PERSAHABATAN ANTARETNIS DALAM NOVEL
MENJADI DJO
KARYA DYAH RINNI: PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA
SKRIPSI
OLEH:
BONITA MELVIANA SIBUEA
110701021
DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSAHABATAN ANTARETNIS DALAM NOVEL MENJADI DJO
KARYA DYAH RINNI: PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Persahabatan
Antaretnis dalam Novel Menjadi Djo Karya Dyah Rinni: Pendekatan Sosiologi
Sastra” adalah benar dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memeroleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya
peroleh.
Medan, Oktober 2015
Bonita Melviana Sibuea
Persahabatan Antaretnis dalam Novel Menjadi Djo Karya Dyah Rinni: Pendekatan Sosiologi Sastra
Oleh:
Bonita Melviana Sibuea
Abstrak
Banyak sisi kehidupan yang dapat dikaji dari sebuah karya sastra termasuk novel. Kajian tentang sosial masyarakat terhadap sebuah karya sastra atau novel disebut kajian sosiologi sastra. Novel Menjadi Djo dapat dikaji dari sudut persahabatan antaretnis yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk persahabatan antaretnis yang dialami tokoh dan faktor pembentuk persahabatan yang dialami tokoh dalam novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder dilanjutkan dengan menggunakan metode kualitatif, metode hermeneutika, dan metode deskriptif untuk meneliti novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa persahabatan antaretnis yang dialami oleh tokoh tidak menjadi penghalang dalam menjalin hubungan persahabatan yang sejati. Persahabatan yang sejati itu ditandai bentuk persahabatan yang berupa: bersenang-senang bersama, takut kehilangan, saling berbagi, menepati janji, saling menjaga/ melindungi, perbedaan tidak menjadi penghalang, rasa percaya, kekecewaan, kerinduan, persahabatan merupakan sebuah prioritas, setiap teman selalu ada untuk teman yang lain dalam keadaan baik maupun buruk, dan hubungan yang ada sederajat.
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan kasih-Nya yang tiada henti-hentinya dicurahkan kepada penulis dalam
mengerjakan skripsi ini dari awal hingga selesainya penulisan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul ”Persahabatan Antaretnis dalam Novel Menjadi Djo
Karya Dyah Rinni: Pendekatan Sosiologi Sastra” sebagai salah satu syarat untuk
memeroleh gelar sarjana di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini ditemukan pula berbagai hambatan. Berkat
bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis ucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya,
Dr. M. Husnan Lubis, M.A. sebagai Pembatu Dekan I, Drs. Syamsul
Tarigan sebagai Pembantu Dekan II, dan Drs. Yuddi Adrian, M.A.
sebagai Pembantu Dekan III di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., sebagai Ketua
Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU dan sebagai
dosen pembimbing I saya. Kepada Bapak Drs. Haris Sutan Lubis,
M.S.P., sebagai Sekretaris Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu
Budaya USU dan sebagai dosen pembimbing II saya. Terima kasih
karena telah memberikan banyak ilmu dan semangat kepada penulis
untuk memberikan didikan, perhatian, arahan, dan kesabaran yang luar
biasa dalam membimbing penulis dan mengarahkan penulis selama
proses penyelesaian skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberi
umur yang panjang dan sehat selalu. Terima kasih dosen pembimbingku.
3. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah membekali
penulis dengan ilmu pengetahuan, baik dalam bidang linguistik, sastra,
maupun bidang-bidang umum lainnya dan juga kepada Bapak Slamet
yang telah membantu penulis dalam hal administrasi. Terima kasih
penulis sampaikan atas segala bimbingan dan pengajaran yang diberikan
selama penulis menjalankan perkuliahan.
4. Terima kasih teramat besar penulis persembahkan kepada kedua orang
tua tercinta, Ayahanda H. Sibuea dan Ibunda T. Sinaga, yang telah
memberikan segala dukungan baik moral, spiritual, maupun material
dengan penuh kasih sayang. Buat Adik-adik saya Diana Debora Sibuea,
Martin Leonardo Sibuea, Helena Lestari Sibuea, Michael Fifson Sibuea,
terima kasih atas dukungan dan kasih sayang yang tidak ada habisnya.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada abang Rimo Hardy
Simanjuntak dan abang Riant Febriand Simamora yang selalu memberi
semangat dan nasihat kepada penulis.
5. Sahabat-sahabat saya selama perkuliahan, Elina Sihombing, Devi
Siahaan, Melisa Nainggolan, Roiyani Marbun, Natalia Simangunsong,
canda tawanya dan semoga persahabatan ini akan tetap abadi. Kepada
sahabat sejatiku, Sary Sibuea, Yossy Sibuea, Yan Sibuea terimakasih
telah menjadi sahabatku yang selalu setia. Terimakasih juga kepada
serta teman-teman Sasindo lainnya angkatan 2011 Sastra Indonesia atas
dukungannya selama perkuliahan.
Akhir kata penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
skripsi ini dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan isi skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan memberi
pengetahuan tentang Persahabatan Antaretnis dalam Novel Menjadi Djo Karya
Dyah Rinni.
Medan, Oktober 2015
Penulis,
Bonita Melviana Sibuea
DAFTAR ISI
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA…..7
BAB IV BENTUK DAN FAKTOR PEMBENTUK PERSAHABATAN ANTARETNIS DALAM NOVEL MENJADI DJOKARYA DYAH
RINNI...21
4.1 Bentuk Persahabatan Antaretnis yang Dialami Oleh Tokoh...21
4.1.1 Bersenang-Senang Bersama...23
4.1.11 Setiap Teman Selalu Ada Untuk Teman yang Lain, dalam Baik Maupun Buruk...38
4.1.12 Hubungan yang Ada Sederajat...40
4.2 Faktor Pembentuk Persahabatan yang Dialami Oleh Tokoh...40
Persahabatan Antaretnis dalam Novel Menjadi Djo Karya Dyah Rinni: Pendekatan Sosiologi Sastra
Oleh:
Bonita Melviana Sibuea
Abstrak
Banyak sisi kehidupan yang dapat dikaji dari sebuah karya sastra termasuk novel. Kajian tentang sosial masyarakat terhadap sebuah karya sastra atau novel disebut kajian sosiologi sastra. Novel Menjadi Djo dapat dikaji dari sudut persahabatan antaretnis yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk persahabatan antaretnis yang dialami tokoh dan faktor pembentuk persahabatan yang dialami tokoh dalam novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder dilanjutkan dengan menggunakan metode kualitatif, metode hermeneutika, dan metode deskriptif untuk meneliti novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa persahabatan antaretnis yang dialami oleh tokoh tidak menjadi penghalang dalam menjalin hubungan persahabatan yang sejati. Persahabatan yang sejati itu ditandai bentuk persahabatan yang berupa: bersenang-senang bersama, takut kehilangan, saling berbagi, menepati janji, saling menjaga/ melindungi, perbedaan tidak menjadi penghalang, rasa percaya, kekecewaan, kerinduan, persahabatan merupakan sebuah prioritas, setiap teman selalu ada untuk teman yang lain dalam keadaan baik maupun buruk, dan hubungan yang ada sederajat.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra merupakan suatu bentuk hasil pemikiran pengarang yang
berupa pengalaman, ide, dan hasil pengamatannya yang dituangkan dalam suatu
karya dengan menggunakan bahasa-bahasa yang indah dan dapat diterima oleh
masyarakat. Menurut Sapardi Djoko Damono (dalam Siswanto, 2008:92), karya
sastra adalah karya yang dimaksudkan oleh pengarangnya sebagai karya sastra,
berwujud karya sastra, dan diterima oleh masyarakat sebagai karya sastra.
Karya sastra dibagi menjadi dua bagian yaitu karya sastra fiksi dan
nonfiksi. Karya sastra fiksi yang sering disebut dengan cerita rekaan/cerita
khayalan merupakan karya yang menceritakan sesuatu hal yang bersifat rekaan,
khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak
perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata. Sedangkan karya nonfiksi adalah
karya yang dapat dibuktikan kebenarannya dalam dunia nyata atau bersifat
faktual. Salah satu karya sastra fiksi yaitu berupa novel.
Novel telah menyebar luas ke segala kalangan dan cakupannya tidak
terbatas oleh waktu, umur, maupun tempat. Masyarakat bisa melihat dunia lebih
luas lagi atau menambah wawasan dan ikut merasakan problema sosial yang
terjadi di tengah-tengah masyarakat hanya dengan membaca hasil karya
pengarang yang berupa novel tersebut. Novel menjadi sarana hiburan tersendiri
bagi pembaca dan juga menjadi tempat pengarang menuangkan isi pikiran atau
halamannya yang lebih banyak, novel memungkinkan untuk mengemukakan
sesuatu secara bebas, lebih banyak, lebih rinci, lebih mendalam, dan lebih banyak
melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks.
