• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menemukan Tema, Latar, dan Penokohan Cerpen

Dalam dokumen B. Indonesia Bahasa Indonesia (Halaman 46-53)

Tujuan pembelajaran:

Setelah mempelajari materi pada subbab ini, kamu diharap dapat: 1. menjelaskan pengertian tema, latar, dan penokohan

2. mengidentifikasi tema, latar, dan penokohan suatu cerpen.

Membaca cerpen sangat menyenangkan. Isi dari cerpen dapat kita ketahui jika kita dapat menemukan unsur-unsur intrinsiknya, seperti tema, latar, dan penokohan.

1.

Pengertian tema, latar, dan penokohan

Tema adalah pokok pikiran yang menjadi jiwa atau dasar cerita yang dicetuskan oleh pengarang. Tema terbagi menjadi dua macam, yaitu tema mayor dan tema minor.

Tema mayor adalah tema yang merupakan pusat pikiran cerita atau karya sastra. Tema minor adalah tema yang dilihat dari sudut pandang lain, misalnya dari kejadian- kejadian yang ada dalam cerita. Tema mayor dapat terdiri atas beberapa tema minor. Tema dapat pula merupakan amanat atau pesan.

Latar atau seting adalah segala sesuatu yang meliputi tempat, waktu, alat, dan suasana yang melingkupi pelaku atau tokoh dalam cerita. Latar mencakup beberapa hal, antara lain:

a. alat atau properti : meja, piring, telepon, dan sebagainnya b. suasana : gaduh, senang, sepi, dan sebagainya c. tempat : di rumah, di mobil, di jalan, dan sebagainya d. waktu : besok, tahun lalu, saat ini, dan sebagainya

Latar mempunyai peran yang cukup penting dalam suatu cerita sebab latar merupakan sarana untuk lebih menghidupkan cerita sehingga cerita tersebut benar- benar menyerupai kejadian-kejadian nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Penokohan adalah penciptaan citra tokoh dalam karya sastra. Penokohan mempunyai dua unsur, yaitu nama tokoh dan perwatakannya. Tokoh suatu cerita merupakan pemegang peran. Setiap tokoh pasti memiliki gambaran watak.

Watak atau karakter tokoh dapat dilihat dari: a. dialog tokoh-tokohnya

b. pikiran masing-masing tokoh

c. keadaan atau kebiasaan tokoh bersangkutan d. penjelasan langsung dari pengarang

Sesuai perannya, tokoh meliputi

a. tokoh utama atau protagonis, yaitu tokoh yang mempunyai watak baik

b. tokoh lawan atau antagonis, yaitu tokoh yang menentang tokoh utama dan biasanya mempunyai watak jahat

c. tokoh penengah atau tritagonis, yaitu tokoh yang berperan sebagai penengah jika ada pertikaian antara tokoh protagonis dengan tokoh antagonis.

2.

Mengidentifikasi tema, latar, dan penokohan suatu cerpen

Setelah kamu mengetahui pengertian tema, latar, dan penokohan sekarang kamu akan belajar menemukan dan mengidentifikasi ketiga unsur tersebut. Bacalah cerpen berjudul Misteri Istana Dohoq Sogo karya Zubair berikut ini!

Misteri Istana Dohoq Sogo

”Kita akan membangun istana mungil di Dohoq Sogo, Lyn.”

Itu ucapan Papa yang membuat Lyn juga Mama girang. Bayangin, udah cukup lama juga Papa ngejanjiin mo beli tanah yang luasnya tiga kali luas rumah yang sekarang ditempati, tapi janji-janji itu nggak kunjung terbukti en kali ini…

”Luasnya lebih dari tiga belas meter, Lyn, kamu bisa bikin kolam ikan buat ngisi kesenggangan hari dan Mama bisa bikin kebun bunga sementara Papa mo ngebangun istana mungil buat tempat tinggal kita,” lanjut Papa dengan suara riang.

Lyn sangat gembira. Cita-citanya untuk punya kolam ikan yang cukup besar en ada air mancurnya nggak lama lagi terwujud. ”Tapi, Pa. Kenapa sih Papa milih tanah luas di Desa Dohoq Sogo? Papa kan pasti tau rumor yang berkembang mengenai daerah itu, rawan dan angker.”

Papa tertawa. ”Nilai bisnisnya, Lyn,” jawabnya kemudian.

