• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memungkinkan tumbuhnya pemikiran dengan kebenaran yang “absolut”

Dalam dokumen Bahan Ajar Kritik Arsitektur (Halaman 27-38)

· Memperlebar konflik dalam tingkat teoritik dalam arsitektur 5. Kesimpulan

· Tidak etik menggunakan keberhasilan arsitektur masa lalu untuk bangunan fungsi mutakhir

· Tidak etik memperlakukan teknologi secara berbeda dari yang dilakukan sebelumnya

· Jika akan me

reproduce objek yang muncul pada masa lalu untuk masa kini harus dipandang secara total dan dengan cara pandang yang tepat · Bahwa desain arsitektur selalu mengekspresikan keputusan desain yang

tepat Secara sosial bangunan akan tercela bila ia merepresentasikan sikap seseorang dan tidak didasarkan pada hasrat yang tumbuh dari kebutuhan masyarakatnya.

3.3 Kritik Normatif   Sistem

Beberapa hal terkait kritik normatif 

 – 

sistem adalah :

1. Bagi Kritikus dan Desainer bergantung pada hanya satu doktrin sangat riskan untuk mendukung satu keputusan desain

2. Menggantungkan pada hanya satu prinsip akan mudah diserang sebagai : menyederhanakan (simplistic), tidak mencukupi (inadequate) atau kadaluarsa (out of dated )

3. Alternatifnya adalah bahwa ada jalinan prinsip dan faktor yang dapat dibangun sebagai satu system untuk dapat menegaskan rona bangunan dan kota.

4. Systematic Criticsm dipandang cukup lebih baik daripada doktrin yang tunggal untuk dihadapkan pada kompleksitas kebutuhan dan pengalaman manusia.

5. Setidaknya, ada beberapa hal yang harus dipikirkan yakni : Tabel 3.3. Aspek yang dipikirkan dalam kritik normatif 

 – 

sistem

Aspek Penjelasan

1. Elements

Mass(massa), Bentuk wujud tiga dimensi yang terpisah dari lingkungan Space(ruang), Volume batas‐batas permukaan di sekeliling massa Surface(permukaan), batas massa dan ruang

2. Relations Bahwa kita menterjemahkan saling keterhubungan ini diantara dimensi‐dimensi

3. Capacity of the structure Kelayakan untuk mendukung tugas bangunan

4. Valuable Nilai yang dikandung yang mengantarkan kepada rasa manusia untuk mengalami ruang.

6. Menurut Huxtable, 1976, dalam Kicked a Building Lately :

Kritik arsitektur sedang dihadapkan hanya dengan sekadar produksi bangunan yang indah. Bahwa kini kita kewalahan menghitung beragam cara memenuhi kondisi kebutuhan lingkungan yang kompleks dan sophisticated . Hal yang terkait yang perlu dipikirkan adalah :

· Apa sajakah bagian

bagiannya? · Bagaimana ia bekerja?

· Bagaimana ia dikaitkan dengan apa yang ada di sekitarnya?

· Bagaimana bangunan dapat memuaskan manusia dan masyarakat sebagaimana yang dibutuhkan klien?

· Bagaimana kelayakannya terhadap organism secara lebih luas, komunitas?

· Apa nilai tambah atau kurang terhadap dan dari kualitas hidup?

7. Beberapa variasi sistem kritik normatif 

 – 

sistem ditunjukkan dalam tabel berikut :

Tabel 3.4 Variasi Sistem kritik normatif 

 – 

system Tokoh Uraian Albert Bush 1959 · Commodity (komoditas), · Firmness (kekokohan) ·  Delight (kesenangan) Viruvius 1900 · Firmitas (kekokohan), · Utilitas (kegunaan), · Venustas (keindahan) John Ruskin1851

· Bahwa bangunan harus bertindak baik, dan memperlakukan segala sesuatunya untuk  meningkatkan cara yang paling baik 

· Bahwa bangunan harus berbicara yang baik. Dan mengatakan pada bagian

bagiannya untuk berbicara dengan kata

kata yang baik 

· Bahwa bangunan harus tampak baik, dan

mempersilahkan kita melalui keberadaannya baik  yang dilakukannya atau yang dikatakannya

Hillier, Musgrove,

O’ Sull ivan, Geofr ey

Broadbent 1972

· Climate Modifier (Pengatur iklim)

· Container of Activities (Pewadah aktifitas)

· Symbolic and Cultural Object (Simbolik dan objek  budaya)

·  Addition of Value to Raw Materials (Memberi nilai terhadap material yang mentah)

