• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persahabatan Antaretnis dalam Novel Menjadi Djo Karya Dyah Rinni: Pendekatan Sosiologi Sastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persahabatan Antaretnis dalam Novel Menjadi Djo Karya Dyah Rinni: Pendekatan Sosiologi Sastra"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PERSAHABATAN ANTARETNIS DALAM NOVEL

MENJADI DJO

KARYA DYAH RINNI: PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA

SKRIPSI

OLEH:

BONITA MELVIANA SIBUEA

110701021

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PERSAHABATAN ANTARETNIS DALAM NOVEL MENJADI DJO

KARYA DYAH RINNI: PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Persahabatan

Antaretnis dalam Novel Menjadi Djo Karya Dyah Rinni: Pendekatan Sosiologi

Sastra” adalah benar dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memeroleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan

saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya

bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya

peroleh.

Medan, Oktober 2015

Bonita Melviana Sibuea

(4)

Persahabatan Antaretnis dalam Novel Menjadi Djo Karya Dyah Rinni: Pendekatan Sosiologi Sastra

Oleh:

Bonita Melviana Sibuea

Abstrak

Banyak sisi kehidupan yang dapat dikaji dari sebuah karya sastra termasuk novel. Kajian tentang sosial masyarakat terhadap sebuah karya sastra atau novel disebut kajian sosiologi sastra. Novel Menjadi Djo dapat dikaji dari sudut persahabatan antaretnis yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk persahabatan antaretnis yang dialami tokoh dan faktor pembentuk persahabatan yang dialami tokoh dalam novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder dilanjutkan dengan menggunakan metode kualitatif, metode hermeneutika, dan metode deskriptif untuk meneliti novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa persahabatan antaretnis yang dialami oleh tokoh tidak menjadi penghalang dalam menjalin hubungan persahabatan yang sejati. Persahabatan yang sejati itu ditandai bentuk persahabatan yang berupa: bersenang-senang bersama, takut kehilangan, saling berbagi, menepati janji, saling menjaga/ melindungi, perbedaan tidak menjadi penghalang, rasa percaya, kekecewaan, kerinduan, persahabatan merupakan sebuah prioritas, setiap teman selalu ada untuk teman yang lain dalam keadaan baik maupun buruk, dan hubungan yang ada sederajat.

(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan kasih-Nya yang tiada henti-hentinya dicurahkan kepada penulis dalam

mengerjakan skripsi ini dari awal hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul ”Persahabatan Antaretnis dalam Novel Menjadi Djo

Karya Dyah Rinni: Pendekatan Sosiologi Sastra” sebagai salah satu syarat untuk

memeroleh gelar sarjana di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini ditemukan pula berbagai hambatan. Berkat

bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis ucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya,

Dr. M. Husnan Lubis, M.A. sebagai Pembatu Dekan I, Drs. Syamsul

Tarigan sebagai Pembantu Dekan II, dan Drs. Yuddi Adrian, M.A.

sebagai Pembantu Dekan III di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., sebagai Ketua

Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU dan sebagai

dosen pembimbing I saya. Kepada Bapak Drs. Haris Sutan Lubis,

M.S.P., sebagai Sekretaris Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu

Budaya USU dan sebagai dosen pembimbing II saya. Terima kasih

karena telah memberikan banyak ilmu dan semangat kepada penulis

(6)

untuk memberikan didikan, perhatian, arahan, dan kesabaran yang luar

biasa dalam membimbing penulis dan mengarahkan penulis selama

proses penyelesaian skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberi

umur yang panjang dan sehat selalu. Terima kasih dosen pembimbingku.

3. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas

Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah membekali

penulis dengan ilmu pengetahuan, baik dalam bidang linguistik, sastra,

maupun bidang-bidang umum lainnya dan juga kepada Bapak Slamet

yang telah membantu penulis dalam hal administrasi. Terima kasih

penulis sampaikan atas segala bimbingan dan pengajaran yang diberikan

selama penulis menjalankan perkuliahan.

4. Terima kasih teramat besar penulis persembahkan kepada kedua orang

tua tercinta, Ayahanda H. Sibuea dan Ibunda T. Sinaga, yang telah

memberikan segala dukungan baik moral, spiritual, maupun material

dengan penuh kasih sayang. Buat Adik-adik saya Diana Debora Sibuea,

Martin Leonardo Sibuea, Helena Lestari Sibuea, Michael Fifson Sibuea,

terima kasih atas dukungan dan kasih sayang yang tidak ada habisnya.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada abang Rimo Hardy

Simanjuntak dan abang Riant Febriand Simamora yang selalu memberi

semangat dan nasihat kepada penulis.

5. Sahabat-sahabat saya selama perkuliahan, Elina Sihombing, Devi

Siahaan, Melisa Nainggolan, Roiyani Marbun, Natalia Simangunsong,

(7)

canda tawanya dan semoga persahabatan ini akan tetap abadi. Kepada

sahabat sejatiku, Sary Sibuea, Yossy Sibuea, Yan Sibuea terimakasih

telah menjadi sahabatku yang selalu setia. Terimakasih juga kepada

serta teman-teman Sasindo lainnya angkatan 2011 Sastra Indonesia atas

dukungannya selama perkuliahan.

Akhir kata penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

skripsi ini dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk

kesempurnaan isi skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan memberi

pengetahuan tentang Persahabatan Antaretnis dalam Novel Menjadi Djo Karya

Dyah Rinni.

Medan, Oktober 2015

Penulis,

Bonita Melviana Sibuea

(8)

DAFTAR ISI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA…..7

(9)

BAB IV BENTUK DAN FAKTOR PEMBENTUK PERSAHABATAN ANTARETNIS DALAM NOVEL MENJADI DJOKARYA DYAH

RINNI...21

4.1 Bentuk Persahabatan Antaretnis yang Dialami Oleh Tokoh...21

4.1.1 Bersenang-Senang Bersama...23

4.1.11 Setiap Teman Selalu Ada Untuk Teman yang Lain, dalam Baik Maupun Buruk...38

4.1.12 Hubungan yang Ada Sederajat...40

4.2 Faktor Pembentuk Persahabatan yang Dialami Oleh Tokoh...40

(10)

Persahabatan Antaretnis dalam Novel Menjadi Djo Karya Dyah Rinni: Pendekatan Sosiologi Sastra

Oleh:

Bonita Melviana Sibuea

Abstrak

Banyak sisi kehidupan yang dapat dikaji dari sebuah karya sastra termasuk novel. Kajian tentang sosial masyarakat terhadap sebuah karya sastra atau novel disebut kajian sosiologi sastra. Novel Menjadi Djo dapat dikaji dari sudut persahabatan antaretnis yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk persahabatan antaretnis yang dialami tokoh dan faktor pembentuk persahabatan yang dialami tokoh dalam novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder dilanjutkan dengan menggunakan metode kualitatif, metode hermeneutika, dan metode deskriptif untuk meneliti novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa persahabatan antaretnis yang dialami oleh tokoh tidak menjadi penghalang dalam menjalin hubungan persahabatan yang sejati. Persahabatan yang sejati itu ditandai bentuk persahabatan yang berupa: bersenang-senang bersama, takut kehilangan, saling berbagi, menepati janji, saling menjaga/ melindungi, perbedaan tidak menjadi penghalang, rasa percaya, kekecewaan, kerinduan, persahabatan merupakan sebuah prioritas, setiap teman selalu ada untuk teman yang lain dalam keadaan baik maupun buruk, dan hubungan yang ada sederajat.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra merupakan suatu bentuk hasil pemikiran pengarang yang

berupa pengalaman, ide, dan hasil pengamatannya yang dituangkan dalam suatu

karya dengan menggunakan bahasa-bahasa yang indah dan dapat diterima oleh

masyarakat. Menurut Sapardi Djoko Damono (dalam Siswanto, 2008:92), karya

sastra adalah karya yang dimaksudkan oleh pengarangnya sebagai karya sastra,

berwujud karya sastra, dan diterima oleh masyarakat sebagai karya sastra.

Karya sastra dibagi menjadi dua bagian yaitu karya sastra fiksi dan

nonfiksi. Karya sastra fiksi yang sering disebut dengan cerita rekaan/cerita

khayalan merupakan karya yang menceritakan sesuatu hal yang bersifat rekaan,

khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak

perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata. Sedangkan karya nonfiksi adalah

karya yang dapat dibuktikan kebenarannya dalam dunia nyata atau bersifat

faktual. Salah satu karya sastra fiksi yaitu berupa novel.

