• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Silabus - HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN SILABUS DENGAN GAYA MENGAJAR SERTA DAMPAKNYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MEMBACA CEPAT (Studi pada Kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Adipala Tahun Aja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Silabus - HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN SILABUS DENGAN GAYA MENGAJAR SERTA DAMPAKNYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MEMBACA CEPAT (Studi pada Kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Adipala Tahun Aja"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Silabus

Silabus adalah suatu rencana yang mengatur kegiatan pembelajaran dan pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar dari suatu mata pelajaran. Silabus ini merupakan bagian dari kurikulum sebagai penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar. Dengan demikian pengembangan silabus ini minimal harus mampu menjawab pertanyaan sebagai berikut: kompetensi apakah yang harus dimiliki oleh peserta didik, bagaimana cara membentuk kompetensi tersebut, dan bagaimana cara mengetahui bahwa peserta didik telah memiliki kompetensi itu. (BNSP, 2007: 2 )

Menurut Aisah (2011: 3) silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok,/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Selain itu silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya berisikan Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), Materi

(2)

Pokok/Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator, Penilaian, Alokasi Waktu, dan Sumber Belajar. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut.

1. Kompetensi apa saja yang harus dicapai peserta didik sesuai dengan yang dirumuskan oleh Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar).

2. Materi Pokok/Pembelajaran apa saja yang perlu dibahas dan dipelajari peserta didik untuk mencapai Standar Isi.

3. Kegiatan Pembelajaran apa yang seharusnya diskenariokan oleh guru sehingga peserta didik mampu berinteraksi dengan sumber-sumber belajar.

4. Indikator apa saja yang harus dirumuskan untuk mengetahui ketercapaian KD dan SK.

5. Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi berdasarkan Indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan dinilai.

6. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Standar Isi tertentu.

7. Sumber Belajar apa yang dapat diberdayakan untuk mencapai Standar Isi tertentu.

Silabus merupakan produk utama dari pengembangan kurikulum sebagai suatu rencana tertulis pada suatu satuan pendidikan yang harus memiliki keterkaitan dengan produk pengembangan kurikulum lainnya,

(3)

yaitu proses pembelajaran. Silabus dapat dikatakan sebagai kurikulum ideal (ideal/potential curriculum), sedangkan proses pembelajaran merupakan kurikulum actual (actual/real curriculum). Silabus juga merupakan hasil atau produk pengembangan disain pembelajaran, seperti Pola Dasar Kegiatan Belajar Mengajar (PDKBM) dan Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP). Dalam silabus tersebut memuat komponen-komponen minimal dari kurikulum satuan pendidikan. Untuk mengadakan pengkajian terhadap kurikulum yang sedang dilaksanakan pada suatu satuan pendidikan, bisa dilakukan melalui penelaahan silabus yang telah dikembangkan dan diberlakukan. Dari pengkajian terhadap silabus bisa memberikan berbagai informasi, di antaranya dapat dilihat apakah kurikulum sebagai suatu teori telah diterjemahkan dengan baik. Melalui silabus dapat ditelaah standar kompetensi dan kompetensi yang akan dicapai, materi yang akan dikembangkan, proses yang diharapkan terjadi, serta bagaimana cara mengukur keberhasilan belajar. Dari silabus juga akan tampak apakah hubungan antara satu komponen dengan komponen lainnya harmonis atau tidak. Karena itu kedudukan silabus dalam telaah kurikulum tingkat satuan pendidikan sangatlah penting.

Silabus merupakan salah satu tahapan dalam pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan, khususnya untuk menjawab “apa yang harus dipelajari?”, juga merupakan penjabaran lebih lanjut tentang pokok-pokok program dalam satu mata pelajaran yang diturunkan dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan ke dalam

(4)

rincian kegiatan dan strategi pembelajaran, kegiatan dan strategi penilaian, dan pengalokasian waktu. Silabus pada dasarnya merupakan program yang bersifat makro yang harus dijabarkan lagi ke dalam program-program pembelajaran yang lebih rinci, yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Silabus merupakan program yang dilaksanakan untuk jangka waktu yang cukup panjang (satu semester), menjadi acuan dalam mengembangkan RPP yang merupakan program untuk jangka waktu yang lebih singkat. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

Keberadaan silabus terkait erat dengan tugas guru dalam merencanakan atau merancang pembelajaran. Menurut Rusman (2009: 340) mengatakan bahwa tahap merancang kegiatan pembelajaran adalah tahap yang akan berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan guru dalam hal ini dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Merancang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah membuat perencanaan pembelajaran. Perencanaan proses pembelajaran meliputi

(5)

silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar (BSNP, 2007: 1). Berikut ini penjelasan mengenai proses perencanaan pembelajaran tersebut yang meliputi:

1) Silabus

Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/ kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK, serta departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK (BNSP, 2007: 2 ).

(6)

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Komponen RPP adalah: identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator pencapaian, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, alokasi waktu, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

3) Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran tersebut meliputi: persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran, beban kerja minimal guru, buku teks pelajaran, pengelolaan kelas, pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini, keterampilan mengajar guru akan diuji (BSNP, 2007: 4).

(7)

Rusman (2009:341) mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, serta penggunaan metode dan strategi pembelajaran. Semua itu merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang dalam pelaksanaannya menuntut kemampuan guru secara optimal.

Pengelolaan kelas adalah kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan. Pengelolaan kelas dalam pelaksanaan pembelajaran difokuskan pada pengaturan ruang atau setting tempat duduk ssiswa yang dilakukan secara bergantian. Tujuannya adalah memberikan kesempatan belajar secara merata kepada siswa.

Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya menggunakan media yang sudah tersedia seperti media cetak, media audio, dan media audio visual. Namun, kemampuan guru di sini lebih ditekankan pada penggunaan objek nyata yang ada di sekitar sekolahnya.

Penggunaan media pembelajaran memiliki manfaat yang sangat penting dalam pembelajaran. Menurut Rahadi (2003:27) bahwa dengan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.

(8)

Dalam penggunaan metode pembelajaran guru diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan. R. Ibrahim dan Nana S. Sukmadinata (dalam Rusman, 2009: 4) mengatakan bahwa setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan dari berbagai sudut, namunyang penting bagi guru metode manapun yang digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai.

Karena siswa memiliki ketertarikan yang sangat heterogen, idealnya seorang guru harus menggunakan multimetode, yaitu memvariasikan penggunaan metode pembelajaran di dalam kelas, seperti metode ceramah yang dipadukan dengan tanya jawab, dan penugasan atau metode diskusi dengan pemberian tugas, dan seterusnya, Hal ini dilakukan untuk memjembatani kebutuhan siswa dan menghindari terjadinya kejenuhan yang dialami siswa.

4) Penilaian Hasil Pembelajaran

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat evaluasi, pengolahan dan penggunaan hasil evaluasi (Rusman, 2009: 342).

(9)

Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.

Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran. (BSNP, 2007: 3).

