• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membedakan Komisi-Komisi Kebenaran dari Penyelidikan Hak Asasi Manusia LainnyaPenyelidikan Hak Asasi Manusia Lainnya

Bagian I: Tinjauan Umum terhadap Keadilan Transisional

Bagian 3: Membedakan Komisi-Komisi Kebenaran dari Penyelidikan Hak Asasi Manusia LainnyaPenyelidikan Hak Asasi Manusia Lainnya

Pada awal bab ini, deinisi tentang sebuah komisi kebenaran

telah diberikan, yang menggarisbawahi atribut-atribut utamanya. Namun demikian, untuk mendapatkan sebuah pemahaman yang jelas tentang apa itu komisi kebenaran, mungkin juga membantu kalau kita memahami apa yang bukan komisi kebenaran. Dalam bagian ini, sebuah upaya dibuat untuk membedakan komisi-komisi kebenaran dari penyelidikan-penyelidikan hak asasi manusia lainnya. Frase “penyelidikan hak asasi manusia” digunakan di sini untuk menandai (signify) lembaga apa pun yang menyelidiki hak asasi manusia dan pelanggaran-pelanggaran yang terkait dengannya sebagai bagian dari kerjanya, terlepas dari apakah penyelidikan adalah sebuah komponen primer atau subsider dari keseluruhan misi atau tujuannya. Tujuannya adalah untuk menyusun sebuah taksonomi penyelidikan hak asasi manusia agar menempatkan komisi-komisi kebenaran di dalam sebuah konteks yang lebih luas.142 Taksonomi tersebut juga harus membantu pembaca ketika, dalam bab-bab selanjutnya, sebuah perbandingan dibuat di antara standard-standard kepatutan prosedural dan praktik-praktik pelbagai penyelidikan hak asasi manusia dengan standard-standard kepatutan prosedural komisi-komisi kebenaran.

Sebuah alasan lain untuk memeriksa penyelidikan-penyelidikan hak asasi manusia lainnya adalah bahwa sebuah komisi kebenaran hanyalah salah satu dari banyak mekanisme yang mungkin yang tersedia untuk memenuhi, atau memberikan kontribusi pada, sah dan pentingnya “hak untuk mengetahui kebenaran” baik pada tataran individual maupun sosial. Kadang-kadang sebuah komisi kebenaran akan menjadi wahana yang ideal untuk mengesahkan atau mendukung sebuah hak, sementara pada waktu lain tidak. Apa pun kasusnya, tidak ada penolakan bahwa penyelidikan-penyelidikan hak asasi manusia lainnya – apakah penyelidikan ad hoc atau permanen, penyelidikan pemerintah atau non-pemerintah, penyelidikan domestik atau multilateral – penting dari dirinya sendiri. Komisi-komisi kebenaran bukanlah jenis penyelidikan hak asasi manusia yang paling utama, juga bukan yang paling penting.

Buku ini membagi lingkup penyelidikan hak asasi manusia atas kategori-kategori berikut:

1. Penyelidikan hak asasi manusia non-pemerintah;

2. Komisi nasional hak asasi manusia, kantor ombudsman, dan jenis-jenis penyelidikan campuran (hybrid);

3. Lembaga monitor hak asasi manusia multilateral yang permanen dan ad hoc;

4. Komisi penyelidikan ad hoc nasional yang terkait dengan hak asasi manusia;

5. Pemeriksa kesehatan dan penyebab kematian;

6. Komisi penyelidikan ad hoc multilateral yang terkait dengan hak asasi manusia;

7. Lembaga reparasi dan kompensasi hak asasi manusia multilateral dan nasional baik yang permanen dan ad hoc;

8. Badan ad hoc dan permanen untuk penyelidikan hak asasi manusia masa lalu dan lustrasi nasional dan multilateral; 9. Prosedur pengaduan hak asasi manusia multilateral yang

permanen dan ad hoc;

10. Laporan negara tentang praktik hak asasi manusia dari negara-negara asing;

11. Pengadilan administratif permanen nasional yang terkait dengan hak asasi manusia.

Komisi-komisi kebenaran cenderung cocok dengan kategori komisi-komisi penyelidikan ad hoc nasional yang terkait dengan hak asasi manusia [kategori nomor 4]. Oleh karena itu, bab-bab berikut akan memberikan perhatian khusus pada standard-standard dan praktik-praktik kepatutan prosedural dari lembaga-lembaga yang termasuk ke dalam kategori tersebut.