Dalam novel pengarang berupaya untuk mengekspresikan hasil
pemikirannya untuk menyampaikan pesan ataupun kesan tersendiri kepada para
pembaca. Dengan adanya licentia poetica, pengarang memiliki kebebasan untuk
dapat menyimpang dari aturan atau kenyataan yang ada untuk menghasilkan suatu
karya yang jauh lebih menarik dan menjadi sorotan bagi masyarakat. Menurut
(Siswanto, 2008:21), licentia poetica adalah kebebasan pengarang untuk
menyimpang dari kenyataan, dan dari bentuk/aturan untuk mencapai suatu efek.
Pada kesempatan ini, penulis akan menganalisis sebuah novel yang tentu
sangat menarik untuk dibahas yaitu Menjadi Djo karya Dyah Rinni. Novel ini
menceritakan tentang persahabatan antaretnis yang dialami oleh tokoh utama
sebagai etnis Tionghoa dengan sahabat-sahabatnya yang beretnis Jawa, Batak, dan
Betawi. Pada saat ini, persahabatan yang terdapat di dalam novel menjadi
cerminan terhadap masyarakat tentang gambaran persahabatan antara etnis yang
berbeda tetapi masih tetap bisa hidup rukun dan damai dengan segala suka dan
duka yang mereka alami di dalam persahabatannya. Setiap orang pasti ingin
memiliki sahabat sejati, tetapi tidak semua orang bisa mendapatkannya. Banyak
orang yang telah menikmati indahnya persahabatan yang telah dijalin sekian lama
namun harus putus dan hancur akibat penghianat dari sahabatnya sendiri.
Persahabatan diibaratkan seperti kepompong yang berubah menjadi
bermetamorfosis dengan sempurna supaya sesuai dengan apa yang diharapkan.
Sama seperti persahabatan, untuk mencapai tahap persahabatan membutuhkan
proses yang panjang dari teman biasa kemudian berubah menjadi sahabat dengan
memelihara kesetiaan tanpa adanya niat jahat untuk memanfaatkannya atas
kepentingan pribadi. Dalam persahabatan A Guan yang merupakan etnis
Tionghoa tidaklah demikian. Segala perbedaan antara dirinya dengan
sahabat-sahabatnya yang beretnis Jawa, Batak, ataupun Betawi yang berupa perbedaan
kebudayaan, ciri fisik, kepercayaan, dan sebagainya tidak menjadi penghalang
untuknya menjalin persahabatan yang sejati. Justru dengan adanya perbedaan
tersebut menjadikan persahabatan itu menarik dengan segala keunikan
masing-masing etnis dalam menjalin hubungan yang lebih dekat.
Hubungan yang baik haruslah dijalin dengan siapa aja, di mana saja, dan
kapan saja. Tidak perlu untuk membatasi diri dengan cara membuat sekat yang
tidak bisa untuk dimasuki oleh orang lain. persahabatan yang berbeda etnis
mengajarkan untuk lebih banyak meluangkan waktu untuk berbagi cerita atau
pengalaman terhadap sahabat, bersifat toleransi dalam beragama, menerima
kebudayaan antaretnis yang berbeda, dan menghargai nilai-nilai kebudayaan etnis
lainnya. Persahabatan itu terbentuk karena adanya faktor yang menunjukkan suatu
proses yang membentuk ikatan dari pertemanan biasa kemudian berubah menjadi
persahabatan sebagaimana yang diharapkan. Terdapat beberapa faktor pembentuk
persahabatan seperti: adanya faktor kesamaan minat atau bakat, faktor lingkungan
tempat tinggal, sekolah, tempat kerja, atau tempat bermain yang sama, dan faktor
Persahabatan tidaklah selalu berjalan mulus dan tanpa rintangan. Kadang
kala persahabatan itu diterpa masalah untuk menggoyahkan keteguhan dalam
persahabatan tersebut. Itulah sebabnya persahabatan itu harus saling menguatkan
dan harus bisa melewati setiap rintangan/cobaan untuk mendapatkan persahabatan
yang sejati. Pada saat proses menjalani hubungan persahabatan tersebut akan
terlihat gambaran atau bentuk dari persahabatan itu. Bersifat sukarela, timbal
balik, dan memprioritaskan persahabatan merupakan sebahagian dari bentuk
persahabatan supaya bisa tetap bertahan dan abadi.
Novel Menjadi Djokarya Dyah Rinni belum pernah dikaji oleh orang lain.
Kelihaian pengarang dalam menggambarkan keadaan dan jalannya cerita dan juga
penceritaan tentang persahabatan antaretnis yang berbeda tersebutlah yang
menarik perhatian penulis untuk menganalisis novel tersebut. Untuk lebih mudah
memahami pesan dan makna dari novel Menjadi Djokarya Dyah Rinni, penulis
akan menganalisis bentuk persahabatan antaretnis dalam novel dan faktor
pembentuk persahabatan antaretnis yang dialami oleh tokoh utama dan
sahabat-sahabatnya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah bentuk persahabatan antaretnis yang dialami tokoh dalam
novel Menjadi Djokarya Dyah Rinni?
2. Apa sajakah faktor pembentuk persahabatan antaretnis yang dialami
1.3 Batasan Masalah
Pembahasan terhadap bentuk dan faktor pembentuk persahabatan
antarernis yang dialami oleh A Guan sebagai tokoh utama yang merupakan etnis
Tionghoa hanya dibatasi pada etnis Jawa, etnis Batak, dan etnis Betawi.
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka penelitian ini
difokuskan untuk mencapai tujuan yaitu:
1. Untuk mendeskripsikan bentuk persahabatan antaretnis dalam novel
Menjadi Djokarya Dyah Rinni.
2. Untuk mendeskripsikan faktor pembentuk persahabatan antaretnis dalam
novelMenjadi Djokarya Dyah Rinni.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan, masukan, serta gambaran yang
lebih luas mengenai bentuk persahabatan antaretnis dan faktor
pembentuk persahabatan yang sering kita lihat dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya, terutama dalam menganalisis
bentuk persahabatan antaretnis dan faktor pembentuk persahabatan yang
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca tentang
persahabatan antaretnis yang terdapat dalam novel Menjadi Djo karya
Dyah Rinni.
b. Hasil penelitian ini dapat membantu pembaca untuk memahami dan
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, konsep adalah ide
atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (Alwi, 2000:588).
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
A. Novel
Novel ialah suatu karangan prosa yang menceritakan suatu kejadian yang
luar biasa dari kehidupan seseorang (tokoh cerita). Dikatakan kejadian yang luar
biasa karena dari kejadian itu lahir konflik, suatu pertikaian, dan akhir dari cerita.
Novel hanya menceritakan salah satu segi kehidupan sang tokoh yang benar-benar
istimewa yang mengakibatkan perubahan nasib dari tokoh dalam cerita. Novel
dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih
banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai unsur
cerita yang membangun novel itu (Nurgiyantoro, 1998:11).
Menurut H.B. Jassin (dalam Suroto, 1989:29), novel ialah suatu karangan
prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari
kehidupan orang-orang (tokoh cerita), luar biasa karena dari kejadian ini terlahir
suatu konflik, suatu pertikaian, yang meng-alihkan jurusan nasib mereka.
B. Persahabatan
Dalam kehidupan sehari-hari, persahabatan di dalam masyarakat menjadi
dua orang atau lebih yang saling mendukung dan melengkapi karena adanya
persamaan nasib baik suka dan duka.
”Persahabatan merupakan konsep sosial yang murni. Persahabatan menuntut pemeliharaan dalam semua interaksinya. Interaksi yang mengabaikan pemeliharaan biasanya akan mengganggu kelangsungan persahabatan. Umumnya persahabatan timbul karena kecenderungan adanya persamaan. Dua orang yang semula berhubungan sebagai teman biasa berkembang menjadi persahabatan karena adanya persamaan di antara keduanya. Persamaan tersebut dapat berupa persamaan kesenangan atau hobby, berpikir, keinginan atau cita-cita, nasib, dan sebagainya.” (Ahmadi, 2009:215).
