• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAGAIMANA MEMBERIKAN INTERPRETASI TERHADAP TEMUAN? Interpretasi mencakup pemberian makna terhadap data, atau

lessons learned” (apa-apa yang dipelajari) sebagaimana dinyatakan oleh Lincoln and Guba (1995). Interpretasi, dalam penelitian kualitatif, bermakna si peneliti melihat kebelakang kembali dan membentuk makna yang lebih luas tentang fenomena berdasarkan pandangan pribadi, perbandingan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu, atau dua-duanya. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang interpretatif: anda harus memberikan makna terhadap temuan-temuan penelitian. Interpretasi ini dalam laporan penelitian biasanya terdapat pada bahagian akhir yang berjudul “Pembahasan,”, “Kesimpulan,” “Interpretasi,” atau “Implikasi”. Bahagian ini biasanya mencakup:

 Tinjauan tentang temuan-temuan pokok dan sejauh mana pertanyaan-pertanyan penelitian sudah terjawab;

 Refeksi pribadi si peneliti tentang makna data-data penelitian;  Pandangan pribadi dibandingkan atau dipertentangkan dengan

kajian pustaka;

 Keterbatasan penelitian;

 Saran-saran untuk penelitian lanjutan; Meringkaskan Temuan

Bagian “pembahasan” dimulai dengan rekapitulasi umum dari temuan-temuan utama. Kadang-kadang anda mengungkapkan pertanyaan penelitian satu demi satu dan setelah itu memberikan temuan-temuan terhadap masing-masing pertanyaan tersebut. Tujuan umum dari bagian ini adalah untuk menyajikan kepada para pembaca pandangan umum tentang temuan-temuan dalam rangka menggambarkan hasil penelitian secara lebih rinci berupa deskripsi dan tema.

Karena para peneliti kualitatif menyakini bahwa pandangan-pandangan pribadi tak bisa dipisahkan dari interpretasi, maka refeksi pribadi tentang makna data perlu dimasukkan dalam penelitian. Anda mendasari interpretasi pribadi tersebut pada perkiraan, pandangan, dan intuisi. Karena anda sudah berada di lapangan dan secara pribadi sudah bertemu cukup lama dengan individu-individu, anda berada pada posisi yang strategis untuk memberikan refeksi dan komentar tentang makna yang lebih luas dari data-data. Dua buah contoh yang berikut ini mengilustrasikan keberagaman refeksi pribadi yang ditemukan dalam penelitian-penelitian kualitatif.

Dalam penelitian etnograf klasik tentang anak yang suka mencemooh, Wolcot (1983) memberikan refeksi tentang makna belajar oleh Brad:

Belajar—dalam pengertian enkulturasi yang luas tentang makna apa yang diperlukan orang untuk diketahui supaya kompeten pada peranan-peranan yang harus dapat dimainkannya di dalam masyarakat, ketimbang dalam maknanya yang sempit dari belajar yang terjadi di sekolah—adalah proses yang berkelanjutan dimana masing-masing manusia terlibat satu sama lainnya sepanjang hidupnya. (hal.24).

Contoh selanjutnya bagaimana para peneliti bisa memberikan komentar interpretatif tentang pertanyaan-pertanyaan baru yang perlu dijawab. Dalam diskusi oleh Tierney (1993), yang berbicara dengan orang Afrika Amerika yang kebetulan menderita AIDS di sebuah kampus universitas, si peneliti memutuskan wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak bisa dijawab.

Bagaimana kita membangun pemahaman antar perbedaan-perbedaan sehingga kita bisa mengakui dan menghormati satu sama lain ketimbang mempertanyakan legitimasi orang-orang lainnya? Apakah perlu pembaca ataupun pakar metodologi atau administrator yang tidak memahami kenyataan ini dengan berdiam diri saja? (hal.27).

Membuat perbandingan dengan literatur

Interpretasi boleh jadi juga mengandung referensi ke literatur dan kajian-kajian terdahulu. Sama halnya dengan peneliti kuantitatif, peneliti kualitatif memberikan interpretasi terhadap data atas dasar penelitian

terdahulu, dengan memperlihatkan bagaimana temuan-temuan penelitiannya mendukung atau bertentangan dengan penelitian-penelitian terdahulu atau dua-duanya. Interpretasi seperti ini boleh jadi membandingkan temuan-temuan kualitatif dengan pandangan-pandangan konseptual dari para pakar ilmu sosial yang ada dalam literatur, atau boleh mengkombinasikan pandangan pribadi dengan istilah-istlah atau gagasan-gagasan dalam bidang pendidikan atau ilmu sosial. Dalam penelitian kualitatif tentang interaksi antara saudara kandung, yakni antara Down, yang mengalami sindrom, dengan tiga orang saudaranya: Harry, Day, dan Quist (1998) membuat kesimpulan dengan komentar-komentar interpretatif tentang memasukkan “Raul” ke dalam situasi di luar seting keluarga. Para peneliti mengaitkan komentar-komentar tersebut dengan yang terdapat di dalam literatur.

