55
LAMPIRAN
Sinopsis Novel Catatan (Seorang) Pelajar Jakarta
Novel ini mengisahkan Setyo, Chandra, Agus, dan Luthfi yang bersahabat karib sejak sekolah di SMP Muhammadiyah 33 Tomang. Selepas SMP, mereka melanjutkan studi di sekolah yang berbeda. Agus dan Setyo di STM PGRI 6
(dikenal dengan nama STM Kampung Jawa/CampJava). Lutfi masuk STM PGRI 5 (STM Boedoet/Budi Utomo), Chandra di STM 7 PGRI (STM 1 (satoe) DKI).
Lazimnya saat itu siswa-siswa sekolah-sekolah STM adalah aktor dalam tawuran pelajar di Jakarta. Tanpa disangka, ternyata sekolah Agus, Setyo, dan Lutfi saling bermusuhan, begitu juga STM Lutfi dan Chandra. Meskipun, sekolah
mereka saling bermusuhan tetapi mereka tetap bersahabat dan saling melindungi satu sama lain. Persahabatan yang telah mereka bina selama SMP tetap berlanjut
hingga di STM.
Hal ini dilihat dalam adegan dalam novel, contohnya tanpa disangka basis sekolah Setyo tawuran dengan basis sekolah Chandra. Maka, dengan segala usaha
Setyo ataupun Chandra tidak saling tawur. Bahkan, jika salah satu di antara keduanya terluka atau sedang dikeroyok, maka salah satunya akan menolong.
Begitu seterusnya di antara mereka berempat. Ini terkadang dianggap aneh juga bumerang bagi mereka secara individu, akan dianggap berkhianat di masing-masing basis.
Jika tidak ada tawuran antar basis, mereka selalu bersama. Nongkrong, memetik gitar, dan bernyanyi sembarangan, sampai kadang menginap di rumah
Agus. Tidak jarang pula, ada gesekan dan konflik dalam persahabatan mereka. Terutama antara Agus dan Chandra yang sama-sama keras. Mereka tidak mau
56
mengalah ketika sekolah mereka saling serang dan tawur. Salah satu dari mereka ingin ada dari mereka berdua yang mengajak basis sekolahnya agar tidak saling
serang. Namun, sungguh itu tidak bisa karena sulit.
Hingga suatu ketika ada pembalasan dendam dari basis musuh kepada basis Agus. Ternyata, Agus yang menjadi sasaran utama, karena dia pentolan
basis dan yang paling berani. Akhirnya, Agus yang pemberani meninggal karena dibunuh oleh basis musuh. Chandra yang sekarat pernah ditolong oleh Agus,
merasa memiliki hutang nyawa pada Agus. Dia mencari pembunuh Agus dan membalas dendam dengan membunuh pembunuh Agus (halaman 186).
Chandra kabur dari rumah, ingin kembali ke kampung halamannya karena
berurusan dengan polisi. Dia mendapat kabar bahwa dia telah diketahui sebagai tersangka pembunuhan. Karena takut dipenjara, dia akhirnya meninggalkan
Jakarta. Beberapa setelah itu, Lutfi juga ditangkap oleh Polisi karena merampok dan menusuk orang di dalam bis (halaman 227).
Setyo pun galau, dia kehilangan sahabatnya. Di sisi lain dia akan
menghadapi Ebtanas. Dia merasa selama sekolah di STM belum mendapatkan apa-apa. Karena kehidupannya hanya tawuran, tawuran, dan tawuran. Kalau tidak
tawuran, menghabiskan waktu bersama tiga sahabatnya.
Tawuran menjadi budaya yang sulit dihindari oleh siswa-siswa STM di Jakarta. Tertera dalam novel ini penyebabnya, antara lain rekrutmen yang terus
berjalan hingga sekarang. Atas nama sekolah mereka memberanikan diri untuk tawuran, meski nyawa taruhannya. Selain itu karena para alumni basis terus
mendampingi serta mengobarkan api tawuran, dan yang paling utama adalah balas dendam. Sebenarnya basis siswa STM ini kompak, namun kekompakannya untuk
57
jalan keburukan, dalam hal ini tawuran dan balas dendam. Jika ada salah seorang dari anggota basis mereka terluka atau bahkan meninggal. Maka, basis tersebut
akan membalas dendam dengan membunuh salah satu anggota basis musuh, begitu seterusnya.