Seorang ahli Psikologi Sosial Suzanne Kurth (dalam Ahmadi 2009:215),
mengatakan bahwa persahabatan dengan pertemanan merupakan dua hal yang
berbeda. Persahabatan adalah hubungan antar pribadi yang akrab/intim yang
melibatkan setiap individu sebagai suatu kesatuan. Sedangkan pertemanan adalah
hubungan tahap awal yang akan berkembang menjadi hubungan persahabatan
karena adanya rasa nyaman dan aman yang dialami oleh dua orang atau lebih.
Menurut Yager (2006:17), pada hakekatnya persahabatan memiliki empat
elemen dasar yaitu:
1. persahabatan adalah hubungan antara paling sedikit dua orang yang tidak
terikat hubungan darah.
2. persahabatan bersifat sukarela.
3. persahabatan tidak memiliki dasar kontrak hukum/legal.
4. persahabatan bersifat timbal balik.
Persahabatan/pertemanan adalah pengelompokan sosial yang melibatkan
bertemu dan adanya kesamaan perhatian dan kepentingan, bukan atas dasar
hubungan darah atau ketetanggaan dan bukan pula atas dasar cinta asmara.
http://novanifqiawansyah.blogspot.co.id/2010/05/materi-sosiologi-kelas-x-sma-bab-1.html: Diakses Tanggal 22 September 2015.
Menurut Baron (dalam Susanti, 2008:14), Persahabatan adalah hubungan
yang membuat dua orang yang menghabiskan waktu bersama, berinteraksi dalam
berbagai situasi, tidak mengikutsertakan orang lain dalam hubungan tersebut, dan
saling memberikan dukungan emosional.
Menurut Wikipedia Indonesia, Persahabatan atau pertemanan adalah
istilah yang menggambarkan perilaku kerja sama dan saling mendukung antara
dua atau lebih entitas sosial. Persahabatan menggambarkan suatu hubungan yang
melibatkan pengetahuan, penghargaan dan afeksi.
https://id.wikipedia.org/wiki/Persahabatan: Diakses Tanggal 22 September 2015.
C. Etnis
Menurut Koentjaraningrat (dalam Narwoko 2007:197), etnis atau suku
bangsa didasarkan pada persamaan kebudayaan. konsep yang tercakup dalam
istilah suku bangsa atau etnis adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh
kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan, dan kesadaran dan identitas
tadi sering kali-tetapi tidak selalu-juga dikuatkan oleh kesatuan atau persamaan
bahasa. Di Indonesia terdapat bermacam-macam etnis. Misalnya, etnis Jawa,
Batak, Betawi, Tionghoa, Ambon, dan sebagainya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Etnis (etnik)
mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa
(Alwi, 2000:309).
D. Persahabatan Antaretnis
Persahabatan antaretnis adalah persahabatan yang dijalin antara etnis yang
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut semakin
mempererat jalinan persahabatan karena itu tidak menjadi penghalang untuk
menjalin persahabatan dengan siapa pun, kapan pun, dan dimana pun.
2.2 Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pendapat
ahli atau teori yang dianggap lebih cocok dan sesuai dengan data yang akan dicari.
Sosiologi Sastra sebagai teori utama dalam penelitian ini didukung oleh teori-teori
lainnya seperti bentuk persahabatan dan faktor pembentuk persahabatan.
A. Sosiologi Sastra
Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang bertujuan
untuk menganalisis persahabatan antaretnis dalam novel Menjadi Djokarya Dyah
Rinni. Sosiologi dan sastra adalah dua bidang ilmu pengetahuan yang saling
berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Kedua bidang ilmu ini memiliki
hubungan yang sangat erat dan jika kedua disatukan maka akan menghasilkan
suatu kajian baru yang disebut dengan sosiologi sastra.
Sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan pertumbuhan (evolusi)
sastra yang terdiri dari dua suku kata yaitu sas(Sansekerta) berarti mengarahkan,
mengajar, memberi petunjuk, dan instruksi; akhiran Tra berarti alat atau sarana.
Jadi makna dari kata sastra tersebut adalah kumpulan hasil karya yang baik (Ratna
2003:1). Menurut Damono (1984:2), sosiologi sastra adalah pendekatan terhadap
sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan oleh beberapa penulis.
Menurut Wellek (dalam Damono, 1984:3), telaah sosiologi mempunyai
tiga klasifikasi, sebagai berikut:
a. Sosiologi pengarang yang mempermasalahkan tentang status sosial,
ideologi, politik, dan lain-lain yang menyangkut diri pengarang sebagai
penghasil sastra;
b. Sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan tentang karya sastra itu
sendiri. Yang menjadi menjadi pokok telaahan adalah apa yang tersirat
dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan atau amanat yang hendak
disampaikannya;
c. Sosiologi pembaca yang mempermasalahkan tentang pembaca dan
pengaruh sosialnya terhadap masyarakat.
B. Bentuk Persahabatan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, bentuk adalah
gambaran, rupa, wujud (Alwi, 2000:135). Bentuk persahabatan merupakan
gambaran hubungan persahabatan yang dapat dilihat dari suka duka yang dialami
dan cara mempertahankan hubungan persahabatan tersebut supaya tetap harmonis
dan menjadi contoh yang baik untuk orang lain.
1. Saling menyukai atau menyayangi.
2. Bersenang-senang bersama.
3. Saling berbagi rahasia, aktivitas, obrolan, dan/atau dukungan moril atau
emosional.
4. Rasa saling percaya, kejujuran, dan loyalitas tampak ada.
5. Hanya ada sedikit atau tidak ada sama sekali kecemburuan.
6. Kompetisi hanya ada dalam kadar rendah dan sehat.
7. Kontak antara anda berdua sesering yang anda butuhkan dan inginkan.
8. Saling menjaga rahasia masing-masing.
9. Gosip hampir tidak ada atau sangat jarang.
10. Anda berdua tidak pernah saling membuat posisi masing-masing berada
dalam posisi sulit/terjepit.
11. Saling menepati janji.
12. Barang-barang yang dipinjam selalu dikembalikan.
13. Selalu menjaga omongan.
14. Kejujuran selalu dijunjung tetapi tidak digunakan untuk alasan-alasan
yang menyakitkan.
15. Persahabatan yang ada bersifat fleksibel, selalu berubah sesuai dengan
situasi atau kebutuhan atau berputar karena alasan pendidikan, karir,
atau pribadi.
16. Betapa sibuknya masing-masing pihak, persahabatan tetap merupakan
17. Setiap teman selalu ada untuk teman yang lain, dalam keadaan baik
maupun buruk.
18. Anda berdua memiliki banyak sekali kemiripan tetapi tetap ada cakupan
perbedaan untuk membuat persahabatan tersebut tetap menarik.
19. Hubungan yang ada sederajat.
C. Faktor Pembentuk Persahabatan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Faktor adalah hal
(keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan atau mempengaruhi terjadinya
sesuatu (Alwi, 2000:312).
Menurut Fehr (dalam Susanti, 2008:23-26), faktor pembentuk
persahabatan sebagai berikut:
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan menandakan adanya kedekatan fisik antara orang-orang
yang bersahabat. Artinya, orang-orang yang berada pada lingkungan yang sama
lebih berpeluang untuk membentuk persahabatan. Faktor lingkungan meliputi
tempat tinggal, tempat-tempat dimana menghabiskan waktu sehari-hari seperti
sekolah, tempat kerja, ataupun tempat bermain. Sahabat juga dapat dijumpai
melalui organisasi sosialisasi dan melalui perantaraan teman lain atau saudara.
2. Faktor Individual
Karakteristik yang dimiliki seseorang akan mendorong keinginan individu
a. Ketertarikan Fisik
Penampilan fisik juga mempengaruhi terhadap pembentukan
persahabatan. Seseorang cenderung melihat bahwa orang-orang yang
menarik secara fisik memiliki kemiripan dengan dirinya dalam sikap dan
kepribadian dibandingkan dengan orang-orang yang tidak menarik.
Berinteraksi dengan orang yang menarik secara fisik (cantik atau
ganteng) akan lebih menyenangkan.
b. Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial meliputi kemampuan untuk merespon dan bersifat
secara tepat pada yang orang katakan atau alami serta mengikuti
percakapan sesuai aturan.
c. Responsivitas
Seseorang cenderung lebih tertarik pada orang-orang yang bersifat
responsif terhadapnya.
d. Perasaan Malu atau Segan
Seseorang pasti lebih tertarik untuk bersahabat dengan orang yang
tidak pemalu. Orang yang pemalu cenderung lebih sedikit berbicara pada
awal pertemuan, kurang sigap menjawab komentar dalam berinteraksi
dengan orang lain, kurang senyum, kurang mau menatap lawan bicara,
e. Kemiripan
Seseorang akan membentuk persahabatan dengan orang-orang yang
dianggap mirip dengannya berupa usia, kesehatan fisik, pendidikan, latar
belakang keluarga, status sosial, sikap, dan sebagainya.
