• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PARTIKEL BAHASA JAWA DI DESA KARABAN KECAMATAN

4.3 Fungsi Partikel Bahasa Jawa di Desa Karaban

4.3.3 Mengakhiri Komunikasi

Partikel bahasa Jawa yang mempunyai fungsi untuk mengakhiri komunikasi yaitu lah, lek, mbok, ah, go, hare, dan ek.

4.3.3.1 Partikel lah

Partikel lah biasanya digunakan untuk mengakhiri komunikasi. Berikut contoh mengakhiri komunikasi dengan partikel lah.

KONTEKS: SAKIMAH BERTEMU PAINI DI JALAN. Paini : “Ra sah tiliki, Mbah, wis mari, wis isa ngarit.”

[Ra sah tili?i Mbah, wIs mari, wIs isכ arIt]

„Tidak usah jenguk mbah, udah sembuh, udah bisa ngambil rumput.” Sakimah: Lah sukur malah apik nek wis isa ngarit.”

[lah sUkUr malah apI? nƩ? wIs isa arIt]

Lah sukur malah bagus kalau udah bisa ngambil rumput.‟ (terdiam melanjutkan perjalanan)

(Data 29) Tuturan “Lah sukur malah apik nek wis iso ngarit.” merupakan kalimat deklaratif yang menunjukkan paksaan Sakimah kepada lawan bicaranya untuk tetap menjenguk Kusnin walaupun sudah sembuh. Kemunculan partikel lah [lah] di awal kalimat deklaratif berfungsi untuk mengakhiri komunikasi dengan cara menekankan pemaksaan.

4.3.3.2 Partikel lek

Partikel lek biasanya juga digunakan untuk mengakhiri komunikasi. Berikut contoh mengakhiri komunikasi dengan partikel lek.

KONTEKS: SURATNI MENGAJAK PUTRI KE RUMAHNYA SAKIMAH. Suratni : “Ki lho ra gelem tak tata!”

[Ki lho ra gǝlǝm ta? tכtכ] „Ini lho tidak mau saya tata!‟ Sakimah: “Lapo pe umbah-umbah aku.”

[lapO pe umbah-umbah aku] „Ngapain mau nyuci saya.‟ Suratni : “Lek piye wong moh tak tata?”

[le? piye wo moh ta? tכtכ]

Lek gimana orang tidak mau saya tata?‟ (terdiam)

(Data 18) Tuturan “Lek piye wong moh tak tata?” merupakan kalimat interogatif yang menyatakan kekesalan Suratni kepada Putri dan Sakimah yang merespon dingin. Kemunculan partikel lek [le?] di awal kalimat interogatif berfungsi untuk mengakhiri komunikasi dengan cara menunjukkan kekesalan.

4.3.3.3 Partikel mbok

Partikel mbok biasanya juga digunakan untuk mengakhiri komunikasi. Berikut contoh mengakhiri komunikasi dengan partikel mbok.

KONTEKS: BAGAS MENGAMBIL BUKU DAN BELAJAR DI DEPAN TV.

Bagas : “Sinau ning kene ah!” [Sinau nI kene ah] „Belajar di sini ah!‟

Sakimah : Mbok ning kana ae!Ben ra keganggu tipi.” [mbo? nI kכnכ ae! bƩn ra kǝga gu tipi] „Mbok di sana aja! Biar tak terganggu TV.‟ (terdiam)

Tuturan Mbok ning kana ae! merupakan kalimat imperatif yang menyatakan pemberian saran penutur kepada mitra tutur untuk tidak belajar di depan TV. Kemunculan partikel mbok [mbo?] di awal kalimat imperatif berfungsi untuk mengakhiri komunikasi dengan cara memberi saran.

4.3.3.4 Partikel ah

Partikel ah biasanya juga digunakan untuk mengakhiri komunikasi. Berikut contoh mengakhiri komunikasi dengan partikel ah.

KONTEKS: DI RUMAH, SAKIMAH MINTA DIANTAR PERIKSA EKA.

Eka : “Bidan ndi?” [Biḍan ndi] „Bidan mana?‟

Sakimah : “Bidan kene ku ah awakku dha loru sirahku ngelu.” [Bidan kene ku ah awa?ku ḍכloru sirahku ǝlu.]

„Bidan sini tu ah badanku sakit kepalaku pusing.‟ (terdiam)

(Data 21) Tuturan “Bidan kene ku ah awakku dha loru sirahku ngelu.” merupakan kalimat deklaratif yang menekankan pemerincian bidan mana yang akan dituju besok. Kemunculan partikel ah [ah] di tengah kalimat deklaratif berfungsi untuk mengakhiri komunikasi dengan cara menekankan pemerincian.