Kadang-kadang komisi-komisi kebenaran didahului oleh, dan mendapatkan keuntungan dari, kerja-kerja sebelumnya dari badan-badan atau kegiatan penyelidikan hak asasi manusia lainnya. Pada waktu lain komisi kebenaranlah yang muncul lebih dahulu. Dan dalam banyak contoh, penyelidikan-penyelidikan hak asasi manusia yang berganda dilakukan secara simultan – dan kadang-kadang justru dilakukan secara kolaboratif.143 Apa pun kasusnya, komisi kebenaran tidaklah sendirian; komisi kebenaran adalah satu di antara pelbagai wahana yang mungkin untuk mengungkapkan kebenaran.

Penyelidikan-Penyelidikan Hak Asasi Manusia Non-pemerintah

Dalam konteks di mana pencarian kebenaran resmi tidak mungkin, penyelidikan-penyelidikan hak asasi manusia oleh pelaku-pelaku non-pemerintah bisa menjadi sangat penting.

Penyelidikan-penyelidikan demikian bisa menyediakan satu-satunya catatan atau rekaman tentang kekerasan atau pelanggaran masa lalu.

Namun demikian, lembaga-lembaga non-pemerintah, seberapapun besar upaya mereka untuk bekerja seperti komisi kebenaran, mereka bukanlah dan tidak bisa menjadi komisi kebenaran. Mereka bukan lembaga-lembaga “resmi” seperti komisi kebenaran. Selain itu, mereka kurang memiliki karakter penting lain (meskipun tidak selalu demikian) dari komisi kebenaran, seperti akses istimewa kepada dokumen-dokumen atau arsip-arsip pemerintah dan pengadilan, kewenangan penyelidikan kuasi-judisial, imunitas legal untuk tindakan-tindakan atau sikap pasif dengan niat baik, otoritas untuk menjamin kerahasiaan, dan janji akan jawaban pemerintah atas laporan akhir mereka.144 Akan tetapi, di pihak lain, penyelidikan-penyelidikan hak asasi manusia non-pemerintah bisa menyerupai komisi-komisi kebenaran. Sebagai contoh, mereka bisa menyelenggarakan acara dengar-kesaksian publik, “menyebutkan nama” dalam sebuah laporan akhir, atau merangsang reformasi penting.145 Mereka bahkan bisa menyebut diri mereka sendiri sebagai komisi kebenaran.146

Ruang lembaga-lembaga non-pemerintah yang menye-lenggarakan penyelidikan hak asasi manusia sangatlah luas. Contoh yang lazim adalah organisasi non-pemerintah untuk hak asasi manusia (ORNOP HAM).147 Meskipun aktivitas dan mandat ORNOP merentang luas, kebanyakan ORNOP domestik dan internasional berfokus pada penyelidikan, dokumentasi, dan penerbitan hal-hal berkaitan dengan pelanggaran hak asasi manusia. Di tingkat domestik, ada begitu banyak ORNOP yang harus disebutkan. Di tingkat internasional, ada beberapa contoh yang menjadi acuan, yaitu Amnesty Internasional148 dan Human Rights Watch.149 Salah satu dari tujuan ORNOP tersebut adalah menghasilkan laporan-laporan yang akurat dan otoritatif yang akan mempermalukan pemerintah sekaligus mendorong publik domestik dan internasional untuk

menuntut dipenuhinya keadilan. Dalam kerja penyelidikannya, mereka sering kali bersandar pada, dan bekerja sama secara erat dengan, mitra-mitra ORNOP domestik.