3. Faktor Situasional
Faktor situasional meliputi hal-hal seperti seberapa sering kita bertemu
dengan seseorang. Apakah terdapat ketergantungan kepada seseorang tentang
suatu hal, serta apakah tersedia tempat untuk membentuk hubungan persahabatan
pada masing-masing pihak yang terlibat dalam interaksi.
4. Faktor Dyadic
Seseorang yang bertanya tentang informasi pribadi menandakan bahwa dia
memiliki keinginan untuk membentuk persahabatan. Pertemuan awal umumnya
dimulai dengan membuka diri terhadap informasi-informasi yang bersifat
dangkal, kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang lebih mendalam dengan topik
yang lebih bervariasi. Pada tahap awal dari hubungan, keterbukaan yang
timbal-balik merupakan hal yang penting dalam membentuk persahabatan.
2.3 Tinjauan Pustaka
Penelitian terhadap novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni belum pernah
dilakukan. Hal ini disebabkan karena novel ini merupakan novel yang masih baru
diterbitkan yaitu pada tahun 2014. Tetapi penelitian yang mengkaji tentang
sebagai kajiannya telah banyak diteliti dan mendapat sambutan baik dari para
pembacanya.
Pertama, skripsi Susanti dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
2008 yang membahas tentang ”Gambaran Persahabatan dan Penyesuaian Diri
Pada Mahasiswi UIN Jakarta yang Mengenakan Cadar”. Susanti membahas
tentang gambaran persahabatan antara mahasiswi bercadar dengan yang tidak
bercadar terjalin karena didasarkan pada rasa saling membutuhkan antara dua
belah pihak yang kemudian saling mengisi. Oleh sebab itu peneliti menyimpulkan
persahabatan yang terjalin lebih mengarah kepada persahabatan timbal-balik
(reciprocal friendship). Sebagai makhluk sosial, mahasiswi bercadar juga dituntut
untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Dari ketiga subyek,
penyesuaian diri yang dilakukan mereka termasuk penyesuaian diri yang baik
dengan sahabatnya, ini terlihat dari tidak adanya perilaku menyimpang yang
dilakukan para subyek.
Kedua, tesis Purwanto dari Universitas Diponegoro 2006 yang membahas
tentang ”Persahabatan Empat Tokoh Perempuan dalam Novel The Sisterhood of
The Traveling Pants Karya Ann Brashares (Sebuah Telaah dengan Pendekatan
Feminisme).” Persahabatan yang terjadi pada empat tokoh utama novel The
Sisterhood of The Traveling Pants. Empat tokoh utama itu adalah Lena, Carmen,
Bridget dan Tibby. Bagi mereka, persahabatan adalah sesuatu yang istimewa.
Persahabatan merupakan kata kunci untuk menumbuhkan persaudaraan yang erat
pada mereka. Jarak antara mereka tidak menjadi masalah untuk saling membantu.
mengirimkan surat dan menelpon adalah beberapa cara yang menunjukkan bahwa
tidak ada jarak antara empat sahabat itu. Jarak dekat atau jauh tidak memisahkan
mereka dalam persahabatan. Keempatnya mempunyai suatu komitmen bahwa
jarak yang terbentang tidak akan menghancurkan persahabatan dan persaudaraan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam menganalisis novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni, penelitian ini
menggunakan metode kualitatif, metode hermeneutik, dan metode deskriptif.
Menurut Alsa (2004:40), dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan
adalah berbentuk kata-kata atau gambar, bukan angka seperti dalam penelitian
kuantitatif. Menurut Tantawi (2014:111), metode Hermeneutika yaitu dengan
membaca novel objek kajian dengan cara memahami konvensi-konvensi yang
berlaku terhadap sebuah karya sastra, terutama konvensi sastra dan budaya yang
menyangkut tema, alur, gaya bahasa, dan tokoh. Menurut Nasir (dalam Tantawi
2014:111), metode deskriptif adalah mendeskripsikan tentang situasi atau
kejadian, gambaran, lukisan, secara sistematis, faktual, akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena dengan fenomena.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu membaca dan mencatat.
Data yang dicatat dalam penelitian ini adalah data verbal yang berupa deskripsi
tentang cara pengarang dalam menampilkan bentuk persahabatan antaretnis yang
dialami oleh tokoh utama dan faktor penyebab persahabatan antaretnis dalam
novel. Pembacaan dilakukan secara berulang-ulang untuk mendapatkan
pemahaman secara menyeluruh kemudian dilakukan pencatatan terhadap data.
Data yang telah dicatat kemudian diklasifikasikan dan didokumentasikan untuk
Menurut Tantawi (2008:111), dalam pengumpulan data, sumber data
dibagi menjadi dua bagian yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data utama , dalam kajian ini adalah novel Menjadi Djo sedangkan data
sekunder adalah data tambahan, seperti buku-buku, majalah, makalah seminar,
kamus, skripsi, tesis, desertasi, dan dari media internet yang berhubungan dengan
penelitian ini.
3.2 Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data ini yaitu :
Judul : Menjadi Djo
Pengarang : Dyah Rinni
Penerbit : PT Gramedia Utama
Tahun : Mei 2014
Tebal : X+290 halaman
Cetakan : Pertama
Desain sampul : Staven Andersen
Gambar sampul : Dua orang anak yang berkulit putih dan hitam.
3.3 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis deskriptif,
yaitu dengan menggambarkan atau mendeskripsikan situasi dengan sistematis,
faktual, akurat sehingga berhubungan antara satu dengan yang lain. penelitian
deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pemaparan masalah
Data yang dikumpulkan dalam metode deskriptif ini berupa kata-kata, gambar,
dan bukan angka-angka.
Bentuk persahabatan antaretnis yang dialami oleh Djohan sebagai tokoh
utama dengan Yanto yang merupakan etnis Jawa yang terjadi pada saat Sekolah
Dasar dapat dilihat dalam kutipan di dalam novel. Berikut ini adalah satu contoh
teknik analisis data terhadap bentuk persahabatan mereka ketika
bersenang-senang bersama yang terdapat dalam novel Menjadi Djokarya Dyah Rinni yaitu:
A Guan menoleh dan menemukan Yanto berdiri di depan kedai, memanggil dirinya. Begitu melihat sahabatnya, masalah Ho Peng langsung menguap dari pikiran A Guan. Kini, pikiran sederhananya hanya dipenuhi oleh satu hal: bermain. (MD:14).
Bentuk persahabatan antaretnis yang dialami oleh Djohan pada saat SMP
dan SMA ketika bersenang-senang bersama dapat terlihat dalam kutipan berikut:
”Ntar malam kumpul di rumah gue. Kita bakal berburu pakaian pesta buat pangeran kita yang satu ini.” Malamnya, Apache melaju menuju taman hiburan Lokasari, sebuah kawan perdagangan yang ramai di Jalan Mangga Besar. (MD:149).
Bentuk persahabatan antaretnis yang dialami oleh Djohan pada saat kuliah
ketika bersenang-senang bersama dapat terlihat dalam kutipan berikut:
BAB IV
BENTUK DAN FAKTOR PEMBENTUK PERSAHABATAN ANTARETNIS DALAM NOVEL MENJADI DJOKARYA DYAH RINNI
4.1 Bentuk Persahabatan Antaretnis yang Dialami Oleh Tokoh dalam Novel
Menjadi DjoKarya Dyah Rinni
Bentuk persahabatan antaretnis yang dialami oleh tokoh utama yang
bernama A Guan dan kemudian berganti nama menjadi Djohan dapat dilihat dari
upaya yang dilakukannya untuk tetap mempertahankan persahabatannya. A Guan
merupakan etnis Tionghoa totok yang telah berasimilasi/berbaur untuk menjadi
orang Indonesia seutuhnya atau diakui keberadaannya dimata orang Indonesia.
Djohan memiliki sahabat-sahabat yang berbeda dengannya yaitu berupa etnis, ciri
fisik, status sosial, latar belakang keluarga, dan sebagainya. Namun, perbedaan
yang melekat pada diri mereka tidaklah menjadi penghalang bagi mereka menjalin
dan menjalani hubungan persahabatan itu sebagaimana hubungan persahabatan
yang dialami oleh yang satu etnis atau satu kebudayaan.
