• Tidak ada hasil yang ditemukan

2) Agar mengurangi kadar kotoran dari kernel sehingga mutu kernel

lebih baik.

b. Dasar Teori

Menurut pahan (2008), ada dua sistem atau metode pemisahan kernel dan cangkang, yaitu sistem pemisahan kering dan pemisahan

basah. PMKS di perkebunan besar umumnya menggunakan

gabungan kedua sistem pemisahan tersebut.

Pemisahan kering (dry separator) dilakukan dalam suatu kolom

vertikal (LTDS) dengan bantuan hisapan udara dari sebuah kipas,

dimana fraksi yang lebih ringan (cangkang) akan terhisap ke bagian

atas, sedangkan fraksi yang berat akan jatuh kebawah. Untuk

memperoleh kernel yang baik dengan losses yang rendah, pemisahan

yang dilakukan dengan dua kolom pemisah. Setiap kolom pemisah

bekerja secara dua tahap. Sedangkan pemisahan basah biasa

dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan sistem hydrocyclone.

Prinsip pemisahan dengan hydrocyclone juga didasari oleh

perbedaan berat jenis antara kernel dan cangkang. Pemisahan pada

hydrocyclone dibantu dengan pusingan akibat gaya sentrifugal. c. Alat Dan Bahan

1) Alat :

a) LTDS 1&2 (Ligh Tenera Dry Sparating)

b) Kernel Grading Drum

c) Kernel Conveyor

d) Hydrocyclone

f) Kernel Distributing Conveyor,

g) Dry kernel Elevator

h) Shell Bin.

2) Bahan :

Kernel yang masih tercampur dengan cangkang dan air.

d. Prosedur Kerja

1) Cangkang dan kernel yang masih tercampur yang telah dikirim

melewati cracked mixture elevator akan masuk ke dalam kolom

separator (LTDS1) biasa di sebut pemisahan cara kering.

2) Pada saat masuk ke dalam kolom separator cangkang dan kernel

yang masih tercampur akan terpisah karena adanya daya hisapan

angin. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan berat

sehingga mudah dipisah.

3) Benda yang lebih ringan (cangkang) akan terhisap dan dikirim ke

shell bin untuk dijadikan bahan bakar, benda yang paling berat

(kernel utuh) akan jatuh ke dalam Kernel conveyor dan langsung

dikirim ke kernel silo, sedangkan benda yang beratnya sedang

akan masuk kedalam kernel grading drum melewati air lock.

4) Kernel grading drum ini mengatur jatuhnya kernel untuk

pemisahan di kolom separator (LTDS 2). Pemisahan di LTDS 2

prinsipnya sama dengan LTDS 1 tetapi daya hisapannya LTDS 1

lebih cepat dibandingkan LTDS 2.

5) Kernel dan cangkang yang masih belum terpisah akan jatuh ke

dalam hydrocyclone melewati air lock. Pemisahan ini di sebut

over flow dan jatuh ke vibrating screen untuk di cuci kemudian

dikirim ke kernel silo, sedangkan massa jenis lebih berat akan

turun melewati lubang bawah claybath dan jatuh ke vibrating

screen untuk dicuci kemudian dikirim ke shell bin untuk dijadikan

bahan bakar.

e. Hasil yang Dicapai

Hasil yang didapatkan berupa kernel bersih dengan standar

kadar kotorannya 0.02%.

f. Pembahasan

Di PT. Waru Kaltim Plantation munggunakan 2 cara pemisahan,

yaitu pemisahan kering dan pemisahan basah. Dari proses tersebut di

peroleh inti sawit yang bersih dari cangkang dan akan siap di kirim ke

kernel Dryer untuk dikeringkan.

4. Pengeringan Inti a. Tujuan

Tujuan pengeringan inti yaitu untuk mengurangi kadar air dalam

kernel.

b. Dasar Teori

Kernel yang sudah terpisah dengan cangkang dan masih

mengandung 12% air dimasukkan ke silo pengering (kernel dryer)

untuk diturunkan kandungan airnya hingga mencapai 6,5-7%.

Pengeringan dilakukan dengan udara bertemperatur 60-70°C selama

14-15 jam. Penurunan kadar air ini bertujuan untuk menonaktifkan

proses kenaikan asam (lauric acid) dapat dibatasi pada saat kernel

disimpan (Pahan, 2008).

c. Alat Dan Bahan

1) Alat :

a) Kernel Silo

b) Kernel Transport Fan

c) Dried Kernel Conveyor

d) Heater Fan

2) Bahan :

kernel dan steam

d. Prosedur kerja

1) Setelah melalui proses pemisahan inti dan cangkang kemudian

dikirim ke kernel silo.

2) Kernel yang masuk dalam kernel silo akan dipanaskan dengan

udara panas yang dihembuskan menggunakan heater fan.

3) Dalam kernel silo yang harus terisi minimal 80% dari daya

tampung kernel silo.