Novel telah menyebar luas ke segala kalangan dan cakupannya tidak

terbatas oleh waktu, umur, maupun tempat. Masyarakat bisa melihat dunia lebih

luas lagi atau menambah wawasan dan ikut merasakan problema sosial yang

terjadi di tengah-tengah masyarakat hanya dengan membaca hasil karya

pengarang yang berupa novel tersebut. Novel menjadi sarana hiburan tersendiri

bagi pembaca dan juga menjadi tempat pengarang menuangkan isi pikiran atau

(12)

halamannya yang lebih banyak, novel memungkinkan untuk mengemukakan

sesuatu secara bebas, lebih banyak, lebih rinci, lebih mendalam, dan lebih banyak

melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks.

Dalam novel pengarang berupaya untuk mengekspresikan hasil

pemikirannya untuk menyampaikan pesan ataupun kesan tersendiri kepada para

pembaca. Dengan adanya licentia poetica, pengarang memiliki kebebasan untuk

dapat menyimpang dari aturan atau kenyataan yang ada untuk menghasilkan suatu

karya yang jauh lebih menarik dan menjadi sorotan bagi masyarakat. Menurut

(Siswanto, 2008:21), licentia poetica adalah kebebasan pengarang untuk

menyimpang dari kenyataan, dan dari bentuk/aturan untuk mencapai suatu efek.

Pada kesempatan ini, penulis akan menganalisis sebuah novel yang tentu

sangat menarik untuk dibahas yaitu Menjadi Djo karya Dyah Rinni. Novel ini

menceritakan tentang persahabatan antaretnis yang dialami oleh tokoh utama

sebagai etnis Tionghoa dengan sahabat-sahabatnya yang beretnis Jawa, Batak, dan

Betawi. Pada saat ini, persahabatan yang terdapat di dalam novel menjadi

cerminan terhadap masyarakat tentang gambaran persahabatan antara etnis yang

berbeda tetapi masih tetap bisa hidup rukun dan damai dengan segala suka dan

duka yang mereka alami di dalam persahabatannya. Setiap orang pasti ingin

memiliki sahabat sejati, tetapi tidak semua orang bisa mendapatkannya. Banyak

orang yang telah menikmati indahnya persahabatan yang telah dijalin sekian lama

namun harus putus dan hancur akibat penghianat dari sahabatnya sendiri.

Persahabatan diibaratkan seperti kepompong yang berubah menjadi

(13)

bermetamorfosis dengan sempurna supaya sesuai dengan apa yang diharapkan.

Sama seperti persahabatan, untuk mencapai tahap persahabatan membutuhkan

proses yang panjang dari teman biasa kemudian berubah menjadi sahabat dengan

memelihara kesetiaan tanpa adanya niat jahat untuk memanfaatkannya atas

kepentingan pribadi. Dalam persahabatan A Guan yang merupakan etnis

Tionghoa tidaklah demikian. Segala perbedaan antara dirinya dengan

sahabat-sahabatnya yang beretnis Jawa, Batak, ataupun Betawi yang berupa perbedaan

kebudayaan, ciri fisik, kepercayaan, dan sebagainya tidak menjadi penghalang

untuknya menjalin persahabatan yang sejati. Justru dengan adanya perbedaan

tersebut menjadikan persahabatan itu menarik dengan segala keunikan

masing-masing etnis dalam menjalin hubungan yang lebih dekat.

Hubungan yang baik haruslah dijalin dengan siapa aja, di mana saja, dan

kapan saja. Tidak perlu untuk membatasi diri dengan cara membuat sekat yang

tidak bisa untuk dimasuki oleh orang lain. persahabatan yang berbeda etnis

mengajarkan untuk lebih banyak meluangkan waktu untuk berbagi cerita atau

pengalaman terhadap sahabat, bersifat toleransi dalam beragama, menerima

kebudayaan antaretnis yang berbeda, dan menghargai nilai-nilai kebudayaan etnis

lainnya. Persahabatan itu terbentuk karena adanya faktor yang menunjukkan suatu

proses yang membentuk ikatan dari pertemanan biasa kemudian berubah menjadi

persahabatan sebagaimana yang diharapkan. Terdapat beberapa faktor pembentuk

persahabatan seperti: adanya faktor kesamaan minat atau bakat, faktor lingkungan

tempat tinggal, sekolah, tempat kerja, atau tempat bermain yang sama, dan faktor

(14)

Persahabatan tidaklah selalu berjalan mulus dan tanpa rintangan. Kadang

kala persahabatan itu diterpa masalah untuk menggoyahkan keteguhan dalam

persahabatan tersebut. Itulah sebabnya persahabatan itu harus saling menguatkan

dan harus bisa melewati setiap rintangan/cobaan untuk mendapatkan persahabatan

yang sejati. Pada saat proses menjalani hubungan persahabatan tersebut akan

terlihat gambaran atau bentuk dari persahabatan itu. Bersifat sukarela, timbal

balik, dan memprioritaskan persahabatan merupakan sebahagian dari bentuk

persahabatan supaya bisa tetap bertahan dan abadi.

Novel Menjadi Djokarya Dyah Rinni belum pernah dikaji oleh orang lain.

Kelihaian pengarang dalam menggambarkan keadaan dan jalannya cerita dan juga

penceritaan tentang persahabatan antaretnis yang berbeda tersebutlah yang

menarik perhatian penulis untuk menganalisis novel tersebut. Untuk lebih mudah

memahami pesan dan makna dari novel Menjadi Djokarya Dyah Rinni, penulis

akan menganalisis bentuk persahabatan antaretnis dalam novel dan faktor

pembentuk persahabatan antaretnis yang dialami oleh tokoh utama dan

sahabat-sahabatnya.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah bentuk persahabatan antaretnis yang dialami tokoh dalam

novel Menjadi Djokarya Dyah Rinni?

2. Apa sajakah faktor pembentuk persahabatan antaretnis yang dialami

(15)

1.3 Batasan Masalah

Pembahasan terhadap bentuk dan faktor pembentuk persahabatan

antarernis yang dialami oleh A Guan sebagai tokoh utama yang merupakan etnis

Tionghoa hanya dibatasi pada etnis Jawa, etnis Batak, dan etnis Betawi.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka penelitian ini

difokuskan untuk mencapai tujuan yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan bentuk persahabatan antaretnis dalam novel

Menjadi Djokarya Dyah Rinni.

2. Untuk mendeskripsikan faktor pembentuk persahabatan antaretnis dalam

novelMenjadi Djokarya Dyah Rinni.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan, masukan, serta gambaran yang

lebih luas mengenai bentuk persahabatan antaretnis dan faktor

pembentuk persahabatan yang sering kita lihat dalam kehidupan

sehari-hari.

b. Menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya, terutama dalam menganalisis

bentuk persahabatan antaretnis dan faktor pembentuk persahabatan yang

(16)

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca tentang

persahabatan antaretnis yang terdapat dalam novel Menjadi Djo karya

Dyah Rinni.

b. Hasil penelitian ini dapat membantu pembaca untuk memahami dan

(17)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, konsep adalah ide

atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (Alwi, 2000:588).

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

A. Novel

Novel ialah suatu karangan prosa yang menceritakan suatu kejadian yang

luar biasa dari kehidupan seseorang (tokoh cerita). Dikatakan kejadian yang luar

biasa karena dari kejadian itu lahir konflik, suatu pertikaian, dan akhir dari cerita.

Novel hanya menceritakan salah satu segi kehidupan sang tokoh yang benar-benar

istimewa yang mengakibatkan perubahan nasib dari tokoh dalam cerita. Novel

dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih

banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai unsur

cerita yang membangun novel itu (Nurgiyantoro, 1998:11).

Menurut H.B. Jassin (dalam Suroto, 1989:29), novel ialah suatu karangan

prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari

kehidupan orang-orang (tokoh cerita), luar biasa karena dari kejadian ini terlahir

suatu konflik, suatu pertikaian, yang meng-alihkan jurusan nasib mereka.

B. Persahabatan

Dalam kehidupan sehari-hari, persahabatan di dalam masyarakat menjadi

(18)

dua orang atau lebih yang saling mendukung dan melengkapi karena adanya

persamaan nasib baik suka dan duka.

”Persahabatan merupakan konsep sosial yang murni. Persahabatan menuntut pemeliharaan dalam semua interaksinya. Interaksi yang mengabaikan pemeliharaan biasanya akan mengganggu kelangsungan persahabatan. Umumnya persahabatan timbul karena kecenderungan adanya persamaan. Dua orang yang semula berhubungan sebagai teman biasa berkembang menjadi persahabatan karena adanya persamaan di antara keduanya. Persamaan tersebut dapat berupa persamaan kesenangan atau hobby, berpikir, keinginan atau cita-cita, nasib, dan sebagainya.” (Ahmadi, 2009:215).