Indikasi kemampuan guru dalam penyusunan alat-alat tes ini dapat digambarkan dari frekuensi penggunaan alat-alat tes secara variatif karena alat-alat tes yang telah disusun pada dasarnya akan digunakan sebagai alat penilaian hasil belajar. Pengolahan dan penggunaan hasil belajar dalam pelaksanaannya sangat berkaitan erat. Pengolahan hasil belajar yang baik akan tercermin pada penggunaan hasil belajar yang diaplikasikan ke dalam berbagai kegiatan pengembangan pembelajaran.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan hasil belajar, yaitu:

(10)

a) jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran tidak dipahami oleh sebagian kecil siswa, guru tidak perlu memperbaiki program pembelajaran, melainkan cukup memberikan kegiatan remedial bagi siswa yang bersangkutan;

b) jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran tidak dipahami oleh sebagian siswa, maka diperlukan perbaikan dengan bagian-bagian yang sulit dipahami.

Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/ kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK, serta departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK (BNSP, 2007: 2 ).

(11)

Silabus akan sangat bermanfaat sebagai pedoman bagi pengajar karena berisi petunjuk secara keseluruhan mengenai tujuan dan ruang lingkup materi yang harus dipelajari oleh peserta didik. Selain itu, juga menerangkan tentang kegiatan belajar mengajar, media, dan evaluasi yang harus digunakan dalam proses pembelajaran kepada peserta didik. Dengan berpedoman pada silabus diharapkan pengajar akan dapat mengajar lebih baik, tanpa khawatir akan keluar dari tujuan, ruang lingkup materi, strategi belajar mengajar, atau keluar dari sistem evaluasi yang seharusnya.

Menurut para ahli pembuat kurikulum, terdapat banyak macam komponen silabus yang tersusun dalam suatu matrik silabus. Hal inilah yang harus dicermati dan dipilih oleh suatu institusi dalam mengelompokkan komponen-komponen tersebut.

Setiap institusi berdasarkan kriteria atau standar yang diacu dapat menentukan sendiri komponen apa yang dipilih dan disusun pada matrik dalam menyusun silabus suatu mata pelajaran. Pada prinsipnya semakin rinci silabus akan semakin memudahkan pengajar dalam menjabarkannya ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun komponen silabus terdiri dari

a. Identitas Mata pelajaran

Identitas mata pelajaran dapat meliputi: nama mata pelajaran, kode mata pelajaran, semester.

(12)

b. Standar Kompetensi (SK)

Standar Kompetensi adalah seperangkat kompetensi yang dibakukan sebagai hasil belajar materi pokok tertentu dalam satuan Pendidikan, merupakan kompetensi bidang pengembangan dan materi pokok per satuan pendidikan per satu kelas yang harus dicapai peserta didik selama satu semester.

c. Kompetensi Dasar (KD)

Kompetensi Dasar adalah rincian kompetensi dalam setiap aspek materi pokok yang harus dilatihkan kepada peserta didik sehingga kompetensi dapat diukur dan diamati. Kompetensi Dasar sebaiknya selalu dilakukan perbaikan dan pengayaan guna memenuhi keinginan pasar.

d. Indikator

Indikator merupakan wujud dari KD yang lebih spesifik, yang merupakan cerminan dari kemampuan peserta didik dalam suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar yang telah dilalui. Bila serangkaian indikator dalam suatu kompetensi dasar sudah dapat dicapai peserta didik, berarti target KD tersebut sudah terpenuhi.

e. Pengalaman belajar

Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan oleh peserta didik dalam berinteraksi dengan bahan ajar. Pengalaman belajar dikembangkan untuk mencapai KD melalui

(13)

strategi pembelajaran. Dengan melakukan pengalaman belajar yang tepat mahasiswa diharapkan dapat mencapai dan mempunyai kemampuan kognitif, psikomorik, dan afektif yang sekaligus telah mengintegrasikan kecakapan hidup (life skill). Oleh karenanya yang membedakan antara perguruan tinggi satu dengan yang lain tercermin pada perbedaan pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa.

f. Materi pokok

Bagian struktur keilmuan suatu bahan kajian yang dapat berupa pengertian, konsep, gugus isi atau konteks, proses, bidang ajar, dan keterampilan.

g. Waktu

Merupakan lama waktu dalam menit yang dibutuhkan peserta didik mampu menguasi KD yang telah ditetapkan.

h. Sumber pustaka

Sumber pustaka adalah kumpulan dari referensi yang dirujuk atau yang dianjurkan, sebagai sumber informasi yang harus dikuasai oleh peserta didik.

i. Penilaian

Penilaian ini berarti serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan informasi; dan kemudian menggunakan informasi tersebut untuk pengambilan keputusan.

Dengan memperhatikan beberapa pengertian di atas, pada dasarnya silabus merupakan acuan utama dalam suatu kegiatan

(14)

pembelajaran. Jadi silabus sangat bermanfaat untuk mendukung kelancaran dan keberhasilan proses pembelajaran. Menurut Aishah (2011 : 4), beberapa manfaat dari silabus di antaranya adalah:

1. Sebagai pedoman/acuan bagi pengembangan pembelajaran lebih lanjut, yaitu dalam penyusunan RPP, pengelolaan kegiatan pembelajaran, penyediaan sumber belajar, dan pengembangan sistem penilaian.

2. Memberikan gambaran mengenai pokok-pokok program yang akan dicapai dalam suatu mata pelajaran.

3. Sebagai ukuran dalam melakukan penilaian keberhasilan suatu program pembelajaran.

4. Dokumentasi tertulis (witten document) sebagai akuntabilitas suatu program pembelajaran.

Dalam pengembangan silabus perlu dipertimbangkan beberapa prinsip. Prinsip tersebut merupakan kaidah yang akan menjiwai pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Terdapat beberapa prinsip yang harus dijadikan dasar dalam pengembangan silabus ini, yaitu: ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, memadai/adequate, aktual/kontekstual, fleksibel, dan menyeluruh. Penjelasan dari prinsip-prinsip tersebut yaitu:

1. Ilmiah, maksudnya bahwa keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Mengingat silabus

(15)

berisikan garis-garis besar isi/materi pembelajaran yang akan dipelajari siswa, maka materi/isi pembelajaran tersebut harus memenuhi kebenaran ilmiah. Untuk itu, dalam penyusunan silabus disarankan melibatkan ahli bidang keilmuan masing-masing mata pelajaran agar materi pembelajaran tersebut memiliki validitas yang tinggi.

2. Relevan, maksudnya bahwa cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus harus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.

3. Sistematis, maksudnya bahwa komponen-komponen dalam silabus harus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. Silabus pada dasarnya merupakan suatu sistem, oleh karena itu dalam penyusunannya harus dilakukan secara sistematis.

4. Konsisten, maksudnya bahwa dalam silabus harus nampak hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.

5. Memadai, maksudnya bahwa cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup memadai untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar yang pada akhirnya mencapai standar kompetensi.