ORNOP juga menangani penyelidikan dan pelaporan dengan cara-cara yang lain. Sebagai contoh, di Uruguay, sebuah ORNOP berupaya untuk meniru kerja komisi kebenaran Argentina. Komisi itu menerapkan sebuah metode penyelidikan yang serupa dan bahkan memakai judul yang sama untuk laporan akhirnya:

Nunca Más, yang berarti “Jangan Lagi”.150 Di Maroko, ORNOP lokal menyelenggarakan karavan-karavan kebenaran (caravanes de vérité) ke pusat-pusat penahanan lama di mana mereka menyelenggarakan dan merekam kesaksian yang menyerupai acara dengar-kesaksian publik ala komisi kebenaran.151 Beberapa ORNOP menyelenggarakan penyelidikan yang sangat khusus, seperti National Security Archive, sebuah ORNOP berbasis di Amerika

Serikat dengan keahlian dalam hal deklasiikasi dokumen-dokumen

pemerintah Amerika Serikat yang sering kali membantu ORNOP-ORNOP lain dan komisi-komisi kebenaran.152 ORNOP-ORNOP lain berfungsi terutama sekali sebagai pusat-pusat dokumentasi, dengan tujuan utama untuk mengumpulkan dan merawat dokumen-dokumen agar mengamankan memori kolektif dari masa-masa sebelumnya yaitu masa perang dan teror.153 Komite Palang Merah

Internasional (International Commitee of the Red Cross, ICRC),

sebuah ORNOP dengan status hukum dan peran internasional yang khas (sui generis), adalah sebuah contoh penting lainnya. Lembaga ini menyelenggarakan inspeksi rahasia ke penjara-penjara dan melaporkan hasil-hasil temuannya secara rahasia ke negara yang bersangkutan. Ia mempublikasikan temuan-temuannya hanya jika negara bersangkutan berusaha menyesatkan publik.154

Institusi-institusi berbasis-agama atau keyakinan, khususnya di Amerika Latin, kadang-kadang melakukan penyelidikan hak asasi manusia juga.155 Sebagai contoh, kantor hak asasi manusia

dari keuskupan agung Santiago, Cili, menelusuri kasus-kasus penghilangan yang terjadi di bawah pemerintahan militer dan akhirnya menyerahkan dokumen informasinya kepada KKR negeri tersebut.156 Sebuah kegiatan berbasis agama yang berskala lebih besar adalah Proyek Pemulihan Ingatan Historis (Recovery of Historical Memory Project, REHMI, akronim asli bahasa Spanyol-nya), sebuah proyek yang dilakukan oleh Kantor Hak Asasi Manusia Keuskupan Agung Guatemala. REHMI didukung oleh lusinan gereja dan ORNOP dari seluruh dunia. Ratusan tenaga terlatih untuk mengambil pernyataan, kebanyakan di antaranya adalah masyarakat asli (indigenous), mengumpulkan enam ribu lima ratus testimoni, dan keseluruhan proyek itu mendokumentasikan lima puluh lima ribu kasus dan menemukan lima ratus situs pembantaian massal.157 Dengan mencontohi pengalaman-pengalaman regional

sebelumnya, proyek tersebut berakhir dengan sebuah laporan inal

yang besar berjudul Guatemala: Nunca Más, yang kemudian secara

signiikan djadikan sandaran oleh komisi kebenaran Guatemala.158 Pelbagai aktor non-pemerintahan lainnya juga melakukan penyelidikan hak asasi manusia. Para pengacara privat dan perkumpulan-perkumpulan legal kadang-kadang juga melakukan hal demikian.159 Organisasi-organisasi para antropolog forensik, seperti Tim Antropologi Forensik Argentina, menggabungkan