Seorang ahli Psikologi Sosial Suzanne Kurth (dalam Ahmadi 2009:215),

mengatakan bahwa persahabatan dengan pertemanan merupakan dua hal yang

berbeda. Persahabatan adalah hubungan antar pribadi yang akrab/intim yang

melibatkan setiap individu sebagai suatu kesatuan. Sedangkan pertemanan adalah

hubungan tahap awal yang akan berkembang menjadi hubungan persahabatan

karena adanya rasa nyaman dan aman yang dialami oleh dua orang atau lebih.

Menurut Yager (2006:17), pada hakekatnya persahabatan memiliki empat

elemen dasar yaitu:

1. persahabatan adalah hubungan antara paling sedikit dua orang yang tidak

terikat hubungan darah.

2. persahabatan bersifat sukarela.

3. persahabatan tidak memiliki dasar kontrak hukum/legal.

4. persahabatan bersifat timbal balik.

Persahabatan/pertemanan adalah pengelompokan sosial yang melibatkan

(19)

bertemu dan adanya kesamaan perhatian dan kepentingan, bukan atas dasar

hubungan darah atau ketetanggaan dan bukan pula atas dasar cinta asmara.

http://novanifqiawansyah.blogspot.co.id/2010/05/materi-sosiologi-kelas-x-sma-bab-1.html: Diakses Tanggal 22 September 2015.

Menurut Baron (dalam Susanti, 2008:14), Persahabatan adalah hubungan

yang membuat dua orang yang menghabiskan waktu bersama, berinteraksi dalam

berbagai situasi, tidak mengikutsertakan orang lain dalam hubungan tersebut, dan

saling memberikan dukungan emosional.

Menurut Wikipedia Indonesia, Persahabatan atau pertemanan adalah

istilah yang menggambarkan perilaku kerja sama dan saling mendukung antara

dua atau lebih entitas sosial. Persahabatan menggambarkan suatu hubungan yang

melibatkan pengetahuan, penghargaan dan afeksi.

https://id.wikipedia.org/wiki/Persahabatan: Diakses Tanggal 22 September 2015.

C. Etnis

Menurut Koentjaraningrat (dalam Narwoko 2007:197), etnis atau suku

bangsa didasarkan pada persamaan kebudayaan. konsep yang tercakup dalam

istilah suku bangsa atau etnis adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh

kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan, dan kesadaran dan identitas

tadi sering kali-tetapi tidak selalu-juga dikuatkan oleh kesatuan atau persamaan

bahasa. Di Indonesia terdapat bermacam-macam etnis. Misalnya, etnis Jawa,

Batak, Betawi, Tionghoa, Ambon, dan sebagainya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Etnis (etnik)

(20)

mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa

(Alwi, 2000:309).

D. Persahabatan Antaretnis

Persahabatan antaretnis adalah persahabatan yang dijalin antara etnis yang

berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut semakin

mempererat jalinan persahabatan karena itu tidak menjadi penghalang untuk

menjalin persahabatan dengan siapa pun, kapan pun, dan dimana pun.

2.2 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pendapat

ahli atau teori yang dianggap lebih cocok dan sesuai dengan data yang akan dicari.

Sosiologi Sastra sebagai teori utama dalam penelitian ini didukung oleh teori-teori

lainnya seperti bentuk persahabatan dan faktor pembentuk persahabatan.

A. Sosiologi Sastra

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang bertujuan

untuk menganalisis persahabatan antaretnis dalam novel Menjadi Djokarya Dyah

Rinni. Sosiologi dan sastra adalah dua bidang ilmu pengetahuan yang saling

berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Kedua bidang ilmu ini memiliki

hubungan yang sangat erat dan jika kedua disatukan maka akan menghasilkan

suatu kajian baru yang disebut dengan sosiologi sastra.

Sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan pertumbuhan (evolusi)

(21)

sastra yang terdiri dari dua suku kata yaitu sas(Sansekerta) berarti mengarahkan,

mengajar, memberi petunjuk, dan instruksi; akhiran Tra berarti alat atau sarana.

Jadi makna dari kata sastra tersebut adalah kumpulan hasil karya yang baik (Ratna

2003:1). Menurut Damono (1984:2), sosiologi sastra adalah pendekatan terhadap

sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan oleh beberapa penulis.

Menurut Wellek (dalam Damono, 1984:3), telaah sosiologi mempunyai

tiga klasifikasi, sebagai berikut:

a. Sosiologi pengarang yang mempermasalahkan tentang status sosial,

ideologi, politik, dan lain-lain yang menyangkut diri pengarang sebagai

penghasil sastra;

b. Sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan tentang karya sastra itu

sendiri. Yang menjadi menjadi pokok telaahan adalah apa yang tersirat

dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan atau amanat yang hendak

disampaikannya;

c. Sosiologi pembaca yang mempermasalahkan tentang pembaca dan

pengaruh sosialnya terhadap masyarakat.

B. Bentuk Persahabatan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, bentuk adalah

gambaran, rupa, wujud (Alwi, 2000:135). Bentuk persahabatan merupakan

gambaran hubungan persahabatan yang dapat dilihat dari suka duka yang dialami

dan cara mempertahankan hubungan persahabatan tersebut supaya tetap harmonis

dan menjadi contoh yang baik untuk orang lain.

(22)

1. Saling menyukai atau menyayangi.

2. Bersenang-senang bersama.

3. Saling berbagi rahasia, aktivitas, obrolan, dan/atau dukungan moril atau

emosional.

4. Rasa saling percaya, kejujuran, dan loyalitas tampak ada.

5. Hanya ada sedikit atau tidak ada sama sekali kecemburuan.

6. Kompetisi hanya ada dalam kadar rendah dan sehat.

7. Kontak antara anda berdua sesering yang anda butuhkan dan inginkan.

8. Saling menjaga rahasia masing-masing.

9. Gosip hampir tidak ada atau sangat jarang.

10. Anda berdua tidak pernah saling membuat posisi masing-masing berada

dalam posisi sulit/terjepit.

11. Saling menepati janji.

12. Barang-barang yang dipinjam selalu dikembalikan.

13. Selalu menjaga omongan.

14. Kejujuran selalu dijunjung tetapi tidak digunakan untuk alasan-alasan

yang menyakitkan.

15. Persahabatan yang ada bersifat fleksibel, selalu berubah sesuai dengan

situasi atau kebutuhan atau berputar karena alasan pendidikan, karir,

atau pribadi.

16. Betapa sibuknya masing-masing pihak, persahabatan tetap merupakan

(23)

17. Setiap teman selalu ada untuk teman yang lain, dalam keadaan baik

maupun buruk.

18. Anda berdua memiliki banyak sekali kemiripan tetapi tetap ada cakupan

perbedaan untuk membuat persahabatan tersebut tetap menarik.

19. Hubungan yang ada sederajat.

C. Faktor Pembentuk Persahabatan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Faktor adalah hal

(keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan atau mempengaruhi terjadinya

sesuatu (Alwi, 2000:312).

Menurut Fehr (dalam Susanti, 2008:23-26), faktor pembentuk

persahabatan sebagai berikut:

1. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan menandakan adanya kedekatan fisik antara orang-orang

yang bersahabat. Artinya, orang-orang yang berada pada lingkungan yang sama

lebih berpeluang untuk membentuk persahabatan. Faktor lingkungan meliputi

tempat tinggal, tempat-tempat dimana menghabiskan waktu sehari-hari seperti

sekolah, tempat kerja, ataupun tempat bermain. Sahabat juga dapat dijumpai

melalui organisasi sosialisasi dan melalui perantaraan teman lain atau saudara.

2. Faktor Individual

Karakteristik yang dimiliki seseorang akan mendorong keinginan individu

(24)

a. Ketertarikan Fisik

Penampilan fisik juga mempengaruhi terhadap pembentukan

persahabatan. Seseorang cenderung melihat bahwa orang-orang yang

menarik secara fisik memiliki kemiripan dengan dirinya dalam sikap dan

kepribadian dibandingkan dengan orang-orang yang tidak menarik.

Berinteraksi dengan orang yang menarik secara fisik (cantik atau

ganteng) akan lebih menyenangkan.

b. Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial meliputi kemampuan untuk merespon dan bersifat

secara tepat pada yang orang katakan atau alami serta mengikuti

percakapan sesuai aturan.

c. Responsivitas

Seseorang cenderung lebih tertarik pada orang-orang yang bersifat

responsif terhadapnya.

d. Perasaan Malu atau Segan

Seseorang pasti lebih tertarik untuk bersahabat dengan orang yang

tidak pemalu. Orang yang pemalu cenderung lebih sedikit berbicara pada

awal pertemuan, kurang sigap menjawab komentar dalam berinteraksi

dengan orang lain, kurang senyum, kurang mau menatap lawan bicara,

(25)

e. Kemiripan

Seseorang akan membentuk persahabatan dengan orang-orang yang

dianggap mirip dengannya berupa usia, kesehatan fisik, pendidikan, latar

belakang keluarga, status sosial, sikap, dan sebagainya.

