• Tidak ada hasil yang ditemukan

Guru memegang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran karena guru berperan sebagai agen transformasi ilmu pengetahuan maupun nilai-nilai moral kepada siswa. Untuk itu guru harus dapat mengembangkan model pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan karakteristik siswa dan materi. Hal tersebut tidak lepas dari kedudukan guru sebagai seorang profesional.

Menurut Hamalik (2004: 67) mengatakan bahwa ada beberapa syarat menjadi guru profesional, yaitu harus memiliki:

1. Bakat sebagai guru 2. Keahlian sebagai guru

3. Kepribadian yang baik dan terintegrasi 4. Mental yang sehat

5. Berbadan sehat

6. Pengalaman dan pengeahuan yang luas 7. Guru adalah manusia berjiwa pancasila 8. Guru adalah seorang warga negara yang baik

Berdasarkan keprofesionalan guru tersebut, menurut Hamalik ada beberapa yang menjadi tanggung jawab guru yaitu:

1. Guru harus menuntut siswanya belajar, maksudnya adalah guru harus merencanakan pembelajaran dan juga harus membimbing siswanya agar memperoleh keterampilan – keterampilan, pemahaman, perkembangan berbagai kemampuan, kebiasaan – kebiasaan yang baik, dan perkembangan sikap yang serasi.

2. Turut membina kurikulum sekolah, maksudnya adalah guru harus mengetahui tentang kebutuhan kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

3. Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak, dan jasmaniah). Dalam hal ini, guru mengembangkan watak dan kepribadian siswanya sehingga mereka memiliki kebiasaan, sikap, cita – cita, berpikir dan berbuat, berani dan bertanggung jawab, ramah dan mau bekerja sama, bertindak atas dasar nilai – nilai moral yang tinggi.

4. Memberikan bimbingan kepada siswa, agar siswa mampu mengenal dirinya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mampu menghadapi kenyataan dan memiliki stamina emosional yang baik.

5. Melakukan diagnosa atas kesulitan – kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar siswa. Oleh karena itu, guru bertanggung jawab menyesuaikan semua situasi belajar dengan minat, latar belakang, dan kematangan siswa dan dalam penilaiannya guru harus mampu menyusun tes objektif, menggunakannya secara inteligen, melakukan obervasi secara kritis serta melaksanakan usaha – usaha perbaikan (remedial), sehingga siswa mampu menghadapi masalah – masalah sendiri dan tercapainya perkembangan pribadi yang seimbang.

6. Menyelenggarakan penelitian, karena seorang guru bergerak dalam bidang ilmu kependidikan. Jadi seorang guru harus senantiasa memperbaiki cara bekerjanya. Tidak cukup melakukan sebagai rutinitas saja, melainkan juga harus berusaha menghimpun banyak data melalui penelitian yang kontinu dan intentsif.

7. Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif, hal ini dilakukan agar guru dapat memahami dengan baik tentang pola kehidupan, kebudayaan, minat, dan kebutuhan masyarakat sehingga guru dapat mengenal siswa dan menyesuaikan pelajarannya secara aktif karena perkembangan sikap, minat dan aspirasi anak sangat banyak dipengaruhi oleh masyarakat sekitarnya.

8. Menghayati, mengamalkan, dan mengamankan Pancasila, karena pancasila merupakan pandangan hidup bangsa yang mendasari semua sendi – sendi hidup dan kehidupan nasional, baik individu maupun masyarakat kecil sampai dengan kelompok sosial yang terbesar termasuk sekolah.

9. Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia, jadi guru harus mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang baik memiliki rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa. Para siswa juga perlu menyadari bahwa persahabatan antar bangsa sangat diperlukan guna memupuk perdamaian dunia.

10.Turut menyukseskan pembangunan. Jadi, dalam hal ini seorang guru harus membantu menciptakan siswa menjadi manusia seutuhnya. 11.Tanggung jawab meningkatkan peranan professional, karena tanpa

adanya kecakapan yang maksimal yang dimiliki oleh seorang guru maka kiranya sulit bagi guru mengembangkan dan melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik.

Posisi guru dalam pembelajaran di kelas tidak sekadar pengajar tetapi juga sebagai pendidik. Sebagai pengajar guru berkewajiban menyampaikan pemahaman ilmu pengetahuan kepada anak sesuai dengan bidangnya masing-masing. Adapun peran sebagai pendidik, guru harus mampu menanamkan nilai-nilai moral baik pada anak, sehingga anak dapat menghayati dengan benar serta mau melaksanakan dengan penuh kesadaran

Pengajaran ataupun pendidikan dapat tertanam secara baik pada diri siswa, bila guru yang bersangkutan mampu menyajikan secara menarik. Pengertian menarik disini, anak merasa nyaman menerima dan mudah memahami isi materi pelajaran yang disampaikan guru dalam proses belajar mengajar. Jangan berharap banyak anak akan mampu menyerap isi pembelajaran dengan baik, jika dalam pembelajaran sudah terselimuti rasa takut berlebihan pada guru yang mengajarnya. Penciptaan suasana yang menyenangkan anak, merupakan langkah awal guru dalam melaksanakan pembelajaran yang baik.

