• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bak Mendulang Emas Murni

Dalam dokumen 108 Tips Renungan Meditasi - Revised Edition (Halaman 172-186)

F

S

eorang pendulang emas akan dengan tekun mendulang bijih-bijih kecil emas, di antara pasir-pasir yang tiada nilai. Ketika ia memperolehnyapun, bijih-bijih itu masih perlu ia lebur, persatukan dan murnikan.

Mendulang bijih-bijih

emas murni

kebijaksanaan

lewat meditasi juga mirip seperti itu. Dibutuhkan kesungguhan, ketekunan dan kesabaran.

102

Harmonis dengan Semesta

F

A

lam semesta ada dalam suatu keseimbangan daya-daya yang sempurna; dengan demikian, selama Anda merupakan bagian integral dari keseimbangan daya-daya sempurna ini, Anda akan tahu bagaimana seharusnya Anda melakoni hidup Anda dalam kehidupan ini. Anda tidak bisa setiap waktu merusak hukum semesta ini. Anda haruslah selaras, harmonis dengan hukum kosmis ini, yang adalah Samatva, atau distribusi prilaku yang setara. Di dalam Bhagavad Gita, yoga didefinisikan sebagai Samatva. Harmoni adalah yoga. Bhagavan Sri Krishna, bersabda: ‘Samatvam Yoga Uchyate’ [Gita 2-48]. Harmoni, seimbang dan selaras, itulah yang disebut yoga.

Akan tetapi apakah harmoni itu? Harmoni tiada lain dari kesesuaian dengan kosmos. Bilamana Anda sedemikian bersesuaian dengan alam semesta, Anda disebut ada dalam harmoni

Bilamana kita bisa, dengan hasrat yang teguh dan kekuatan konsentrasi, memvisualisasikan dunia secara essensial berkaitan dengan kesadaran kita, kita secara otomatis akan ada dalam status meditatif.

_____________________

Dipetik dan disadur dari Yoga, Meditation and Japa Sadhana karya Sri Swami Krishnananda.

103

Melampaui Batin Meditatif

F

B

atin meditatif adalah batin yang jernih, batin yang jernih amat disukai oleh inspirasi-inspirasi; berbagai inspirasi muncul dengan sendirinya secara silih berganti dalam kejernihan batin serupa ini. Oleh karenanyalah, batin meditatif juga adalah batin inspiratif.

Batin meditatif bukanlah batin yang terpusat atau batin yang sedang memusatkan perhatian pada suatu objek eksternal maupun internal tertentu. Ia telah selangkah lebih maju, lebih tinggi, lebih halus. Ketika suasana internal ini tercapai, tak ada lagi pemisahan antara yang memusatkan pikiran, pikiran yang terpusat, dan yang menjadi objek pemusatan. Ketiganya lebur dalam suatu kesatuan; inilah batin meditatif (dhyana).

Pada mulanya, pemusatan (dharana) memang masih perlu diupayakan, dilatih dan dibiasakan. Namun, bila pikiran telah sedemikian rupa

Ia bisa teralami atau dicapai dimana dan kapan saja. Jadi tak perlu lagi ruang khusus dan waktu khusus untuk itu.

Inspirasi-inspirasi yang dimaksudkan disini, boleh saja berupa inspirasi-inspirasi keduniaan, seperti ‘pengertian umum’-nya. Namun, dalam konteks ini, kita tak membicarakannya disini. Inspirasi-inspirasi yang kita maksudkan disini adalah inspirasi-inspirasi luhur, yang juga seringkali disebut sebagai pawisik, bahkan wahyu. Ia tidak saja berupa sejenis komunikasi satu-arah, dimana Anda sebagai pihak yang pasif, hanya menerima saja, namun juga bisa dua-arah, komunikasi interaktif. Kesadaran-mental (bukan kesadaran-ragawi) Anda disini bisa sepenuhnya utuh; artinya Anda bukannya dalam kondisi ‘tidak-sadarkan diri’, seperti orang yang kesurupan atau kemasukan ‘rokh’ tertentu lain atau kerauhan. Kendali kesadaran sepenuhnya ada pada Anda, bukan pada ‘makhluk lain’ itu.

Disini saya masih menyebut kesadaran itu sebagai kesadaran-mental, bukannya kesadaran-spiritual. Kenapa? Karena, kendati hingga derajat tertentu pikiran dan perasaan (manah) Anda sudah tidak (begitu) aktif lagi, namun kecerdasan (buddhi) Anda masih bekerja. Inilah yang memungkinkan komunikasi interaktif itu berlangsung. Anda bisa bertanya dan menjawab pertanyaan (tentu tidak secara verbal) disini. Dalam kondisi seperti ini, ada komponen mental sadar Anda masih bekerja.

