• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

4.1 Bentuk Persahabatan Antaretnis yang Dialami Oleh Tokoh

4.1.4 Menepati Janji

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, janji adalah ucapan yang meyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat seperti: hendak memberi,

menolong, datang, dan bertemu (Alwi, 2000:458). Sikap menepati janji dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Setelah beberapa saat, barulah ia sadar Yanto tengah menatapnya. Bocah itu kelihatan ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu. ”Apa?” tanya A Guan. ”Komik,” tagih Yanto. ”Kata kau tadi, kau mau bacakan komik buat aku.” A Guan nyengir dan menggaruk-garuk kepala. ”Hehe, aku lupa bawa komiknya.” Yanto mendesis, kemudian duduk di samping A Guan. ”Padahal aku sudah penasaran seperti apa terusan ceritanya setelah ketiga sahabat itu bersumpah menjadi saudara di bawah pohon pit. Eh, A Guan, pohon pit itu seperti apa?” ”Pohon peach. Bukan pohon pit,” koreksi A Guan. (MD:19).

Djohan sangat senang membacakan komik untuk Yanto yang tidak bisa membaca. Yanto tidak bersekolah sehingga dia tidak bisa membaca dan menulis. Walaupun demikian, Yanto tetap bisa menikmati dan mengikuti jalan cerita di dalam komik dengan bantuan Djohan yang sukarela membacakannya. Pada kutipan diatas, Djohan mengingkari janjinya kepada Yanto untuk membacakannya komik. Pada saat mereka hendak pergi ke tanah lapang, Djohan lupa membawa komiknya karena terburu-buru takut ketahuan sama mamanya kalau dia akan pergi bermain. Yanto merasa sedikit kecewa karena tidak bisa mendengarkan kelanjutan cerita yang ada dalam komik kesukaannya tersebut.

4.1.5 Saling Menjaga/Melindungi

Sikap saling menjaga/melindungi juga harus dimiliki dalam persahabatan. Disaat satu pihak merasa terancam karena adanya suatu masalah, maka satu pihak lainnya haruslah dengan spontan melindungi dan memberikan rasa aman terhadap sahabatnya tersebut. Tindakan saling menjaga/melindungi ini diterapkan Djohan

dan sahabat-sahabatnya dalam persahabatannya. Tidak perlu berpikir dua kali untuk hal ini. Disaat sahabatnya sedang dalam keadaan terpuruk atau terancam keberadaannya, maka sahabat akan siap sedia untuk menjaga dan melindungi walaupun harus mendapat ancaman atau masalah yang baru. Saling menjaga/melindungi ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

”Nyonya hukum saya juga,” Yanto mengejar rombongan kecil itu hingga ia berdiri di depan majikannya. ”Saya juga bersalah.” Mama menghentikan langkahnya. Beliau menarik nafas panjang. Sejenak ia mengagumi kesetiaan bocah Jawa itu. Setidaknya anak itu tau bagaimana harus bertanggung jawab. Satu hal yang masih harus dipelajari oleh A Guan. (MD:27).

Yanto mencoba melindungi Djohan dari amarah majikannya/mamanya Djohan. Yanto meminta kepada majikannya supaya dia saja yang dihukum atas kesalahan yang sebenarnya dilakukan oleh mereka berdua karena telah memakai sepeda angin petugas PLN tanpa izin. Yanto selalu saja berusaha untuk melindungi A Guan walaupun dia sebenarnya tidak mampu untuk melindungi. Seperti kutipan berikut:

Akan tetapi, kali ini Yanto tidak ingin menghindar. Ia akan melakukan apa saja untuk melindungi sahabatnya. Ia tidak mau berdiam diri melihat A Guan dalam bahaya. ”A...aku akan tendang kau sampai terbang ke bulan!” tiba-tiba saja Yanto menirukan salah satu kalimat tokoh komik yang ia dengar dari A Guan. (MD:61).

Saat Swan Tiem dan A Guan bertengkar memperebutkan layang-layang yang putus, secara tidak sadar, A Guan berlari ke arah Yanto untuk meminta pertolongan. Yanto dengan cekatan memberi perlindungan terhadap A Guan dan mencoba untuk melawan Swan Tiem. Hal ini merupakan bentuk dari persahabatan

antara mereka yang akan saling menjaga dan melindungi antara yang satu dengan yang lainnya.