Kami dengan tegas berkeyakinan, seperti halnya yang ditemui dalam literatur tentang topik ini (Hurley-Gefner, 1995, Schnorr, 1990), bahwa persyaratan pertama adalah struktur sekolah yang inklusif dan berkelanjutan yang membiarkan para siswa dengan ketidakmampuannya itu bersama-sama dengan anggota-anggota keluarganya mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah (halaman 209)

Keterbatasan-keterbatasan lain dan saran-saran untuk penelitian lanjutan

Sama halnya dengan peneliti kuantitatif, peneliti kualitatif mengungkapkan keterbaasan-keterbatasan atau kelemah-kelmahan yang terdapat dalam penelitiannya dan membuat rekomendasi untuk penelitian lanjutan. Keterbatasan-keterbatasan tersebut boleh jadi terkait dengan masalah-masalah dalam pengumpulan data, pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab oleh para partisipan, pemilihan sampel purposif terhadap individu-individu dan situs penelitian. Implikasi bagi penelitian lanjutan boleh jadi juga mencantumkan pemanfaatn temuan-temuan penelitian bagi praktek (seperti untuk keperluas kelas, sekolah, orang, misalnya orang dewasa atau remaja) atau perlunya penelitian lanjutan. Anda mungkin juga perlu menyatakan implikasinya terhadap pengambilan keputusan, seperti merencanaan praktek yang lebih baik (misalnya perencanaan kampus yang lebih baik ke depan terutama yang terakait dengan

bagaimana menangani insiden-insiden kekerasan atau untuk para pembaca yang telah anda identifkasi dalam bahagian pendahuluan laporan penenlitian anda.

BAGAIMANA ANDA MEMVALIDASI AKURASI TEMUAN-TEMUAN ANDA?

Dalam keseluruhan proses pengumpulan dan penganalisisan data, anda perlu menjamin bahwa temuan-temuan dan interpretasi anda akurat adanya.

Memvalidasi temuan-temuan bermakna bahwa si peneliti menentukan

keakuratan atau kredibilitas temuan-temuan melalui strategi seperti member checking and traingulation (pengecekan dan triangulasi oleh mereka-mereka yang terlibat dalam penelitian). Beberapa diantara para peneliti kualitatif telah berbicara tentang ini (seperti Creswell & Miller, 2000; Lincoln & Guba, 1985). Para peneliti kualiatif tidak secara khusus menggunakan kata bias dalam penelitian; mereka mengatakan bahwa semua penelitian bersifat interpretatif dan bahwa para peneliti harus melakukan self-refection tentang peranan mereka dalam penelitian, bagaimana mereka memberikan interpretasi terhadap temuan-temuan penelitian, sedangkan perjalanan hidup pribadi dan politik mereka telah terbentuk dan secara otomatis akan mewarnai interpretasi mereka terhadap temuan-temuan tersebut (Creswell, 2007). Dengan demikian, akurasi dan kredibilitas temuan-temuan merupakan hal yang paling penting. Ada berbagai ragam istilah yang digunakan oleh para peneliti kualitatif untuk mendeskripsikan makna akurasi dan kredibilitas ini (misalnya lihat otentisitas, trustworthiness (keterpercayaan) dalam Lincoln & Guba, 1985), dan strategi-strategi yang digunakan untuk memvalidasi tulisan-tulisan kualitatif bervariasi jumlahnya (lihat delapan bentuk dalam Creswell & Miller, 2000). Di sini kita akan berbicara tentang tiga bentuk yang secara khusus digunakan oleh para peneliti kualitatif: triangulasi, member checking dan auditing.

Para peneliti kualitatif melakukan triangulasi terhadap sumber-sumber data yang berbeda guna meningkatkan akurasi temuan penelitian.

Triangulasi adalah proses memperkuat bukti dari individu-individu

yang berbeda (misalnya kepala sekolah dan siswa), tipe-tipe data (misalnya catatan-catatan lapangan dan wawancara), atau metoda pengumpulan data (misalnya dokumen dan wawancara) dalam rangka membangun deskripsi dan tema dalam penelitian kualitatif. Si peneliti mengecek masing-masing sumber informasi itu dan menemukan bukti yang mendukung sebuah tema. Ini menjamin bahwa penelitian akan

akurat karena informasi diperoleh dari berbagai sumber, individu-individu, atau proses. Dengan cara begini, si peneliti akan melahirkan laporan yang tidak hanya akurat tapi juga kredibel.

Para peneliti juga mengecek temuan-temuannya kepada para partisipan yang terlibat dalam penelitian untuk menentukan apakah temuan-temuan mereka akurat adanya. Member checking adalah sebuah proses di mana si peneliti menanyakan kepada satu atau lebih partisipan penelitian guna mengecek akurasi dari suatu laporan. Pengecekan ini dilakukan dengan membawa kembali temuan-temuan itu kepada para partisipan dan menanyakan kepada mereka (tertulis atau melalui wawancara) tentang akurasi dari laporan. Anda bertanya kepada para partisipan tentang bermacam aspek penelitian, seperti apakah sesuatu deskripsi sudah lengkap dan realistik atau tidak, apakah tema-tama sudah akurat untuk dimasukkan, dan apakah interpretasi-interpretasi sudah adil dan reprsentatif.

