• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Heri Zakaria (Penarik Becak BSA di Pangkalan Jl Persatuan)

4.4. Interpretasi Data

4.4.5. Strategi Adaptasi Penarik Becak BSA 1 Modifikasi Tampilan Becak

4.4.5.5. Menambah jam Kerja

Sewaktu dulu jumlah alat transportasi dalam kota Di Kota Pematang Siantar masih sangat sedikit yaitu bus Gok, Sado, dan Siantar Bus. Pada awal keberadaan becak di Kota pematang Siantar, profesi sebagai penarik becak merupakan salah satu profesi yang banyak diminati oleh masyarakat. Hasil wawancara dilapangan diperoleh keterangan bahwa, dulu para penarik becak BSA dapat memenuhi kebutuhan sehari - hari, menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung, dan menyekolahkan anak - anak, bahkan sebagian dari mereka dapat membeli tanah atau beberapa petak sawah. Bisa dikatakan berprofesi sebagai penarik becak merupakan pekerjaan yang menjanjikan.

Namun, kini masa itu hanya merupakan kenangan manis bagi para penarik becak BSA. Banyaknya jumlah angkutan umum seperti angkutan kota (Angkot) dan munculnya becak - becak illegal berplat hitam membuat pemasukan bagi panarik becak BSA sangat turun drastis. Kini, kondisi kehidupan para penarik becak tersebut sangat memprihatinkan. Kebutuhan - kebutuhan kehidupan sehari - hari menjadi sesuatu yang mereka anggap susah untuk di penuhi sekarang ini. Hal ini sesuai dengan penuturan Bapak Heri berikut:

“Kalau dulu waktu belum banyak kali angkot, 100 ribu itu udah sejahtera kita, karena harga - harga kan masih murah. Kalau

sekarang 100 ribu itu masih pas - pas aja nya itu. Minyak aja udah 20 ribu, rokok 20 ribu, belum lagi untuk anak - anak sekolah dan biaya lainnya”.(wawancara dengan bapak Heri Zakaria (37 thn) di Pangkalan Jalan Persatuan pada 11Mei di Kota Pematang Siantar)

Padahal sewaktu dulu, ada ikatan perjanjian jam operasi kerja antara penarik becak dan penarik angkot. Untuk angkot jam operasinya antara pukul 06.00 wib - 18.00 wib. Sedangkan untuk becak antara pukul 18.00 wib hingga malam hari. Akan tetapi, perjanjian itu hanyalah secara lisan saja. Seiring dengan berjalan waktu perjanjian jam operasi kerja itu pun terlupakan. Secara otomatis transportasi becak semakin kesulitan dalam memperoleh penumpang. Disamping angkot mampu menampung penumpang dalam jumlah yang cukup banyak, tarif ongkos yang ditetapkan juga lebih ekonomis. Maka, untuk dapat menyesuaikan dengan perubahan kondisi yang ada, beberapa penarik becak BSA melakukan strategi adaptasi dengan menarik becak sampai larut malam. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Muhanawi berikut:

“kadang aku mau juga narik sampai malam, ya hitung - hitung untuk nambah - nambah pemasukanlah, tapi itu kadang - kadang aja. karena taulah umur udah kayak gini gak terlalu kuat kali lagi, Kalau dulu agak sering. Apalagi kalau malam itu kan disini dingin kali ,terpaksalah awak pake jaket biar gak kedinginan”.(wawancara dengan bapak Muhanawi (54 thn) di Pangkalan Jalan Patuan Anggi pada 13 mei 2014 di Kota Pematang Siantar)

Pernyataan tersebut juga didukung oleh penjelasan dari bapak Edi berikut:

“kalau narik malam hari ongkosnya pun agak mahal sedikit kami buat apalagi kalau sampai larut malam. Penumpang itu pun mengertinya itu, wajarlah kan namanya awak narik malam belum tentu nanti dapat penumpang. Sementara awak nunggu - nunggu penumpang sambil kedinginan. Adapun penumpang malam hari satu atau dua orang ajanya itu. Paling orang yang kemalaman ajanya itu pulangnya berhubung angkot pun gak ada lagi terpaksalah dia naik

becak”.(wawancara dengan bapak Edi (46 thn)di Pangkalan Jalan Wahidin pada 15 Mei di Kota Pematang Siantar)

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa dalam menyesuaikan dengan perubahan kondisi yang ada, para penarik becak BSA di Kota Pematang Siantar menggunakan strategi adaptasi dengan menarik becak sampai larut malam. Strategi tersebut dilakukan oleh para penarik becak untuk menyesuaikan dengan perubahan lingkungan yang terjadi. Upaya menarik becak sampai larut malam merupakan cara yang dilakukan oleh penarik becak BSA agar memperoleh penghasilan yang lebih besar. Berdasarkan wawancara, rata - rata jam kerja normal penarik becak berkisar antara pukul 7 pagi - 9 malam. Namun dikarenakan tuntutan kehidupan serta persaingan yang ketat dengan angkot/mopen maka strategi adaptasi menarik becak sampai larut malam pun dilakukan oleh beberapa penarik becak BSA.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Becak BSA (Birmingham Small Arms) merupakan ikon bagi kota Pematang Siantar. Becak di Kota Pematang Siantar memiliki keunikan tersendiri, karena becak BSA merupakan sepeda motor bekas peninggalan tentara sekutu semasa perang dunia ke II ketika berada di Indonesia. Menurut UU No.5 Tahun 1992 motor BSA merupakan salah satu situs cagar budaya yang harus dilindungi dan dipelihara.

