• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua

Capaian Tujuan 7 Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua

Target 2A. Menjamin pada tahun 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan di manapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar

Secara umum permasalahan pendidikan dasar untuk semua adalah masih belum optimalnya pencapaian pemerataan pendidikan yang disebabkan oleh adanya sebagian kecil masyarakat di daerah pedesaan yang masih rendah kesadarannya untuk menyekolahkan anaknya. Secara rinci permasalahan tersebut adalah :

1. Masih terdapat beberapa anak usia pendidikan dasar yang belum bersekolah karena faktor budaya dan/atau ekonomi

2. Kesenjangan APM antar Kabupaten/Kota terutama dalam jenjang SMP/MTS/Paket B 3. Terdapat kecenderungan makin tinggi jenjang pendidikan makin rendah APM-nya 4. Belum semua Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dapat mengakses layanan pendidikan

dasar karena kendala budaya, dan lokasi sekolah

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Target 3A : Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015.

1. Ketimpangan gender dalam partisipasi pendidikan semakin besar pada level pendidikan yang lebih tinggi. Kesenjangan terbesar terdapat di Kabupaten Gunung Kidul, Sleman, dan Kulonprogo.

2. Masih rendahnya wawasan gender di kalangan pelaksana pendidikan

3. Belum optimalnya upaya pengarusutamaan gender dalam bidang pendidikan

4. Belum optimalnya koordinasi lintas sektoral dalam upaya integrasi keadilan dan kesetaraan gender.

5. Belum terintegrasikannya responsifitas gender dalam perencanaan, pelaksanaan, penganggaran dan evaluasi program

6. Masih rendahnya kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian. Hal ini dikarenakan tingkat partisipasi perempuan yang lebih rendah daripada laki-laki dan kurangnya upaya pemberdayaan perempuan dalam pekerjaan upahan sektor non formal

7. Partisipasi perempuan dalam parlemen/legislatif baik di Provinsi DIY maupun di Kabupaten/kota di provinsi DIY masih rendah yaitu di bawah 30%. Rendahnya partisipasi perempuan yang duduk di legislatif tersebut dikarenakan hambatan struktural dan kultural. Partai politik masih kurang melakukan pendidikan politik dan memberikan kesempatan kepada perempuan untuk menjadi pengurus partai politik.

8. Rendahnya partisipasi perempuan dalam proses pengambilan keputusan (musrenbang) di tingkat desa, kecamatan dan Kabupaten.

51

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak

Target 4A. Menurunkan Angka Kematian Balita hingga dua pertiga dalam kurun waktu 1990-2015

1. Masih ada kesenjangan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita antar Kabupaten/kota.

2. Masih terdapat ibu hamil dengan status gizi yang kurang

3. Penanganan Berat Badan Lahir Rendah dan asfiksia yang belum optimal. 4. Cakupan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif masih rendah.

5. Bayi di bawah usia 1 tahun yang mendapatkan imunisasi campak sudah mencapai 100,08%, namun di beberapa Kabupaten/kota di provinsi DIY cakupannya masih di bawah 100%.

6. Permasalahan dari sisi penyedia layanan (supply side) adalah :

a. Sebaran Sumber Daya Manusia Kesehatan belum merata antar Kabupaten/ kota b. Kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) berkualitas termasuk

rujukan belum memadai

c. Pembiayaan pelayanan KIA berkualitas belum memadai. 7. Dari sisi demand side :

a. Pemahaman dan pengetahuan perempuan belum memadai. b. Sosial ekonomi rendah

c. Dukungan keluarga terhadap perilaku perawatan kesehatan belum maksimal.

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

Target 5A : Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015

Angka kematian ibu (AKI) di Provinsi DIY menempati salah satu yang terbaik di tingkat nasional, namun apabila dibandingkan dengan negara negara ASEAN dan target MDGs masih perlu upaya untuk menurunkannya. Penyebab kematian ibu di DIY tidak terlepas dari permasalahan dalam setiap tahapan siklus hidup (continuum care) mulai dari konsepsi sampai dengan dewasa. Berdasarkan Riskesdas Tahun 2007 Wanita Usia Subur Kekurangan Energi Kronis (WUS KEK) di DIY menempati urutan ke-30 (tiga terburuk di Indonesia). Hal tersebut menyumbangkan angka kematian ibu melahirkan karena perdarahan, lahirnya bayi dengan berat badan rendah (BBLR), berlanjut pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak, terjadinya kasus gizi buruk, gizi kurang, stunting (pendek), hingga siklus kehidupan berikutnya. Jumlah kematian ibu yang tinggi sebagian besar terjadi pada penduduk pendatang dengan mobilitas tinggi sehingga akses untuk pelayanan kesehatan tidak dapat optimal.

52

Target 5B : Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015

Beberapa permasalahan yang ditemui dalam rangka mewujudkan akses pelayanan KB sebagai salah satu Hak Reproduksi yang harus dipenuhi oleh semua pada tahun 2015 adalah Komitmen dari Pemerintah Daerah yang masih belum optimal dalam mengelola urusan wajib KB sehingga dukungan anggaran untuk pelaksanaan KB di Kabupaten/Kota masih sangat terbatas, walaupun dukungan secara regulasi sudah ada . Kesejahteraan masyarakat tidak akan terwujud kalau tidak diikuti dengan pengendalian penduduk dan peningkatan kualitas keluarga melalui pelayanan KB. Untuk itu muncul permasalahan permasalahan antara lain :

1. Penggunaan Alat Kontrasepsi secara modern sebagai salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian Ibu masih perlu ditingkatkan khususnya bagi keluarga yang masuk kategori Keluarga Pra S dan KS I, karena sebagian besar keluarga tersebut tidak mempunyai Kartu Miskin sehingga tidak mendapatkan pelayanan gratis di sarana kesehatan, walaupun alat kontrasepsinya disediakan oleh BKKBN. Akibatnya sasaran tersebut harus menunggu kegiatan bhakti sosial dengan pelayanan KB keliling untuk mendapat pelayanan KB.

2. Dari data yang dihimpun oleh BKKBN berdasarkan laporan Rutin, PUS Unmet need masih sangat tinggi, yaitu berkisar antara 9-13 %. Sedangkan target MDGs 2015 adalah 5 %, sehingga perlu beberapa upaya untuk meningkatkan cakupan pelayanan KB di semua tempat pelayanan KB baik jalur Pemerintah maupun swasta dan adanya dukungan komitmen dari stakeholder untuk pelaksanaan Jampersal bahwa semua kelahiran yang digratiskan harus diikuti dengan keharusan ber KB secara gratis.

3. Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan dan kesalamatan ibu apabila terlalu sering, terlalu muda, terlalu tua dan terlalu dekat jarak melahirkan

4. Kesadaran keluarga yang mempunyai anak Balita (usia dini) untuk mengikuti Kelompok Bina Keluarga Balita masih kurang

5. Masih tingginya angka putus/drop out pemakaian kontrasepsi.

6. Terbatasnya akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan KB yang berkualitas, khususnya bagi keluarga Pra S dan KS (Keluarga Sejahtera) Tahap I di daerah Rentan.