4.3.3.5 Partikel go

Partikel go biasanya juga digunakan untuk mengakhiri komunikasi. Berikut contoh mengakhiri komunikasi dengan partikel go.

KONTEKS: PAK EDI MEMBERI SARAN KEPADA EKA DI BALAI DESA.

Edi : “Senin go mbak nek mrene mbak! Senin kan perangkate dha mangkat kabeh.”

[SǝnIn go mba? nƩ? mrene mba?sǝnIn kan pǝra kate ḍכma kat kabƩh] „Senin go mbak kalau ke sini, Mbak! Senin kan perangkatnya pada masuk semua.‟

Eka : (tersenyum)

(Data 14) Tuturan “Senin go mbak nek mrene mbak!” merupakan kalimat imperatif yang menyatakan perintah. Kemunculan partikel go [go] terletak di tengah kalimat imperatif berfungsi untuk memulai komunikasi dengan cara menekankan perintah. 4.3.3.6 Partikel hare

Partikel hare biasanya juga digunakan untuk mengakhiri komunikasi. Berikut contoh mengakhiri komunikasi dengan partikel hare.

KONTEKS: PERBINCANGAN ANTARA PAK SUKARWI DAN PAK MUNADI DI BALAI DESA.

Sukarwi : “Ya radak anu mbekno kok ya radak sembu karo omonganmu.” [yכ rכdכ? anu mbe?no kO? yכ rכdכ? sǝmbu karo OmO anmu] „Ya agak walau begitu kok ya agak sembu dengan omonganmu.‟ Munadi : “Haiya wonge ngguyu hare kon ndi roh aku pas ndheke rapat

ika.”

[haiyכwo e guyu hare kon ndi roh aku pas nḍe?e rapat ikכ] „Haiya orangnya tertawa hare darimana liat aku ketika dia rapat dulu.‟

(tertawa)

(Data 14) Tuturan “Haiya wonge ngguyu hare kon ndi roh aku pas ndheke rapat ika.” merupakan kalimat deklaratif yang membuktikan kalau orang yang menjadi bahan pembicaraan tertawa. Kemunculan partikel hare [hare] di tengah kalimat deklaratif berfungsi untuk mengakhiri komunikasi dengan cara menekankan pembuktian.

4.3.3.7 Partikel ek

Partikel ek biasanya juga digunakan untuk mengakhiri komunikasi. Berikut contoh mengakhiri komunikasi dengan partikel ek.

KONTEKS: DI RUMAH SARIJAN, WIJAYANTO MENCARI ANAKNYA SARIJAN.

Sarijan : “Malah anakku kerja ning Yogja iki sing wedoke.” [malah ana?ku kǝrjכnI Yogjכiki sI wedO?e] „Malah anakku kerja di Yogja ini yang perempuan.‟ Marsijah : “Nggih ek.”

[ gIh Ʃ?] „Ya ek.‟ Wijayanto : (terdiam)

(Data 11)

Tuturan Nggih ek.” merupakan kalimat deklaratif yang menyatakan kepastian kepada Wijayanto bahwa anaknya benar-benar sedang berada di Jogja dan tidak bisa ditemui. Kemunculan partikel ek [Ʃ?] di akhir kalimat deklaratif yang berfungsi untuk mengakhiri komunikasi dengan cara menekankan kepastian.

Partikel-partikel tersebut biasa digunakan untuk memulai komunikasi, mempertahankan komunikasi, dan mengakhiri komunikasi oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Bentuk partikel bahasa Jawa yang dipakai oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati adalah delapan belas bentuk partikel tunggal dan partikel campuran yang terdiri atas dua partikel dan tiga partikel,

2. Distribusi partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati terletak di (1) awal, (2) akhir, (3) awal dan tengah, (4) awal dan akhir, (5) tengah dan akhir, (6) awal, tengah, dan akhir.

3. Fungsi partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati untuk (1) memulai komunikasi, (2) mempertahankan komunikasi, dan (3) mengakhiri komunikasi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, bagi peneliti bahasa diharapkan dapat meneliti pemakaian partikel bahasa Jawa pada dialek daerah lain agar dapat diperoleh deskripsi bentuk dan pemakaian partikel bahasa Jawa secara keseluruhan dan bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa Struktur Internal, Pemakaian dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer dan Agustina. 2004. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hartono, Bambang. 2000. Kajian Wacana Bahasa Indonesia. Semarang: Unnes Press.

Jakobson, Roman. 1980. “Metalanguage as a Linguistic Problem”, The

Fremework of Language. Michigan: Michigan Studies in the Humanities. Kridalaksana, Harimurti. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:

Duta Wacana University Press.

