberhasilannya diukur dari partisipasi rakyat dalam memanfaatkan pelayanan itu, bukan dari pendapatan asli daerah. Semoga berhasil.
[
ROGRAM Keluarga Berencana (KB) pada 2007 akan menghadapi tantangan besar dengan meledaknya jumlah anak-anak muda usia 15 – 24 tahun dan 25 – 35 tahun menjadi tiga kali lipat dibanding tahun 1970. Oleh karena itu, prioritas utama program KB harus lebih dikaitkan pada pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan. Keberadaan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) diharapkan bisa menjawab tantangan itu. Tantangan program KB ke depan memang tidak hanya terbentur pada masalah minimnya kesertaan akseptor KB di lapangan. Tapi juga pada kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan masyarakat dengan ber-KB. Generasi muda yang diharapkan bakal meneruskan tongkat estafet negeri ini bisa terancam sia-sia, bila mereka hidup dalam kemiskinan.
“Jangan biarkan anak muda kita miskin sehat,” cetus Prof Dr H Haryono Reportase Majalah Gemari Edisi 72/VIII/2007