antropologi isik, arkeologi forensik, dan patologi forensik dalam

penyelidikan atas pembantaian massal dan kejahatan-kejahatan hak asasi manusia lainnya di seluruh dunia.160 Kerja-kerja investigatif dari para jurnalis media cetak, radio, dan televisi kadang-kadang mengungkapkan pelanggaran hak asasi manusia juga.161 Banyak

pembuat ilm dokumenter juga memberikan kontribusi penting bagi

penuturan kebenaran.162 Demikian juga halnya dengan universitas-universitas, yang memiliki pusat-pusat hak asasi manusia dan klinik-klinik hukum yang menyelenggarakan investigasi.163 Bahkan bank-bank swasta juga melakukan penyelidikan-penyelidikan yang terkait dengan hak asasi manusia.164 Kongres Nasional Afrika,

ketika ia masih berbentuk sebagai gerakan pembebasan nasional, menyelenggarakan dua komisi penyelidikan untuk pelanggaran-pelanggaran yang dituduhkan terhadap angkatan bersenjatanya sendiri.165 Para sejarahwan individual juga kadang-kadang melakukan penyelidikan atau investigasi atas kasus-kasus hak asasi manusia yang penting.166

Juga ada contoh-contoh unik tentang kolaborasi non-pemerintahan dalam wilayah penyelidikan hak asasi manusia, seperti Pengadilan Kejahatan Perang Internasional Perempuan (Women’s International War Crimes Tribunal), sebuah pengadilan semu yang dibentuk oleh organisasi-organisasi non-pemerintah dari delapan negara untuk “mengadili” Jepang dalam kaitan dengan penggunaan budak seks selama Perang Dunia Kedua.167 Sebuah contoh yang agak berbeda adalah Komisi Internasional Independen untuk Kosovo (Independent International Commission on Kosovo), sebuah komisi yang dibuat oleh pemerintah Swedia

tetapi djalankan seluruhnya oleh aktor-aktor non-negara yang

bekerja berdasarkan kapasitas personal mereka.168 Komisi tersebut memeriksa kejahatan-kejahatan perang dan aspek-aspek lainnya

dari konlik tahun 1999 di Kosovo.169

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Kantor Ombudsman, dan Jenis-Jenis Penyelidikan Campuran

Sekarang ini, di banyak negara bermunculan serangkaian lembaga-lembaga nasional (dan subnasional) yang mempromosikan dan memonitor kondisi hak asasi manusia domestik. Badan-badan tersebut secara umum digambarkan atau dinamakan sebagai “lembaga hak asasi manusia nasional” (national human rights institutions). Ada tiga institusi seperti itu yang djadikan bahasan

dalam bagian ini: komisi nasional hak asasi manusia (national human rights commission, Komnas HAM), kantor ombudsman, dan

kantor-kantor hibrida.170 Badan-badan ini memiliki mandat yang berbeda-beda, namun secara umum memiliki kewenangan untuk menerima dan menyelidiki pengaduan-pengaduan yang terkait dengan hak asasi manusia dari para warga dan penduduk dari negara di mana badan-badan tersebut beroperasi. Sebagaimana akan ditunjukkan, dalam beberapa konteks badan-badan itu telah memainkan peran menyerupai dan melengkapi komisi kebenaran.

Komnas HAM, kantor ombudsman, dan kantor hibrida berbeda dari komisi kebenaran dalam sejumlah cara yang penting.

Pertama, badan-badan tersebut bersifat permanen dan merupakan badan yang berdiri sendiri (freestanding). Jadi, para stafnya sudah selalu tersedia dan durasi kerjanya tidak terbatas seperti yang terdapat dalam komisi kebenaran. Sebagai badan yang permanen, badan-badan itu umumnya diberi kewenangan untuk memeriksa pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia yang sedang terjadi, sementara komisi kebenaran berfokus pada pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu. Dan, walaupun komisi hak asasi manusia, kantor ombudsman, dan kantor-kantor hibrida bisa berpusat pada korban dalam aktivitas mereka, namun itu bukanlah karakternya yang sebenarnya. Itu adalah karakter komisi kebenaran.