3. Faktor Situasional

Faktor situasional meliputi hal-hal seperti seberapa sering kita bertemu

dengan seseorang. Apakah terdapat ketergantungan kepada seseorang tentang

suatu hal, serta apakah tersedia tempat untuk membentuk hubungan persahabatan

pada masing-masing pihak yang terlibat dalam interaksi.

4. Faktor Dyadic

Seseorang yang bertanya tentang informasi pribadi menandakan bahwa dia

memiliki keinginan untuk membentuk persahabatan. Pertemuan awal umumnya

dimulai dengan membuka diri terhadap informasi-informasi yang bersifat

dangkal, kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang lebih mendalam dengan topik

yang lebih bervariasi. Pada tahap awal dari hubungan, keterbukaan yang

timbal-balik merupakan hal yang penting dalam membentuk persahabatan.

2.3 Tinjauan Pustaka

Penelitian terhadap novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni belum pernah

dilakukan. Hal ini disebabkan karena novel ini merupakan novel yang masih baru

diterbitkan yaitu pada tahun 2014. Tetapi penelitian yang mengkaji tentang

(26)

sebagai kajiannya telah banyak diteliti dan mendapat sambutan baik dari para

pembacanya.

Pertama, skripsi Susanti dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

2008 yang membahas tentang ”Gambaran Persahabatan dan Penyesuaian Diri

Pada Mahasiswi UIN Jakarta yang Mengenakan Cadar”. Susanti membahas

tentang gambaran persahabatan antara mahasiswi bercadar dengan yang tidak

bercadar terjalin karena didasarkan pada rasa saling membutuhkan antara dua

belah pihak yang kemudian saling mengisi. Oleh sebab itu peneliti menyimpulkan

persahabatan yang terjalin lebih mengarah kepada persahabatan timbal-balik

(reciprocal friendship). Sebagai makhluk sosial, mahasiswi bercadar juga dituntut

untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Dari ketiga subyek,

penyesuaian diri yang dilakukan mereka termasuk penyesuaian diri yang baik

dengan sahabatnya, ini terlihat dari tidak adanya perilaku menyimpang yang

dilakukan para subyek.

Kedua, tesis Purwanto dari Universitas Diponegoro 2006 yang membahas

tentang ”Persahabatan Empat Tokoh Perempuan dalam Novel The Sisterhood of

The Traveling Pants Karya Ann Brashares (Sebuah Telaah dengan Pendekatan

Feminisme).” Persahabatan yang terjadi pada empat tokoh utama novel The

Sisterhood of The Traveling Pants. Empat tokoh utama itu adalah Lena, Carmen,

Bridget dan Tibby. Bagi mereka, persahabatan adalah sesuatu yang istimewa.

Persahabatan merupakan kata kunci untuk menumbuhkan persaudaraan yang erat

pada mereka. Jarak antara mereka tidak menjadi masalah untuk saling membantu.

(27)

mengirimkan surat dan menelpon adalah beberapa cara yang menunjukkan bahwa

tidak ada jarak antara empat sahabat itu. Jarak dekat atau jauh tidak memisahkan

mereka dalam persahabatan. Keempatnya mempunyai suatu komitmen bahwa

jarak yang terbentang tidak akan menghancurkan persahabatan dan persaudaraan

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam menganalisis novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni, penelitian ini

menggunakan metode kualitatif, metode hermeneutik, dan metode deskriptif.

Menurut Alsa (2004:40), dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan

adalah berbentuk kata-kata atau gambar, bukan angka seperti dalam penelitian

kuantitatif. Menurut Tantawi (2014:111), metode Hermeneutika yaitu dengan

membaca novel objek kajian dengan cara memahami konvensi-konvensi yang

berlaku terhadap sebuah karya sastra, terutama konvensi sastra dan budaya yang

menyangkut tema, alur, gaya bahasa, dan tokoh. Menurut Nasir (dalam Tantawi

2014:111), metode deskriptif adalah mendeskripsikan tentang situasi atau

kejadian, gambaran, lukisan, secara sistematis, faktual, akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena dengan fenomena.

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu membaca dan mencatat.

Data yang dicatat dalam penelitian ini adalah data verbal yang berupa deskripsi

tentang cara pengarang dalam menampilkan bentuk persahabatan antaretnis yang

dialami oleh tokoh utama dan faktor penyebab persahabatan antaretnis dalam

novel. Pembacaan dilakukan secara berulang-ulang untuk mendapatkan

pemahaman secara menyeluruh kemudian dilakukan pencatatan terhadap data.

Data yang telah dicatat kemudian diklasifikasikan dan didokumentasikan untuk

(29)

Menurut Tantawi (2008:111), dalam pengumpulan data, sumber data

dibagi menjadi dua bagian yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer

adalah data utama , dalam kajian ini adalah novel Menjadi Djo sedangkan data

sekunder adalah data tambahan, seperti buku-buku, majalah, makalah seminar,

kamus, skripsi, tesis, desertasi, dan dari media internet yang berhubungan dengan

penelitian ini.

3.2 Sumber Data

Adapun yang menjadi sumber data ini yaitu :

Judul : Menjadi Djo

Pengarang : Dyah Rinni

Penerbit : PT Gramedia Utama

Tahun : Mei 2014

Tebal : X+290 halaman

Cetakan : Pertama

Desain sampul : Staven Andersen

Gambar sampul : Dua orang anak yang berkulit putih dan hitam.

3.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis deskriptif,

yaitu dengan menggambarkan atau mendeskripsikan situasi dengan sistematis,

faktual, akurat sehingga berhubungan antara satu dengan yang lain. penelitian

deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pemaparan masalah

(30)

Data yang dikumpulkan dalam metode deskriptif ini berupa kata-kata, gambar,

dan bukan angka-angka.

Bentuk persahabatan antaretnis yang dialami oleh Djohan sebagai tokoh

utama dengan Yanto yang merupakan etnis Jawa yang terjadi pada saat Sekolah

Dasar dapat dilihat dalam kutipan di dalam novel. Berikut ini adalah satu contoh

teknik analisis data terhadap bentuk persahabatan mereka ketika

bersenang-senang bersama yang terdapat dalam novel Menjadi Djokarya Dyah Rinni yaitu:

A Guan menoleh dan menemukan Yanto berdiri di depan kedai, memanggil dirinya. Begitu melihat sahabatnya, masalah Ho Peng langsung menguap dari pikiran A Guan. Kini, pikiran sederhananya hanya dipenuhi oleh satu hal: bermain. (MD:14).

Bentuk persahabatan antaretnis yang dialami oleh Djohan pada saat SMP

dan SMA ketika bersenang-senang bersama dapat terlihat dalam kutipan berikut:

”Ntar malam kumpul di rumah gue. Kita bakal berburu pakaian pesta buat pangeran kita yang satu ini.” Malamnya, Apache melaju menuju taman hiburan Lokasari, sebuah kawan perdagangan yang ramai di Jalan Mangga Besar. (MD:149).

Bentuk persahabatan antaretnis yang dialami oleh Djohan pada saat kuliah

ketika bersenang-senang bersama dapat terlihat dalam kutipan berikut:

(31)

BAB IV

BENTUK DAN FAKTOR PEMBENTUK PERSAHABATAN ANTARETNIS DALAM NOVEL MENJADI DJOKARYA DYAH RINNI

4.1 Bentuk Persahabatan Antaretnis yang Dialami Oleh Tokoh dalam Novel

Menjadi DjoKarya Dyah Rinni

Bentuk persahabatan antaretnis yang dialami oleh tokoh utama yang

bernama A Guan dan kemudian berganti nama menjadi Djohan dapat dilihat dari

upaya yang dilakukannya untuk tetap mempertahankan persahabatannya. A Guan

merupakan etnis Tionghoa totok yang telah berasimilasi/berbaur untuk menjadi

orang Indonesia seutuhnya atau diakui keberadaannya dimata orang Indonesia.

Djohan memiliki sahabat-sahabat yang berbeda dengannya yaitu berupa etnis, ciri

fisik, status sosial, latar belakang keluarga, dan sebagainya. Namun, perbedaan

yang melekat pada diri mereka tidaklah menjadi penghalang bagi mereka menjalin

dan menjalani hubungan persahabatan itu sebagaimana hubungan persahabatan

yang dialami oleh yang satu etnis atau satu kebudayaan.