1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

2008. Kamus Linguistik: Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Leech, Geoffrey. 1977. Semantics. Harmondswroth: Penguin.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Malinowski, Bronislaw. (1923). “The Problem of Meaning in Primitive

Language”, dalam Ogden, C.K. dan I.A. Richard. The meaning of meaning. London: Routledge & LTd.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Mulyana. 2005. Kajian Wacana, Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Prasetiyo, Kusworo Aris. 2011. Status Kebahasaaan Jawa-Sunda dan Bilingualisme di Kabupaten Tangerang, Banten. Skripsi. FBS. UNY. Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Rani, Abdul, dkk. 2006. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing.

Setiyowati, Avid. 2008. Interferensi Morfologi dan Sintaksis Bahasa Jawa dalam

Bahasa Indonesia Pada Kolom “piye ya?” Harian Suara Merdeka.

Skripsi. Fakultas Sastra. Undip.

Subroto, dkk. 1991. Tata Bahasa Baku Deskriptif Bahasa Jawa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta.

Sudaryanto. 1992. Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

1993. Metode dan Aneka Teknik Analisa Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Limguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sugiarto, Singgih. 2008. Partikel Fatis Si, Li/Tli/Tuli, Be, Ko, Mbog, Jen/Jan, Nden dalam Bahasa Jawa Dialek Banyumas di Purbalingga. Skripsi. FIPB. UI.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: CV. Alfabet Bandung.

Sumarlam. 2006. Karakteristik Penggunaan Bahasa Jawa dalam Berita “Trang Sandyakala” di Stasiun Televisi Terang Abadi. Jurnal penelitian Humaniora, Edisi Khusus, Juni 2006: 23-41: Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

Sutami, Hermina. 2005. Ungkapan Fatis Dalam Pelbagai Bahasa. Depok: PLL FIB-UI.

Syamsudin A.R dan Vismaia S. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Rosdakarya.

Lampiran

KARTU DATA No Data: 1

Tanggal: 23 Januari 2013

Sumber Data: Rukijah (45 th) dan Lia (22 th)

Konteks: PERCAKAPAN RUKIJAH DAN LIA DI RUMAH Data:

Rukijah: “Gawa rene tak jaluk iki. Telpon muni tah ora? dobol tenan ah. Mbok telpon tah ora bakule kacang iku?”

Lia : “Mpun…”

Rukijah: “Wis ning kono wonge?” Lia : “He em.”

Rukijah: Dhak iyo lek mangkat kana kok! Ki dhuwite Pak Min seng, terna Mbok Mping.”

Lia : “Enten napa?”

Rukijah: “Maeng susuke Mbok Mping.” Lia : “Seket?”

Rukijah: “He em susuke patang puluh pitu kalong telu ek. Ki kacang 200.” Lia : “Ta terke sebelah ndi?”

Rukijah: “Mbok Mping? Ya garansine Bandi ku njero kok. Menjero pol. Ta ora, ta mbok wehna mb Sutami ya. mbok wehna mbak Mani yo lah ning warung. Ki lho Mbak dhuwite Pak Min susuk.”

Analisis:

Gawa rene tak jaluk iki. Telpon muni tah ora, dobol tenan ah.

Partikel ah terletak di akhir kalimat deklaratif berfungsi untuk mengawali komunikasi dengan menekankan kekesalan terhadap sikap Lia.

No Data : 2

Tanggal: 23 Januari 2013

Sumber Data: Rukijah (45 th), Lia (22 th), Ningsih (27 th)

Konteks: PERCAKAPAN RUKIJAH, LIA DAN NINGSIH DI RUMAH. Data:

Rukijah : “Wong edan ki anyaran Sih, edan sing wedok, tenan yakin! ana wong sing wis diambung a Sih, nuangis Sih, Tenan! Sing ning njaba kumaeng nangis. Lha mbareng ndemek bocah langsung marani aku”

Lia : “Tenan?”

Ningsih : “Wong edane ku maeng lanang po wedok?”

Rukijah : “Lanang kok. Lha kuwe maeng ntuk, Ru? Ngono, lhon ntuk nek gantheng iya lah, aku ngono! e nggantheng wonge, Sih, gedhe dhuwur tenan!”

Ningsih : “Anyaran berati.” Rukijah : “He e.”

Analisis:

Ana wong sing wis diambung a Sih, nuangis Sih, Tenan!

Partikel a terletak di tengah kalimat deklaratif berfungsi untuk memulai komunikasi dengan cara membuktikan pernyataannya bahwa ada orang gila yang mencium wanita karena kegilaannya terhadap perempuan.

No Data : 3

Tanggal: 23 Januari 2013

Sumber Data: Rukijah (45 th), Lia (22 th), Ningsih (27 th)

Konteks: PERCAKAPAN LIA, RUKIJAH, DAN NINGSIH DI RUMAH. Data:

Lia : “Rehan ekngono?” Rukijah : “He piye lehHan?”