Pada tahun 1960-an bertempat di Medan, A Guan memiliki seorang
sahabat sejati bernama Yanto yang sangat jauh berbeda dengannya. Yanto
merupakan anak dari pembantu rumah tangganya yang beretnis Jawa dan karena
keterbasan ekonomi membuat Yanto tidak dapat bersekolah. Perbedaan yang
sangat jelas ini tidak menghalangi A Guan mau bersahabat dengan Yanto yang
sudah dianggapnya seperti saudara sendiri. Ikatan persahabatan antara Djohan dan
Yanto adalah persahabatan di masa kecil yang akan menjadi memori terindah
Bentuk persahabatan tokoh A Guan juga terlihat setelah Djohan masuk ke
SMP Pax di Jakarta. Dia menemukan sahabat-sahabat baru yaitu Corby, Herman,
Raymond, dan Kenny yang juga berbeda etnis dengannya dimana dalam
persahabatan tersebut mereka saling membantu dan saling menjaga antara yang
satu dengan yang lain. Mereka menjalani persahabatan itu dengan penuh
kegembiraan dan memprioritaskan persahabatan mereka.
Pada saat A Guan dan keluarga mengalami musibah akibat kekacauan
politik G30S PKI yang terjadi di Medan, keluarga A Guan harus terpaksa pindah
ke Jakarta untuk memulai hidup dan nenetap disana. Etnis Tionghoa dianggap
bersekongkol/turut membantu para PKI untuk menguasai Indonesia yang
mengakibatkan etnis Tionghoa menjadi orang yang sangat dibenci oleh Indonesia.
Akhirnya pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan terhadap semua orang
Tionghoa untuk berasimilasi atau berbaur dengan orang Indonesia. Salah satu
peraturan pemerintah itu adalah dengan mengganti nama dari nama etnis
Tionghoa menjadi nama orang Indonesia dan A Guan mengganti nama menjadi
Djohan.
Bentuk persahabatan antara Djohan sebagai tokoh utama dengan
sahabat-sahabatnya juga terlihat pada saat Djohan memasuki dunia perkuliahan di
Akademi Perhotelan dan Kepariwisataan Trisakti, Jurusan Akunting.
Sahabat-sahabatnya itu yaitu: Syaiful, Hendra, Bambang, dan Jerry. Bentuk persahabatan
mereka dapat dilihat dari kekompakan mereka untuk memberi dukungan dan
saling membantu disaat salah satu sahabatnya sedang dalam masalah. Mereka
berdaya. Seperti yang dialami oleh Djohan yang dilecehkan dan dihina oleh orang
yang tidak bisa menerima perbedaan etnis yaitu Alvaro, sahabat-sahabat Djohan
selalu ada untuk membelanya.
4.1.1 Bersenang-Senang Bersama
Salah satu bentuk dari persahabatan adalah bersenang-senang bersama
untuk menghabiskan waktu dengan melakukan banyak hal yang menarik dan
disukai. Segala kegembiraan yang dialami oleh Djohan bersama
sahabat-sahabatnya dituangkan kedalam kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan
membuat mereka merasa bahagia. Dengan bersenang-senang bersama,
masalah-masalah yang sedang dialami akan hilang dan terlupakan. Walau berbeda etnis,
Djohan tetap merasa senang bisa bersenang-senang bersama tanpa memperdulikan
apa pendapat orang lain tentang dirinya. Sebagai etnis Tionghoa, Djohan tidak
merasa malu untuk bermain dan bersenang-senang bersama dengan Yanto yang
beretnis Jawa. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
Dalam sekejap keduanya sudah meluncur di jalanan, keluar dari daerah perumahan dan menuju jalan yang lebih besar. A Guan berteriak kesenangan, diikuti oleh Yanto. Meski hanya menggunakan sepeda, mereka merasa menjadi penguasa jalanan, menuju dengan kecepatan tinggi dan berjalan seenaknya. Mereka tidak merasa menjadi perhatian sejumlah orang sore itu. Sebagian orang menggeleng-gelengkan kepala mereka melihat kelakuan kedua sahabat itu. Yang lain heran melihat dua anak manusia dengan warna kulit yang berseberangan bisa bermain bersama tanpa memedulikan apapun. (MD:17).
Djohan dan Yanto menghabiskan waktu dengan melakukan
kegiatan-kegiatan yang mereka sukai seperti pergi bermain ke tanah lapang untuk bermain
ataupun menangkap burung. Mereka bermain bersama tanpa memperdulikan
bagaimana pandangan orang lain tentang perbedaan etnis dan status sosial yang
terdapat dalam diri mereka.
Memasuki masa remaja di Jakarta, Djohan begitu menikmati
persahabatannya yang baru dengan sahabat-sahabatnya di SMP Pax. Djohan
dengan cepat dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya setelah pindah dari
Medan. Corby yang juga berasal dari Medan menjadi orang pertama yang menjadi
sahabat bagi Djohan dan kemudian disusul oleh sahabat lainnya yaitu Herman,
Raymond, dan Kenny. Mereka menamai persahabatan mereka dengan Apache.
Tali persahabatan mereka semakin erat lagi dengan adanya hasil kreatifitas
Djohan bersama sahabat-sahabatnya berupa majalah Samantha. Mereka merasa
senang karena dengan adanya Samantha, mereka bisa terkenal di SMP Pax
bahkan sampai ke SMA Strada Ricci. Apache sering mendapat undangan untuk
meliput suatu kegiatan yang mengakibatkan mereka sibuk untuk menata
penampilan supaya terlihat menarik dihadapan banyak orang. Seperti kutipan
berikut:
Tak lama kemudian, Apache meneruskan langkah mereka, berjalan menyusuri kios pakaian untuk mencari baju yang mereka inginkan. Akhirnya, mereka tiba di toko pakaian Fen Xiang. Di toko yang dipenuhi nuansa kayu kecokelatan dan bau hio yang menyengat itu. Mereka mulai memilih-milih pakaian. ”Gue rasa baju ini pas buat Herman,” Djohan menarik sepotong kemeja lengan pendek berornamen kotak-kotak hitam, kemudian mengepaskannya ke punggung sahabatnya itu. (MD:151).
Mereka sangat menikmati kebersamaan mereka saat berbelanja baju di
Djohan dan sahabat-sahabatnya mencari-cari baju yang akan mereka kenakan ke
pesta tempat mereka meliput berita. Djohan selalu mengutamakan kepentingan
sahabatnya terlebih dahulu sebelum memilikirkan dirinya sendiri. Dia tampak
sibuk memilihkan baju yang cocok untuk sahabatnya Herman.
Persahabatan Djohan memang patut untuk diteladani. Dia selalu mampu
bersahabat dengan orang yang selalu berbeda dengan dirinya. Djohan tidak ingin
membuat batasan-batasan atau sekat antara dirinya dengan orang lain dalam hal
apapun itu. Jelas terlihat pada saat Djohan memasuki jenjang pendidikan tingkat
perkuliahan dimana Djohan dapat menemukan sahabat-sahabat baru yaitu Syaiful
yang berasal dari Medan, Bambang yang merupakan etnis Jawa, Jerry beretnis
Batak, dan Hendra beretnis Betawi. Persahabatan mereka yang berbeda-beda etnis
tersebut dapat dilihat pada saat mereka sedang bersenang-senang bersama seperti
kutipan berikut:
Jerry duduk persis di samping Syaiful dengan sigap mengambil gitarnya. ”Lagu apa, Pul?” ”Lagu kebangsaan kitalah!” ”Madekdek Magambiri!” teriak Djo, Hendra, dan Bambang nyaris berbarengan. Jerry selalu menyanyikan lagu tersebut di setiap acara FCC. Saking seringnya lagu itu dimainkan, seluruh anggota FCC hafal liriknya, meski nada mereka sering kali kacau-balau tidak jelas. (MD:254).
Mereka sering berkumpul dan bernyanyi bersama untuk menghabiskan
waktu dan juga untuk menjaga kekompakan diantara mereka. Mereka memiliki
lagu kebangsaan yang sering mereka nyanyikan disaat mereka sedang berkumpul
bersama. Lagu yang mereka nyanyikan merupakan lagu dengan bahasa Batak
dimana lirik lagunya sudah sangat melekat dalam otak mereka. Jerry yang
FCC yang mengakibatkan orang yang sering mendengar lagu itu menjadi hafal
lirik lagunya. Djohan, yang bukan merupakan etnis Batak bisa dengan lancar
menyanyikan lagu tersebut yang menandakan bahwa perbedaan tidak
menghalangi persahabatan antara mereka.