(16)

6. Aktual dan Kontekstual, maksudnya bahwa cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

7. Fleksibel, maksudnya bahwa keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.

8. Menyeluruh, maksudnya bahwa komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).

2. Kemampuan Guru

a. Pengertian Kemampuan

Croff (dalam Moenir, 2001:76) berpendapat bahwa kemampuan pada hakekatnya menunjukan kecakapan seperti yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Kemudian Gibson (1996:237) mengemukakan bahwa kemampuan menunjuk pada potensi seseorang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan. Kemampuan berhubungan dengan kemampuan fisik dan mental seseorang untuk melaksanakan pekerjaan. Kemampuan ini akan tercermin dari sikap yang ditunjukkan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Pendapat lain mengenai kemampuan dikemukakan oleh Thoha (2001:93) yang menyatakan bahwa kemampuan merupakan

(17)

salah satu unsur dalam kematangan berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari pendidikan, latihan, dan pengalaman. Dengan demikian kemampuan pada masing-masing orang bisa berbeda-beda sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya. Perbedaan kemampuan itu ada yang karena bawaan sejak lahir ditakdirkan tidak sama antar kemampuan yang dimiliki seseorang. Ada juga yang beranggapan bukan disebabkan sejak lahir, melainkan karena perbedaan menyerap informasi yang ada, bahkan ada yang menganggap perbedaan itu karena perpaduan antara keduanya.

Dari pengertian tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa kemampuan (ability) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktik dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya.

b. Pengertian Kemampuan Guru

Guru memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran karena guru berperan sebagai agen transformasi dan fasilitasi ilmu pengetahuan maupun nilai-nilai moral kepada siswa. Paradigma guru sebagai knowledge transformator telah bergeser menjadi knowledge fasilitator. Konsekuensi perubahan paradigma tersebut, maka guru harus selalu memperkaya kemampuan

(18)

pengetahuan dan meningkatkan kemampuan ketrampilannya terutama dalam metode, strategi dan pemanfaatan media pembelajaran.

Menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, pengertian guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Kemampuan guru atau yang sering disebut kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 14 Tahun 2005 yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Guru sebagai pendidik harus memiliki kualifikasi akademis dan kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Dengan demikian, kompetensi

(19)

guru ada empat macam meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan pengelolaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Secara substansif kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian ini merupakan kompetensi dasar yang dimiliki oleh setiap guru antara guru yang satu dengan yang lain berbeda.

Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum, mata pelajaran di sekolah, dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru. Keterampilan profesional salah satunya dapat terlihat pada kemampuan guru saat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas.

(20)

Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Sikap luwes dan fleksibel seorang guru terhadap siswa dan teman sejawat merupakan salah satu cermin kompetensi sosial.

Peters mengemukakan ada tiga tugas dan tanggungjawab guru, yakni: (a) guru sebagai pengajar, (b) guru sebagai pembimbing, (c) guru sebagai administrator kelas. Ketiga tugas guru tersebut merupakan tugas pokok profesi guru. Sementara Peters Amstrong membagi tugas dan tanggung jawab guru menjadi lima kategori, yakni: (a) tanggung jawab ajaran, (b) tanggung jawab dalam memberikan bimbingan, (c) tanggung jawab dalam mengembangkan kurikulum, (d) tanggungjawab dalam mengembangkan profesi, dan (e) tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat (Sudjana, 2009: 42).

Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan ketrampilan teknis pengajar, di samping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkannya. Guru sebagai pembimbing memberikan tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan

(21)

masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa. Sedangkan tugas sebagai administrator kelas pada hakikatnya merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya. Namun demikian, ketatalaksanaan bidang pengajaran lebih menonjol dan lebih diutamakan bagi profesi guru. (Sudjana, 2009: 44)

Perbedaan pokok antara profesi guru dengan lainnya terletak dalam tugas dan tanggungjawabnya. Tugas dan tanggungjawab tersebut erat kaitannya dengan kemampuan yang disaratkan untuk memangku profesi tersebut. Kemampuan dasar tersebut tidak lain ialah kompetensi guru. Cooper mengemukakan empat kompetensi guru, yakni;

a. mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia;

b. mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya;

c. mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan bidang studi yang dibinanya;

d. mempunyai keterampilan teknik mengajar.

(22)

Pendapat yang hampir serupa dikemukakan oleh Grasser. Menurut Glasser ada empat hal yang harus dikuasai guru, yakni; (a) menguasai bahan pelajaran, (b) kemampuan mendiagnosa tingkah laku siswa, (c) kemampuan melaksanakan proses pengajaran, dan (d) kemampuan mengukur hasil belajar siswa. Bertolak dari pendapat di atas, maka kompetensi guru dapat dibagi menjadi tiga bidang, yakni; a. kompetensi bidang kognitif, artinya kemampuan intelektual,

seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang kemasyarakatan serta pengetahuan umum lainnya;

b. kompetensi bidang sikap, artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalnya sikap menghargai pekerjaannya, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesama teman profesinya, memiliki kemampuan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya;

c. kompetensi perilaku/performance, artinya kemampuan guru dalam berbagai keterampilan/berperilaku, seperti keterampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu

(23)

pengajaran, bergaul atau berkomunikasi dengan siswa, keterampilan menumbuhkan semangat belajar siswa, keterampilan menyusun persiapan/ perencanaan mengajar, keterampilan melaksanakan administrasi kelas, dan lain-lain. Perbedaan dengan kompetensi kognitif terletak dalam sifatnya. Kalau kompetensi kognitif berkenaan dengan aspek teori atau pengetahuannya, pada kompetensi perilaku yaang diutamakan adalah praktek/keterampilan melaksanakan.

Ketiga bidang kompetensi di atas tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. George J. Mouly mengatakan bahwa ketiga bidang tersebut (kognitif, sikap dan perilaku) mempunyai hubungan hierarkhis. Artinya saling mendasari satu sama lain. Kompetensi yang satu mendasari kompetensi yang lain (Sudjana, 2009:18). Hal tersebut sejalan dengan kurikulum saat ini, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum berbasis kompetensi. Menurut Yamin (2009: 75) kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan siswa yang mencakup tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pembelajaran yang berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang memiliki standar, standar yang dimaksud adalah acuan bagi guru tentang kemampuan yang menjadi focus pembelajaran dan penilaian. Jadi, proses pembelajaran yang

(24)

dilakukan dengan pendekatan berbasis kompetensi adalah proses pendeteksian kemampuan dasar siswa untuk memudahkan terciptanya suatu tujuan secara teoritis dan praktis.

Menurut Cosalabu (2010: 5) ada beberapa peran dan tugas guru dalam proses pembelajaran dapat diuraikan di bawah ini.