Slameto (2003: 32) mengatakan dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa. Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada: (1) mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi

pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang;

(2) memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai;

(3) membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri. Demikianlah, dalam proses balajar

mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa. Ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan.

Menurut Usman (2000: 4) pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu” Proses pembelajaran merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam pembelajaran yang satu sama lain saling berhubungan dalam sebuah rangkaian untuk mencapai tujuan.

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan salah satu kegiatan sentral dalam proses penyelenggaraan pendidikan. Tarigan (1997: 62) menyatakan bahwa pengertian Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dapat diperinci dan meliputi:

a. Proses penyusunan program pengajaran; menetapkan tujuan, bahan, metode dan media pengajaran.

b. Proses pelaksanaan program pengajaran; mengajar di kelas; praktek di laboratorium atau di kebun percobaan dan lain-lain.

c. Proses pengevaluasiaan program, baik perencanaan, pelaksanaannya serta prestasi belajar siswa.

Sebagai seorang profesional di bidang pendidikan, guru harus mempunyai kemampuan yang memadai untuk mengelola KBM. Kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar diantaranya dapat dilihat dari kemampuannya dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Menurut Rusman (2009: 355) ada beberapa hal yang menjadi kriteria dalam mengukur kemampuan guru merancang atau merencanakan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran. Kriteria perencanaan pembelajaran yang baik meliputi:

a) Tujuan pembelajaran yang mencakup Standar Kompetensi, indikator, dan ranah tujuan (komprehensif) harus sesuai kurikulum.

b) Bahan belajar harus sesuai dengan tujuan, disusun secara sistematis, sesuai kurikulum dan memberi bahan pengayaan.

c) Strategi/Metode pembelajaran, metode harus sesuai dengan tujuan, materi, penentuan langkah-langakah pebelajaran sesuai dengan metode, alokasi waktu sesuai dengan proporsi, metode berdasarkan kemampuan siswa, dan memberikan pengayaan.

d) Media pembelajaran disesuaikan dengan tujuan, materi, kondisi kelas, jenis evaluasi, kemampuan guru, serta kebutuhan dan perkembangan siswa.

e) Evaluasi mengacu pada tujuan, bentuk evaluasi, jenis evaluasi, alokasi waktu, dan kaidah evaluasi.

Menurut Pranata (2002: 12). dalam peristiwa pembelajaran terdapat siswa yang belajar (pebelajar) dan guru yang mengajar

(pembelajar). Peristiwa pembelajaran ini ada yang berorientasi kepada pebelajar, ada juga yang berpusat pada pembelajar. Aktivitas belajar pebelajar dan aktivitas mengajar pembelajar merupakan perilaku individual yang spesifik, masing-masing disebut gaya belajar dan gaya pengajaran, yang merupakan derivat gaya-gaya kepribadian individu yang bersangkutan.

Menurut Sudjana (1989:30) yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Metode mengajar yang digunakan guru hampir tidak ada yang sisa-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau dalam waktu yang relatif lama. Hasil yang dirasakan dalam waktu dekat dikatakan sebagai dampak langsung (Instructional effect) sedangkan hasil yang dirasakan dalam waktu yang reltif lama disebut dampak pengiring (nurturant effect) biasanya berkenaan dengan sikap dan nilai.

Menurut Pranata (2002: 15), yang dimaksud dengan gaya pengajaran ialah pola perilaku pengkondisian/pengaturan informasi dan lingkungan yang dilakukan oleh pembelajar untuk membelajarkan pebelajar. Dalam batasan tersebut istilah pengaturan menunjuk pada muatan strategi-strategi tertentu yang dilakukan oleh pembelajar sehingga memunculkan suatu bentuk pembelajaran tertentu pula. Pembelajar yang menggunakan strategi pengajaran dengan menggunakan langkah-langkah berurutan yang logis dan setia pada langkah-langkah yang telah ditetapkan secara hirarkis merupakan pembelajar yang memiliki gaya

pengajaran serialis. Sebaliknya, pembelajar yang menggunakan strategi pengajaran yang fleksibel dan kontekstual, tidak terikat oleh langkah-langkah hirarkis pentahapan pembelajaran merupakan pembelajar yang memiliki gaya pengajaran holistik. Selanjutnya, pembelajaran yang berorientasi pada proses dan hasil pembelajaran linear yang berbasiskan pada pemerolehan jawaban tunggal merupakan gaya pengajaran konvergen; sebaliknya yang berorientasi pada kemampuan pebelajar untuk menghasilkan jawaban-jawaban alternatif merupakan gaya pengajaran divergen. Pada dasarnya, jenis-jenis gaya pengajaran memiliki pola gaya yang sama dengan jenis-jenis gaya belajar.

