· Memperlebar konflik dalam tingkat teoritik dalam arsitektur 5. Kesimpulan
· Tidak etik menggunakan keberhasilan arsitektur masa lalu untuk bangunan fungsi mutakhir
· Tidak etik memperlakukan teknologi secara berbeda dari yang dilakukan sebelumnya
· Jika akan me
‐
reproduce objek yang muncul pada masa lalu untuk masa kini harus dipandang secara total dan dengan cara pandang yang tepat · Bahwa desain arsitektur selalu mengekspresikan keputusan desain yangtepat Secara sosial bangunan akan tercela bila ia merepresentasikan sikap seseorang dan tidak didasarkan pada hasrat yang tumbuh dari kebutuhan masyarakatnya.
3.3 Kritik Normatif Sistem
Beberapa hal terkait kritik normatif
–
sistem adalah :1. Bagi Kritikus dan Desainer bergantung pada hanya satu doktrin sangat riskan untuk mendukung satu keputusan desain
2. Menggantungkan pada hanya satu prinsip akan mudah diserang sebagai : menyederhanakan (simplistic), tidak mencukupi (inadequate) atau kadaluarsa (out of dated )
3. Alternatifnya adalah bahwa ada jalinan prinsip dan faktor yang dapat dibangun sebagai satu system untuk dapat menegaskan rona bangunan dan kota.
4. Systematic Criticsm dipandang cukup lebih baik daripada doktrin yang tunggal untuk dihadapkan pada kompleksitas kebutuhan dan pengalaman manusia.
5. Setidaknya, ada beberapa hal yang harus dipikirkan yakni : Tabel 3.3. Aspek yang dipikirkan dalam kritik normatif
–
sistemAspek Penjelasan
1. Elements
Mass(massa), Bentuk wujud tiga dimensi yang terpisah dari lingkungan Space(ruang), Volume batas‐batas permukaan di sekeliling massa Surface(permukaan), batas massa dan ruang
2. Relations Bahwa kita menterjemahkan saling keterhubungan ini diantara dimensi‐dimensi
3. Capacity of the structure Kelayakan untuk mendukung tugas bangunan
4. Valuable Nilai yang dikandung yang mengantarkan kepada rasa manusia untuk mengalami ruang.
6. Menurut Huxtable, 1976, dalam Kicked a Building Lately :
Kritik arsitektur sedang dihadapkan hanya dengan sekadar produksi bangunan yang indah. Bahwa kini kita kewalahan menghitung beragam cara memenuhi kondisi kebutuhan lingkungan yang kompleks dan sophisticated . Hal yang terkait yang perlu dipikirkan adalah :
· Apa sajakah bagian
‐
bagiannya? · Bagaimana ia bekerja?· Bagaimana ia dikaitkan dengan apa yang ada di sekitarnya?
· Bagaimana bangunan dapat memuaskan manusia dan masyarakat sebagaimana yang dibutuhkan klien?
· Bagaimana kelayakannya terhadap organism secara lebih luas, komunitas?
· Apa nilai tambah atau kurang terhadap dan dari kualitas hidup?
7. Beberapa variasi sistem kritik normatif
–
sistem ditunjukkan dalam tabel berikut :Tabel 3.4 Variasi Sistem kritik normatif
–
system Tokoh Uraian Albert Bush 1959 · Commodity (komoditas), · Firmness (kekokohan) · Delight (kesenangan) Viruvius 1900 · Firmitas (kekokohan), · Utilitas (kegunaan), · Venustas (keindahan) John Ruskin1851· Bahwa bangunan harus bertindak baik, dan memperlakukan segala sesuatunya untuk meningkatkan cara yang paling baik
· Bahwa bangunan harus berbicara yang baik. Dan mengatakan pada bagian
‐
bagiannya untuk berbicara dengan kata‐
kata yang baik· Bahwa bangunan harus tampak baik, dan
mempersilahkan kita melalui keberadaannya baik yang dilakukannya atau yang dikatakannya
Hillier, Musgrove,
O’ Sull ivan, Geofr ey
Broadbent 1972
· Climate Modifier (Pengatur iklim)
· Container of Activities (Pewadah aktifitas)
· Symbolic and Cultural Object (Simbolik dan objek budaya)
· Addition of Value to Raw Materials (Memberi nilai terhadap material yang mentah)
· Having Environment Impact (Mempengaruhi lingkungan secara positif)
Christian N. Schulz 1965
· Building Task (Tugas Bangunan) · Form (Bentuk )
· Technics (Teknik Membangun) Brown
3.4 Kritik Normatif Tipe
Beberapa hal terkait Kritik Normatif
–
Tipe :1. Kritik Tipikal diasumsikan bahwa ada konsistensi dalam pola kebutuhan dan kegiatan manusia yang secara tetap dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan lingkungan fisik
2. Studi tipe bangunan saat ini telah menjadi pusat perhatian para sejarawan arsitektur. Hal ini dapat dipahami karena desain akan menjadi lebih mudah dengan mendasarkannya pada type yang telah standard, bukan pada innovative originals (keaslian, inovasi).
3. Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada kualitas, utilitas dan ekonomi dalam lingkungan yang telah terstandarisasi dan kesemuanya dapat terangkum dalam satu typologi.
4. Menurut Alan Colquhoun (1969), Typology & Design Method , dalam buku Charles Jencks, Meaning in Architecture
Type pemecahan standard justru disebut sebagai desain inovatif. Karena dengan ini problem dapat diselesaikan dengan mengembalikannya pada satu convensi (type standard ) untuk mengurangi kompleksitas.
5. Elemen Kritik Normatif
‐
TipeSetidaknya ada 3 hal yang harus ditelaah dalam membuat kritik normatif
–
tipe, dengan referensi berupa standar, atau jika belum ada standarnya maka harus disandingkan dengan bangunan yang sejenis lainnya
Tabel 3.5 Elemen Kritik Normatif
‐
TipeElemen Penjelasan
1. Struktur
Tipe ini didasarkan atas penilaian terhadap lingkungan dikaitkan dengan lingkungan yang dibuat dengan material yang sama dan pola yang sama pula.
· Jenis bahan · Sistem struktur · Pemipaan · Ducting dsb.
2. Fungsi
Hal ini didasarkan pada pembandingan lingkungan yang didesain untuk aktifitas yang sama. Misalnya sekolah akan dievaluasi dengan keberadaan sekolah lain yang sa ma.
· Kebutuhan pada ruang kelas · Kebutuhan auditorium
· Kebutuhan ruang terbuka dsb.
3. Bentuk
· Diasumsikan bahwa ada tipe bentuk
‐
bentuk yang eksestensial dan memungkinkan untuk dapat dianggap memadai bagi fungsi yang sama pada bangunan lain.· Penilaian secara kritis dapat difocuskan pada cara bagaimana bentuk itu dimodifikasi dan dikembangkan variasinya.
· Sebagai contoh bagaimana Pantheon telah memberi inspirasi bagi bentuk
‐
bentuk bangunan yang monumental pada masa berikutnya.· Menurut Mc. Donald (1976), The Pantheon :
Secara simbolis dan ideologis Pantheon dapat bertahan karena ia mampu menjelaskan secara memuaskan dalam bentuk arsitektur, segala sesuatunya secara meyakinkan memenuhi kebutuhan dan inspirasi utama manusia. Melalui astraksi bentuk bumi dan imaginasi kosmos dalam bentuk yang agung. Arsitek Pantheon telah memberi seperangkat simbol transedensi agama, derajad dan kekuatan politik.
6. Keunggulan dan kelemahan Keunggulan :
· Desain dapat lebih efisien dan dapat menggantungkan pada tipe tertentu.
· Tidak perlu menentukan pilihan
‐
pilihan visi baru lagi.· Dapat mengidentifikasi secara spesifik setiap kasus yang sama · Tidak memerlukan upaya yang membutuhkan konteks lain. Kelemahan :
· Desain hanya didasarkan pada solusi yang minimal · Sangat bergantung pada tipe yang sangat standard · Memiliki ketergantungan yang kuat pada satu type · Tidak memeiliki pemikiran yang segar
· Sekadar memproduksi ulang satu pemecahan 7. Dampak dari Kritik Normatif
–
Tipe :· Munculnya semiotica dalam arsitektur, satu bentuk ilmu sistem tanda (Science of sign systems) yang mengadopsi dari tipe ilmu bahasa. Walaupun kemudian banyak pakar menyangsikan kesahihan tipe ini, dan menyebut semiotica dalam arsitektur sebagai bentuk pseudo theoretic
· Munculnya Pattern Language sebagaimana telah disusun oleh Christoper Alexander
· Banyak penelitian yang mengarah pada penampilan bentuk bangunan · Lahirnya arsitektur yang tidak memiliki keunikan dan bangunan
3.5 Kritik Normatif Ukuran
Beberapa hal terkait Kritik Normatif
–
Tipe :1. Kritik terukur menyatakan satu penggunaan bilangan atau angka hasil berbagai macam observasi sebagai cara menganalisa bangunan melalui hukum
‐
hukum matematika tertentu. Norma yang terukur digunakan untuk memberi arah yang lebih kuantitatif. Hal ini merupakan satu bentuk analogi dari ilmu pengetahuan alam yang diformulasikan untuk tujuan kendali rancangan arsitektural.2. Pengolahan melalui statistik atau teknik lain secara matematis dapat mengungkapkan informasi baru tentang objek yang terukur dan wawasan tertentu dalam studi arsitektur.