4) Pemanasan dilakukan selama 14-15 jam dengan temperatur

65-70°C bagian dek atas sedangkan dek bawah 75-800C.

5) Kernel yang telah kering dikirim ke kernel bin melewati dried

kernel conveyor dan kernel transport fan. e. Hasil yang Dicapai

Hasil yang didapatkan berupa kernel yang kadar airnya dari 12%

f. Pembahasan

Suhu pengeringan digunakan dalam proses pengeringan inti

sawit yaitu 650C - 700C dan minimal 800C, dengan diperoleh kadar air

yang rendah sehingga dapat menonaktifkan mikroorganisme. Standar

mutu inti sawit yang di tentukan di pabrik PT. Waru Kaltim Plantation

yaitu kadar air < 7%, kadar kotoran < 7%.

5. Penyimpanan Inti a. Tujuan

Penyimpanan inti bertujuan untuk penampungan sementara

produksi kernel sebelum dipasarkan.

b. Dasar Teori

Inti sawit yang ditimbun ditempat yang tidak sesuai dengan

persyaratan pergudangan dapat merangsang pertumbuhan mikroba

dan menyebabkan terjadinya proses fermentasi sehingga dapat

menurunkan kualitas minyak yang terkandung dalam inti sawit

(Pahan, 2008). c. Alat dan Bahan

1) Alat :

a) Kernel Bin

b) Karung

c) Mesin Jahit

2) Bahan :

d. Prosedur Kerja

1) Kernel yang telah melalui proses pengeringan akan ditampung ke

kernel bin sebelum pengemasan.

2) Kernel yang ada dalam kernel bin di masukkan dalam karung satu

per satu dengan membuka dan menutup chute kernel bin.

3) Karung diisi sebanyak 50 kg kemudian di susun rapi dan di jahit

dengan menggunakan mesin jahitan beras. Begitu selanjutnya

secara continue.

4) Karung yang telah di jahit di beri tanda seperti tanggal

pengemasan, tahun pengemasan dan no pengemasan.

5) Setelah dikemas karung yang berisi kernel tadi di susun rapi di

atas papan dan siap untuk di pasarkan.

e. Hasil yang Dicapai

Inti yang siap dikemas dan siap dipasarkan harus memenuhi

standar dengan FFA kernel 3,5%, kadar air 7%, kernel pecah 0,15%

dan kadar kotoran 6%.

f. Pembahasan

Di PT. Waru Kaltim Plantation inti sawit atau kernel dikemas

dengan menggunakan karung, inti yang telah dikemas di gudang yang

bersih dan tidak lembab kerena beralasan lantai papan dan sirkulasi

C. Pengolahan Limbah 1. Tujuan

Melalui pengelolahan limbah PMKS akan dipenuhi syarat buangan

limbah yang sesuai dangan peraturan pemirintah dan terhindar dari

dampak sosial masyarakat.

2. Dasar Teori

Limbah yang dihasilkan PMKS berupa limbah padat dan limbah cair.

Limbah padat berupa cangkang, janjangan kosong, serabut, solid, dan

kerak boiler, sedangkan limbah cair berupa limbah air limbah ( Anonim,

2009 ).

a) Limbah padat

Limbah padat yang dihasilkan oleh PMKS semuanya

dimanfaatkan, diantaranya cangkang dan serabut digunkan sebagai

bahan bakar boiler dan sebagian cangkang berlebih digunakan untuk

pelapis jalan, janjangan kosong dibawa kelahan sebagai pupuk

organik, kerak boiler dimanfaatkan untuk pelapis jalan dan solid

dimanfaatkan sebagai pupuk organik atau makanan ternak.

b) Limbah cair

Limbah cair yang dihasilkan oleh PMKS bersumber dari air

condensate, air cucian pabrik, air hidrocyclone, dan sebagianya.

Limbah cair ini semuanya ditampung dan diolah dikolam limbah dan

setelah memenuhi syarat akan dialirkan ke lahan kelapa sawit

3. Alat Dan Bahan

a) Alat :

1) Kolam Pendingin (Cooling Pond)

2) Kolam Pencampurn ( Mixing Pond)

3) Anaerobic pond

4) Contact pond

5) Pompa

b) Bahan :

Limbah dari stasiun Klarifikasi.

4. Prosedur Kerja

a) Limbah cair yang keluar dari Sludge Fit di pompa kekolam cooling

pond dengan tujuan untuk mendinginkan suhu limbah cair tersebut

dari 70-80oC menjadi sekitar 40-45oC selama 1 hari.

b) Selanjutnya di alirkan kekolam pencampuran, fungsi dari kolam ini

adalah sebagai tempat proses pra kondisi limbah sebelum masuk

kekolam Anaerobik dengan perbandingan 1:1 atau 1:2 selama satu

hari satu malam.

c) Tahap selanjutnya ialah mengalirkan limbah yang berada di kolam

pencampuran kekolam Anaerobik terjadi proses penguraian bahan

organik oleh bakteri Anaerobic.

d) Limbah yang telah di olah di kolam Anaerobic mengalir kekolam

contact pond sebagai kolam penampungan sementara sebelum

5. Hasil yang Dicapai

Mengurangi kandungan limbah yang membahayakan kesehatan

serta tidak menganggu lingkungan di sekitar tempat pembuangan dan

dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.