1. Guru sebagai sumber belajar

Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Dikatakan guru yang baik manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga ia benar – benar berperan sebagai sumber belajar bagi peserta didik. Apapun yang ditanyakan siswa berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang diajarkannya, ia akan bisa menjawab dengan penuh keyakinan. Ketidakpahaman guru tentang materi pelajaran biasanya ditunjukkan oleh perilaku – perilaku tertentu, misalnya teknis penyampaian materi yang monoton, ia lebih sering duduk dikursi sambil membaca, suaranya lemah, tidak berani kontak mata dengan siswa, miskin dengan ilustrasi, dll. Perilaku yang demikian dapat menyebabkan hilangnya kepercayaa pada diri siswa, sehingga guru akan sulit mengendalikan kelas.

Sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran hendaknya guru melakukan tiga hal yaitu;

a. Guru memiliki bahan referensi yang lebih banyak daripada siswa. Hal ini untuk menjaga agar guru memiliki pemahaman

(25)

yang lebih baik tentang materi yang akan dikaji bersama siswa, karena dalam perkembangan teknologis informasi yang sangat cepat bisa terjadi siswa lebih “pintar” dibandingkan guru dalam hal penguasaan informasi.

b. Guru dapat menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa.

c. Guru perlu melakukan pemetaan tentang materi pelajaran, misalnya dengan menentukan materi inti (core) yang wajib dipelajari oleh siswa, mana materi tambahan. Melalui pemetaan semacam ini akan memudahkan bagi guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai sumber belajar.

2. Guru sebagai pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.

Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran disekolah dan kehidupan bermasyarakat. Berkaitan dengan wibawa, guru harus mampu mengambil keputusan secara mandiri (independent), terutama dalam berbagai hal yang

(26)

berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan. Sedangkan disiplin, guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten atas dasar kesadaran professional, karena mereka bertugas untuk mendisiplinkan peserta didik di sekolah, terutama dalam pembelajaran.

3. Guru sebagai pembelajar

Sekarang ini, perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang bertugas menyampaikan materi pelajaran menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar karena, peserta didik bisa belajar dari berbagai sumber yaitu; radio, telivisi, berbagai macam film pembelajaran bahkan program internet atau e–learning.

4. Guru sebagai pembimbing

Guru diharapkan sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Jadi, sebagai pembimbing guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan perjalanan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama dengan peserta didik, tetapi guru memberikan pengaruh dalam aspek setiap perjalanan yang direncanakan dan

(27)

dilaksanakan. Istilah perjalanan merupakan suatu proses belajar, baik dalam kelas maupun diluar kelas.

5. Guru sebagai pelatih

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih, karena tanpa latihan pesert didik tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar. Oleh karena itu, guru harus berperan sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing–masing. Pelatihan yang dilakukan harus juga memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan lingkungan.

6. Guru sebagai penasehat

Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat. Agar guru menyadari perannya sebagai penasehat secara lebih mendalam makaa ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental. Pendekatan psikologis dan kesehatan mental akan banyak menolong guru dalam menjalankan perannya sebagai penasehat, yang telah banyak dikenal bahwa ia banyak membantu peserta didik untuk dapat membuat keputusan sendiri.

(28)

7. Guru sebagai agen pembaharu (inovator)

Inovasi pendidikan dilakukan guna memecahkan masalah yang dihadapi, agar dapat memperbaiki mutu pendidikan secara efektif dan efisien. Salah satu bentuk peran serta yang dapat dilakukan guru terhadap inovasi adalah sebagai agen pembaharuan. Oleh karena itu, guru harus mampu menerjemahkan pengalaman yang telah lalu kedalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain maka guru menjadi jembatan jurangn tersebut bagi peserta didik, jika tidak maka hal ini dapat mengambil bagian dalam proses belajar yang berakibat tidak menggunakan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.

8. Guru sebagai model dan teladan

Guru merupakan model dan teladan bagi peserta didik. Oleh karena itu, pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya. Ada beberapa hal yang mendapat perhatian guru dalam perannya sebagai model dan teladan yaitu; penggunaan gaya bahasa guru dalam berbicara, gaya kebiasaan guru bekerja, sikap guru melalui pengalaman dan kesalahan yang dilakukan, pakaian yang menampakkan ekspresi seluruh kepribadian,

(29)

hubungan kemanusiaan (dalam hal pergaulan, intelektual moral, terutama bagaimana berperilaku), proses berpikir dalam hal menghadapi dan memecahkan masalah, dalam hal pengambilan keputusan, kesehatan (semangat, sikap tenang, antusias, dll).

Uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa tugas dan peranan guru sangat beragam dan kompleks, sehingga sesungguhnya tidak mudah untuk menjadi seorang guru. Hal tersebut menuntut guru untuk senantiasa terus meningkatkan profesionalisme dan kinerjanya dari waktu ke waktu.

Kompetensi guru dalam penelitian ini lebih mengarah pada kompetensi pedagogik karena variabel yang dikaji dalam penelitian ini diantaranya adalah kemampuan menyusun silabus dan gaya mengajar. Menurut Kemendiknas (2010: 12), berkaitan dengan kegiatan Penilaian Kinerja Guru terdapat 7 (tujuh) aspek dan 45 (empat puluh lima) indikator yang berkenaan penguasaan kompetensi pedagogik. Berikut ini disajikan ketujuh aspek kompetensi pedagogik beserta indikatornya:

1. Menguasai karakteristik peserta didik.

Guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran. Karakteristik ini terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya, yaitu:

(30)

a. Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di kelasnya,

b. Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran,

c. Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda,

d. Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya,

e. Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan peserta didik,

f. Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak termarjinalkan (tersisihkan, diolok‐olok, minder, dsb).

2. Menguasasi teori belajar dan prinsip‐prinsip pembelajaran yang mendidik.

Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar kompetensi guru. Guru mampu menyesuaikan

(31)

metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan memotivasi mereka untuk belajar, yaitu:

a. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi,

b. Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut,

c. Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait keberhasilan pembelajaran,

d. Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan belajar peserta didik,

e. Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik,

f. Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami materi pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.

(32)

3. Pengembangan kurikulum.

Guru mampu menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih, menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, yaitu:

a. Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum, b. Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan

silabus untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan,

c. Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan tujuan pembelajaran,

d. Guru memilih materi pembelajaran yang: (1) sesuai dengan tujuan pembelajaran, (2) tepat dan mutakhir, (3) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik, (4) dapat dilaksanakan di kelas dan (5) sesuai dengan konteks kehidupan sehari‐hari peserta didik.