Disaat Djohan kembali diterpa masalah, sahabat-sahabatnya yaitu Corby, Herman, Raymond, dan Kenny selalu menjaga dan melindungi Djohan. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

Corby menatap kertas itu berkali-kali. Di sekelilingnya ada Raymond, Herman, dan Kenny. Semula Djohan hanya ingin berbicara dengan Corby, tetapi entah dari mana, tiba-tiba ketiga sahabatnya yang lain muncul dan langsung bergabung. Djohan melihat wajah-wajah mereka begitu panas, seakan-akan baru saja mendapatkan tantangan berkelahi dari kelompok lain. (MD:169).

Dalam geng Apache, masing-masing anggota dari geng ini saling menjaga satu sama lainnya. Djohan mendapat teror dari seseorang yang tidak dikenal. Orang tersebut meneror dengan cara melempar batu yang terikat bersama kertas yang bertuliskan ”Mati lo China!”. Hal tersebut membuat Djohan merasa takut karena dia merasa tidak pernah membuat masalah terhadap orang lain. dia berusaha menyembunyikan masalah itu dari anggota keluarganya dan juga sahabatnya. Namun, pelaku terus saja menerornya sehingga dia memutuskan untuk memberitahu keluarga dan sahabatnya. Saat geng Apache mengetahui hal tersebut, mereka marah dan ikut merasa tersakiti. Begitulah persahabatan, disaat satu orang tersakiti, maka sahabat yang lain akan ikut merasakannya. Pelaku teror itu adalah Alvaro, orang yang sangat membenci Djohan karena dianggap telah merebut Rinai (gadis yang disukai oleh Djohan dan Alvaro). Kebencian tersebut berlanjut sampai Djohan telah masuk ke jenjang perkuliahan. Alvaro tetap mengandalkan segala cara untuk membuat Djohan dijauhi atau diasingkan dari

lingkungannya dan orang-orang disekitarnya. Seperti terlihat dalam kutipan berikut:

”Alvaro,” tanpa sengaja Djohan menyebut namanya. ”Ah, si China,” balas Alvaro. Syaiful langsung tidak suka mendengarnya. ”Di sini nggak ada suku-sukuan, Bung. Kita semua sama.” (MD:257).

Pada saat Djohan diasingkan karena faktor etnis oleh Alvaro (orang yang sangat membenci Djohan), Syaiful dngan tegas membela Djohan dengan cara mengingatkan bahwa tidak ada faktor kesukuan dan semua sederajat atau sama. Semua berhak untuk mendapatkan hak-haknya tanpa diskriminasi. Syaiful sangat marah jika membahas tentang perbedaan yang akan menjadi bumerang dan membuat perpecahan diantara mereka. Sudah semestinya, Bhineka Tunggal Ika itu diterapkan dalam bermasyarakat. Indonesia yang terdiri atas banyak suku bangsa, banyak bahasa, banyak kebudayaan, dan sebagainya haruslah bersatu untuk menciptakan kerukunan dan kedamaian.

4.1.6 Perbedaan Tidak Menjadi Penghalang

Perbedaan merupakan ketidaksamaan suatu unsur yang menjadikannya berlainan dari apa yang ada pada umumnya. Dalam persahabatan pasti terdapat perbedaan-perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya baik berupa etnis, kebudayaan, agama, kegemaran, dan sebagainya. Akan tetapi perbedaan itu tidak menjadi penghalang dalam keakraban persahabatan. Tidak perlu menganggap bahwa kebudayaan kita lebih baik dari orang lain. menghina atau mengejek kebudayaan orang lain sama saja dengan menghilangkan peranan Bhineka

Tunggal Ika dari diri bangsa Indonesia. Seperti persahabatan antara A Guan dan Yanto yang memiliki banyak sekali perbedaan. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

