- Nomor 1 s/d nomor 118 dan nomor 122 s/d nomor 3188 dikembalikan kepada yang berhak.
5.Menghukum terdakwa Ervina Sari, S.T., M.T., untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah).
Hal. 33 dari 43 Put. No. 45/PID.SUS.TPK/2014/PT.MDN Menimbang, bahwa setelah Pengadilan Tinggi membaca, memeriksa dan meneliti serta mencermati dengan seksama surat Memori Banding yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum tersebut, ternyata tidak terdapat alasan atau keberatan hukum yang dapat melumpuhkan atau mematahkan pertimbangan-pertimbangan hukum Majelis Hakim Tingkat Pertama pada Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pengadilan Negeri Medan tanggal 9 september 2014 Nomor: 37/Pid.Sus.K/2014/PN.Mdn, tentang telah terbuktinya dakwaan Jaksa Penuntut Umum oleh karena itu alasan atau keberatan hukum dalam Memori Banding Jaksa Penuntut Umum akan dipertimbangkan lebih lanjut.
Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim Tingkat Banding memeriksa dan mempelajari secara seksama berkas perkara dan semua surat-surat yang berhubungan dengan perkara ini, berikut Putusan Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan tanggal 9 September 2014, Nomor : 37/Pid.Sus.K/2014/PN.Mdn, Memori Banding Jaksa Penuntut Umum tanggal 25 September 2014, Majelis Hakim Tingkat Banding sependapat dan dapat menerima alasan-alasan dan pertimbangan hukum Majelis Hakim Tingkat Pertama tentang telah terbuktinya dakwaan Jaksa Penuntut Umum seperti yang dipertimbangkan Majelis Hakim Tingkat Pertama dalam putusannya, karena alasan dan pertimbangan hukum Majelis Hakim Tingkat Pertama tersebut dipandang sudah tepat, benar dan cukup beralasan menurut hukum dan keyakinan, maka Majelis Hakim Tingkat Banding mengambil alih alasan dan pertimbangan hukum Majelis Hakim Tingkat Pertama yang dipandang sudah tepat, benar dan beralasan menurut hukum dan keyakinan tersebut dan menjadikannya sebagai alasan dan pertimbangannya sendiri dalam mengadili perkara ini ditingkat banding dengan tambahan beberapa pertimbangan.
Hal. 34 dari 43 Put. No. 45/PID.SUS.TPK/2014/PT.MDN Menimbang, bahwa hukuman penjara dijatuhkan terhadap terdakwa masih dirasakan kurang adil dan terlalu ringan,sehingga Majelis Tingkat Banding perlu untuk mengubahnya dengan beberapa pertimbangan dan alasan.
Menimbang, bahwa dari fakta hukum yang terungkap di persidangan Terdakwa, Ervina S.T., M.T., selaku Bendahara Penerimaan UPT Lab Lingkungan TA 2012, telah menyerahkan sejumlah uang kepada Saksi IR Henny JM Nainggolan,M.Si., selaku Kepala UPT Lab. Daerah. Dimana uang tersebut adalah penerimaan dari restribusi yang oleh terdakwa tidak semua disetor ke kas daerah akan tetapi diserahkan kepada Kepala UPT Lab.di Daerah yang dijabat oleh terdakwa IR Henny JM Nainggolan,M.Si dan Terdakwa tidak tahu penggunaan uang tersebut, karena terdakwa tidak diberi tahu. Disamping Terdakwa tidak menerima bagian dari sejumlah uang yang Terdakwa berikan kepada Saksi IR Henny JM Nainggolan,M.Si. Setahu Terdakwa semua pengeluran tidak Terdakwa catat dalam pembukuan. Saksi Ir Henny J.M. Nainggolan, M.Si. juga tidak membuat catatan pengeluran uang. Bahwa benar saksi tidak ada membuat laporan pertanggungjawaban penggunaan biaya operasional petugas sampling.
Menimbang, bahwa Terdakwa pernah juga memberikan uang kepada Rosmawati Sinaga sebagai Juru Bayar UPT Lab. BLH dan Rosmawati Sinaga yang memberikan uang tersebut kepada petugas sampling.