2. Kegiatan pembelajaran yang mendidik.

Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Guru mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru mampu menyusun dan menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar

(33)

sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran:

a. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya,

b. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji sehingga membuat peserta didik merasa tertekan, c. Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi

tambahan) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik,

d. Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai tahapan proses pembelajaran, bukan semata‐mata

kesalahan yang harus dikoreksi. Misalnya: dengan mengetahui terlebih dahulu peserta didik lain yang setuju/tidak setuju dengan jawaban tersebut, sebelum memberikan penjelasan tentang jawaban yamg benar,

e. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan mengkaitkannya dengan konteks kehidupan sehari‐hari peserta didik,

(34)

f. Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian peserta didik,

g. Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk dengan kegiatannya sendiri agar semua waktu peserta dapat termanfaatkan secara produktif,

h. Guru mampu audio‐visual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menyesuaikan aktivitas pembelajaran yang dirancang dengan kondisi kelas,

i. Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain,

j. Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis untuk membantu proses belajar peserta didik. Sebagaicontoh: guru menambah informasi baru setelah mengevaluasi pemahaman peserta didik terhadap materi sebelumnya, dan

k. Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio‐visual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar pesertadidik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

(35)

3. Pengembangan potensi peserta didik.

Guru mampu menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui program pembelajaran yang mendukung siswa mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka, yaitu:

a. Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk penilaian terhadap setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat kemajuan masing‐masing.

b. Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan pola belajar masing‐masing.

c. Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk memunculkan daya kreativitas dan kemampuan berfikir kritis peserta didik.

d. Guru secara aktif membantu peserta didik dalam proses pembelajaran dengan memberikan perhatian kepada setiap individu.

e. Guru dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat, minat, potensi, dan kesulitan belajar masing-masing peserta didik.

(36)

f. Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik sesuai dengan cara belajarnya masing-masing.

g. Guru memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta didik dan mendorongnya untuk memahami dan menggunakan informasi yang disampaikan.

4. Komunikasi dengan peserta didik.

Guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru mampu memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada komentar atau pertanyaan peserta didik:

a. Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan pengetahuan mereka.

b. Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan tanggapan peserta didik, tanpamenginterupsi, kecuali jika diperlukan untuk membantu atau mengklarifikasi pertanyaan/tanggapan tersebut.

c. Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa mempermalukannya.

d. Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerja sama yang baik antarpeserta didik.

(37)

e. Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban peserta didik baik yang benar maupun yang dianggap salah untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik.

f. Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik dan meresponnya secara lengkap danrelevan untuk menghilangkan kebingungan pada peserta didik.

5. Penilaian dan Evaluasi.

Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. Guru mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam proses pembelajarannya, yaitu:

a. Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam RPP.

b. Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian, selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah, dan mengumumkan hasil serta implikasinya kepada peserta didik, tentang tingkat pemahaman terhadap materi pembelajaran yang telah dan akan dipelajari.

(38)

c. Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing-masing peserta didik untuk keperluan remedial dan pengayaan.

d. Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan merefleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya, dan dapat membuktikannya melalui catatan, jurnal pembelajaran, rancangan pembelajaran, materi tambahan, dan sebagainya.

e. Guru memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.

3. Gaya Mengajar

Guru memegang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran karena guru berperan sebagai agen transformasi ilmu pengetahuan maupun nilai-nilai moral kepada siswa. Untuk itu guru harus dapat mengembangkan model pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan karakteristik siswa dan materi. Hal tersebut tidak lepas dari kedudukan guru sebagai seorang profesional.

Menurut Hamalik (2004: 67) mengatakan bahwa ada beberapa syarat menjadi guru profesional, yaitu harus memiliki:

1. Bakat sebagai guru 2. Keahlian sebagai guru

(39)

3. Kepribadian yang baik dan terintegrasi 4. Mental yang sehat

5. Berbadan sehat

6. Pengalaman dan pengeahuan yang luas 7. Guru adalah manusia berjiwa pancasila 8. Guru adalah seorang warga negara yang baik

Berdasarkan keprofesionalan guru tersebut, menurut Hamalik ada beberapa yang menjadi tanggung jawab guru yaitu:

1. Guru harus menuntut siswanya belajar, maksudnya adalah guru harus merencanakan pembelajaran dan juga harus membimbing siswanya agar memperoleh keterampilan – keterampilan, pemahaman, perkembangan berbagai kemampuan, kebiasaan – kebiasaan yang baik, dan perkembangan sikap yang serasi.

2. Turut membina kurikulum sekolah, maksudnya adalah guru harus mengetahui tentang kebutuhan kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

3. Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak, dan jasmaniah). Dalam hal ini, guru mengembangkan watak dan kepribadian siswanya sehingga mereka memiliki kebiasaan, sikap, cita – cita, berpikir dan berbuat, berani dan bertanggung jawab, ramah dan mau bekerja sama, bertindak atas dasar nilai – nilai moral yang tinggi.

(40)

4. Memberikan bimbingan kepada siswa, agar siswa mampu mengenal dirinya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mampu menghadapi kenyataan dan memiliki stamina emosional yang baik.

5. Melakukan diagnosa atas kesulitan – kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar siswa. Oleh karena itu, guru bertanggung jawab menyesuaikan semua situasi belajar dengan minat, latar belakang, dan kematangan siswa dan dalam penilaiannya guru harus mampu menyusun tes objektif, menggunakannya secara inteligen, melakukan obervasi secara kritis serta melaksanakan usaha – usaha perbaikan (remedial), sehingga siswa mampu menghadapi masalah – masalah sendiri dan tercapainya perkembangan pribadi yang seimbang.

6. Menyelenggarakan penelitian, karena seorang guru bergerak dalam bidang ilmu kependidikan. Jadi seorang guru harus senantiasa memperbaiki cara bekerjanya. Tidak cukup melakukan sebagai rutinitas saja, melainkan juga harus berusaha menghimpun banyak data melalui penelitian yang kontinu dan intentsif.

7. Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif, hal ini dilakukan agar guru dapat memahami dengan baik tentang pola kehidupan, kebudayaan, minat, dan kebutuhan masyarakat sehingga guru dapat mengenal siswa dan menyesuaikan pelajarannya secara aktif karena perkembangan sikap, minat dan aspirasi anak sangat banyak dipengaruhi oleh masyarakat sekitarnya.

(41)

8. Menghayati, mengamalkan, dan mengamankan Pancasila, karena pancasila merupakan pandangan hidup bangsa yang mendasari semua sendi – sendi hidup dan kehidupan nasional, baik individu maupun masyarakat kecil sampai dengan kelompok sosial yang terbesar termasuk sekolah.

9. Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia, jadi guru harus mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang baik memiliki rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa. Para siswa juga perlu menyadari bahwa persahabatan antar bangsa sangat diperlukan guna memupuk perdamaian dunia.

10.Turut menyukseskan pembangunan. Jadi, dalam hal ini seorang guru harus membantu menciptakan siswa menjadi manusia seutuhnya. 11.Tanggung jawab meningkatkan peranan professional, karena tanpa

adanya kecakapan yang maksimal yang dimiliki oleh seorang guru maka kiranya sulit bagi guru mengembangkan dan melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik.