”Papa yakin banget kalau daerah itu nggak akan lama lagi bakalan dijamah tangan- tangan profesional. Mereka akan menyulap daerah yang katanya rawan, yang masih angker menjadi sebuah daerah yang hidup, ramai dan pasti elit. Bukan mustahil kalau di Dohoq Sogo ini akan berdiri apartemen-apartemen megah dan mewah. Kamu pasti senang tinggal di daerah elit seperti itu.”

Begitulah!

Rencana Papa Lyn akhirnya terwujud setelah pembayaran pembebasan tanah di Jakarta selesai en Papa langsung membayar tanah di Dohoq Sogo yang sudah dipanjerinya.

Dan dua bulan kemudian, kebun bunga milik Mama, kolam ikan milik Lyn, juga istana mungil rancangan Papa sudah benar-benar terwujud. Kini Lyn sekeluarga menempatinya dengan senang hati.

Tetapi…setelah sepuluh hari Lyn tinggal di desa Dohoq Sogo, ia baru merasakan satu keanehan. Sudah tiga kali dengan malam ini Lyn mendengar bisikan-bisikan aneh. Bahkan yang terakhir Lyn benar-benar jelas mendengar namanya disebut-sebut, namun suara itu seperti terdengar dari jarak yang cukup jauh, seperti sebuah gema yang memantul.

“Lyn…liin….kamu…kamu cantik sekali. Kamu mau datang ke rumahku kan? Kamu mau berkunjung ke rumahku kan?”

“Ah! Suara itu…?

Lym merasa tengkuknya meremang. Maunya ia membangunkan Papa, tapi Lyn nggak punya keberanian melakukannya, ia cuma bisa ketakutan di tempat tidurnya dan menutup kepalanya dengan bantal.

Paginya, Lyn merasa tubuhnya nggak punya daya, panas tubuhnya terasa tinggi. “Kamu sakit, Lyn?” Mama yang tahu kalo Lyn enggan turun dari tempat tidur bertanya pelan.

“Barangkali Lyn cuma kecapekan saja, Ma,” jawaban Lyn melenceng dari apa yang ingin dikatakan pada mamanya. Sebenarnya Lyn mau menceritakan kejadian semalam, tapi …

“Kalo gitu kamu istirahat saja, nanti mama buatkan minuman hangat,” ucap mama Lyn dan berlalu.

Nyatanya Lyn hanya mampu rebah setengah jam di atas tempat tidur. Bete, doski langsung cabut ke taman mungil di depan rumahnya. Memandangi bunga-bunga yang baru mekar dan kemudian mencabuti ilalang liar yang tumbuh di dekat rumpun mawarnya, tetapi…saat Lyn berjongkok, sekelebatan Lyn menangkap sesosok tubuh melintas di hadapannya, tak jauh dari pagar besi di halaman rumahnya.

Lyn berusaha meyakini kehadiran sosok itu dengan mengangkat kepalanya, namun tak didapati siapa-siapa, tetapi saat Lyn mo nyabutin ilalang lagi, ia merasa seperti ada yang tengah memerhatikannya.

Lyn kembali mengangkat kepala. Sepasang mata bagusnya kini tertumbuk pada sosok cowok keren yang bersandar di batang pohon kamboja.

Cowok cute itu mamandang lurus ke arah Lyn, tatapan itu tak kuasa dielakan Lyn dan membuat dadanya berdebar dan saat cowok itu tersenyum ….

Lyn merasa dirinya seperti terbang ke awan, mengapung lalu… Tubuh Lyn tiba-tiba rebah.

”Lynn….! Mama Lyn yang melihat kejadian itu segera memburu.

Selepas magrib suhu tubuh Lyn semakin meninggi, ia panik dan wajahnya jelas pucat. Dari sepasang bibir bagusnya terdengan ceracauan yang aneh didengar.

”Rancuk …Rancuk….”

Mama Lyn ikut panik. ”Apa itu rancuk, Pa?”

Papa Alyndya menggeleng, ia memang tak mengerti ucapan anaknya, ia merenung sesaat. ”Kita harus meminta bantuan orang pintar,” putusnya kemudian.

”Siapa orang pintar itu, Pa? Kita masih baru di tempat ini, kita belum kenal siapa- siapa,” Mama Lyn masih panik.

”Kita minta bantuan tetangga, mudah-mudahan mereka tahu,” sahut Papa Lyn ”Jika begitu cepat Papa ke sana, biar Mama menunggu Lyn.”