Oleh karenanyalah, ia saya sebut mental dan membedakannya dengan kesadaran-spiritual, yang seringkali disebut sebagai alam bawah-sadar dan supra-sadar, bahkan melampaui keduanya.

Dalam dua bentuk kesadaran-spiritual ini — bawah-sadar dan supra-sadar— komunikasi tak terjadi lagi. Anda hanya berdiri sebagai ‘yang menyadari, yang mengetahui, yang mengerti, yang memahami, yang merasakan, yang menyaksikan’. Namun disini, apa-apa yang disaksikan, diketahui, dipahami, dirasakan, dimengerti, disadari, masih terasa sebagai sesuatu yang terpisah dari Anda, sebagai yang di luar Anda, sebagai yang bukan Anda. Namun ia tidaklah sama-sekali di luar dan sedemikian jauhnya untuk dapat disaksikan dengan sebaik-baiknya, dialami dengan sebaik-baiknya. Dan, sementara itupun Anda masih sepenuhnya sadar dan dalam kendali.

Nah ... ketika mulai ‘menyentuh’ alam yang melampaui supra-sadar inilah terjadi peleburan segala bentuk kesadaran, bila boleh disebut demikian. Mungkin ini dapat dibandingkan dengan apa yang disebutkan oleh Mandukya Upanishad sebagai ‘tidur-lelap tanpa mimpi’ atau Sushupta pada. Namun ada perbedaan

Anda tetap tegak dalam postur sediakala, kepala Anda saja sama-sekali tak terkulai apalagi rebah, kendati sesungguhnya tubuh ini sepenuhnya tertidur. Bila Anda jatuh tertidur, kesadaran Anda seolah-olah terengut paksa dan Anda sama-sekali disini tak ada kesengajaan untuk jatuh tertidur, namun itu serta-merta saja terjadi di luar kemampuan Anda untuk menolaknya. Yang ini bukan seperti itu.

Disini tak ada lagi apa yang disebut dengan ‘yang menyadari’, ‘yang disadari’, ‘pengalaman menyadari’ itu sendiri, bahkan kesadaran itu sendiri. Namun Anda bukannya tak sadarkan diri, layaknya pengertian umum. “Merasa ada” Anda musnah disini, ia sepenuhnya melebur dengan “Keberadaan Sejati” itu sendiri. Dapatkah Anda bayangkan bagaimana kondisi ini? Kondisi yang tak terkondisi ini? Tidak; Anda tak dapat membayangkannya sebelum Anda benar-benar mengalaminya sendiri. Kendati, seandainya Anda pernah mengalaminya, Andapun masih mengalami kesulitan besar untuk mengungkapkannya dengan setepat-tepatnya. Paling-paling Anda hanya akan bisa mengatakannya, ‘seperti ini’ atau ‘seperti itu’ maupun ‘bukan seperti ini’ dan ‘bukan seperti itu’.

Anda hanya akan bisa mengandaikannya, dan berupaya untuk mengandaikannya setepat mungkin sepanjang masih bisa dimengerti. Ia sesungguhnyalah tak terbayangkan dan oleh karenanya tak terkatakan. Semasih kita bisa mengatakannya, maka Ia bukanlah yang terkatakan itu.

Bila ditanyakan berapa lama kita bisa mengalaminya? Ini sangat relatif; bisa beberapa detik saja namun bisa juga beberapa jam. Bahkan (konon) ada yang mengalaminya berhari-hari. Relatif. Pada dasarnya, kesadaran terhadap segala sesuatu —seperti dalam keadaan jaga maupun bermimpi— termasuk waktu, ‘tidak hadir’ disini (untuk tidak menyebutnya sirna). Terkadang kita mendengar beberapa ungkapan-ungkapan tentang itu, seperti kebahagiaan yang tak terbandingkan, kekosongan absolut, kesunyian atau keheningan yang tiada taranya, dsb ... dsb ... itu hanya masalah pengungkapan semata; pengungkapan dengan ‘meminjam’ kualitas dalam rangka mengambarkan yang tak tergambarkan atau tak terkualitaskan. Jadi sekali lagi, sejauh kita masih bisa mengatakannya, maka Dia bukanlah itu.

104

Yang ada dalam Diam

F

S

ecara fisik Anda boleh jadi diam, tiada bergeming dan bungkam seribu bahasa. Tapi secara mental… malah sangat riuh. Diam-nya meditasi adalah diam-nya keheningan yang dalam, yang damai, yang terang dan amat sangat jernih. Gejolak pikiran dan perasaan Anda benar-benar reda. Saat ini pencerapanpun seakan-akan berhenti untuk memberi peluang pada Sang Saksi, Yang Mengetahui Semua.