Posisi guru dalam pembelajaran di kelas tidak sekadar pengajar tetapi juga sebagai pendidik. Sebagai pengajar guru berkewajiban menyampaikan pemahaman ilmu pengetahuan kepada anak sesuai dengan bidangnya masing-masing. Adapun peran sebagai pendidik, guru harus mampu menanamkan nilai-nilai moral baik pada anak, sehingga anak dapat menghayati dengan benar serta mau melaksanakan dengan penuh kesadaran

(42)

Pengajaran ataupun pendidikan dapat tertanam secara baik pada diri siswa, bila guru yang bersangkutan mampu menyajikan secara menarik. Pengertian menarik disini, anak merasa nyaman menerima dan mudah memahami isi materi pelajaran yang disampaikan guru dalam proses belajar mengajar. Jangan berharap banyak anak akan mampu menyerap isi pembelajaran dengan baik, jika dalam pembelajaran sudah terselimuti rasa takut berlebihan pada guru yang mengajarnya. Penciptaan suasana yang menyenangkan anak, merupakan langkah awal guru dalam melaksanakan pembelajaran yang baik.

Slameto (2003: 32) mengatakan dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa. Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada: (1) mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi

pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang;

(2) memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai;

(3) membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri. Demikianlah, dalam proses balajar

(43)

mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa. Ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan.

Menurut Usman (2000: 4) pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu” Proses pembelajaran merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam pembelajaran yang satu sama lain saling berhubungan dalam sebuah rangkaian untuk mencapai tujuan.

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan salah satu kegiatan sentral dalam proses penyelenggaraan pendidikan. Tarigan (1997: 62) menyatakan bahwa pengertian Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dapat diperinci dan meliputi:

a. Proses penyusunan program pengajaran; menetapkan tujuan, bahan, metode dan media pengajaran.

b. Proses pelaksanaan program pengajaran; mengajar di kelas; praktek di laboratorium atau di kebun percobaan dan lain-lain.

c. Proses pengevaluasiaan program, baik perencanaan, pelaksanaannya serta prestasi belajar siswa.

(44)

Sebagai seorang profesional di bidang pendidikan, guru harus mempunyai kemampuan yang memadai untuk mengelola KBM. Kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar diantaranya dapat dilihat dari kemampuannya dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Menurut Rusman (2009: 355) ada beberapa hal yang menjadi kriteria dalam mengukur kemampuan guru merancang atau merencanakan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran. Kriteria perencanaan pembelajaran yang baik meliputi:

a) Tujuan pembelajaran yang mencakup Standar Kompetensi, indikator, dan ranah tujuan (komprehensif) harus sesuai kurikulum.

b) Bahan belajar harus sesuai dengan tujuan, disusun secara sistematis, sesuai kurikulum dan memberi bahan pengayaan.

c) Strategi/Metode pembelajaran, metode harus sesuai dengan tujuan, materi, penentuan langkah-langakah pebelajaran sesuai dengan metode, alokasi waktu sesuai dengan proporsi, metode berdasarkan kemampuan siswa, dan memberikan pengayaan.

d) Media pembelajaran disesuaikan dengan tujuan, materi, kondisi kelas, jenis evaluasi, kemampuan guru, serta kebutuhan dan perkembangan siswa.

e) Evaluasi mengacu pada tujuan, bentuk evaluasi, jenis evaluasi, alokasi waktu, dan kaidah evaluasi.

Menurut Pranata (2002: 12). dalam peristiwa pembelajaran terdapat siswa yang belajar (pebelajar) dan guru yang mengajar

(45)

(pembelajar). Peristiwa pembelajaran ini ada yang berorientasi kepada pebelajar, ada juga yang berpusat pada pembelajar. Aktivitas belajar pebelajar dan aktivitas mengajar pembelajar merupakan perilaku individual yang spesifik, masing-masing disebut gaya belajar dan gaya pengajaran, yang merupakan derivat gaya-gaya kepribadian individu

yang bersangkutan.

Menurut Sudjana (1989:30) yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Metode mengajar yang digunakan guru hampir tidak ada yang sisa-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau dalam waktu yang relatif lama. Hasil yang dirasakan dalam waktu dekat dikatakan sebagai dampak langsung (Instructional effect) sedangkan hasil yang dirasakan dalam waktu yang reltif lama disebut dampak pengiring (nurturant effect) biasanya berkenaan dengan sikap dan nilai.

Menurut Pranata (2002: 15), yang dimaksud dengan gaya pengajaran ialah pola perilaku pengkondisian/pengaturan informasi dan lingkungan yang dilakukan oleh pembelajar untuk membelajarkan pebelajar. Dalam batasan tersebut istilah pengaturan menunjuk pada muatan strategi-strategi tertentu yang dilakukan oleh pembelajar sehingga memunculkan suatu bentuk pembelajaran tertentu pula. Pembelajar yang menggunakan strategi pengajaran dengan menggunakan langkah-langkah berurutan yang logis dan setia pada langkah-langkah yang telah ditetapkan secara hirarkis merupakan pembelajar yang memiliki gaya

(46)

pengajaran serialis. Sebaliknya, pembelajar yang menggunakan strategi pengajaran yang fleksibel dan kontekstual, tidak terikat oleh langkah-langkah hirarkis pentahapan pembelajaran merupakan pembelajar yang memiliki gaya pengajaran holistik. Selanjutnya, pembelajaran yang berorientasi pada proses dan hasil pembelajaran linear yang berbasiskan pada pemerolehan jawaban tunggal merupakan gaya pengajaran konvergen; sebaliknya yang berorientasi pada kemampuan pebelajar untuk menghasilkan jawaban-jawaban alternatif merupakan gaya pengajaran divergen. Pada dasarnya, jenis-jenis gaya pengajaran memiliki pola gaya yang sama dengan jenis-jenis gaya belajar.

Proses pelaksanaan pembelajaran diharapkan dapat berjalan dengan baik. Untuk mengetahui hal tersebut ada kriteria tertentu yang dapat digunakan. Menurut Rusman (2009:356) kriteria melaksanakan pembelajaran yang baik meliputi hal-hal sebagai berikut:

a) Kemampuan membuka pembelajaran sebaiknya menarik perhatian siswa, memberi motivasi awal, memberi apersepsi, menyampaikan tujuan, memberi acuan bahan belajar yang akan diberikan.

b) Sikap guru dalam proses pembelajaran seharusnya jelas artikulasi suara, variasi gerakan badan tidak mengganggu perhatian siswa, antusiasme dalam penampilan, mobilitas posisi mengajar.

c) Penguasaan bahan belajar harus sesuai dengan langkah-langkah dalam RPP, jelas dalam menyampaikan bahan belajar, jelas dalam memberikan contoh, memiliki wawasan yang luas dalam penyampaian bahan belajar.

(47)

d) Proses Pembelajaran (KBM) mencakup kesesuaian metode dengan bahan belajar, penyajian bahan belajar sesuai dengan tujuan/indikator yang telah ditetapkan, terampil dalam menanggapi dan merespon pertanyaan siswa, serta ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu yang disediakan.

e) Kemampuan menggunakan media pembelajaran diantaranya: memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan media, kesesuaian media dengan materi, terampil dalam penggunaan media, meningkatkan perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran.

f) Evaluasi pembelajaran yang baik memiliki kriteria penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan, menggunakan bentuk dan jenis ragam penilaian, sesuai RPP.

g) Kemampuan menutup pembelajaran meliputi: meninjau kembali materi yang telah diberikan, memberi kesempatan bertanya dan menjawab pertanyaan, memberi kesimpulan pembelajaran.

h) Tindak lanjut/ follow up sebaiknya mampu memberi tugas individu maupun kelompok, memberi informasi materi yang akan datang, memotivasi siwa untuk selalu rajin belajar.