Komisi hak asasi manusia barangkali merupakan yang paling terkenal di antara ketiga institusi tersebut. Komisi-komisi seperti itu kebanyakan mengacu pada standard-standard internasional yang dikenal dengan nama Prinsip-Prinsip Paris (Paris Principles) tentang status dan fungsi institusi-institusi nasional untuk promosi dan perlindungan hak asasi manusia.171 Bertentangan dengan perhatian yang lebih luas dari kantor ombudsman, subjek hak asasi manusia menjadi fokus yang eksplisit dari komisi nasional hak asasi manusia, sebagaimana tercermin dari namanya. Komisi-komisi seperti itu muncul di sejumlah negara sekarang ini – dari Kanada ke Maroko hingga ke Filipina – dan namanya bisa bermacam-macam.172 Mandat-mandat komisi tersebut biasanya meliputi, antara lain,

edukasi publik tentang hak asasi manusia dan penyelidikan atas pengaduan-pengaduan berkaitan dengan hak asasi manusia. Dalam beberapa kasus, hal itu bisa meliputi baik sektor privat maupun publik, tetapi tidak harus bahwa semuanya berkaitan dengan semua jenis hak asasi manusia.173 Komisi nasional hak asasi manusia biasanya kurang dalam hal kekuasaan pembuatan keputusan kuasi-judisial; alih-alih, kekuasaannya cenderung terbatas pada metode

resolusi konlik non-litigasi seperti mediasi dan konsiliasi. Dalam

beberapa kasus, komisi-komisi ini bisa juga memiliki kekuasaan mengajukan masalah ke bentuk-bentuk yang mengikat seperti tribunal dan pengadilan hak asasi manusia.174

Sejumlah negara telah mendirikan kantor-kantor ombudsman untuk melengkapi, atau sebagai ganti dari, komisi nasional hak asasi manusia. Gagasan ombudsman, yang berasal muasal di Swedia, sekarang ini berkonotasi sebagai institusi-institusi nasional yang memonitor penyelenggaraan pemerintahan (public administration). Kantor-kantor ombudsman muncul di lebih dari seratus negara,175 dan namanya pun bisa beraneka ragam.176 Sebuah kantor ombudsman memiliki otoritas untuk melakukan penyelidikan atas tuduhan pelanggaran oleh pegawai publik atau oleh agen-agen yang diatur secara publik. Ia biasanya melakukan hal itu untuk merespon pengaduan, tetapi ia juga bisa melakukan hal itu atas inisiatifnya sendiri. Kantor ombudsman juga secara umum memiliki kewenangan untuk membuat rekomendasi perbaikan dalam laporan mereka kepada pemerintah atau parlemen. Namun demikian, seperti halnya komisi nasional hak asasi manusia, kantor ombudsman biasanya kurang memiliki kekuasaan untuk mengeluarkan keputusan yang mengikat. Karena mandatnya terfokus pada pelaksanaan pemerintahan, isu-isu hak asasi manusia tak terhindarkan muncul – termasuk, misalnya, isu-isu diskriminasi atau pelanggaran di pusat-pusat penahanan – tetapi kantor ombudsman tidak memiliki mandat untuk secara eksplisit berfokus pada pelanggaran hak asasi manusia.