Papa Lyn bergegas menuju ke rumah tetangga yang letaknya agak jauh, yang paling dekat berjarak lima puluh meter.

Sebab itu, Papa Lyn bagai berlari saat menuju ke rumah tetangga. Beruntung tetangga yang dikunjungi justru memang orang yang dibutuhkan.

Lelaki setengah abad itu bersedia membantu kesulitan yang dialami keluarga Lyndya.

”Kita berangkat sekarang,” putus lelaki kurus berkumis tipis yang nggak punya tampang sebagai orang pintar.

Papa Lyn mengangguk dan keduanya langsung melangkah cepat.

Tiga hari setelah kejadian Lyn pingsan dengan sukses, selepas magrib, saat Lyn baru saja menyalakan TV, pintu utama rumahnya diketuk seseorang. Papa dan Mama Lyn yang mendengar bermaksud membukakan pintu, tetapi Lyn melarang dan ia sendiri yang ngebukain.

Cowok Cute kini berdiri di depan Lyn. Lyn seperti pernah mengenalnya, tapi di mana?

”Kamu…” Lyn nyoba nebak, tapi kalimatnya tertunda.

“Ya. Gue cowok yang pernah elo liat bersandar di batang pohon kamboja sana Lyn.” Cowok di depan Lyn memotong en suaranya terdengar jernih.

”Kamu mengenal namaku?” Lyn merasa aneh. Si Cute itu tersenyum. Membuat hati Lyn menggeletar.

”Nggak susah tahu nama cewek secantik elo, Lyn,” komen si cowok masih dengan suara beningnya.

Lyn melongo.

”Gue mau ngajak elo ngeliat istana mungil di Dohoq Sogo ini, Lyn,” ajaknya menambahi.

Lyn menolak. “”Malam begini?” komennya dengan dilanjuti gelengan kepala. Cowok di depan Lyn tersenym. ”Ayolah Lyn, bentaar aja,” bujuknya dengan suara ditekan selembut mungkin.

Lyn nggak bisa berbuat apa-apa, tiba-tiba saja ia menyejajari langkah cowok di depannya tanpa ia harus pamit dulu pada papa dan mama.

”Nama gue Rancuk Dawo, elo boleh manggil Rancuk saja,” ucap cowok di sisi Lyn saat berjalan menuju istana mungil yang dijanjikan. Rancuk mulai mengambil tangan Lyn menuntun. Aneh Lyn diam saja.

”Istana mungilku sungguh Indah Lyn,” sambut Rancuk. Lyn bagai kena sihir, “Betulkah?”

Rancuk tersenyum.

Dan kenyataannya, istana mungil yang dibilang Rancuk sungguh-sungguh indah, mirip istana dalam dongeng, Lyn terpukau en suka berat hingga ia lupa pulang.

Sementara Papa dan Mama Lyn panik atas lenyapnya Lyn yang tiba-tiba itu. Keduanya menghubungi Pak Trunyan yang pernah menolong Lyn saat pingsan tiga hari lalu. Pak Trunyan nggak percaya kejadian itu.

”Mungkin ada penculik gadis-gadis yang berkeliaran di desa ini Pak?” tanya Mama Lyn cemas.

Pak Trunyan menggeleng. ”Saya sudah lama menetap di sini, tapi tak pernah ada kejadian penculikan yang ibu maksud, juga kejahatan sejenisnya.”

”Lalu…?” kepanikan Mama Lyn semakin menjadi. ”Apa daerah ini memang angker?”

”Ibu tenang saja dulu,” nasihat Pak Trunyan.

”Tapi sekarang sudah jam dua belas malam, Pak. Saya kuatir dengan keselamatan Lyn.”

”Bantu saya dengan doa, saya akan berusaha sebisanya memanggil pulang anak ibu,” putus Pak Trunyan.

”Ya, Pak Trunyan. Lakukanlah,” Papa Lyn yang menjawab.

Pak Trunyan melakukan apa yang diinginkan orang tua Lyn. Ia duduk bersila dan bibirnya komat-kamit seperti merapal sesuatu.

Sementara itu, Lyn yang ini bersama Rancuk di istana mungilnya sama sekali tak ingat pulang, apalagi Rancuk selalu membuatnya senang dengan senyum menawan yang dia punya.

”Elo betah tinggal di sini Lyn?” tanya Rancuk. Lyn mengangguk.