·  Having Environment Impact (Mempengaruhi lingkungan secara positif)

Christian N. Schulz 1965

·  Building Task (Tugas Bangunan) · Form (Bentuk )

· Technics (Teknik Membangun) Brown

3.4 Kritik Normatif   Tipe

Beberapa hal terkait Kritik Normatif 

 – 

Tipe :

1. Kritik Tipikal diasumsikan bahwa ada konsistensi dalam pola kebutuhan dan kegiatan manusia yang secara tetap dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan lingkungan fisik 

2. Studi tipe bangunan saat ini telah menjadi pusat perhatian para sejarawan arsitektur. Hal ini dapat dipahami karena desain akan menjadi lebih mudah dengan mendasarkannya pada type yang telah standard, bukan pada innovative originals (keaslian, inovasi).

3. Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada kualitas, utilitas dan ekonomi dalam lingkungan yang telah terstandarisasi dan kesemuanya dapat terangkum dalam satu typologi.

4. Menurut Alan Colquhoun (1969), Typology & Design Method , dalam buku Charles Jencks, Meaning in Architecture

Type pemecahan standard justru disebut sebagai desain inovatif. Karena dengan ini problem dapat diselesaikan dengan mengembalikannya pada satu convensi (type standard ) untuk  mengurangi kompleksitas.

5. Elemen Kritik Normatif  

 ‐

Tipe

Setidaknya ada 3 hal yang harus ditelaah dalam membuat kritik normatif 

 – 

tipe, dengan referensi berupa standar, atau jika belum ada standarnya maka harus disandingkan dengan bangunan yang sejenis lainnya

Tabel 3.5 Elemen Kritik Normatif 

 ‐

Tipe

Elemen Penjelasan

1. Struktur

Tipe ini didasarkan atas penilaian terhadap lingkungan dikaitkan dengan lingkungan yang dibuat dengan material yang sama dan pola yang sama pula.

· Jenis bahan · Sistem struktur · Pemipaan ·  Ducting dsb.

2. Fungsi

Hal ini didasarkan pada pembandingan lingkungan yang didesain untuk aktifitas yang sama. Misalnya sekolah akan dievaluasi dengan keberadaan sekolah lain yang sa ma.

· Kebutuhan pada ruang kelas · Kebutuhan auditorium

· Kebutuhan ruang terbuka dsb.

3. Bentuk

· Diasumsikan bahwa ada tipe bentuk 

bentuk yang eksestensial dan memungkinkan untuk dapat dianggap memadai bagi fungsi yang sama pada bangunan lain.

· Penilaian secara kritis dapat difocuskan pada cara bagaimana bentuk itu dimodifikasi dan dikembangkan variasinya.

· Sebagai contoh bagaimana Pantheon telah memberi inspirasi bagi bentuk 

bentuk bangunan yang monumental pada masa berikutnya.

· Menurut Mc. Donald (1976), The Pantheon :

Secara simbolis dan ideologis Pantheon dapat bertahan karena ia mampu menjelaskan secara memuaskan dalam bentuk arsitektur, segala sesuatunya secara meyakinkan memenuhi kebutuhan dan inspirasi utama manusia. Melalui astraksi bentuk bumi dan imaginasi kosmos dalam bentuk  yang agung. Arsitek Pantheon telah memberi seperangkat simbol transedensi agama, derajad dan kekuatan politik.

6. Keunggulan dan kelemahan Keunggulan :

· Desain dapat lebih efisien dan dapat menggantungkan pada tipe tertentu.

· Tidak perlu menentukan pilihan

pilihan visi baru lagi.

· Dapat mengidentifikasi secara spesifik setiap kasus yang sama · Tidak memerlukan upaya yang membutuhkan konteks lain. Kelemahan :

· Desain hanya didasarkan pada solusi yang minimal · Sangat bergantung pada tipe yang sangat standard · Memiliki ketergantungan yang kuat pada satu type · Tidak memeiliki pemikiran yang segar

· Sekadar memproduksi ulang satu pemecahan 7. Dampak dari Kritik Normatif 

 – 

Tipe :

· Munculnya semiotica dalam arsitektur, satu bentuk ilmu sistem tanda (Science of sign systems) yang mengadopsi dari tipe ilmu bahasa. Walaupun kemudian banyak pakar menyangsikan kesahihan tipe ini, dan menyebut semiotica dalam arsitektur sebagai bentuk pseudo theoretic