Dalam beberapa tahun belakangan ini, khususnya di Amerika Latin dan Eropa Tengah dan Timur, versi-versi hibrida dari komisi nasional hak asasi manusia dan lembaga ombudsman bermunculan. Seorang komentator terkemuka menyebut versi-versi ini sebagai “ombudsman hak asasi manusia hibrida”.177 Sebagaimana tampak dari namanya, badan-badan ini menjalankan dua peran utama: monitoring pelaksanaan pemerintahan, dan perlindungan dan promosi hak asasi manusia. Selain itu, badan-badan itu bisa juga menggunakan kekuasaan yang secara umum tidak dimiliki oleh ombudsman atau komisi hak asasi manusia yang klasik, seperti kekuasaan untuk menggugat undang-undang di pengadilan konstitusional [mekanisme ini lazim disebut sebagai judicial review

terhadap undang-undang dalam kaitan dengan konstitusi sebuah negara yang dilakukan di hadapan mahkamah konstitusi, ed.], mengeluarkan kritik publik atas tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan konstitusi, dan mengajukan pemikiran terhadap draf undang-undang yang berkaitan dengan hak asasi manusia. Contoh-contoh dari badan-badan hibrida semacam itu meliputi, antara lain,

Defensor del Pueblo (Spanyol dan banyak negara Amerika Latin termasuk Kolombia dan Argentina), Procurador para la Defensa de los Derechos Humanos (El Salvador, Guatemala), Commissioner for Civil Rights Protection (Polandia), Human Rights Ombudsman (Slovenia), Advocate of the People (Romania, Albania), dan Commission for Human Rights and Administrative Justice (Ghana).

Banyak komisi hak asasi manusia, kantor ombudsman, dan jenis hibridanya telah melakukan kerja yang serupa dengan komisi kebenaran. Sebuah ombudsman hak asasi manusia di Honduras menjalankan sebuah penyelidikan yang penuh untuk kasus-kasus

penghilangan secara paksa dan menghasilkan sebuah laporan inal

yang mencakupi nama-nama dari mereka yang dituduh bertanggung jawab.178 Di Australia, sebuah komisi nasional hak asasi manusia menyelesaikan sebuah penyelidikan besar dan laporan tentang

keluarga mereka antara tahun 1910 dan 1970.179 Di Meksiko, komisi nasional hak asasi manusia menyelidiki dan mempublikasikan sebuah laporan setebal tiga ratus halaman tentang tindakan kekerasan politik yang dilakukan oleh pasukan keamanan selama “perang kotor” di negeri tersebut yaitu pada tahun 1970-an dan awal 1980-an.180 Di Peru, sebuah laporan yang berpengaruh besar oleh Defensoría del Pueblo tentang penghilangan paksa sejak tahun 1980 hingga 1996 membuktikan kegunaan besar kerja KKR Peru.181 Semua itu hanyalah beberapa contoh tentang kontribusi yang bisa dilakukan oleh badan-badan tersebut.

Sebagai catatan terakhir, yang penting adalah mengakui bahwa komisi hak asasi manusia, kantor ombudsman, dan kantor hibrida muncul bersamaan dengan institusi-institusi nasional lain yang serupa. Komisi-komisi privasi, para penyelidik jasa pembinaan para narapidana, komisi-komisi pengaduan polisi, dan badan-badan serupa lainnya juga menyelidiki pelanggaran-pelanggaran terkait hak asasi manusia di banyak negara. Di beberapa negara, misalnya di di negara-negara bekas Yugoslavia, terdapat komisi-komisi atau institut-institut permanen yang ditugaskan untuk melakukan penyelidikan dan dokumentasi kasus-kasus dari

orang-orang yang hilang selama periode konlik bersenjata.182 Ada juga badan-badan yang khas dan unik, seperti Institut Polandia untuk Kenangan Nasional (the Polish Institute of National Remembrance). Lembaga yang dibentuk oleh parlemen Polandia pada tahun 1998 ini memiliki misi yang mencakupi penyelidikan atas pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang dilakukan selama dan tidak lama setelah Perang Dunia Kedua.183

