public. Setelah penyebaran informasi melalui jejaring sosial kemajuan dalam pendidikan menjadi lebih mudah diakses dan ditemukan.
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu digunakan peneliti sebagai bahan referensi dan pertimbangan dalam menggunakan serta menerapkan teori yang relevan dan pendekatan yang sesuai dengan fenomena yang terjadi di lapangan. Teori dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian terdahulu sebagai berikut:
31
Pada penelitian pertama berjudul “Vlogger dan Konten Vlog Youtubers Palu: Motivasi Menjadikan Youtube Sebagai Media Berekspresi” oleh Andi Tenri Ajeng dari Universitas Tadulako pada tahun 2018. Penelitian tersebut ingin mengkaji mengenai motivasi apa yang vlogger miliki sehingga dapat membuat konten di Youtube, melalui adanya kebutuhan yang membuat terciptanya dorongan berupa motivasi dan dapat membentuk perilaku guna mencapai apa yang dibutuhkan para informan vlogger komunitas youtubers Kota
Palu lewat adanya kajian teori kebutuhan dan motivasi dari Alderfer.
Penelitian menggunakan metedologi deskriptif kualitatif dengan dasar penelitian studi kasus melakukan observasi dan wawancara kepada lima orang vlogger atau youtubers Palu. Hasil dari penelitian tersebut adalah infroman ingin memenuhi kebutuhan yaitu adalah existence (keberadaan), relatedness (hubungan), growth (pertumbuhan). Dalam hal kebutuhan berupa existence, peran informan sebagai vlogger belum bisa memenuhi kebutuhan dasar sebagai manusai sebab vlogger bukan profesi utama. Namun berupa konten video vlog mampu memenuhi aspek lain pada kebutuhan existence karean digunakan sebagai pengembangan potensi diri. Melalui adanya pendapatan dari iklan dan endorsement juga aparesiasi orang lain maka dapat terpenuhi kebutuhan growth bagi informan. Infroman membangun interaksi dengan penonton dan membangun kelompok sosial sehingga mampu terpenuhi kebutuhan relatedness.
Infroman memiliki doronga berupa motivasi ekstrinsik yaitu adanya kesuksesan vlogger lain sehingga mampu memotivasinya.
Penelitian kedua berjudul “Public Display of Affection Sebagai bentuk Eksistensi Diri Remaja Pengguna Facebook” oleh Retno Setyaningsih pada tahun 2015. Penelitian bertujuan untuk seberapa penting PDA dilakukan,
32
mengapa, dan bagaimana dampaknya mencoba dijawab dalam penelitian ini.
Penelitian tersebut mampu memberikan penjelasan tentang dinamika hubungan antara factor-faktor yang mempengaruhi PDA dan dampak yang dirasakan pada audiens. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif menggunakan meetode deskriptif kualitatif dengan melakukan Teknik wawancara dan studi dokumentasi kepada 10 informan remaja usia 18-20 tahun. Hasil dari penelitian tersebut memperoleh kebutuhan akan eksistensi dan popularitas, pengaruh teman sebaya, tekanan pasangan dan kepercayaan diri yang rendah mendorong PDA.
Adapun penelitian ke tiga berjudul “Motivasi Virtual Display of Affection: Studi Deskriptif Kualitatif Pengguna Snapchat di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komuniaksi Bandung” oleh Rini Ramadhani, Yuliani Rachma Putri, dan Dini Salmiyah Fithrah dari Universitas Telkom pada tahun 2016.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui motivasi apa saja yang dominan atau yang mendorong pengguna untuk melakukan aktivitas Virtual Display of Affection menggunakan teori motivasi dari McGuire.
Penelitian tersebut menggunakan metodologi kuualitatif dengan studi deskriptif dan menggunakan pengumpulan data wawancara mendalam kepada tiga informan kunci dan satu informan sebagai pendukung.