Para peneliti boleh jadi juga minta bantuan kepada seseorang yang tidak terlibat dalam kegiatan penlitian untuk melakukan pengecekan terhadap laporan penelitian itu dan melaporkan hasilnya kembali secara tertulis berkenaan dengan kelebihan dan kelemahan penelitian tersebut. Ini merupakan proses yang disebut audit eksternal, di mana di peneliti menggaji dan mendapatkan pelayanan dari seseorang individu yang tidak terlibat dalam kegiatan penelitian untuk mereview beberapa aspek yang berbeda dari penelitian. Audit ini bisa terjadi selama atau setelah penelitian selesai, dan auditor secara khusus mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti yang diutarakan oleh Schwandt dan Halpern (1988):

Apakah temuan-temuan ini berakar (grounded) dari data? Apakah kesimpulan-kesimpulannya logis?

Apakah tema-temanya tepat?

Bisakah keputusan-keputusan tentang penelitian dan perubahan-perubahan metodologis diberikan justifkasi?

Sejauh mana terdapat bias dari si peneliti?

Strategi-strategi apa yang digunakan untuk meningkatkan kredibilitas?

Mari kita kembali pada Maria, yang melakukan refeksi tentang apakah interpretasinya “benar” adanya. Anda tentu masih ingat bahwa Maria menyadari bahwa interpretasi terhadap temuan-temuan penelitianya mencakup perspektif dia sendiri yang bersumber dari pengalaman dirinya sendiri. Sebagai seorang Latino, ia sadar akan adanya marginalisasi yang dirasakan oleh beberapa anak yang dia wawancarai tentang kepemilikan senjata. Ia menyadari juga bahwa dalam keluarga-keluarga Latino, ada atau tdak adanya dukungan keluarga memainkan peranan utama dan bahwa interpretasinya tentang tema (seperti “alienation” (pemencilan) atau “hak untuk memperthankan diri”) akan terefeksi dari perhatiannya terhadap isu-isu ini. Bagaimana mungkin Maria memisahkan dirinya dari temuan-temuannya. Tentu saja jawaban kualitatif merupakan interpretatsi yang harus melibatkan pendapat si peneliti. Pertanyaan yang lebih luas adalah apakah laporan Maria akurat dan kredibel bagi mereka-mereka yang dia teliti? Maria bisa memvalidasi laporan penelitiannya dengan jalan membicarakannya dengan sekelompok kecil siswa dan guru yang diwancarainya dan menyuruh mereka membaca narasi dari tema-tema yang sudah disusunnya. Selama proses ini berlangsung, kelompok tersebut berdiskusi secara terbuka apakah tema-tema tersebut merefeksikan pengalaman-pengalaman mereka sendiri, dan kemudian Maria bisa menambah dan mengubahnya di sana sini sesuai dengan disukusi tematik tersebut untuk melaporkan pengalaman-pengalaman para siswa dan guru tersebut secara akurat dan kredible.

Sementara anda membayangkan apa yang dilakukan oleh Maria untuk mengecek akurasi temuan-temuannya, pendekatan apa lagi yang mungkin digunakan Maria?

MENGKAJI KEMBALI ANALISIS DATA KUALITATIF DALAM STUDI KASUS “GUNMAN INCIDENT”

Dalam penelitian kualitatif : Gunman Incidnt”(Asmussen & Creswell, 1995), para peneliti secara ringkas mendiskusikan prosedur analisis data pada paragraf 12. Mereka bercerita secara rinci, memasukkan kuitipan-kutipan, dan memberikan interpretasi terhadap peristiwa-peristiwa. Tambahan lagi, mereka menyajikan sebuah deskripsi dan juga pengembangan tema tentang temuan-temuan penelitian. Mengurut peristiwa-peristiwa yang terjadi selama dua

minggu setelah insiden, dengan memberikan deskripsi secara rinci tentang peristiwa-peristiwa tersebut (paragraf 04 – 10). Mereka juga menganalisis data-data untuk melahirkan tema-tema, seperti lima buah tema yang mereka sajikan pada paragraf 13 – 31. Pada bahagian akhir dari artikel mereka, mereka memberikan interpretasi tentang makna yang lebih luas dari penelitian dengan jalan mempertimbangkan dua buah perspektif yang luas – psikologis dan psikososial—untuk menjelaskan signifkansi dari penelitian tersebut (paragraf 35). Akhirnya, mereka secara ringkas mendiskusikan pendekatan mereka dalam rangka memvalidasi akurasi dan kredibilitas penelitian mereka. Mereka lakukan ini dengan jalan membawa studi kasus ini kembali para partisipan untuk mendapatkan umpan balik mereka dan untuk memasukkan komentar para partisipan tersebut ke dalam laporan akhir penelitian (paragraf 12).

Dokumen terkait