Nah … saat inilah yang ada hanyalah Yang Ada, yang nyata hanyalah Yang Nyata.

105

Bertemu dalam Diam

F

B

ilamana Anda telah mengikuti penyelidikan tentang ‘apa itu meditasi’ ini, dan mengerti seluruh proses berpikir, Anda akan dapati bahwa pikiran bisa sepenuhnya diam. Di dalam ke-diam-an totalnya ini, tidak ada lagi si pengawas, tak ada yang diawasi, dan oleh karenanya tak ada sama-sekali yang mengalami; tidak ada entitas yang menyertai pengalaman, yang merupakan aktivitas dari sebentuk batin yang terpusat pada dirinya (self-centred). Jangan katakan, “Itulah samadhi” yang adalah omong-kosong, sejauh Anda hanya menirukan dari apa yang pernah Anda baca tentang itu di sementara buku, dan bukan merupakan temuan Anda sendiri. Ada perbedaan yang sangat besar antara kata-kata dengan yang dikatakan itu. Kata

Jadi, bermeditasi adalah untuk membersihkan batin dari aktivitasnya yang hanya terpusat pada dirinya sendiri. Dan bilamana Anda telah sampai sejauh ini dalam meditasi, Anda akan temukan disana ada diam, hening, sebentuk ‘kekosongan total’. Disini, batin tidak terkontaminasi oleh lingkungan sosial; ia tak lagi menjadi sasaran pengaruh apapun, sasaran penekanan dari nafsu-keinginan manapun. Ia sepenuhnya sendiri, menyendiri, tiada tersentuh, dan ia benar-benar polos (innocent). Oleh karenanyalah hadir suatu peluang bagi yang tanpa waktu, yang abadi, untuk bermanifestasi.

Keseluruhan proses ini tiada lain adalah meditasi.

_____________________

Dipetik dan diinterpretasikan dari bagian Book of Life edisi website Krishnamurti Foundation of America.

106

Kedamaian dan Kebahagiaan Halus

F

B

atin yang mencari, mendamba, —seberapa terasa menyenangkannyapun pencarian itu— bukanlah batin yang tenteram. Ia bergejolak dan karenanya penuh konflik.

Ketika Anda menemukan apa yang Anda cari selama ini, yang Anda dambakan selama ini, maka pencarianpun berakhir seketika itu juga. Ketika ia berakhir itulah Anda akan merasakan ketenteraman, kedamaian dan kebahagiaan halus dari meditasi.

Nah ..., ketika itu, apapun yang Anda lihat, Anda dengar, Anda rasakan adalah keindahan itu. Keindahan itu tak ada di luar sana lagi, pada objek-objek keinginan itu, melainkan tepat disini. Dan kedamaian dan kebahagiaan ini hanya akan Anda rasakan saat berakhirnya semua pencarian Anda, pengejaran-pengejaran Anda selama ini.

107

Cerahnya, “Oh... Ya....”

F

M

anakala kita menemukan jawaban atas satu pertanyaan mendasar yang selama ini kita renungkan, kitapun berseru: “Oh … Iya!”, dalam suatu kegairahan yang sulit Anda lukiskan. Saat ini Anda seolah-olah tiba-tiba diterangi, dimana kegelapan sebelumnya seketika sirna.

Perenungan, kontemplasi meditatif, mengantarkan Anda pada seruan itu, pada mana Anda merasakan hadirnya sebentuk kecerahan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata.

108

Akhir dari Meditasi

F

D

alam status batin meditatif, sesungguhnya meditasi itu sendiri telah berakhir. Disini terjadi panunggalan antara sang meditator, yang dimeditasikan dan meditasi itu sendiri. Inilah Samadhi itu. Inilah akhir dari meditasi itu, yang juga merupakan pengejawantahan dan realisasi diri seperti yang banyak diucapkan orang-orang, hanya sebatas kata-kata itu.

Sebelum itu benar-benar tercapai, semasih Anda dalam proses penyatuan itu, meditasi merupakan “tiket” Anda satu-satunya. Anda boleh menyimpan tiket itu seusai menyaksikan sebuah pertunjukan, namun kini ia tidak lagi sepenting sebelumnya. Ia kini hanya sebuah catatan kenangan, sebuah dokumen dari pengalaman dalam pendakian spritual Anda.

Manakala antara yang mengetahui, pengetahuan dan proses pengetahuan itu sendiri telah menyatu dalam satu entitas tunggal, apakah semua sedemikian berartinya lagi? Pada saatnya, kita semua akan menjawab: Tidak! Arti hanya bermakna bagi dirinya sendiri.

Bila bisa menjaga tataran mental

Dalam dokumen 108 Tips Renungan Meditasi - Revised Edition (Halaman 172-186)

Dokumen terkait