Pada tahun 1960-an bertempat di Medan, A Guan memiliki seorang

sahabat sejati bernama Yanto yang sangat jauh berbeda dengannya. Yanto

merupakan anak dari pembantu rumah tangganya yang beretnis Jawa dan karena

keterbasan ekonomi membuat Yanto tidak dapat bersekolah. Perbedaan yang

sangat jelas ini tidak menghalangi A Guan mau bersahabat dengan Yanto yang

sudah dianggapnya seperti saudara sendiri. Ikatan persahabatan antara Djohan dan

Yanto adalah persahabatan di masa kecil yang akan menjadi memori terindah

(32)

Bentuk persahabatan tokoh A Guan juga terlihat setelah Djohan masuk ke

SMP Pax di Jakarta. Dia menemukan sahabat-sahabat baru yaitu Corby, Herman,

Raymond, dan Kenny yang juga berbeda etnis dengannya dimana dalam

persahabatan tersebut mereka saling membantu dan saling menjaga antara yang

satu dengan yang lain. Mereka menjalani persahabatan itu dengan penuh

kegembiraan dan memprioritaskan persahabatan mereka.

Pada saat A Guan dan keluarga mengalami musibah akibat kekacauan

politik G30S PKI yang terjadi di Medan, keluarga A Guan harus terpaksa pindah

ke Jakarta untuk memulai hidup dan nenetap disana. Etnis Tionghoa dianggap

bersekongkol/turut membantu para PKI untuk menguasai Indonesia yang

mengakibatkan etnis Tionghoa menjadi orang yang sangat dibenci oleh Indonesia.

Akhirnya pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan terhadap semua orang

Tionghoa untuk berasimilasi atau berbaur dengan orang Indonesia. Salah satu

peraturan pemerintah itu adalah dengan mengganti nama dari nama etnis

Tionghoa menjadi nama orang Indonesia dan A Guan mengganti nama menjadi

Djohan.

Bentuk persahabatan antara Djohan sebagai tokoh utama dengan

sahabat-sahabatnya juga terlihat pada saat Djohan memasuki dunia perkuliahan di

Akademi Perhotelan dan Kepariwisataan Trisakti, Jurusan Akunting.

Sahabat-sahabatnya itu yaitu: Syaiful, Hendra, Bambang, dan Jerry. Bentuk persahabatan

mereka dapat dilihat dari kekompakan mereka untuk memberi dukungan dan

saling membantu disaat salah satu sahabatnya sedang dalam masalah. Mereka

(33)

berdaya. Seperti yang dialami oleh Djohan yang dilecehkan dan dihina oleh orang

yang tidak bisa menerima perbedaan etnis yaitu Alvaro, sahabat-sahabat Djohan

selalu ada untuk membelanya.

4.1.1 Bersenang-Senang Bersama

Salah satu bentuk dari persahabatan adalah bersenang-senang bersama

untuk menghabiskan waktu dengan melakukan banyak hal yang menarik dan

disukai. Segala kegembiraan yang dialami oleh Djohan bersama

sahabat-sahabatnya dituangkan kedalam kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan

membuat mereka merasa bahagia. Dengan bersenang-senang bersama,

masalah-masalah yang sedang dialami akan hilang dan terlupakan. Walau berbeda etnis,

Djohan tetap merasa senang bisa bersenang-senang bersama tanpa memperdulikan

apa pendapat orang lain tentang dirinya. Sebagai etnis Tionghoa, Djohan tidak

merasa malu untuk bermain dan bersenang-senang bersama dengan Yanto yang

beretnis Jawa. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Dalam sekejap keduanya sudah meluncur di jalanan, keluar dari daerah perumahan dan menuju jalan yang lebih besar. A Guan berteriak kesenangan, diikuti oleh Yanto. Meski hanya menggunakan sepeda, mereka merasa menjadi penguasa jalanan, menuju dengan kecepatan tinggi dan berjalan seenaknya. Mereka tidak merasa menjadi perhatian sejumlah orang sore itu. Sebagian orang menggeleng-gelengkan kepala mereka melihat kelakuan kedua sahabat itu. Yang lain heran melihat dua anak manusia dengan warna kulit yang berseberangan bisa bermain bersama tanpa memedulikan apapun. (MD:17).

Djohan dan Yanto menghabiskan waktu dengan melakukan

kegiatan-kegiatan yang mereka sukai seperti pergi bermain ke tanah lapang untuk bermain

(34)

ataupun menangkap burung. Mereka bermain bersama tanpa memperdulikan

bagaimana pandangan orang lain tentang perbedaan etnis dan status sosial yang

terdapat dalam diri mereka.

Memasuki masa remaja di Jakarta, Djohan begitu menikmati

persahabatannya yang baru dengan sahabat-sahabatnya di SMP Pax. Djohan

dengan cepat dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya setelah pindah dari

Medan. Corby yang juga berasal dari Medan menjadi orang pertama yang menjadi

sahabat bagi Djohan dan kemudian disusul oleh sahabat lainnya yaitu Herman,

Raymond, dan Kenny. Mereka menamai persahabatan mereka dengan Apache.

Tali persahabatan mereka semakin erat lagi dengan adanya hasil kreatifitas

Djohan bersama sahabat-sahabatnya berupa majalah Samantha. Mereka merasa

senang karena dengan adanya Samantha, mereka bisa terkenal di SMP Pax

bahkan sampai ke SMA Strada Ricci. Apache sering mendapat undangan untuk

meliput suatu kegiatan yang mengakibatkan mereka sibuk untuk menata

penampilan supaya terlihat menarik dihadapan banyak orang. Seperti kutipan

berikut:

Tak lama kemudian, Apache meneruskan langkah mereka, berjalan menyusuri kios pakaian untuk mencari baju yang mereka inginkan. Akhirnya, mereka tiba di toko pakaian Fen Xiang. Di toko yang dipenuhi nuansa kayu kecokelatan dan bau hio yang menyengat itu. Mereka mulai memilih-milih pakaian. ”Gue rasa baju ini pas buat Herman,” Djohan menarik sepotong kemeja lengan pendek berornamen kotak-kotak hitam, kemudian mengepaskannya ke punggung sahabatnya itu. (MD:151).

Mereka sangat menikmati kebersamaan mereka saat berbelanja baju di

(35)

Djohan dan sahabat-sahabatnya mencari-cari baju yang akan mereka kenakan ke

pesta tempat mereka meliput berita. Djohan selalu mengutamakan kepentingan

sahabatnya terlebih dahulu sebelum memilikirkan dirinya sendiri. Dia tampak

sibuk memilihkan baju yang cocok untuk sahabatnya Herman.

Persahabatan Djohan memang patut untuk diteladani. Dia selalu mampu

bersahabat dengan orang yang selalu berbeda dengan dirinya. Djohan tidak ingin

membuat batasan-batasan atau sekat antara dirinya dengan orang lain dalam hal

apapun itu. Jelas terlihat pada saat Djohan memasuki jenjang pendidikan tingkat

perkuliahan dimana Djohan dapat menemukan sahabat-sahabat baru yaitu Syaiful

yang berasal dari Medan, Bambang yang merupakan etnis Jawa, Jerry beretnis

Batak, dan Hendra beretnis Betawi. Persahabatan mereka yang berbeda-beda etnis

tersebut dapat dilihat pada saat mereka sedang bersenang-senang bersama seperti

kutipan berikut:

Jerry duduk persis di samping Syaiful dengan sigap mengambil gitarnya. ”Lagu apa, Pul?” ”Lagu kebangsaan kitalah!” ”Madekdek Magambiri!” teriak Djo, Hendra, dan Bambang nyaris berbarengan. Jerry selalu menyanyikan lagu tersebut di setiap acara FCC. Saking seringnya lagu itu dimainkan, seluruh anggota FCC hafal liriknya, meski nada mereka sering kali kacau-balau tidak jelas. (MD:254).

Mereka sering berkumpul dan bernyanyi bersama untuk menghabiskan

waktu dan juga untuk menjaga kekompakan diantara mereka. Mereka memiliki

lagu kebangsaan yang sering mereka nyanyikan disaat mereka sedang berkumpul

bersama. Lagu yang mereka nyanyikan merupakan lagu dengan bahasa Batak

dimana lirik lagunya sudah sangat melekat dalam otak mereka. Jerry yang

(36)

FCC yang mengakibatkan orang yang sering mendengar lagu itu menjadi hafal

lirik lagunya. Djohan, yang bukan merupakan etnis Batak bisa dengan lancar

menyanyikan lagu tersebut yang menandakan bahwa perbedaan tidak

menghalangi persahabatan antara mereka.

4.1.2 Takut Kehilangan

Kehilangan sahabat sejati dalam persahabatan menjadi hal yang paling

ditakutkan. Tidak ada orang yang menginginkan sahabat yang disayanginya pergi

dan hilang begitu saja. Saat rasa takut kehilangan itu muncul maka akan ada

upaya atau tindakan untuk mempertahankan/menjaga persahabatan itu supaya

tetap terjalin. Seperti yang dirasakan dalam persahabatan antara A Guan dan

Yanto, mereka saling berusaha untuk tetap mempertahankan persahabatan tersebut

supaya tidak pudar ataupun hilang. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Yanto hanya tertawa mendengarnya. Tanpa diberi peringatan pun ia tidak akan melakukannya. Yanto takut pada nyonya besar, tetapi ia lebih takut kalau A Guan marah padanya atau berhenti bermain dengannya. (MD:10).