Lembaga Monitor Hak Asasi Manusia Multilateral yang Permanen dan Ad Hoc

Untuk melengkapi kerja badan-badan hak asasi manusia domestik, muncullah sejumlah besar monitor hak asasi manusia multilateral,

beberapa di antaranya bersifat permanen dan yang lainnya ad hoc. Beberapa dari badan ini berfokus pada keseluruhan aspek hak asasi manusia (misalnya, Komisi HAM Antar-Amerika), sementara banyak lainnya lebih berfokus pada kategori-kategori

hak asasi manusia yang spesiik (misalnya, Komite PBB

menen-tang Penyiksaan). Meskipun badan-badan multilateral tidak menggantikan kewajiban hukum internasional dari sebuah negara untuk melakukan penyelidikan dan melaporkan pelanggaran hak asasi manusia, kerja-kerja dari badan-badan ini bisa memiliki

dampak politik dan hukum yang siginiikan, dengan membantu

mengisi apa yang disebut sebagai “celah impunitas” di beberapa negara. Banyak dari monitor hak asasi manusia ini juga memainkan peran penting dalam promosi global dan pengarusutamaan hak asasi manusia.184

Monitor hak asasi manusia multilateral merupakan pelengkap untuk, tetapi berbeda dari, komisi-komisi kebenaran. Banyak dari antara monitor-monitor yang penting itu merupakan lembaga permanen, dan bukannya ad hoc. Badan-badan itu cenderung berfokus pada pelanggaran masa lalu juga pelanggaran yang sedang terjadi. Mereka umumnya kurang memiliki kekuasaan investigatif kuasi-judisial, dan kebanyakan atau bahkan semuanya bekerja di luar negara yang sedang diselidiki itu. Monitor-monitor multilateral menyelidiki tindakan-tindakan kekerasan yang kejam atau represi yang dilakukan dalam konteks pemerintahan otoritarian

atau konlik bersenjata, tetapi mungkin juga hanya menyelidiki

kekerasan yang terjadi di negara-negara demokratis pada masa damai. Dan meskipun banyak monitor mengeluarkan laporan besar tentang penyelidikan mereka, laporan-laporan tersebut pada umumnya tidak menandai berakhirnya badan-badan tersebut; alih-alih, mereka malah merangsang suatu fungsi yang terus berlanjut, sebagaimana halnya dengan NGO, kantor ombudsman, dan komisi nasional hak asasi manusia. Dalam semuanya ini, monitor-monitor multilateral permanen dan ad hoc berbeda dari komisi-komisi kebenaran.

Dalam sistem PBB, terdapat serangkaian lembaga monitor yang melakukan beberapa bentuk penyelidikan hak asasi manusia. Yang paling utama adalah Kantor Komisioner Tinggi Hak Asasi

Manusia PBB (Oice of the Hight Commissioner for Human

Rights),185 pelbagai badan-badan perjanjian PBB (dalam kapasitas mereka untuk meninjau laporan kinerja negara dan menyelidiki pelanggaran yang sistematik),186 Komisi HAM PBB (misalnya, melalui prosedur yang dikenal dengan sebutan “prosedur 1503),187 kelompok-kelompok kerja dari Komisi HAM PBB (seperti Kelompok Kerja untuk Penghilangan Paksa atau Suka Rela),188 monitori-monitor independen dari Komisi HAM PBB atau Sekretaris Jenderal PBB (seperti utusan khusus untuk negara-negara atau masalah tertentu),189 kelompok-kelompok kerja dari Sub-Komisi untuk Promosi dan Perlindungan Hak Asasi Manusia (seperti Kelompok Kerja tentang Bentuk-Bentuk Kontemporer Perbudakan),190 Komisi tentang Status Perempuan,191 dan Komite Khusus untuk Menyelidiki Praktik-Praktik Israel yang Mempengaruhi Hak-Hak Asasi Rakyat Palestina dan Warga Arab Lainnya di Wilayah-Wilayah Pendudukan.192 Operasi-operasi lapangan PBB untuk urusan hak asasi manusia juga memainkan peran investigatif penting di banyak negara.193

Sistem-sistem multilateral regional meliputi serangkaian monitor hak asasi manusia yang menjalankan penyelidikan hak asasi manusia juga. Dalam sistem hak asasi manusia Antar-Amerika,