Proses pelaksanaan pembelajaran diharapkan dapat berjalan dengan baik. Untuk mengetahui hal tersebut ada kriteria tertentu yang dapat digunakan. Menurut Rusman (2009:356) kriteria melaksanakan pembelajaran yang baik meliputi hal-hal sebagai berikut:

a) Kemampuan membuka pembelajaran sebaiknya menarik perhatian siswa, memberi motivasi awal, memberi apersepsi, menyampaikan tujuan, memberi acuan bahan belajar yang akan diberikan.

b) Sikap guru dalam proses pembelajaran seharusnya jelas artikulasi suara, variasi gerakan badan tidak mengganggu perhatian siswa, antusiasme dalam penampilan, mobilitas posisi mengajar.

c) Penguasaan bahan belajar harus sesuai dengan langkah-langkah dalam RPP, jelas dalam menyampaikan bahan belajar, jelas dalam memberikan contoh, memiliki wawasan yang luas dalam penyampaian bahan belajar.

d) Proses Pembelajaran (KBM) mencakup kesesuaian metode dengan bahan belajar, penyajian bahan belajar sesuai dengan tujuan/indikator yang telah ditetapkan, terampil dalam menanggapi dan merespon pertanyaan siswa, serta ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu yang disediakan.

e) Kemampuan menggunakan media pembelajaran diantaranya: memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan media, kesesuaian media dengan materi, terampil dalam penggunaan media, meningkatkan perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran.

f) Evaluasi pembelajaran yang baik memiliki kriteria penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan, menggunakan bentuk dan jenis ragam penilaian, sesuai RPP.

g) Kemampuan menutup pembelajaran meliputi: meninjau kembali materi yang telah diberikan, memberi kesempatan bertanya dan menjawab pertanyaan, memberi kesimpulan pembelajaran.

h) Tindak lanjut/ follow up sebaiknya mampu memberi tugas individu maupun kelompok, memberi informasi materi yang akan datang, memotivasi siwa untuk selalu rajin belajar.

Dalam proses pembelajaran, seorang guru dapat menerapkan berbagai macam metode. Menurut Djamarah (2000:194), macam-macam metode pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Metode ceramah

Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisonal. Karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.

b. Metode proyek

Metode proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari sebagai bahan pelajarannya. Bertujuan agar anak didik tertarik untuk belajar.

c. Metode eksperimen

Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini anak didik diharapkan sepenuhnya terlibat merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata. d. Metode Pemberian tugas dan Resitasi

Pemberian tugas dengan arti guru menyuruh anak didik misalnya membaca, tetapi dengan menambahkan tugas-tugas seperti mencari dan membaca buku-buku lain sebagai perbandingan, atau disuruh

mengamati orang/ masyarakatnya setelah membaca buku itu. Dengan demikian, pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus anak didik selesaikan tanpa terikat dengan tempat.

e. Metode diskusi

Diskusi adalah memberikan alternatif jawaban untuk membantu memecahkan berbagai problem kehidupan. Dengan catatan persoalan yang akan didiskusikan harus dikuasai secara mendalam.

f. Metode latihan

Metode latihan (driil) disebut juga metode training, yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.

Berkaitan dengan berbagai metode pembelajaran tersebut di atas, guru dapat memilih dan menerapkan metode yang dianggap paling tepat, sesuai dengan materi yang diberikan ke siswa. Penerapan metode yang bervariasi secara umum lebih baik karena setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Selain itu, jika guru hanya menerapkan salah satu metode, maka proses pembelajaran akan menjadi monoton dan kurang menarik sehingga suasana pembelajaran yang menyenangkan sulit untuk diwujudkan.

Menurut Sumiati (2007: 74) Gaya mengajar yang dimiliki oleh seorang guru mencerminkan pada cara melaksanakan pembelajaran, sesuai dengan pandagannya sendiri. Di samping itu, landasan psikologis, terutama teori belajar mengajar yang dipegang serta kurikulum yang dilaksanakan juga turut mewarnai gaya mengajar guru yang bersangkutan.

Menurut Sumiati (2007: 75 – 77) gaya mengajar dibedakan menjadi 4 (empat) macam, yaitu klasik, teknologis, personalisasi dan interaksionalis. Masing-masing gaya mengajar tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

Dokumen terkait