Dalam kutipan tersebut menjelaskan bagaimana Yanto sangat takut

kehilangan Djohan yang menjadi sahabat sejatinya. Dia takut Djohan tidak mau

lagi bermain dengannya hanya kerena melaporkan Djohan kepada mamanya

kerena belum mengerjakan tugas sekolah. Hal ini menjelaskan bahwa Yanto tidak

(37)

4.1.3 Saling Berbagi

Dalam hubungan persahabatan dibutuhkan sikap saling berbagi antara

yang satu dengan yang lainnya untuk menutupi setiap kekurangan-kekurangan

yang ada dalam diri sahabatnya. Sikap saling berbagi ini tidak hanya berbagi uang

atau barang saja, melainkan dalam berbagai hal seperti: berbagi rahasia, berbagi

cerita, pengalaman, dan sebagainya. Sikap saling berbagi dapat dilihat dalam

kutipan berikut:

A Guan merogoh kantongnya dan menemukan satu bungkus kue sagon. Ia membukanya, kemudian membelahnya menjadi dua. Satu untuknya, satu lagi ia berikan kepada Yanto. (MD:15).

Dalam kutipan tersebut jelas digambarkan bagaimana A Guan yang

beretnis Tionghoa memiliki sikap saling berbagi terhadap sahabatnya Yanto yang

beretnis Jawa. A Guan rela membagi kue sagon yang dimilikinya kepada

sahabatnya Yanto dengan iklas tanpa meminta imbalan. Apapun yang dimiliki

oleh A Guan, dia selalu ingin Yanto juga memilikinya. Maka dengan bentuk

saling berbagi itulah mereka bisa memiliki apa yang ada pada sahabatnya. Tidak

hanya berbagi makanan saja, berbagi rahasia juga merupakan upaya untuk

mempererat tali persahabatan. Keterbukaan kepada sahabat disaat ada masalah

bisa menjadi obat penenang. Paling tidak, kita bisa membagi cerita dan sedikit

lebih lega karena ada sahabat kita yang menjadi tempat kita mencurahkan isi hati.

Mungkin saja sahabat kita itu bisa untuk membantu meringankan masalah kita

atau mungkin memberi motivasi untuk membangkitkan semangat. hal ini dapat

(38)

Corby memperhatikan ke belakang Djohan, memastikan tidak ada teman yang mengikuti mereka. Corby menarik nafas panjang sebelum akhirnya berkata, ”Djo, duit kita hilang.” (MD:149).

Corby menceritakan bahwa uang kas dari penjualan majalah Samantha

telah hilang entah dimana. Corby yang berbeda etnis dengan Djohan menganggap

Djohan dapat menyimpan rahasianya atau mungkin dapat memberi solusi terbaik

atas masalah yang sedang menimpanya.

Rasa saling berbagi juga ditunjukkan pada saat Djohan menyukai seorang

perempuan, dia juga berbagi rahasia kepada sahabatnya Syaiful seperi dalam

kutipan berikut:

Mata Djohan kemudian beralih pada sahabatnya, Syaiful yang ada di sudut toko buku kecil itu. Di sana, Syaiful tengah membuka sebuah majalah lama. Sebenarnya Djohan enggan berbicara. Ia tidak ingin gadis yang disukainya itu mendengar pembicaraan mereka dan kemudian menghapus peluang. ”Gue mau konsultasi sama lo, Pul.” ”Soal apa, sih? Soal cewek, ya?” Syaiful nyengir. (MD:233-234).

Djohan berbagi rahasia dalam hal perasaannya yang merasa tertarik

kepada seorang perempuan yang bernama Jelita yang menjadi pemilik toko buku.

Saat Djohan menyukai seseorang, hanya Syaiful yang menjadi tempatnya berbagi

rahasia karena Djohan merasa malu diejekin jika sahabat-sahabat yang lainnya

tahu hal tersebut.

4.1.4 Menepati Janji

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, janji adalah ucapan yang

(39)

menolong, datang, dan bertemu (Alwi, 2000:458). Sikap menepati janji dapat

dilihat dalam kutipan berikut:

Setelah beberapa saat, barulah ia sadar Yanto tengah menatapnya. Bocah itu kelihatan ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu. ”Apa?” tanya A Guan. ”Komik,” tagih Yanto. ”Kata kau tadi, kau mau bacakan komik buat aku.” A Guan nyengir dan menggaruk-garuk kepala. ”Hehe, aku lupa bawa komiknya.” Yanto mendesis, kemudian duduk di samping A Guan. ”Padahal aku sudah penasaran seperti apa terusan ceritanya setelah ketiga sahabat itu bersumpah menjadi saudara di bawah pohon pit. Eh, A Guan, pohon pit itu seperti apa?” ”Pohon peach. Bukan pohon pit,” koreksi A Guan. (MD:19).

Djohan sangat senang membacakan komik untuk Yanto yang tidak bisa

membaca. Yanto tidak bersekolah sehingga dia tidak bisa membaca dan menulis.

Walaupun demikian, Yanto tetap bisa menikmati dan mengikuti jalan cerita di

dalam komik dengan bantuan Djohan yang sukarela membacakannya. Pada

kutipan diatas, Djohan mengingkari janjinya kepada Yanto untuk membacakannya

komik. Pada saat mereka hendak pergi ke tanah lapang, Djohan lupa membawa

komiknya karena terburu-buru takut ketahuan sama mamanya kalau dia akan

pergi bermain. Yanto merasa sedikit kecewa karena tidak bisa mendengarkan

kelanjutan cerita yang ada dalam komik kesukaannya tersebut.

4.1.5 Saling Menjaga/Melindungi

Sikap saling menjaga/melindungi juga harus dimiliki dalam persahabatan.

Disaat satu pihak merasa terancam karena adanya suatu masalah, maka satu pihak

lainnya haruslah dengan spontan melindungi dan memberikan rasa aman terhadap

(40)

dan sahabat-sahabatnya dalam persahabatannya. Tidak perlu berpikir dua kali

untuk hal ini. Disaat sahabatnya sedang dalam keadaan terpuruk atau terancam

keberadaannya, maka sahabat akan siap sedia untuk menjaga dan melindungi

walaupun harus mendapat ancaman atau masalah yang baru. Saling

menjaga/melindungi ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

”Nyonya hukum saya juga,” Yanto mengejar rombongan kecil itu hingga ia berdiri di depan majikannya. ”Saya juga bersalah.” Mama menghentikan langkahnya. Beliau menarik nafas panjang. Sejenak ia mengagumi kesetiaan bocah Jawa itu. Setidaknya anak itu tau bagaimana harus bertanggung jawab. Satu hal yang masih harus dipelajari oleh A Guan. (MD:27).

Yanto mencoba melindungi Djohan dari amarah majikannya/mamanya

Djohan. Yanto meminta kepada majikannya supaya dia saja yang dihukum atas

kesalahan yang sebenarnya dilakukan oleh mereka berdua karena telah memakai

sepeda angin petugas PLN tanpa izin. Yanto selalu saja berusaha untuk

melindungi A Guan walaupun dia sebenarnya tidak mampu untuk melindungi.

Seperti kutipan berikut:

Akan tetapi, kali ini Yanto tidak ingin menghindar. Ia akan melakukan apa saja untuk melindungi sahabatnya. Ia tidak mau berdiam diri melihat A Guan dalam bahaya. ”A...aku akan tendang kau sampai terbang ke bulan!” tiba-tiba saja Yanto menirukan salah satu kalimat tokoh komik yang ia dengar dari A Guan. (MD:61).

Saat Swan Tiem dan A Guan bertengkar memperebutkan layang-layang

yang putus, secara tidak sadar, A Guan berlari ke arah Yanto untuk meminta

pertolongan. Yanto dengan cekatan memberi perlindungan terhadap A Guan dan

(41)

antara mereka yang akan saling menjaga dan melindungi antara yang satu dengan

yang lainnya.

Disaat Djohan kembali diterpa masalah, sahabat-sahabatnya yaitu Corby,

Herman, Raymond, dan Kenny selalu menjaga dan melindungi Djohan. Hal ini

terlihat dalam kutipan berikut:

Corby menatap kertas itu berkali-kali. Di sekelilingnya ada Raymond, Herman, dan Kenny. Semula Djohan hanya ingin berbicara dengan Corby, tetapi entah dari mana, tiba-tiba ketiga sahabatnya yang lain muncul dan langsung bergabung. Djohan melihat wajah-wajah mereka begitu panas, seakan-akan baru saja mendapatkan tantangan berkelahi dari kelompok lain. (MD:169).