3. Perbedaan dari kritik normatif yang lain adalah terletak pada metode yang digunakan yang berupa standardisasi desain yang sangat kuantitatif dan terukur secara matematis.
4. Bilangan atau standard pengukuran secara khusus memberi norma bagaimana bangunan diperkirakan pelaksanaannya.
5. Standardisasi pengukuran dalam desain bangunan dapat berupa :
•
Ukuran batas minimum atau maksimum•
Ukuran batas rata‐
rata (average)•
Kondisi‐
kondisi yang dikehendakiContoh : Bagaimana Pemerintah daerah melalui Peraturan Tata Bangunan menjelaskan beberapa sandard normatif
•
Batas sempadan bangunan dan luas terbangun•
Batas ketinggian pagar yang diijinkan•
Standardisasi : Pencegahan kebakaran, penangkal petir, penggunaan air bersih dsb.6. Norma atau standard yang digunakan dalam kritik terukur bergantung pada ukuran minimum/maksimum, rata
‐
rata atau kondisi yang dikehendaki yang selalu merefleksikan berbagai tujuan dari bangunan itu sendiri. 7. Tujuan dari bangunan biasanya diuraikan dalam tiga ragam petunjuksebagai berikut:
i. Tujuan Teknis (Technical Goals) ii. Tujuan Fungsi (Functional Goals) iii. Tujuan Perilaku ( Behavioural Goals)
Tujuan Teknis (Technical Goals)
Kesuksesan bangunan dipandang dari segi standardisasi ukurannya secara teknis. Contoh : Sekolah, dievaluasi dari segi pemilihan dinding interiornya.
Pertimbangan yang perlu dilakukan adalah : a. Stabilitas Struktur
- Daya tahan terhadap beban struktur
- Daya tahan terhadap benturan
- Daya dukung terhadap beban yang melekat terhadap bahan
- Ketepatan instalasi elemen
‐
elemen yang di luar sistemb. Ketahanan Permukaan Secara Fisik
- Ketahanan permukaan
- Daya tahan terhadap gores dan coretan
- Daya serap dan penyempurnaan air
c. Kepuasan Penampilan dan Pemeliharaan
- Kebersihan dan ketahanan terhadap noda
- Timbunan debu yang mungkin menempel
- Kemudahan dalam penggantian terhadap elemen
‐
elemen yang rusakKemudahan dalam pemeliharaan baik terhadap noda atau kerusakan teknis dan alami.
Tujuan Fungsi ( Functional Goals)
Berkait pada penampilan bangunan sebagai lingkungan aktivitas yang khusus maka ruang harus dipenuhi melalui penyediaan suatu area yang dapat
digunakan untuk aktivitas tersebut. Pertimbangan yang diperlukan :
•
Keberlangsungan fungsi dengan baik•
Aktifitaskhusus yang perlu dipenuhi•
Kondisi‐
kondisi khusus yang harus diciptakan•
Kemudahan‐
kemudahan penggunaan,•
Pencapaian dan sebagainya.Tujuan Perilaku ( Behavioural Goals)
Bangunan tidak saja bertujuan untuk menghasilkan lingkungan yang dapat berfungsi dengan baik tetapi juga lebih kepada dampak bangunan terhadap individu. Kognisi mental yang diterima oleh setiap orang terhadap kualitas bentuk fisik bangunan.
Lozar (1974), dalam Measurement Techniques Towards a Measurement Technology, menganjurkan sistem klasifikasi ragam elemen perilaku dalam tiga kategori yang relevan untuk dapat memandang kritik sebagai respon yang dituju :