Menimbang, bahwa sesuai keterangan Saksi Mikyaruddin, Saksi Khichi Hanafi S.H., Saksi Taviandiq, Saksi Lukas Alexander Tarigan, S.H., Saksi M. Nur Hasibuan S.P., dalam persidangan Jaksa Penuntut Umum mengajukan barang bukti, berupa bukti surat daftar tanda penerimaan pembayaran honor petugas sampling dan atas pengajuan barang bukti tersebut, saksi menyatakan tidak pernah melihat bukti tersebut, tidak ada menandatangani surat tersebut dan tidak ada menerima honor seperti tertera didalam surat tersebut.
Hal. 35 dari 43 Put. No. 45/PID.SUS.TPK/2014/PT.MDN Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Saksi Dorkas Yetti Mulyati Simatupang, S.T., M.T., Saksi Tengku Dianingrum, S.T., dan Saksi Rebayat Jelita Nainggolan, S.Pd..,dipersidangan tentang Bukti Surat yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, berupa Laporan Pemantauan dan Laporan Pengelolaan Lingkungan dan atas bukti surat tersebut saksi menyatakan bahwa benar saksi ada menandatangani, akan tetapi saksi tidak ada menerima uang sejumlah yang tersebut didalam bukti surat tersebut.
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Saksi Lasma Adelina Sidabutar, S.Si, Saksi Syukur S.H., Saksi Tengku Dianingrum S.T., dan Saksi Siti Bayu Nasution, SIP, MSI ,dipersidangan tentang Bukti Surat yang oleh Jaksa Penuntut Umum, berupa Laporan Pemantauan dan Laporan Pengelolaan Lingkungan dan atas bukti surat tersebut saksi menyatakan bahwa saksi tidak ada menandatangani dan bukan tanda tangan saksi, dan saksi tidak ada menerima uang sejumlah yang tersebut didalam bukti surat tersebut. Disamping itu Saski Lasma Adelina Sidabutar, S.Si., juga menyatakan dalam persidangan bahwa memang Saksi yang menerbitkan SPT dan mencantumkan biaya yang harus diberikan kepada petugas lapangan dalam bentuk SPPJ untuk trasportasi sebesar Rp 250.000,- dan untuk golongan III SPPJ sebesar Rp 710.000,- diluar ongkos transport , dimana biaya tersebut diambil dari APBD. Hal ini bersesuain dengan keterangan Saksi DR, IR. Hj Hidayati, M.Si selaku Kepala BLH Propinsi Sumatera Utara, dipersidangan yang menyatakan bahwa biaya operasional pengujian diambil dari APBD, biaya yang dipungut dari pengguna jasa tidak boleh dipergunakan langsung oleh UPT Lab. BLH untuk membiayai kegiatan operasional. Disamping itu pula diperkuat oleh keterangan Saksi Rosmawati Sinaga yang menyatakan bahwa setahu saksi UPT Lab. BLH ada mengeluarkan biaya SPPD untuk petugas sampling.
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Saksi Akmal Syaputra selaku Bendahara Pengeluaran pada BLH Propinsi Sumatera Utara, di persidangan menyatakan bahwa biaya perjalanan dinas bisa digunakan untuk petugas sampling.
Hal. 36 dari 43 Put. No. 45/PID.SUS.TPK/2014/PT.MDN Biaya SPPJ dibagi pergolongan yaitu sebasar Rp 310.000,- perhari untuk di daerah Sumut dan dibayar dengan system ganti uang. Bahwa untuk SPPJ golongan III A sebesar Rp 1.115.000,-
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Saksi Ilyas Sitorus SE, Mpd selaku Kepala Kabag. Kas Daerah Biro Keuangan Setda Propinsi Sumatera Utara dalam persidangan yang menyatakan bahwa dana yang diterima harus disetor ke rekening daerah. Setahu saksi anggaran UPT Lab. BLH tahun anggaran 2012 adalah sebesar Rp 3.560.402.900,- dan ada perubahan anggaran yang pada UPT BLH yaitu sebesar Rp. 3.960.402.900,-. Saksi juga menyatakan bahwa penerimaan SKPD tidak boleh dipergunakan langsung. Biaya yang dipungut dari pihak ketiga harus disetor ke kas daerah. Biaya tambahan yang dipungut dari pengambilan sampling diatur dalam Peraturan Gubernur yang mengatur tentang standar biaya umum dan didalamnya diatur biaya tenaga ahli. Bahwa biaya sampling merupakan restribusi kekayaan daerah bukan merupakan pendapat lain lain. Disamping itu sesuai keterangan Ahli Riswan S.E., dipersidangan bahwa penerimaan biaya tambahan yang telah dipungut dari pengambilan sampel wajib disetorkan ke kas daerah. Hal tesebut juga diperkuat oleh keterangan Ahli Aprilla H Siregar, S.H., M.H., dalam persidangan yang menyatakan bahwa terhadap biaya restribusi dan biaya pengambilan sampel harus disetorkan ke kas daerah.