· Munculnya Pattern Language sebagaimana telah disusun oleh Christoper Alexander

· Banyak penelitian yang mengarah pada penampilan bentuk bangunan · Lahirnya arsitektur yang tidak memiliki keunikan dan bangunan

3.5 Kritik Normatif   Ukuran

Beberapa hal terkait Kritik Normatif 

 – 

Tipe :

1. Kritik terukur menyatakan satu penggunaan bilangan atau angka hasil berbagai macam observasi sebagai cara menganalisa bangunan melalui hukum

hukum matematika tertentu. Norma yang terukur digunakan untuk  memberi arah yang lebih kuantitatif. Hal ini merupakan satu bentuk  analogi dari ilmu pengetahuan alam yang diformulasikan untuk tujuan kendali rancangan arsitektural.

2. Pengolahan melalui statistik atau teknik lain secara matematis dapat mengungkapkan informasi baru tentang objek yang terukur dan wawasan tertentu dalam studi arsitektur.

3. Perbedaan dari kritik normatif yang lain adalah terletak pada metode yang digunakan yang berupa standardisasi desain yang sangat kuantitatif dan terukur secara matematis.

4. Bilangan atau standard pengukuran secara khusus memberi norma bagaimana bangunan diperkirakan pelaksanaannya.

5. Standardisasi pengukuran dalam desain bangunan dapat berupa :

Ukuran batas minimum atau maksimum

Ukuran batas rata

rata (average)

Kondisi

kondisi yang dikehendaki

Contoh : Bagaimana Pemerintah daerah melalui Peraturan Tata Bangunan menjelaskan beberapa sandard normatif 

Batas sempadan bangunan dan luas terbangun

Batas ketinggian pagar yang diijinkan

Standardisasi : Pencegahan kebakaran, penangkal petir, penggunaan air bersih dsb.

6. Norma atau standard yang digunakan dalam kritik terukur bergantung pada ukuran minimum/maksimum, rata

rata atau kondisi yang dikehendaki yang selalu merefleksikan berbagai tujuan dari bangunan itu sendiri. 7. Tujuan dari bangunan biasanya diuraikan dalam tiga ragam petunjuk 

sebagai berikut:

i. Tujuan Teknis (Technical Goals) ii. Tujuan Fungsi (Functional Goals) iii. Tujuan Perilaku ( Behavioural Goals)

Tujuan Teknis (Technical Goals)

Kesuksesan bangunan dipandang dari segi standardisasi ukurannya secara teknis. Contoh : Sekolah, dievaluasi dari segi pemilihan dinding interiornya.

Pertimbangan yang perlu dilakukan adalah : a. Stabilitas Struktur

- Daya tahan terhadap beban struktur

- Daya tahan terhadap benturan

- Daya dukung terhadap beban yang melekat terhadap bahan

- Ketepatan instalasi elemen

elemen yang di luar sistem

b. Ketahanan Permukaan Secara Fisik 

- Ketahanan permukaan

- Daya tahan terhadap gores dan coretan

- Daya serap dan penyempurnaan air

c. Kepuasan Penampilan dan Pemeliharaan

- Kebersihan dan ketahanan terhadap noda

- Timbunan debu yang mungkin menempel

- Kemudahan dalam penggantian terhadap elemen

elemen yang rusak 

Kemudahan dalam pemeliharaan baik terhadap noda atau kerusakan teknis dan alami.

Tujuan Fungsi ( Functional Goals)

Berkait pada penampilan bangunan sebagai lingkungan aktivitas yang khusus maka ruang harus dipenuhi melalui penyediaan suatu area yang dapat

digunakan untuk aktivitas tersebut. Pertimbangan yang diperlukan :

Keberlangsungan fungsi dengan baik 

Aktifitaskhusus yang perlu dipenuhi

Kondisi

kondisi khusus yang harus diciptakan

Kemudahan

kemudahan penggunaan,

Pencapaian dan sebagainya.

Tujuan Perilaku ( Behavioural Goals)

Bangunan tidak saja bertujuan untuk menghasilkan lingkungan yang dapat berfungsi dengan baik tetapi juga lebih kepada dampak bangunan terhadap individu. Kognisi mental yang diterima oleh setiap orang terhadap kualitas bentuk  fisik bangunan.

Lozar (1974), dalam  Measurement Techniques Towards a Measurement  Technology, menganjurkan sistem klasifikasi ragam elemen perilaku dalam tiga kategori yang relevan untuk dapat memandang kritik sebagai respon yang dituju :

Dalam dokumen Bahan Ajar Kritik Arsitektur (Halaman 27-38)

Dokumen terkait