2. Sebagai mata pencaharian, usaha menarik becak BSA merupakan suatu bentuk aktivitas yang dilakukan oleh sebahagian masyarakat Siantar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Terancam punahnya becak motor bermesin BSA di Siantar, disinyalir karena menyerbu masuknya kendaraan mini bus sebagai moda angkutan umum alternatif. Hal ini merupakan faktor penyebab menurunnya tingkat pendapatan para penarik becak BSA. Selain itu, keunikan serta nilai historis motor tua ini membuat para kolektor sangat tertarik dan kerap sekali menawarkan harga yang cukup tinggi. Karena alasan ekonomi, saat ini beberapa penarik becak BSA sudah menjual motor BSA nya dan menggantikannya dengan motor pabrikan jepang ataupun China.

3. Agar dapat mempertahankan keberadaan becak BSA, para penarik becak menggunakan berbagai strategi adaptasi untuk menghadapi halangan - halangan ataupun hambatan. Strategi adaptasi yang digunakan diantaranya yaitu: 1. Untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang ada, para penarik becak BSA melakukan strategi adaptasi modifikasi tampilan becak agar dapat memberikan pelayanan yang nyaman kepada penumpang. 2. Upaya pembuatan suku cadang sendiri melalui proses pembubutan merupakan strategi adaptasi yang digunakan oleh para penarik becak BSA dalam menghadapi kendala kelangkahan suku cadang BSA akibat pabrik BSA yang sudah tidak berproduksi lagi. 3. Dalam menghadapi hambatan yang menyangkut eksistensinya, para penarik becak memanfaatkan jaringan sosial dengan melakukan perjuangan. Bentuk perjuangan yang dilakukan adalah aksi protes ke jalan dan melakukan pelayangan surat somasi ke Pemko dan DPRD. Manfaat lain yang diperoleh penarik becak BSA dalam memanfaatkan jaringan sosial yang mereka ikuti adalah adalah mendapatkan sejumlah bantuan diantaranya sembako, Cat, maupun bantuan berupa dana. 4. Sedangkan dalam menghadapi permasalahan ekonomi para penarik becak melakukan strategi adaptasi dengan melakukan pekerjaan sambilan dan menambah jam kerja.

5.2. Saran

Saat ini belum ada bentuk upaya yang signifikan dari pemerintah dalam penanganan pemasalahan kondisi para penarik becak BSA. Padahal jika kita menilik undang - undang yang ada, BSA merupakan salah - satu situs cagar budaya Kota Pematang Siantar. Hal tersebut sesuai dengan undang - undang No.5 tahun 1992,

yang menyatakan bahwa benda peninggalan sejarah diatas usia 50 tahun dapat dinyatakan sebagai benda cagar budaya dan wajib dilindungi oleh pemerintah. Menurut undang - undang no.5 tahun 1992, benda cagar budaya adalah buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang merupakan kesatuan atau kelompok, atau bagian -bagiannya, atau sisa - sisanya, yang berumur sekurang- kurangnya 50 tahun serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan serta kebudayaan. Akan tetapi situasi tersebut ironi dangan apa yang diharapkan, ketika BSA sedang berada diambang kepunahan pada tahun 25 juli 2006, pemerintah malah berencana menerbitkan wacana peraturan daerah yang memungkinkan untuk menggantikan BSA dengan sepeda motor produk Jepang ataupun China dengan dalih ingin meremajakan becak motor ini. Padahal secara tidak langsung tindakan ini akan menghilangkan ikon Kota Pematang Siantar yang seharusnya dilestarikan.

Untuk itu BOM’S yang tergabung dengan segenap para penarik becak dan masyarakat yang peduli benda cagar budaya BSA mengharapkan agar pemerintah mau ikut berpartisipasi dalam hal menjaga dan melindungi salah satu situs benda cagar budaya Kota Pematang Siantar ini. Ada beberapa tuntutan yang diajukan terhadap pemerintah Kota Pematang Siantar, diantara yaitu :

1. Memintanya dicabutnya perda yang berencana menghapuskan keberadaan becak BSA

2. Meminta diadakan pemutihan terhadap administrasi surat BSA karena sebagian besar BSA tidak memiliki surat disamping itu becak BSA juga merupakan hasil daur ulang dari kendaraan sekutu pada masa lampau.

3. Meminta dibuatkan perda yang menyatakan bahwa BSA ini merupakan satu - satunya kendaraan pariwisata resmi selain kendaraan umum di Kota Pematang Siantar.

4. Meminta dilahirkannya perda oleh DPRD bahwa BSA adalah benda cagar budaya yang harus dilindungi maka untuk itu melarang terjadinya becak - becak keluar dari Pematang Siantar melalui proses jual beli atau proses apapun.

Dengan terwujudnya beberapa tuntutan diatas, diharapkan pendapatan para penarik becak lebih meningkat dari sebelumnya sehingga para penarik BSA tetap memelihara dan mempertahankan BSA nya sekaligus tetap mempertahankan profesinya sebagai penarik becak BSA.

BAB II

Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini peneliti menggunakan tinjauan kepustakaan untuk melihat hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai strategi adaptasi dan becak bermotor. Penelitian tentang strategi adaptasi dilihat pada petani garam, bandar judi togel, orang minang terhadap bahasa, makanan, dan norma masyarakat jawa, transmigrasi jawa di Sungai Beremas, penjaga perlintasan kereta api, nelayan, masyarakat kutai terhadap lingkungan dalam menentukan pemukiman, masyarakat miskin, dan pekerja jepang terhadap culture shock. Sedangkan becak bermotor dikaji berdasarkan pengetahuan tentang sejarah becak bermotor di Indonesia dan mancanegara.