Dalam geng Apache, masing-masing anggota dari geng ini saling menjaga

satu sama lainnya. Djohan mendapat teror dari seseorang yang tidak dikenal.

Orang tersebut meneror dengan cara melempar batu yang terikat bersama kertas

yang bertuliskan ”Mati lo China!”. Hal tersebut membuat Djohan merasa takut

karena dia merasa tidak pernah membuat masalah terhadap orang lain. dia

berusaha menyembunyikan masalah itu dari anggota keluarganya dan juga

sahabatnya. Namun, pelaku terus saja menerornya sehingga dia memutuskan

untuk memberitahu keluarga dan sahabatnya. Saat geng Apache mengetahui hal

tersebut, mereka marah dan ikut merasa tersakiti. Begitulah persahabatan, disaat

satu orang tersakiti, maka sahabat yang lain akan ikut merasakannya. Pelaku teror

itu adalah Alvaro, orang yang sangat membenci Djohan karena dianggap telah

merebut Rinai (gadis yang disukai oleh Djohan dan Alvaro). Kebencian tersebut

berlanjut sampai Djohan telah masuk ke jenjang perkuliahan. Alvaro tetap

(42)

lingkungannya dan orang-orang disekitarnya. Seperti terlihat dalam kutipan

berikut:

”Alvaro,” tanpa sengaja Djohan menyebut namanya. ”Ah, si China,” balas Alvaro. Syaiful langsung tidak suka mendengarnya. ”Di sini nggak ada suku-sukuan, Bung. Kita semua sama.” (MD:257).

Pada saat Djohan diasingkan karena faktor etnis oleh Alvaro (orang yang

sangat membenci Djohan), Syaiful dngan tegas membela Djohan dengan cara

mengingatkan bahwa tidak ada faktor kesukuan dan semua sederajat atau sama.

Semua berhak untuk mendapatkan hak-haknya tanpa diskriminasi. Syaiful sangat

marah jika membahas tentang perbedaan yang akan menjadi bumerang dan

membuat perpecahan diantara mereka. Sudah semestinya, Bhineka Tunggal Ika

itu diterapkan dalam bermasyarakat. Indonesia yang terdiri atas banyak suku

bangsa, banyak bahasa, banyak kebudayaan, dan sebagainya haruslah bersatu

untuk menciptakan kerukunan dan kedamaian.

4.1.6 Perbedaan Tidak Menjadi Penghalang

Perbedaan merupakan ketidaksamaan suatu unsur yang menjadikannya

berlainan dari apa yang ada pada umumnya. Dalam persahabatan pasti terdapat

perbedaan-perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya baik berupa etnis,

kebudayaan, agama, kegemaran, dan sebagainya. Akan tetapi perbedaan itu tidak

menjadi penghalang dalam keakraban persahabatan. Tidak perlu menganggap

bahwa kebudayaan kita lebih baik dari orang lain. menghina atau mengejek

(43)

Tunggal Ika dari diri bangsa Indonesia. Seperti persahabatan antara A Guan dan

Yanto yang memiliki banyak sekali perbedaan. Hal ini terlihat dalam kutipan

berikut:

”Kasihan sekali kamu, A Guan. Sudah tidak ada yang mau bermain denganmu sampai kamu harus berteman dengan huana seperti dia.” Wajah A Guan memerah mendengar penghinaan tersebut. begitu juga dengan Yanto. Yanto tidak mengerti apa arti huana, tetapi melihat mimik Swan Tiem, Yanto tahu bahwa Swan Tiem tengah menghina dirinya sebagai orang pribumi. (MD:61)

Dalam kutipan diatas menjelaskan bahwa perbedaan itu tidak menjadi

halangan untuk Djohan dan Yanto dalam bersahabat. Djohan sering diejek dan

dihina karena selalu bermain dengan anak pembantunya dan merupakan orang

pribumi yang tidak sederajat dengannya. Tapi walaupun demikian, Djohan tidak

mempedulikan omongan Swan Tiem tersebut. Djohan merupakan etnis Tionghoa

dan masuk dalam kelas sosial yang berada pada tingkat golongan atas tetapi dia

tidak malu untuk bermain dan bersahabat dengan Yanto yang merupakan etnis

Jawa dan hanya anak pembantu. Hal inilah yang menjadikan persahabatan mereka

tetap abadi dan apa adanya.

4.1.7 Rasa Percaya

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, percaya adalah menganggap atau

yakin bahwa seseorang itu jujur. (Alwi, 2000:856). Rasa percaya menjadi satu

sikap yang harus dimiliki dalam persahabatan karena tanpa adanya rasa percaya

(44)

atau omongan orang lain tentang sahabat kita kalau kebenarannya belum terbukti.

Hal ini dapat terlihat di dalam kutipan yang ada pada novel sebagai berikut:

”pedangnya sudah ketemu?” mata besar Yanto membulat. A Guan menggeleng. ”Belum. Tapi itu nggak penting. Aku percaya bukan kamu yang ngambil. Kamu nggak mungkin ngambil, To.” Senyum Yanto langsung mengembang mendengarnya. Ada perasaan haru saat mendengar kata-kata itu meluncur dari bibir A Guan. Selama berhari-hari ini perasaannya juga tidak enak. Ia tidak memiliki teman bermain. Ia juga tidak tahu harus melakukan apa. (MD:93).

Rasa percaya itu ditunjukkan oleh A Guan terhadap Yanto yang tidak

mungkin mengambil pedang kesayangannya. Dia meyakini bahwa Yanto bukan

seorang pencuri seperti apa yang sebelumnya terlintas dipikirannya karena ucapan

Swan Tiem yang menyebut orang pribumi adalah pencuri. Walaupun pedang

kesayangan A Guan belum ditemukan, itu tidak penting lagi untuknya melainkan

dia hanya butuh sahabat yang selalu menemaninya dan melindunginya.

4.1.8 Kekecewaan

Kecewa merupakan suatu perasaan yang merasa tidak puas karena

keinginan dan harapan yang tidak terkabul. Disaat apa yang kita inginkan

berbanding terbalik dengan kenyataan, maka kekecewaan akan menghampiri.

Dalam persahabatan juga sering kali sahabat kita membuat hati terasa kecewa oleh

perbuatannya ataupun perkataannya. Bentuk kekecewaan dapat dilihat dalam

kutipan sebagai berikut:

(45)

menduga suaranya akan sekencang itu. Wajah Yanto berubah menjadi takut, seakan-akan ia tengah melanggar sebuah garis yang tak boleh ia lewati. ”Ya tak apa-apa kalau tak boleh,” Yanto menunduk. (MD:67).

Dalam kutipan diatas, Yanto merasa kecewa terhadap penolakan Djohan

kerena tidak memberikan pedangnya untuk dipinjam. Yanto merasa kaget saat

Djohan menolak memberi pedangnya karena selama ini apapun yang dimiliki

Djohan selalu bisa juga untuk dimiliki oleh Yanto. Yanto merasa telah melakukan

hal yang fatal terhadap Djohan karena telah melewati batas antara majikan dan

anak pembantu atau antara etnis Tionghoa dengan etnis Jawa.

4.1.9 Kerinduan

Disaat orang yang selama ini selalu bersama dengan kita menjauh, maka

akan timbul kerinduan. Kerinduan adalah keinginan atau harapan ingin segera

bertemu dengan orang yang dirindukannya. Kerinduan ini timbul karena adanya

suatu hal yang memisahkan antara yang satu dengan yang lain. Seperti yang

dialami oleh Djohan dan Yanto terlihat dalam kutipan berikut:

(46)

Kerinduan yang dirasakan oleh Yanto terhadap Djohan timbul pada saat

mereka sedang dalam kesalahpahaman. Yanto merindukan semua hal yang sering

dilakukannya bersama dengan Djohan. Djohan telah menuduh Yanto mengambil

pedang mainannya dan membuat Yanto merasa tersinggung karena bukan dia

yang mencurinya. Dia mulai menyadari bahwa dirinya dan Djohan berbeda kelas

sosialnya. Djohan sebagai anak majikan, dan Yanto sebagai anak pembantu.

Setiap kerinduan yang sedang dialami hanya akan membuat hati kacau dan ingin

secepatnya bisa melepas kerinduan tersebut. sering kali kita mengingat-ingat

kenangan yang dulu sering dilakukan bersama orang yang disayangi. Hal ini

mengakibatkan kerinduan terhadap seseorang atas kegiatan yang sering dilakukan

bersamanya seperti dalam kutipan berikut:

Terkadang ia merindukan acara berangkat bersama Apache. Namun, apa boleh buat. Kenny dan Raymond memilih sekolah yang lain. untung masih ada Herman dan Corby yang memutuskan untuk bersekolah di tempat yang sama. (MD:186).