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Ahli Ridin Turnip., dipersidangan menyatakan bahwa apabila ada pungutan di luar Perda Nomor: 12 Tahun 2007, maka harus dilaporkan kepada Gubernur dan seluruh penerimaan tersebut harus ditatausahakan oleh bendahara sesuai dengan azas umum pengelolaan keuangan daerah dan penerimaan tersebut harus disetorkan ke rekening kas daerah serta tidak boleh dipergunakan untuk pembiayaan pengeluaran kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundangan undangan.
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Ahli DR Mirza Nasution, S.H., M.Hum., dipersidangan menyatakan bahwa jika pejabat melakukan perbuatan di
Hal. 37 dari 43 Put. No. 45/PID.SUS.TPK/2014/PT.MDN luar norma hukum, kewenangan dan subtansi maka perbuatannya merupakan perbuatan menyalahgunakan wewenang dan dimintai pertanggungjawaban secara pribadi. Bahwa penyalahgunaan wewenang adalah perbuatan pejabat Negara tidak sesuai dengan kewenangannya.
Menimbang bahwa berdasarkan serangkaian kesaksian tersebut diatas Terdakwa Ervina Sari S.T., M.T., telah menyalahgunakan kewenangannya selaku Bendahara Penerimaan Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Lingkungan pada Badan Lingkungan Hidup Propinsi Sumatera Utara TA 2012, yang tidak menyetorkan sebagian penerimaan atas retribusi penggunaan jasa laboratorium lingkungan tersebut ke Kas Umum Daerah selaku Bendahara Penerimaan pada Badan Lingkungan Hidup Propinsi Sumatera Utara T.A. 2012. yang berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 188.44/1081/KPTS/2011 tanggal 29 Desember 2011 mengharuskan Ervina SariI S.T., M.T.,. untuk menerima dan selanjutnya menyetorkan seluruh penerimaan atas retribusi penggunaan jasa laboratorium lingkungan tersebut ke Kas Umum Daerah, selain itu Terdakwa Ervina Sari ST.MT. telah menyalahi kewenangannya selaku Bendahara Penerimaan Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Lingkungan pada Badan Lingkungan Hidup Propinsi Sumatera Utara TA 2012, bersama sama dengan Kepala UPT Laboratorium Lingkungan bersama-sama dengan Ir. HENNY J.M. NAINGGOLAN, M.Si., selaku Kepala UPT Laboratorium Lingkungan, karena mempergunakan secara langsung sebagian uang hasil retribusi atas pemakaian kekayaan daerah berupa jasa laboratorium di UPT Laboratorium Lingkungan pada BLH Propsu yang seharusnya disetorkan ke kas umum daerah yaitu sejumlah Rp. 1.153.792.032,00 (Satu Milyar Seratus Lima Puluh Tiga Juta Tujuh Ratus Sembilan Puluh Dua Ribu Tiga Puluh Dua Rupiah) sehingga bertentangan dengan ketentuan sebagai berikut :
Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 24 Tahun 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara Nomor 12 Tahun 2007 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, menyebutkan
Hal. 38 dari 43 Put. No. 45/PID.SUS.TPK/2014/PT.MDN pada pasal 8 Ayat (3) sebagai berikut : “Retribusi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), disetorkan seluruhnya ke kas daerah 1 x 24 jam.”
Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah, menyebutkan pada pasal 68 Ayat (3) sebagai berikut, bahwa Penerimaan SKPD dilarang digunakan secara langsung untuk membiayai pengeluaran kecuali ditentukan lain oleh Peraturan Perundang-undangan. Selanjutnya pada Ayat (4) menyebutkan :
“ Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetorkan ke rekening Kas Umum Daerah paling lama 1 (satu) hari kerja.”
Undang-undang Nomor :1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara jo. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Jo. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2010 jo. Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 68 Ayat (3) yang menyebutkan bahwa Penerimaan SKPD dilarang digunakan secara langsung untuk membiayai pengeluaran kecuali ditentukan lain oleh Peraturan Perundang-undangan. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2010 menyebutkan sebagai berikut : Pasal 122 Ayat (1) : “Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dikelola dalam APBD”.
Pasal 122 Ayat (2) : “Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.”
Hal. 39 dari 43 Put. No. 45/PID.SUS.TPK/2014/PT.MDN Pasal 122 Ayat (3) : “Penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh petaruran perundang-undangan”.
Pasal 122 Ayat (4) : “Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetorkan ke rekening Kas Umum Daerah paling lama 1 (satu) hari kerja”. Pasal 184 Ayat (1) : “Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara Penerimaan/Pengeluaran, dan orang atau Badan yang menerima atau menguasai uang/barang/kekayaan daerah wajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.
Menimbang, bahwa perbuatan menyalahgunakan kewenangannya sebagaimana diuraikan diatas dilakukan oleh Terdakwa Ir.Ervina Sari S.T., selaku Bendahara Penerimaan pada Badan Lingkungan Hidup Propinsi Sumatera Utara bersama sama dengan IR. Henny J.M. Nainggolan, M.Si., selaku Kepala UPT Laboratorium Lingkungan pada BLH Propinsi Sumatera Utara dilakukan dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi berupa keuntungan materiil yang dapat berbentuk uang atau barang, baik barang bergerak atau tidak bergerak yang mempunyai nilai ekonomis atau fasilitas lainnya.
Menimbang, bahwa berdasarkan Laporan Hasil Audit dalam Rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara atas Kasus Penyimpangan penerimaan Retribusi Jasa Usaha pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2012 yang dibuat oleh pihak BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara tanggal 21 Maret 2014 menyebutkan bahwa jumlah kerugian Negara yang berhasil dihitung dalam perkara ini adalah sebesar Rp. 1.153.792.032,00 (Satu Milyar Seratus Lima Puluh Tiga Juta Tujuh Ratus Sembilan Puluh Dua Ribu Tiga Puluh Dua Rupiah).
Menimbang, bahwa Majelis Hakim Tingkat Banding Sependapat dengan perhitungan kerugian Negara yang dilakukan oleh BPKP Perwakilan Propinsi
Hal. 40 dari 43 Put. No. 45/PID.SUS.TPK/2014/PT.MDN Sumatera Utara yang tersebut diatas dan tidak sependapat dengan pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Pertama yang menyatakan bahwa tidak ada kerugian Negara, dalam perkara a qua, karena Majelis Hakim Tingkat Pertama mendasarkan pertimbangannya dari nota pembelaan Penasihat Hukum terdakwa pada halaman 54 huruf f, yang menyatakan: “ bahwa BPK RI Perwakilan Propinsi Sumetera Utara dalam Laporan Hasil Pemeriksaannya atas kepatuhan terhadap Peraturan Perundangundangan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2012 , Nomor : 87.C/LHP/XVIII.MDN/05/2013, tanggal 13 Mei 2013, BPK tidak berpendapat
adanya indikasi kerugian Negara/Daerah yang pada intinya menyebutkan “ Diitemukan penggunaan langsung atas penerimaan Restribusi Jasa Usahapada
Badan Lingkungan Hidup sebesar Rp 817.994.886,- dan penerimaan sebesar Rp 86.106.340,- belum disetor ke Kas Daerah per 31 Desember 2012…” Karena Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Perwakilan Propinsi Sumetera Utara tersebut dibuat dalam rangka kepatuhan terhadap peraturan Perundangundangan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2012, bukan dalam rangka perhitungan kerugian negara dan oleh karenanya pertimbangan Majelis hakim Tingkat Pertama tersebut haruslah dikesampingkan.