Hasil dari penelitian tersebut mengetahui bahwa motivasi pelaku VDA didasari oleh perilaku mencontoh atau meniru orang lain di lingkungan sosialnya, mencari hiburan di waktu resah, ingin mendapatkan rasa kasih sayang dari orang terkasih (pasangan), menunjukkan eksistensi diri di depan orang banyak, serta ingin memperoleh penghargaan dilingkungan sosialnya dan adanya dorongan untuk membentuk citra atau mengembangkan citra diri si pelaku atau pun pengguna VDA.
33
Ke tiga penelitian terdahulu diatas yang digunakan peneliti sebagai sumber referensi dalam Menyusun penelitian ini. Selanjutnya, terdapat persamaan dan perbedaan maupun focus utama yang peneliti jadikan referensi dalam Menyusun penelitian ini. Dapat diketahui, persamaan nya dilihat dari penggunaan metodologi kualitatif serta penelitian yang fokus kepada pengguna media sosial. Selain itu, di jurnal yang pertama terdapat ada kesamaan pada penggunaan teori motivasi Clayton Alderfer, jurnal kedua terdapat kesamaan pada metode pengumpulan data yang peneliti gunakan, jurnal ketiga terdapat kesamaan pada penelitian Public Display of Affection dalam hubungan sosial. Untuk perbedaan penelitian ini, Instagram digunakan oleh peneliti sebagai media untuk melakukan public display of affection dengan jurnal ke tiga yang meneliti bagaimana resepsi pengguna yang
mengkonsumsi konten public display of affection dalam hubungan tersebut, peneliti mengambil fokus berbeda yaitu dengan mengetahui motivasi pengguna yang memproduksi dan mempublikasi konten public display of affection dalam hubungan romantic di media sosial Instagram.
2.8 Sejarah Perkembangan Instagram
Kevin Systrom dan Mike Krieger memunculkan Instagram yang didirikan pada Oktober 2010. Media Instagram merupakan aplikasi berbagi foto yang membuat pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke layanan media sosial lainnya, termasuk pada milik Instagram diri sendiri. Aplikasi tersebut dapat diunggah melalui App Store dan Google Play Store. Instagram berasal dari pengertian keseluruhan fungsi aplikasi ini. Kata dari
“insta’ berasal dari kata “instan”, contohnya pada kamera polaroid yang pada
34
jamannya lebih dikenal dengan kata “foto instan”. Melainkan untuk kata dari
“gram” berasal dari kata “telegram” yang cara kerja nya bisa mengirimkan informasi untuk orang lain dengan cepat. Sama dengan Instagram yang bisa mengunggah foto dengan menggunakan jaringan internet, maka dari itu infromasi yang ingin disampaikan bisa diterima dengan cepat.
Karena itu, Instagram adalah gabungan dari kata instan dan telegram.
2.8.1 Kelebihan Instagram
1. Pasar yang paham teknologi. Salah satu keuntungan berjualan melalui Instagram adalah pengguna Instagram yang sudah “terjamin” paham teknologi. Dengan kata lain, orang yang aktif di Instagram juga harus aktif di Twitter, bahkan mungkin Facebook. Jadi, sangat tepat jika promosikan produk anda menggunakan Instagram maupun media sosial lainnya.
2. Pengguna Instagram mungkin memiliki gadget yang mendukung aplikasi tersebut, yaitu ponsel Android dan ponesl iPhone. Yang artinya Instagram memiliki pengguna rata-rata pada kelas menengah ke atas. Hal ini memiliki keuntungan, karena calon konsumen mungkin mempunyai
“kantong” yang agak dalam.
3. Tampilan produk yang sederhana. Karena Instagram digunakan untuk apliaksi berbagi foto, fitur-fitur yang tersedia di Instagram yang bisa mendukung gambar produk yang diupload di dalamnya.
4. Di aplikasi Instagram, mayoritas foto menggunakan (#) hashtag. Karena itu, disarankan menggunakan hashtag agar memudahkan pembeli bisa menemukan produk yang anda tampilkan.
35 2.8.2 Fitur Instagram
1. Pengikut/Followers Sistem sosial yang ada pada apliaksi Instagram ini