Dalam proses pembelajaran, seorang guru dapat menerapkan berbagai macam metode. Menurut Djamarah (2000:194), macam-macam metode pembelajaran adalah sebagai berikut:

(48)

a. Metode ceramah

Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisonal. Karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.

b. Metode proyek

Metode proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari sebagai bahan pelajarannya. Bertujuan agar anak didik tertarik untuk belajar.

c. Metode eksperimen

Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini anak didik diharapkan sepenuhnya terlibat merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata. d. Metode Pemberian tugas dan Resitasi

Pemberian tugas dengan arti guru menyuruh anak didik misalnya membaca, tetapi dengan menambahkan tugas-tugas seperti mencari dan membaca buku-buku lain sebagai perbandingan, atau disuruh

(49)

mengamati orang/ masyarakatnya setelah membaca buku itu. Dengan demikian, pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus anak didik selesaikan tanpa terikat dengan tempat.

e. Metode diskusi

Diskusi adalah memberikan alternatif jawaban untuk membantu memecahkan berbagai problem kehidupan. Dengan catatan persoalan yang akan didiskusikan harus dikuasai secara mendalam.

f. Metode latihan

Metode latihan (driil) disebut juga metode training, yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.

Berkaitan dengan berbagai metode pembelajaran tersebut di atas, guru dapat memilih dan menerapkan metode yang dianggap paling tepat, sesuai dengan materi yang diberikan ke siswa. Penerapan metode yang bervariasi secara umum lebih baik karena setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Selain itu, jika guru hanya menerapkan salah satu metode, maka proses pembelajaran akan menjadi monoton dan kurang menarik sehingga suasana pembelajaran yang menyenangkan sulit untuk diwujudkan.

(50)

Menurut Sumiati (2007: 74) Gaya mengajar yang dimiliki oleh seorang guru mencerminkan pada cara melaksanakan pembelajaran, sesuai dengan pandagannya sendiri. Di samping itu, landasan psikologis, terutama teori belajar mengajar yang dipegang serta kurikulum yang dilaksanakan juga turut mewarnai gaya mengajar guru yang bersangkutan.

Menurut Sumiati (2007: 75 – 77) gaya mengajar dibedakan menjadi 4 (empat) macam, yaitu klasik, teknologis, personalisasi dan interaksionalis. Masing-masing gaya mengajar tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Gaya Mengajar Klasik

Proses pembelajaran dengan gaya klasik berupaya untuk memelihara dan menyampaikan nilai-nilai lama dari generasi terdahulu ke genarasi berikutnya. Isi pembelajaran berupa sejumlah informasi dan ide yang paling popular dan dipilih dari dunia yang diketahui siswa. Oleh karenanya materi pembelajaran bersifat obyektif, jelas, dan diorganisasi secara sistematis-logis. Proses penyampaian materi pembelajaran tidak didasarkan pada minat siswa, melainkan pada urutan tertentu. Peran guru di sini sangat dominan, karena dia harus menyampaikan materi pembelajaran, oleh karenanya harus ahli (expert) tentang pembelajaran yang dipegangnya. Dengan demikian proses pembelajaran bersifat pasif, yaitu siswa diberi pembelajaran.

(51)

2. Gaya Mengajar Teknologis

Fokus gaya mengajar ini pada kompetensi siswa secara individual. Materi pembelajaran disesuaikan dengan tingkat kesiapan siswa. Peranan materi pembelajaran adalah dominan. Oleh Karena itu materi pembelajaran disusun oleh ahlinya masing-masing. Materi pembelajaran itu bertalian dengan data obyektif dan ketrampilan yang dapat menuntun kompetensi vokasional siswa. Peranan siswa di sini adalah belajar dengan menggunakan perangkat atau media. Dengan hanya merespons apa yang diajukan kepadanya melalui perangkat itu, siswa dapat mempelajari apa yang dapat bermanfaat bagi dirinya dalam kehidupan. Peran guru hanya sebagai pemandu (guide), pengarah (director), atau pemberi kemudahan (fasilitator) dalam belajar, karena pembelajaran sudah diprogram sedemikian rupa dalam perangkat (wares), baik perangkat program/perangkat lunak (software) maupun perangkat benda/perangkat keras (hardware). Perangkat benda dapat berbentuk radio, televisi, atau komputer, sedangkan perangkat program merupakan program yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat mempelajari sendiri materi-materi pembelajaran dengan menggunakan perangkat tersebut.

3. Gaya Mengajar Personalisasi

Pembelajaran personalisasi dilakukan berdasarkan atas minat, pengalaman dan pola perkembangan mental siswa. Dominasi

(52)

pembelajaran ada ditangan siswa. Dalam hal ini, siswa dipandang sebagai suatu pribadi.

Perkembangan emosional dan penyesuaian diri dalam lingkungan sosial merupakan sesuatu yang vital, sebagaimana perkembangan kecerdasannya. Peran guru adalah menuntun dan membantu perkembangan itu melalui pengalaman belajar. Oleh karena itu guru harus mempunyai kemampuan dalam mengasuh, ahli dalam psikologi, dan metodologi, serta bertindak sebagai narasumber (resource person) adapun materi pembelajaran disusun dan muncul berdasarkan atas minat dan kebutuhan siswa secara individual.

4. Gaya Mengajar Interaksional

Peran guru dan siswa disini sama-sama dominan. Guru dan siswa berupaya untuk memodifikasi berbagai ide atau ilmu pengetahuan yang dipelajari untuk mencari bentuk baru berdasarkan atas kajian yang bersifat radikal. Guru dalam hal ini menciptakan iklim saling ketergantungan dan timbulnya dialog antarsiswa. Siswa belajar melalui hubungan dialogis. Dia mengemukakan pandangannya tentang realita, juga mendengarkan pandangan siswa lain. Dengan demikian dapat ditemukan pandangan baru hasil pertukaran pikiran tentang apa yang dipelajari. Adapun materi pembelajaran difokuskan pada masalah-masalah yang berkenaan dengan sosiokultural terutama yang bersifat kontemporer.

(53)

Termasuk ke dalam gaya mengajar interaksional adalah pembelajaran langsung/interaktif yaitu model pembelajaran yang secara langsung diarahkan oleh guru melalui tugas-tufgas spesifik yang harus dilengkapi para siswa dibawah pengawwasan guru secara langsung. (Depdiknas 2004 :3) dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centered). Oleh karena itu dalam pembelajaran ini menyiratkan langsung interaksi antara guru dengan siswa.