Menimbang, bahwa Terdakwa selaku Bendahara Penerimaan Unit Pelaksana Tehnis Laboratorium Lingkungan Hidup Propinsi Sumatera Utara TA 2012, sebagai pihak yang juga harus bertanggung jawab , maka sepatutnya terdakwa diberikan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya dan memenuhi rasa keadilan.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pengadilan Negeri Medan tanggal 9 September 2014 Nomor : 37/Pid.Sus.K/2014/PN-Mdn harus dirubah sekedar mengenai hukuman penjara dan uang pengganti yang dijatuhkan kepada terdakwa, sedangkan putusan selebihnya dapat dikuatkan yang amarnya sebagaimana tersebut dibawah ini;
Hal. 41 dari 43 Put. No. 45/PID.SUS.TPK/2014/PT.MDN Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, maka putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan Nomor 37/Pid.Sus.K/2014/PN.Mdn tanggal 9 September 2014 haruslah dirubah sekedar mengenai pidana yang dijatuhkan kepada Terdakwa, sedangkan putusan selebihnya dapat dikuatkan, yang amar selengkapnya sebagaimana tersebut dibawah ini;
Menimbang, bahwa tidak ada alasan untuk mengeluarkan Terdakwa dari tahanan, karenanya Terdakwa tetap ditahan;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana, maka kepadanya haruslah dibebani untuk membayar biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan;
Memperhatikan ketentuan Pasal 3 dan pasal 18 Undang-Undang Nomor : 31 tahun 1999 jo Undang - Undang nomor : 20 Tahun 2001 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dan pasal - pasal dalam Undang - Undang Nomor : 8 tahun 1981 tentang KUHAP serta ketentuan hukum lain yang berkaitan. ;
M E N G A D I L I:
-- Menerima permintaan banding dari Penuntut Umum tersebut ;
-- Merubah Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan Nomor 37/Pid.Sus.K/2014/PN.Mdn tanggal 9 September 2014 sekedar mengenai pemidanaan yang dijatuhkan dan status barang bukti sehingga amar selengkapnya menjadi:
1. Menyatakan terdakwa Ervina Sari, S.T.,M.T., tersebut tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan Pertama Primair;
Hal. 42 dari 43 Put. No. 45/PID.SUS.TPK/2014/PT.MDN 2. Menyatakan terdakwa Ervina Sari, S.T.,M.T., telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “ Korupsi yang dilakukan secara bersama-sama ”;
3. Menjatuhkan pidana terhadap Ervina Sari, S.T.,M.T., dengan pidana
penjara selama 3 (tiga ) tahun dan membayar uang denda sebesar Rp. 50.000.000 ( lima puluh juta rupiah ), dengan ketentuan apabila pidana
denda tersebut tidak dibayar, maka kepada terdakwa dikenakan pidana pengganti berupa pidana kurungan selama 3 ( tiga ) bulan ;
4. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
5. Menetapkan terdakwa tetap berada dalam tahanan 6. Menetapkan barang bukti berupa:
Nomor 1 s/d nomor 118 dan nomor 122 s/d nomor 3188 dikembalikan kepada yang berhak.
7. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah) ;
Demikian diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan pada hari Rabu tanggal 3 Desember 2014 oleh kami : A. TH. PUDJI WAHONO, SH.Mhum, Ketua Pengadilan Tinggi Medan sebagai Ketua Majelis, SAUT H. PASARIBU, SH. Hakim Tinggi Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi Medan , Dr. MANGASA MANURUNG, SH MKn, ROSMALINA SITORUS, SH MH. SAZILI SH M Si masing-masing Hakim Tinggi Adhoc Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi Medan sebagai Hakim Anggota, berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Medan tanggal 30 Oktober 2014 Nomor : 351/PEN.PID.SUS-TPK/2014/PT-MDN, putusan tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Senin tanggal 15 Desember 2014 oleh Ketua Majelis dihadiri Anggota Majelis
Hal. 43 dari 43 Put. No. 45/PID.SUS.TPK/2014/PT.MDN serta dibantu oleh JOHORLAN DONGORAN,S.H., Panitera Pengganti pada Pengadilan Tinggi Medan, tanpa dihadiri oleh Penuntut Umum dan Terdakwa.