4.1.2 Takut Kehilangan
Kehilangan sahabat sejati dalam persahabatan menjadi hal yang paling
ditakutkan. Tidak ada orang yang menginginkan sahabat yang disayanginya pergi
dan hilang begitu saja. Saat rasa takut kehilangan itu muncul maka akan ada
upaya atau tindakan untuk mempertahankan/menjaga persahabatan itu supaya
tetap terjalin. Seperti yang dirasakan dalam persahabatan antara A Guan dan
Yanto, mereka saling berusaha untuk tetap mempertahankan persahabatan tersebut
supaya tidak pudar ataupun hilang. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
Yanto hanya tertawa mendengarnya. Tanpa diberi peringatan pun ia tidak akan melakukannya. Yanto takut pada nyonya besar, tetapi ia lebih takut kalau A Guan marah padanya atau berhenti bermain dengannya. (MD:10).
Dalam kutipan tersebut menjelaskan bagaimana Yanto sangat takut
kehilangan Djohan yang menjadi sahabat sejatinya. Dia takut Djohan tidak mau
lagi bermain dengannya hanya kerena melaporkan Djohan kepada mamanya
kerena belum mengerjakan tugas sekolah. Hal ini menjelaskan bahwa Yanto tidak
4.1.3 Saling Berbagi
Dalam hubungan persahabatan dibutuhkan sikap saling berbagi antara
yang satu dengan yang lainnya untuk menutupi setiap kekurangan-kekurangan
yang ada dalam diri sahabatnya. Sikap saling berbagi ini tidak hanya berbagi uang
atau barang saja, melainkan dalam berbagai hal seperti: berbagi rahasia, berbagi
cerita, pengalaman, dan sebagainya. Sikap saling berbagi dapat dilihat dalam
kutipan berikut:
A Guan merogoh kantongnya dan menemukan satu bungkus kue sagon. Ia membukanya, kemudian membelahnya menjadi dua. Satu untuknya, satu lagi ia berikan kepada Yanto. (MD:15).
Dalam kutipan tersebut jelas digambarkan bagaimana A Guan yang
beretnis Tionghoa memiliki sikap saling berbagi terhadap sahabatnya Yanto yang
beretnis Jawa. A Guan rela membagi kue sagon yang dimilikinya kepada
sahabatnya Yanto dengan iklas tanpa meminta imbalan. Apapun yang dimiliki
oleh A Guan, dia selalu ingin Yanto juga memilikinya. Maka dengan bentuk
saling berbagi itulah mereka bisa memiliki apa yang ada pada sahabatnya. Tidak
hanya berbagi makanan saja, berbagi rahasia juga merupakan upaya untuk
mempererat tali persahabatan. Keterbukaan kepada sahabat disaat ada masalah
bisa menjadi obat penenang. Paling tidak, kita bisa membagi cerita dan sedikit
lebih lega karena ada sahabat kita yang menjadi tempat kita mencurahkan isi hati.
Mungkin saja sahabat kita itu bisa untuk membantu meringankan masalah kita
atau mungkin memberi motivasi untuk membangkitkan semangat. hal ini dapat
Corby memperhatikan ke belakang Djohan, memastikan tidak ada teman yang mengikuti mereka. Corby menarik nafas panjang sebelum akhirnya berkata, ”Djo, duit kita hilang.” (MD:149).
Corby menceritakan bahwa uang kas dari penjualan majalah Samantha
telah hilang entah dimana. Corby yang berbeda etnis dengan Djohan menganggap
Djohan dapat menyimpan rahasianya atau mungkin dapat memberi solusi terbaik
atas masalah yang sedang menimpanya.
Rasa saling berbagi juga ditunjukkan pada saat Djohan menyukai seorang
perempuan, dia juga berbagi rahasia kepada sahabatnya Syaiful seperi dalam
kutipan berikut:
Mata Djohan kemudian beralih pada sahabatnya, Syaiful yang ada di sudut toko buku kecil itu. Di sana, Syaiful tengah membuka sebuah majalah lama. Sebenarnya Djohan enggan berbicara. Ia tidak ingin gadis yang disukainya itu mendengar pembicaraan mereka dan kemudian menghapus peluang. ”Gue mau konsultasi sama lo, Pul.” ”Soal apa, sih? Soal cewek, ya?” Syaiful nyengir. (MD:233-234).
Djohan berbagi rahasia dalam hal perasaannya yang merasa tertarik
kepada seorang perempuan yang bernama Jelita yang menjadi pemilik toko buku.
Saat Djohan menyukai seseorang, hanya Syaiful yang menjadi tempatnya berbagi
rahasia karena Djohan merasa malu diejekin jika sahabat-sahabat yang lainnya
tahu hal tersebut.
4.1.4 Menepati Janji
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, janji adalah ucapan yang
menolong, datang, dan bertemu (Alwi, 2000:458). Sikap menepati janji dapat
dilihat dalam kutipan berikut:
Setelah beberapa saat, barulah ia sadar Yanto tengah menatapnya. Bocah itu kelihatan ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu. ”Apa?” tanya A Guan. ”Komik,” tagih Yanto. ”Kata kau tadi, kau mau bacakan komik buat aku.” A Guan nyengir dan menggaruk-garuk kepala. ”Hehe, aku lupa bawa komiknya.” Yanto mendesis, kemudian duduk di samping A Guan. ”Padahal aku sudah penasaran seperti apa terusan ceritanya setelah ketiga sahabat itu bersumpah menjadi saudara di bawah pohon pit. Eh, A Guan, pohon pit itu seperti apa?” ”Pohon peach. Bukan pohon pit,” koreksi A Guan. (MD:19).
Djohan sangat senang membacakan komik untuk Yanto yang tidak bisa
membaca. Yanto tidak bersekolah sehingga dia tidak bisa membaca dan menulis.
Walaupun demikian, Yanto tetap bisa menikmati dan mengikuti jalan cerita di
dalam komik dengan bantuan Djohan yang sukarela membacakannya. Pada
kutipan diatas, Djohan mengingkari janjinya kepada Yanto untuk membacakannya
komik. Pada saat mereka hendak pergi ke tanah lapang, Djohan lupa membawa
komiknya karena terburu-buru takut ketahuan sama mamanya kalau dia akan
pergi bermain. Yanto merasa sedikit kecewa karena tidak bisa mendengarkan
kelanjutan cerita yang ada dalam komik kesukaannya tersebut.
4.1.5 Saling Menjaga/Melindungi
Sikap saling menjaga/melindungi juga harus dimiliki dalam persahabatan.
Disaat satu pihak merasa terancam karena adanya suatu masalah, maka satu pihak
lainnya haruslah dengan spontan melindungi dan memberikan rasa aman terhadap
dan sahabat-sahabatnya dalam persahabatannya. Tidak perlu berpikir dua kali
untuk hal ini. Disaat sahabatnya sedang dalam keadaan terpuruk atau terancam
keberadaannya, maka sahabat akan siap sedia untuk menjaga dan melindungi
walaupun harus mendapat ancaman atau masalah yang baru. Saling
menjaga/melindungi ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:
”Nyonya hukum saya juga,” Yanto mengejar rombongan kecil itu hingga ia berdiri di depan majikannya. ”Saya juga bersalah.” Mama menghentikan langkahnya. Beliau menarik nafas panjang. Sejenak ia mengagumi kesetiaan bocah Jawa itu. Setidaknya anak itu tau bagaimana harus bertanggung jawab. Satu hal yang masih harus dipelajari oleh A Guan. (MD:27).
Yanto mencoba melindungi Djohan dari amarah majikannya/mamanya
Djohan. Yanto meminta kepada majikannya supaya dia saja yang dihukum atas
kesalahan yang sebenarnya dilakukan oleh mereka berdua karena telah memakai
sepeda angin petugas PLN tanpa izin. Yanto selalu saja berusaha untuk
melindungi A Guan walaupun dia sebenarnya tidak mampu untuk melindungi.
Seperti kutipan berikut:
Akan tetapi, kali ini Yanto tidak ingin menghindar. Ia akan melakukan apa saja untuk melindungi sahabatnya. Ia tidak mau berdiam diri melihat A Guan dalam bahaya. ”A...aku akan tendang kau sampai terbang ke bulan!” tiba-tiba saja Yanto menirukan salah satu kalimat tokoh komik yang ia dengar dari A Guan. (MD:61).