”Kasihan sekali kamu, A Guan. Sudah tidak ada yang mau bermain denganmu sampai kamu harus berteman dengan huana seperti dia.” Wajah A Guan memerah mendengar penghinaan tersebut. begitu juga dengan Yanto. Yanto tidak mengerti apa arti huana, tetapi melihat mimik Swan Tiem, Yanto tahu bahwa Swan Tiem tengah menghina dirinya sebagai orang pribumi. (MD:61)

Dalam kutipan diatas menjelaskan bahwa perbedaan itu tidak menjadi halangan untuk Djohan dan Yanto dalam bersahabat. Djohan sering diejek dan dihina karena selalu bermain dengan anak pembantunya dan merupakan orang pribumi yang tidak sederajat dengannya. Tapi walaupun demikian, Djohan tidak mempedulikan omongan Swan Tiem tersebut. Djohan merupakan etnis Tionghoa dan masuk dalam kelas sosial yang berada pada tingkat golongan atas tetapi dia tidak malu untuk bermain dan bersahabat dengan Yanto yang merupakan etnis Jawa dan hanya anak pembantu. Hal inilah yang menjadikan persahabatan mereka tetap abadi dan apa adanya.

4.1.7 Rasa Percaya

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, percaya adalah menganggap atau yakin bahwa seseorang itu jujur. (Alwi, 2000:856). Rasa percaya menjadi satu sikap yang harus dimiliki dalam persahabatan karena tanpa adanya rasa percaya maka persahabatan akan mudah hancur. Jangan mudah terpengaruh oleh gosip

atau omongan orang lain tentang sahabat kita kalau kebenarannya belum terbukti. Hal ini dapat terlihat di dalam kutipan yang ada pada novel sebagai berikut:

”pedangnya sudah ketemu?” mata besar Yanto membulat. A Guan menggeleng. ”Belum. Tapi itu nggak penting. Aku percaya bukan kamu yang ngambil. Kamu nggak mungkin ngambil, To.” Senyum Yanto langsung mengembang mendengarnya. Ada perasaan haru saat mendengar kata-kata itu meluncur dari bibir A Guan. Selama berhari-hari ini perasaannya juga tidak enak. Ia tidak memiliki teman bermain. Ia juga tidak tahu harus melakukan apa. (MD:93).

Rasa percaya itu ditunjukkan oleh A Guan terhadap Yanto yang tidak mungkin mengambil pedang kesayangannya. Dia meyakini bahwa Yanto bukan seorang pencuri seperti apa yang sebelumnya terlintas dipikirannya karena ucapan Swan Tiem yang menyebut orang pribumi adalah pencuri. Walaupun pedang kesayangan A Guan belum ditemukan, itu tidak penting lagi untuknya melainkan dia hanya butuh sahabat yang selalu menemaninya dan melindunginya.

4.1.8 Kekecewaan

Kecewa merupakan suatu perasaan yang merasa tidak puas karena keinginan dan harapan yang tidak terkabul. Disaat apa yang kita inginkan berbanding terbalik dengan kenyataan, maka kekecewaan akan menghampiri. Dalam persahabatan juga sering kali sahabat kita membuat hati terasa kecewa oleh perbuatannya ataupun perkataannya. Bentuk kekecewaan dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

”Pedangnya bagus,” puji Yanto tak lama kemudian. ”Pinjam, dong.” ”Jangan!” teriak A Guan. Yanto terkejut mendengar

menduga suaranya akan sekencang itu. Wajah Yanto berubah menjadi takut, seakan-akan ia tengah melanggar sebuah garis yang tak boleh ia lewati. ”Ya tak apa-apa kalau tak boleh,” Yanto menunduk. (MD:67).

Dalam kutipan diatas, Yanto merasa kecewa terhadap penolakan Djohan kerena tidak memberikan pedangnya untuk dipinjam. Yanto merasa kaget saat Djohan menolak memberi pedangnya karena selama ini apapun yang dimiliki Djohan selalu bisa juga untuk dimiliki oleh Yanto. Yanto merasa telah melakukan hal yang fatal terhadap Djohan karena telah melewati batas antara majikan dan anak pembantu atau antara etnis Tionghoa dengan etnis Jawa.

Dokumen terkait