6. Pembahasan

Pada proses ini, limbah yang mengandung bahan yang berbahaya

bagi kesehatan dapat dinetralisir agar tidak berbahaya bagi lingkungan

sekitar, selain itu juga pada proses ini limbah yang sudah dinetralisir

dapat digunakan sebagai pupuk untuk pohon kelapa sawit sendiri, jadi

selain sudah aman bagi lingkungan sekitar, juga bisa bermanfaat

mengurangi pupuk kimiawi.

D. Analisa Asam Lemak Bebas (ALB) Dalam Sampel CPO 1. Tujuan

Untuk mengetahui kandungan ALB dari CPO produksi.

2. Dasar Teori

Asam lemak bebas dapat dinetralkan dengan alkali standar

(NaOH/KOH). Asam lemak bebas merupakan salah satu indikator mutu

minyak. Asam lemak bebas terbentuk karena terjadinya proses hidrolisa

minyak menjadi asam-asamnya. Asam lemak bebas merupakan salah

satu indikator mutu minyak yang dapat diukur dengan cara titrasi

menggunakan alkali dalam larutan alkohol (Naibaho, 1998).

3. Alat dan Bahan

a) Alat :

1) Gelas Elemeyer 250 ml

3) Buret

4) Gelas ukur

5) Beaker glass

b) Bahan :

1) Larutan Ethyl alkohol 95 % ( yang telah di netralkan)

2) CPO 3) Indikator Phenolphtaline 1 % 4) Sodium Hidroksida 0,1 N 5) n – Hexane 6) isoctan 4. Prosedur Kerja

a) Contoh minyak di panaskan sampai dengan suhu <50oC supaya

homogen.

b) Timbang 3-5 gram sebagai berat contoh minyak dengan ukuran

0,0001 gram di dalam gelas Erlenmeyer.

c) Tambahkan Alkohol Netral 95% sebanyak 50 ml dan n-Hexane 15 ml

dan tambahkan 2-3 tetes indikator Phenolphataline 1 %.

d) Titrasi dengan larutan Natrium Hidroksida 0,1 N hingga terbentuk

warna merah jingga tetap kurang lebih 30 detik.

Cara Perhitungan :

Kadar ALB =ml NaOH x N. NaOH x 25,6 x 100%

5. Hasil yang Dicapai

Hasil yang dapat mengetahui ALB yang terkandung dalam minyak

yang di hasilkan apakah memenuhi Standar Nasional ataupun tidak.

Standar untuk ALB adalah 5,00%.

6. Pembahasan

Penentuan kadar ALB ini merupakan suatu proses untuk

mengetahui kualitas minyak suatu perusahaan, Asam Lemak Bebas

(ALB) terbentuk karena terjadinya proses hidrolisa minyak menjadi

asam-asamnya. Asam Lemak Bebas merupakan salah satu indikator mutu

minyak. Asam Lemak Bebas dalam minyak dapat di ukur dengan cara

titrasi menggunakan alkali dalam larutan alkohol.

Kadar ALB yang di tetapkan di pabrik berdasarkan sekata yaitu

kurang atau sama <5,00 % sedangkan standart dalam hal ini telah

memenuhi standart ALB.

E. Analisa Kadar Air ( Moisture ) Dalam Sampel CPO 1. Tujuan

Untuk mengetahui kandungan kadar air dari CPO produksi.

2. Dasar Teori

Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi

karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik

serta penimbunan. Air yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan

dengan cara penguapan dalam alat pengeringan (Naibaho, 1998).

3. Alat Dan Bahan

a) Alat :

2) Neraca Analitik

b) Bahan :

1) Contoh Crude Palm Oil ( CPO )

2) n – Hexane

4. Prosedur Kerja

a) Contoh yang akan di timbang di aduk sampai homogen, bila perlu di

panaskan sampai suhu <50 0C supaya homogen.

b) Contoh di timbang + 10.000 gr

c) Contoh dimasukkan kedalam alat Mouisture Analizer

d) Amatilah hasil yang telah di lakukan.

5. Hasil yang Dicapai

Kandungan kadar air yang terdapat didalam minyak memenuhi

Standar Nasional ataupun tidak. Standar Moisture CPO adalah <0,19%.

6. Pembahasan

Dalam pengujian kadar air yang perlu diperhatikan adalah

timbangan awal atau timbangan cawan yang dilakukan sebelum di oven

agar, pada saat penimbangan sampel randemennya akan cepat dihitung.

F. Analisa Kadar Kotoran ( Dirt ) Dalam Sampel CPO

Dokumen terkait