Saat Swan Tiem dan A Guan bertengkar memperebutkan layang-layang
yang putus, secara tidak sadar, A Guan berlari ke arah Yanto untuk meminta
pertolongan. Yanto dengan cekatan memberi perlindungan terhadap A Guan dan
antara mereka yang akan saling menjaga dan melindungi antara yang satu dengan
yang lainnya.
Disaat Djohan kembali diterpa masalah, sahabat-sahabatnya yaitu Corby,
Herman, Raymond, dan Kenny selalu menjaga dan melindungi Djohan. Hal ini
terlihat dalam kutipan berikut:
Corby menatap kertas itu berkali-kali. Di sekelilingnya ada Raymond, Herman, dan Kenny. Semula Djohan hanya ingin berbicara dengan Corby, tetapi entah dari mana, tiba-tiba ketiga sahabatnya yang lain muncul dan langsung bergabung. Djohan melihat wajah-wajah mereka begitu panas, seakan-akan baru saja mendapatkan tantangan berkelahi dari kelompok lain. (MD:169).
Dalam geng Apache, masing-masing anggota dari geng ini saling menjaga
satu sama lainnya. Djohan mendapat teror dari seseorang yang tidak dikenal.
Orang tersebut meneror dengan cara melempar batu yang terikat bersama kertas
yang bertuliskan ”Mati lo China!”. Hal tersebut membuat Djohan merasa takut
karena dia merasa tidak pernah membuat masalah terhadap orang lain. dia
berusaha menyembunyikan masalah itu dari anggota keluarganya dan juga
sahabatnya. Namun, pelaku terus saja menerornya sehingga dia memutuskan
untuk memberitahu keluarga dan sahabatnya. Saat geng Apache mengetahui hal
tersebut, mereka marah dan ikut merasa tersakiti. Begitulah persahabatan, disaat
satu orang tersakiti, maka sahabat yang lain akan ikut merasakannya. Pelaku teror
itu adalah Alvaro, orang yang sangat membenci Djohan karena dianggap telah
merebut Rinai (gadis yang disukai oleh Djohan dan Alvaro). Kebencian tersebut
berlanjut sampai Djohan telah masuk ke jenjang perkuliahan. Alvaro tetap
lingkungannya dan orang-orang disekitarnya. Seperti terlihat dalam kutipan
berikut:
”Alvaro,” tanpa sengaja Djohan menyebut namanya. ”Ah, si China,” balas Alvaro. Syaiful langsung tidak suka mendengarnya. ”Di sini nggak ada suku-sukuan, Bung. Kita semua sama.” (MD:257).
Pada saat Djohan diasingkan karena faktor etnis oleh Alvaro (orang yang
sangat membenci Djohan), Syaiful dngan tegas membela Djohan dengan cara
mengingatkan bahwa tidak ada faktor kesukuan dan semua sederajat atau sama.
Semua berhak untuk mendapatkan hak-haknya tanpa diskriminasi. Syaiful sangat
marah jika membahas tentang perbedaan yang akan menjadi bumerang dan
membuat perpecahan diantara mereka. Sudah semestinya, Bhineka Tunggal Ika
itu diterapkan dalam bermasyarakat. Indonesia yang terdiri atas banyak suku
bangsa, banyak bahasa, banyak kebudayaan, dan sebagainya haruslah bersatu
untuk menciptakan kerukunan dan kedamaian.
4.1.6 Perbedaan Tidak Menjadi Penghalang
Perbedaan merupakan ketidaksamaan suatu unsur yang menjadikannya
berlainan dari apa yang ada pada umumnya. Dalam persahabatan pasti terdapat
perbedaan-perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya baik berupa etnis,
kebudayaan, agama, kegemaran, dan sebagainya. Akan tetapi perbedaan itu tidak
menjadi penghalang dalam keakraban persahabatan. Tidak perlu menganggap
bahwa kebudayaan kita lebih baik dari orang lain. menghina atau mengejek
Tunggal Ika dari diri bangsa Indonesia. Seperti persahabatan antara A Guan dan
Yanto yang memiliki banyak sekali perbedaan. Hal ini terlihat dalam kutipan
berikut:
”Kasihan sekali kamu, A Guan. Sudah tidak ada yang mau bermain denganmu sampai kamu harus berteman dengan huana seperti dia.” Wajah A Guan memerah mendengar penghinaan tersebut. begitu juga dengan Yanto. Yanto tidak mengerti apa arti huana, tetapi melihat mimik Swan Tiem, Yanto tahu bahwa Swan Tiem tengah menghina dirinya sebagai orang pribumi. (MD:61)
Dalam kutipan diatas menjelaskan bahwa perbedaan itu tidak menjadi
halangan untuk Djohan dan Yanto dalam bersahabat. Djohan sering diejek dan
dihina karena selalu bermain dengan anak pembantunya dan merupakan orang
pribumi yang tidak sederajat dengannya. Tapi walaupun demikian, Djohan tidak
mempedulikan omongan Swan Tiem tersebut. Djohan merupakan etnis Tionghoa
dan masuk dalam kelas sosial yang berada pada tingkat golongan atas tetapi dia
tidak malu untuk bermain dan bersahabat dengan Yanto yang merupakan etnis
Jawa dan hanya anak pembantu. Hal inilah yang menjadikan persahabatan mereka
tetap abadi dan apa adanya.
4.1.7 Rasa Percaya
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, percaya adalah menganggap atau
yakin bahwa seseorang itu jujur. (Alwi, 2000:856). Rasa percaya menjadi satu
sikap yang harus dimiliki dalam persahabatan karena tanpa adanya rasa percaya
atau omongan orang lain tentang sahabat kita kalau kebenarannya belum terbukti.
Hal ini dapat terlihat di dalam kutipan yang ada pada novel sebagai berikut:
”pedangnya sudah ketemu?” mata besar Yanto membulat. A Guan menggeleng. ”Belum. Tapi itu nggak penting. Aku percaya bukan kamu yang ngambil. Kamu nggak mungkin ngambil, To.” Senyum Yanto langsung mengembang mendengarnya. Ada perasaan haru saat mendengar kata-kata itu meluncur dari bibir A Guan. Selama berhari-hari ini perasaannya juga tidak enak. Ia tidak memiliki teman bermain. Ia juga tidak tahu harus melakukan apa. (MD:93).
Rasa percaya itu ditunjukkan oleh A Guan terhadap Yanto yang tidak
mungkin mengambil pedang kesayangannya. Dia meyakini bahwa Yanto bukan
seorang pencuri seperti apa yang sebelumnya terlintas dipikirannya karena ucapan
Swan Tiem yang menyebut orang pribumi adalah pencuri. Walaupun pedang
kesayangan A Guan belum ditemukan, itu tidak penting lagi untuknya melainkan
dia hanya butuh sahabat yang selalu menemaninya dan melindunginya.
4.1.8 Kekecewaan
Kecewa merupakan suatu perasaan yang merasa tidak puas karena
keinginan dan harapan yang tidak terkabul. Disaat apa yang kita inginkan
berbanding terbalik dengan kenyataan, maka kekecewaan akan menghampiri.
Dalam persahabatan juga sering kali sahabat kita membuat hati terasa kecewa oleh
perbuatannya ataupun perkataannya. Bentuk kekecewaan dapat dilihat dalam
kutipan sebagai berikut:
menduga suaranya akan sekencang itu. Wajah Yanto berubah menjadi takut, seakan-akan ia tengah melanggar sebuah garis yang tak boleh ia lewati. ”Ya tak apa-apa kalau tak boleh,” Yanto menunduk. (MD:67).
Dalam kutipan diatas, Yanto merasa kecewa terhadap penolakan Djohan
kerena tidak memberikan pedangnya untuk dipinjam. Yanto merasa kaget saat
Djohan menolak memberi pedangnya karena selama ini apapun yang dimiliki
Djohan selalu bisa juga untuk dimiliki oleh Yanto. Yanto merasa telah melakukan
hal yang fatal terhadap Djohan karena telah melewati batas antara majikan dan
anak pembantu atau antara etnis Tionghoa dengan etnis Jawa.
4.1.9 Kerinduan
Disaat orang yang selama ini selalu bersama dengan kita menjauh, maka
akan timbul kerinduan. Kerinduan adalah keinginan atau harapan ingin segera
bertemu dengan orang yang dirindukannya. Kerinduan ini timbul karena adanya
suatu hal yang memisahkan antara yang satu dengan yang lain. Seperti yang
dialami oleh Djohan dan Yanto terlihat dalam kutipan berikut:
Kerinduan yang dirasakan oleh Yanto terhadap Djohan timbul pada saat
mereka sedang dalam kesalahpahaman. Yanto merindukan semua hal yang sering
dilakukannya bersama dengan Djohan. Djohan telah menuduh Yanto mengambil
pedang mainannya dan membuat Yanto merasa tersinggung karena bukan dia
yang mencurinya. Dia mulai menyadari bahwa dirinya dan Djohan berbeda kelas
sosialnya. Djohan sebagai anak majikan, dan Yanto sebagai anak pembantu.