Dalam pembelajaran ini yang akan dipelajari dibagi lagi ke dalam bagian yang lebih kecil dan diperkenalkan secara langsung kepada para siswa. Di dalam model yang berpusat pada guru ini, peran guru sangat jelas, yaitu untuk memberi pembelajaran tentang pengetahuan dan ketrampilan dengan mengarahkan cara yang seyogyanya digunakan. Dalam model pembelajaran ini, mengajar merupakan kegiatan;

a. memeriksa pekerjaan pada pertemuan sebelumnya dan mengulang pembelajaran;

b. menyajikan dan/atau menunjukan materi pembelajaran dan/atau keterampilan baru;

c. memimpin pada saat awal kegiatan siswa;

d. menyediakan umpan balik dan koreksi (jika diperlukan melakukan pembelajaran ulang);

(54)

e. menyediakan kegiatan sendiri sehingga siswa menjadi kuat dan otomatis (benar-benar menguasai);

f. menyediakan peninjauan ulang untuk rentang waktu perminggu / perbulan.

4. Membaca Cepat

a. Hakikat Membaca

Menurut Ginting (2005: 36) membaca diartikan sebagai suatu proses yang melibatkan penglihatan dan tanggapan untuk memahami bahan bacaan yang bertujuan untuk memperoleh informasi atau mendapatkan kesenangan. Sementara menurut Smith (1988: 14) membaca merupakan suatu proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis.

Nunan dalam Language Teaching Methodology mengatakan bahwa: “Reading is usually conceived of as solitary in which the reader interacts with the text in isolation.” Membaca selalu dipahami

bagaimana pembaca berinteraksi dengan apa yang terdapat dalam teks. To read dalam bahasa Inggris juga berarti “memahami”. Memang,

yang terpenting dalam membaca adalah memahami isinya. (Sunarta, 2010)

Dari segi linguistik, Anderson (dalam Sunarta, 2010) menjelaskan bahwa membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi, berlainan dengan berbicara dan menulis yang

(55)

justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembahasan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis dengan makna bahasa lisan yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Secara singkat dikatakan bahwa membaca dari sudut linguistik merupakan penyandian kembali dari bahasa tulis dengan makna dalam bahasa lisan, yaitu pengubahan bentuk tulis menjadi bunyi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas diambil kesimpulan bahwa hakikat membaca, yaitu memahami isi yang terkandung dalam teks yang terdiri atas konstruksi berupa kata, frase, atau klausa baik yang tersurat maupun tersirat. Penyandian kembali dari bahasa tulis dengan makna dalam bahasa lisan, yaitu pengubahan bentuk tulis menjadi bunyi serta suatu aktivitas yang mudah dilakukan tanpa banyak memerlukan perlengkapan lain.

b. Pengertian Membaca Cepat

Menurut Atar (dalam Aritonang, 2006: 1) membaca cepat adalah membaca dengan kecepatan tinggi, hampir keseluruhan materi bacaan dibaca. Biasanya membaca dengan cara ini tidak mungkin dengan cara membaca kata demi kata, tetapi membaca kalimat dan paragraf. Definisi yang dibuat oleh ahli belum dapat menggambarkan membaca cepat dalam arti sesungguhnya, karena rumusan itu tidak mencerminkan tentang penguasaan isi bacaan dan penggunaan waktu

(56)

yang jelas dalam kegiatan membaca cepat. Menurut Bond dan Tinker definisi kecepatan membaca harus diartikan lagi sebagai kecepatan. Dengan demikian, mengukur kecepatan membaca berarti mengukur kecepatan pemahaman terhadap bahan yang dibaca (Ginting, 2005: 25).

Membaca cepat adalah membaca dengan kecepatan tinggi, hampir keseluruhan materi dibaca dalam waktu tertentu yang disertai dengan pemahaman isi 70%. Materi dalam hal ini adalah jumlah kata yang terkandung dalam suatu bacaan, sedangkan waktu tertentu artinya untuk memahami materi bacaan memerlukan waktu. Waktu yang dipergunakan dalam membaca cepat adalah satuan waktu, yaitu menit. Dan pemahaman isi bacaan 70% artinya, setelah selesai membaca sekurang-kurangnya pembaca menguasai isi bacaan sebanyak 70%. (Aritonang, 2010: 9)

Kecepatan membaca seseorang dapat diketahui melalui jumlah kata yang berhasil dibaca dalam kurun waktu tertentu. Henry Guntur Tarigan (dalam Sunarta, 2010: 14) mengatakan kemampuan membaca cepat siswa SD adalah sebagai berikut:

Jumlah kata yang terbaca dalam per menit, yaitu: Kelas I 60 – 80 kata per menit

Kelas II 90 – 100 kata per menit Kelas III 120 – 140 kata per menit Kelas IV 150 – 160 kata per menit

(57)

Kelas V 170 – 180 kata per menit Kelas VI 190 – 250 kata per menit

Aritonang (2010: 12) mengatakan bahwa sebelum berlatih membaca cepat, harus dipahami beberapa model membaca cepat. Ada tiga model yang biasa digunakan dalam membaca cepat, yaitu:

a. Model line by line

Model line by line atau sering disebut model garis per garis. Membaca model ini kata-kalimat dalam bahan bacaan dibaca secara berurutan dari baris pertama hingga baris terakhir secara berurutan. Model ini biasanya digunakan untuk bacaan yang bersifat padat, materi bacaan yang relatif baru (masih asing), atau banyak menggunakan kata-kata atau istilah asing.

b. Model Spiral

Membaca cepat Model Spiral. Ketika membaca kita tidak membaca seluruh isi bacaan, tetapi dibaca secara zigzag seperti spiral. Penggabungan kata/kalimat dalam bacaan menggunakan rasio dan pemikiran kita, sehingga kita menyimpulkan sendiri dari kata-kata kunci yang dibaca.

c. Model Melingkar

Model mel

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan harga modul untuk control drive sangat mahal, oleh karena itu perlu dibuat suatu alat yang dapat mengendalikan kecepatan motor dc dan dapat dimonitor dari jarak jauh

Penerapan teori ini dalam kedudukan bukti elektronik dalam perkara perceraian adalah bahwa apabila pengajuan bukti elektronik memiliki kesesuaian dengan apa yang

selaku koordinator skripsi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dan selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia untuk membimbing,

Data primer yang ada dalam penelitian ini merupakan hasil penyebaran kuesioner pada sampel yang telah ditentukan (pemegang usaha waralaba di wilayah Tembalang), berupa data

Informasi yang disampaikan dalam buku ini disajikan dalam bentuk rekap data melalui grafik dan tabel yang dijelaskan secara deskriptif berupa eksisting PNS, data jenis

Hasil penelitian pada 152 murid di SMA Panca Budi Medan yang menjadi subjek penelitian, diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara kebutuhan afiliasi dengan

Wujud masyarakat madani yang dimiliki oleh Hikmatul Iman Indonesia dalam konteks PKn merupakan usaha pemberdayaan dari Pendidikan Kewarganegaan nonformal

Pada perusahaan yang mempunyai trend modal kerja menurun terlihat nilai uji t menunjukkan bahwa hanya quick ratio yang memberikan pengaruh positif dan signifikan