Bentuk kerinduan juga dirasakan Djohan terhadap geng Apache yang telah

terpecah karena Kenny dan Raymond memilih sekolah yang berbeda dengan

Djohan, Herman, dan Corby. Djohan rindu saat mereka berangkat ke sekolah

secara bersama-sama dan kegiatan yang mereka lakukan bersama untuk

menghabiskan waktu.

Disaat kerinduan menghampiri, maka akan timbul harapan supaya apa

yang dirindukan dapat terulang kembali. Harapan merupakan sesuatu yang

diharapkan atau inginkan untuk menjadi kenyataan. Harapan dalam novel Menjadi

(47)

Djohan memejamkan mata sesaat. Ia masih berharap suatu hari nanti bisa kembali bertemu dengan Yanto. Kalaupun Tuhan tidak mengizinkan mereka bertemu kembali, ia berharap bisa bersahabat dengan Yanto-Yanto lainnya. (MD:289).

Setelah Djohan beranjak dewasa dan telah menyelesaikan perkuliahan, dia

sangat merindukan sahabat kecilnya yang menjadi kenangan terindah. Mereka

tidak pernah lagi bertemu sejak perpisahan terakhir mereka di Medan pada saat

mereka menonton karnaval 17 Agustus dari atas rumah paman Djohan. Saat itu

Djohan pamit kepada Yanto bahwa dia dan semua anggota keluarganya akan pergi

berlibur ke Singapura. Setelah mereka berada di Singapura dan hendak balik ke

Indonesia, terjadilah konflik G30S PKI tersebut. Djohan tidak sempat lagi

bertemu dengan Yanto karena harus segera meninggalkan Medan dan harus

pindah ke Jakarta. Itu menjadi perpisahan yang sangat dibenci oleh Djohan.

Djohan berharap dapat bertemu lagi dengan Yanto walau hanya sebentar untuk

melepas kerinduannya dan berbagi kebahagiaan yang dirasakan. Dan walaupun

dia tidak bisa bertemu dengan Yanto lagi, Djohan berharap dapat menemukaan

sahabat yang seperti Yanto.

4.1.10 Persahabatan Merupakan Sebuah Prioritas

Prioritas yaitu mendahulukan atau mengutamakan daripada hal yang lain.

dalam hal ini, bentuk persahabatan yang merupakan sebuah prioritas dapat dilihat

dalam kutipan berikut:

(48)

dalam hatinya, persahabatan mereka tidak bisa dinilai dengan uang. ”Udah, jangan dipikirin dulu. Duit gampang dicari. Kalau persahabatan lenyap, mau dicari ke mana?” (MD:150).

Persahabatan menjadi prioritas bagi Djohan. Dia lebih mengutamakan

Persahabatannya daripada uang yang telah hilang karena kecerobohan sahabatnya

sendiri yaitu Corby. Dia berprinsip bahwa uang bisa dicari, tetapi sahabat sejati

tidak mudah ditemukan seperti mencari uang. Djohan tidak ingin membuat Corby

merasa terpuruk dan merasa bersalah berkepanjangan.

4.1.11 Setiap Teman Selalu Ada Untuk Teman yang Lain, dalam Keadaan Baik Maupun Buruk

Sikap selalu ada saat dibutuhkan ini dapat dilihat pada saat satu sahabat

mengalami masalah, maka sahabat yang lain selalu ada dan memberikan dorongan

dan bantuan yang bisa untuk dilakukan. Hal ini dapat dalam kutipan berikut:

Satu-satunya hal yang membuatnya merasa lega adalah ia tidak sendirian. Di sampingnya ada Corby dan Herman. Ini sungguh di luar dugaannya. Ketika ia membicarakan masalah Horsin kepada meraka, Corby dan Herman langsung mau ikut bergabung. Mereka tertarik untuk ikut menambah uang saku. Djohan merasa sedikit lega karena setidaknya ada dua sahabatnya yang menemani. (MD:193).

Pada kutipan diatas dapat terlihat Corby dan Herman yang selalu ada saat

dibutuhan. Pada saat keluarga Djohan mengalami kesusahan ekonomi, Djohan

terpaksa harus bekerja paruh waktu supaya dapat mengumpulkan uang supaya dia

bisa melanjutkan sekolah ke SMA Strada Ricci. Corby dan Herman tidak

(49)

dengan cara selalu ada saat dibutuhkan untuk menemani Djohan bekerja di toko

kaset Horsin.

Sahabat sejati juga selalu memberi dukungan terhadap sahabatnya yang

sedang mengalami keterpurukan mental, ataupun perasaan. Hal ini menandakan

bahwa sahabat selalu ada bersama kita baik dalam keadaan baik atau buruk.

Memberi dukungan merupakan bentuk dari persahabatan. Dengan memberi

dukungan maka sahabat yang sedang dalam masalah merasa bahwa dia

benar-benar memiliki sahabat yang selalu mendukungnya walaupun dalam keadaan

terpuruk. Bentuk persahabatan ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

”Ya iyalah, Pul. Yang kelihatan jelas itu kan isi kantong, bukan isi otak. Tenang saja, bung,” Djohan menepuk pundak Syaiful. ”Suatu saat nanti mereka akan menyesal karena tidak memilih kita. Siapa tahu kelak kita jadi bos, lebih hebat daripada cowok yang mereka pilih sekarang.” (MD:243).

Sikap Djohan yang selalu ada untuk memberi dukungan kepada

sahabat-sahabatnya terutama Syaiful yang sering galau karena gagal mendapatkan hati

seorang perempuan. Djohan memberi dukungan kepada Syaiful dengan cara

memberi gambaran masa depan yang cerah sehingga perempuan yang telah

menolaknya akan menyesal suatu saat nanti. Bentuk dukungan yang diberikan

Djohan memang terlihat sederhana, namun memiliki efek yang luar biasa untuk

(50)

4.1.12 Hubungan yang Ada Sederajat

Dalam persahabatan, hubungan yang ada bersifat sederajat. Tidak ada

yang merasa lebih tinggi atau lebih dihargai dan yang lebih lemah atau jadi

suruh-suruhan. Semua sama dan saling melengkapi. Faktor umur, jenis kelamin, etnis,

kelas sosial dan lain sebagainya tidak menjadi penghalang terjalinnya suatu

persahabatan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Biar lo tahu, kalau kulit itu Cuma pembungkus. Bagian dalam kita sebenarnya sama aja, sama-sama berdarah merah dan bertulang putih!” timpal Hendra. ”Mau China kek, Batak kek, Betawi kek, Jawa kek, semua sama derajatnya! Nggak ada yang lebih tinggi!” Bambang menambahkannya.” (MD:271).

Dari kutipan diatas, sahabat-sahabat Djohan menunjukkan kepada Alvaro

bahwa hubungan persahabatan itu sederajat. Walaupun Djohan etnis Tionghoa

dan sahabat-sahabatnya terdiri atas etnis yang berbeda (Jawa, Batak, dan Betawi),

mereka dapat bersahabat dengan rukun dan damai tanpa melihat perbedaan

tersebut.

4.2 Faktor Pembentuk Persahabatan Antaretnis yang Dialami Tokoh dalam Novel Menjadi DjoKarya Dyah Rinni

Hubungan persahabatan antara Djohan sebagai tokoh utama dengan

sahabat-sahabatnya dalam novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni bukannya

persahabatan yang instan. Persahabatan didasari oleh hasrat dan keinginan untuk

menjalin hubungan yang lebih dekat dengan orang biasa yang terpilih untuk

Referensi

Dokumen terkait

Merah karya Iwan Simatupang yang diterbitkan oleh PT. Sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa artikel yang relevan. Teknik pengumpulan data menggunakan

data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan/ verifikasi. Hasil penelitian ini meliputi: 1) analisis kajian tentang latar sosiologis karya sastra novel Pulang

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ” Gambaran Nilai Persahabatan dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata: Pendekatan Sosiosastra ” adalah

Berdasarkan temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa nilai persahabatan yang digambarkan dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata antara lain:

Penelitian yang dilakukan terhadap novel Sang Pemimpi karya Andrea, yakni gambaran nilai persahabatan dalam novel tersebut merupakan bagian dari telaah sosiologi

Salah satu dari mereka ingin ada dari mereka berdua yang mengajak basis sekolahnya agar tidak

konsep estetika atau konsep seni, dan sistem sosial-budaya yang memungkinkan teks itu memperoleh kedudukan atau peran tertentu (Noor, 2010:4). Salah satu karya sastra

data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan/ verifikasi. Hasil penelitian ini meliputi: 1) analisis kajian tentang latar sosiologis karya sastra novel