Setiap kerinduan yang sedang dialami hanya akan membuat hati kacau dan ingin
secepatnya bisa melepas kerinduan tersebut. sering kali kita mengingat-ingat
kenangan yang dulu sering dilakukan bersama orang yang disayangi. Hal ini
mengakibatkan kerinduan terhadap seseorang atas kegiatan yang sering dilakukan
bersamanya seperti dalam kutipan berikut:
Terkadang ia merindukan acara berangkat bersama Apache. Namun, apa boleh buat. Kenny dan Raymond memilih sekolah yang lain. untung masih ada Herman dan Corby yang memutuskan untuk bersekolah di tempat yang sama. (MD:186).
Bentuk kerinduan juga dirasakan Djohan terhadap geng Apache yang telah
terpecah karena Kenny dan Raymond memilih sekolah yang berbeda dengan
Djohan, Herman, dan Corby. Djohan rindu saat mereka berangkat ke sekolah
secara bersama-sama dan kegiatan yang mereka lakukan bersama untuk
menghabiskan waktu.
Disaat kerinduan menghampiri, maka akan timbul harapan supaya apa
yang dirindukan dapat terulang kembali. Harapan merupakan sesuatu yang
diharapkan atau inginkan untuk menjadi kenyataan. Harapan dalam novel Menjadi
Djohan memejamkan mata sesaat. Ia masih berharap suatu hari nanti bisa kembali bertemu dengan Yanto. Kalaupun Tuhan tidak mengizinkan mereka bertemu kembali, ia berharap bisa bersahabat dengan Yanto-Yanto lainnya. (MD:289).
Setelah Djohan beranjak dewasa dan telah menyelesaikan perkuliahan, dia
sangat merindukan sahabat kecilnya yang menjadi kenangan terindah. Mereka
tidak pernah lagi bertemu sejak perpisahan terakhir mereka di Medan pada saat
mereka menonton karnaval 17 Agustus dari atas rumah paman Djohan. Saat itu
Djohan pamit kepada Yanto bahwa dia dan semua anggota keluarganya akan pergi
berlibur ke Singapura. Setelah mereka berada di Singapura dan hendak balik ke
Indonesia, terjadilah konflik G30S PKI tersebut. Djohan tidak sempat lagi
bertemu dengan Yanto karena harus segera meninggalkan Medan dan harus
pindah ke Jakarta. Itu menjadi perpisahan yang sangat dibenci oleh Djohan.
Djohan berharap dapat bertemu lagi dengan Yanto walau hanya sebentar untuk
melepas kerinduannya dan berbagi kebahagiaan yang dirasakan. Dan walaupun
dia tidak bisa bertemu dengan Yanto lagi, Djohan berharap dapat menemukaan
sahabat yang seperti Yanto.
4.1.10 Persahabatan Merupakan Sebuah Prioritas
Prioritas yaitu mendahulukan atau mengutamakan daripada hal yang lain.
dalam hal ini, bentuk persahabatan yang merupakan sebuah prioritas dapat dilihat
dalam kutipan berikut:
dalam hatinya, persahabatan mereka tidak bisa dinilai dengan uang. ”Udah, jangan dipikirin dulu. Duit gampang dicari. Kalau persahabatan lenyap, mau dicari ke mana?” (MD:150).
Persahabatan menjadi prioritas bagi Djohan. Dia lebih mengutamakan
Persahabatannya daripada uang yang telah hilang karena kecerobohan sahabatnya
sendiri yaitu Corby. Dia berprinsip bahwa uang bisa dicari, tetapi sahabat sejati
tidak mudah ditemukan seperti mencari uang. Djohan tidak ingin membuat Corby
merasa terpuruk dan merasa bersalah berkepanjangan.
4.1.11 Setiap Teman Selalu Ada Untuk Teman yang Lain, dalam Keadaan Baik Maupun Buruk
Sikap selalu ada saat dibutuhkan ini dapat dilihat pada saat satu sahabat
mengalami masalah, maka sahabat yang lain selalu ada dan memberikan dorongan
dan bantuan yang bisa untuk dilakukan. Hal ini dapat dalam kutipan berikut:
Satu-satunya hal yang membuatnya merasa lega adalah ia tidak sendirian. Di sampingnya ada Corby dan Herman. Ini sungguh di luar dugaannya. Ketika ia membicarakan masalah Horsin kepada meraka, Corby dan Herman langsung mau ikut bergabung. Mereka tertarik untuk ikut menambah uang saku. Djohan merasa sedikit lega karena setidaknya ada dua sahabatnya yang menemani. (MD:193).
Pada kutipan diatas dapat terlihat Corby dan Herman yang selalu ada saat
dibutuhan. Pada saat keluarga Djohan mengalami kesusahan ekonomi, Djohan
terpaksa harus bekerja paruh waktu supaya dapat mengumpulkan uang supaya dia
bisa melanjutkan sekolah ke SMA Strada Ricci. Corby dan Herman tidak
dengan cara selalu ada saat dibutuhkan untuk menemani Djohan bekerja di toko
kaset Horsin.
Sahabat sejati juga selalu memberi dukungan terhadap sahabatnya yang
sedang mengalami keterpurukan mental, ataupun perasaan. Hal ini menandakan
bahwa sahabat selalu ada bersama kita baik dalam keadaan baik atau buruk.
Memberi dukungan merupakan bentuk dari persahabatan. Dengan memberi
dukungan maka sahabat yang sedang dalam masalah merasa bahwa dia
benar-benar memiliki sahabat yang selalu mendukungnya walaupun dalam keadaan
terpuruk. Bentuk persahabatan ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:
”Ya iyalah, Pul. Yang kelihatan jelas itu kan isi kantong, bukan isi otak. Tenang saja, bung,” Djohan menepuk pundak Syaiful. ”Suatu saat nanti mereka akan menyesal karena tidak memilih kita. Siapa tahu kelak kita jadi bos, lebih hebat daripada cowok yang mereka pilih sekarang.” (MD:243).
Sikap Djohan yang selalu ada untuk memberi dukungan kepada
sahabat-sahabatnya terutama Syaiful yang sering galau karena gagal mendapatkan hati
seorang perempuan. Djohan memberi dukungan kepada Syaiful dengan cara
memberi gambaran masa depan yang cerah sehingga perempuan yang telah
menolaknya akan menyesal suatu saat nanti. Bentuk dukungan yang diberikan
Djohan memang terlihat sederhana, namun memiliki efek yang luar biasa untuk
4.1.12 Hubungan yang Ada Sederajat
Dalam persahabatan, hubungan yang ada bersifat sederajat. Tidak ada
yang merasa lebih tinggi atau lebih dihargai dan yang lebih lemah atau jadi
suruh-suruhan. Semua sama dan saling melengkapi. Faktor umur, jenis kelamin, etnis,
kelas sosial dan lain sebagainya tidak menjadi penghalang terjalinnya suatu
persahabatan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Biar lo tahu, kalau kulit itu Cuma pembungkus. Bagian dalam kita sebenarnya sama aja, sama-sama berdarah merah dan bertulang putih!” timpal Hendra. ”Mau China kek, Batak kek, Betawi kek, Jawa kek, semua sama derajatnya! Nggak ada yang lebih tinggi!” Bambang menambahkannya.” (MD:271).
Dari kutipan diatas, sahabat-sahabat Djohan menunjukkan kepada Alvaro
bahwa hubungan persahabatan itu sederajat. Walaupun Djohan etnis Tionghoa
dan sahabat-sahabatnya terdiri atas etnis yang berbeda (Jawa, Batak, dan Betawi),
mereka dapat bersahabat dengan rukun dan damai tanpa melihat perbedaan
tersebut.
4.2 Faktor Pembentuk Persahabatan Antaretnis yang Dialami Tokoh dalam Novel Menjadi DjoKarya Dyah Rinni
Hubungan persahabatan antara Djohan sebagai tokoh utama dengan
sahabat-sahabatnya dalam novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni bukannya
persahabatan yang instan. Persahabatan didasari oleh hasrat dan keinginan untuk
menjalin hubungan yang lebih dekat dengan orang biasa yang terpilih untuk