”Kalo gitu tidur aja di sana,” ucap Rancuk sambil menunjuk tempat tidur dari jati ukir yang sangat indah.

Lyn nyaris menyetujuinya, tetapi …

Tiba-tiba Lyn ingat pulang. Ia merasa orang tuanya memanggil-manggil. ”Gue pulang aja, Rancuk,” ucap Lyn tegas.

”Lho?” Rancuk memandang wajah Lyn tajam. ”Gue udah kelamaan di sini.”

”Bentar lagi lah Lyn,” Rancuk membujuk.

Lyn memalingkan wajahnya dari tatapan Rancuk sambil menggeleng. ”Gue kudu pulang. Besok gue pasti ke sini lagi.”

Rancuk tersenyum, ”Nggak bohong?’ Lyn mengangguk.

Pukul empat pagi Lyn muncul di rumahnya. Mama Lyn langsung menyerbu dengan peluk tangis yang mengharukan.

”Kamu pulang, Lyn,kamu pulang …. Dari mana aja kamu? Dari mana?” Lyn melongo mendapati sambutan Mama yang seperti itu. ”Lyn kan cuma pergi sebentar, Ma? Ke istana mungil Rancuk,” sahut Lyn bingung.

”Rancuk…?” Papa Lyn bergumam. Sepertinya nama itu pernah disebut Lyn saat menceracau tiga hari yang lalu. Apakah…?”

“Sekarang sudah pukul empat pagi, Lyn. Kamu menghilang selepas magrib,” Mama Lyn berusaha menggugah kesadaran anaknya.

Lyn nggak percaya. ”Yang benar aja, Ma?”

Bersama dengan ketidakpercayaan Lyn, adzan subuh berkumandang. Lyn seperti tersadar dan segera memeluk mamanya.

”Memang kamu dari mana, Lyn?” Pak Trunyan yang semenjak tadi tutup mulut kini angkat suara.

Latihan 3.4

Lyn memandang wajah Pak Trunyan. “Dari istana mungilnya Rancuk, Pak. Sebelah barat sana,” jawab Lyn tegas.

”Sebelah barat?” Ulang Pak Trunyan heran. Lyn membenarkan.

”Tak ada istana mungil di sana, Lyn,” jelas Pak Trunyan.

Lyn membantah, ”Tapi Lyn melihat dengan mata kepala sendiri.”

Pak Trunyan tersenyum bijak, ”Tak ada istana mungil di sebelah barat Desa Dohoq Sogo ini, Lyn. Yang ada juga taman pemakaman.”

Lyn terhenyak. ”Jadi…!?”

Pak Trunyan mencoba menenangkan Lyn. ”Jangan kelewat dipikirkan, Lyn. Sekarang ini yang terpenting kamu sudah kembali ke rumah dengan selamat.”

Lyn tetap ketakutan. Pasalnya ia sudah telanjur janji pada Rancuk untuk kembali berkunjung ke istana mungilnya.

“Pegang ini untukmu, Lyn,” Pak Trunyan memberikan sesuatu. “Dengan benda itu Rancuk tak akan berani mengajakmu kembali ke istana mungil yang tak lain adalah makamnya sendiri.”

Lyn dengan cepat meraih benda yang disodorkan Pak Trunyan. Dengan berbekal sebuah kalung berbandul batu aji, Rancuk benar-benar nggak berani mengajaknya kembali ke istana mungilnya di Dohoq Sogo. Istana yang tak lain adalah kuburannya sendiri.

Sumber: ANEKA No 09 Th X, 26 April – 9 Mei 2001

Setelah kamu membaca cerpen berjudul Misteri Istana Dohoq Sogo, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!

1. Apa yang menjadi tema cerita tersebut?

2. Sebutkan tokoh-tokoh dalam cerita tersebut lengkap dengan perwatakannya! 3. Adakah tokoh tritagonisnya? Apabila ada, sebutkan!

4. Tuliskan latar atau seting yang terdapat dalam cerpen tersebut!

5. Penokohan adalah penciptaan citra tokoh dalam karya sastra. Apakah yang dimaksud citra?

Tugas 3.3

1. Carilah sebuah cerpen, tempelkan pada kertas folio! 2. Analisis cerpen tersebut kemudian rumuskan:

a. tema b. penokohan c. latar tempat d. latar waktu e. latar suasana f. latar alat

3. Presentasikan hasilmu depan kelas!

Dalam dokumen B. Indonesia Bahasa Indonesia (Halaman 46-53)