Ningsih : “Lha piye ana gunting kok. Diowok-owok iki”

Rukijah : “Diowok-owok ngko dhakcampur sembarang ndengah?” Analisis:

Rehan ek ngono?

Partikel ek terletak di tengah kalimat interogatif berfungsi untuk memulai komunikasi dengan menekankan kekesalan kepada Rehan yang memain-mainkan makanan.

No Data : 4

Tanggal: 23 Januari 2013

Sumber Data: Rukijah (45 th), Lia (22 th), Ningsih (27 th) Konteks: PERCAKAPAN RUKIJAH DAN LIA DI RUMAH. Data:

Rukijah : “Ki lho!”

Lia : “Moh ek

Rukijah : “Moh?”

Ningsih : “Moh moh moh”

Rukijah : “Njaluk apa leh Yan Yan, jajan jajan sega setum ta kumaeng?” Analisis:

Moh ek.

Partikel ek terletak di akhir kalimat deklaratif berfungsi untuk mempertahankan komunikasi dengan cara menekankan penolakan.

No Data : 5

Tanggal: 23 Januari 2013

Sumber Data: Rukijah (45 th), Ningsih (27 th)

Konteks: NINGSIH MENINGGALKAN PERKUMPULAN. Data:

Ningsih : “Lha kumaeng bar teka ko pasar ek.” Rukijah : Hahahaha he e

Ningsih : “Ntuk arem-arem ek.”

Rukijah : “Gak ayem-ayem gak nganggo ayem-ayem. Lha kumaeng lha salahe nduwe sega ok.”

Analisis:

 Lha kumaeng bar teka ko pasar ek.

Partikel ek terletak di akhir kalimat deklaratif berfungsi untuk mengakhiri pembicaraan dengan sekedar penekanan pada pernyataannya bahwa Ningsih baru saja dari pasar.

No Data : 6

Tanggal: 23 Januari 2013

Sumber Data: Rukijah (45 th), Ningsih (27 th)

Konteks: NINGSIH KEMBALI LAGI BERKUMPUL DI RUMAH. Data:

Ningsih : “Wong edane ki maeng anyaran.”

Rukijah : “Anyaran wong edan. He e, lha nganu lha nong njaba mau wis ngambung wong, lha wonge nangis.”

Ningsih : “Sapa sing diambung kumaeng?”

Rukijah : Dhak ya wong blanja kok, saake ngunu ku, terus diambung sengok e sesuwe nangis kok wonge, Wonge ku dhuwur ngono lho Sih ngguantheng.”

Ningsih : “Jenenge wong ra njarak dhak ya ra dhenger a.”

Rukijah : “He em. Lha mbareng nomah ku maeng aku slentheng ngono ah ko mahe De Mi, ujug-ujug kumaeng ape ngene lha aku ape ndhangak ana wong edan, walah teg e tenan ah! Aku

ngono,terus wong-wong malah dho rame, Ru kuwe maeng ntuk apa Ru? Ntuk apa Ru? Ntuk ambungan ek, aku ngono!”

Ningsih : “Ntuk ambungan ek.”

Rukijah : “Terusane nggantheng ngono ya lah, aku ngono.” Ningsih : “Karo Mbah Man nggantheng ndi?”

Rukijah : “e ya ra ana separone, nggantheng san san, nek karo Mbah Man ya nggantheng iku thek, nek wong waras karepku ngono. lha kliru wong nggantheng nek nggantheng ngganthenge nganu theklapo.”

Ningsih : “Lho nek waras?” Rukijah : “Yo ora, kok gelem.” Ningsih : “Lho nek wis kadhung?”

Rukijah : “Nek wis kadhung dhak ra ndhenger anek diambung sengok.” Ningsih : “Nek wis kadhung dhakwis, watir disengeni sing lanang.” Rukijah : “Lha aku lak ngene lha lapo thek nangis ngunu ku, wong wong

edan ya ra ndhenger thek. aku ngono, thek getun iku. He e watir nek disengeni sing lanang, sengeni ya genten disengeni, kuwe ndhenger aku ngono, lha genten kuwe edan.”

Analisis:

Dhak ya wong blanja kok, saake ngunu ku, terus diambung sengok e sesuwe nangis kok wonge.

Partikel dhak di awal dan kok di tengah kalimat deklaratif berfungsi untuk mempertahankan komunikasi dengan cara menekankan apa yang dikatakan.

No Data : 7

Tanggal : 8 Mei 2013

Sumber Data : Sulastri (37 th), Eka (22 th)

Data :

Sulastri : “Mulane aku ra tak dandakna” Eka : “Dhak iku a

Sulastri : “Mbalik dhuwik 70 thek. nong ndi sing ndandakna? Nong Jetak?” Eka : “Ning nganu munine hare malah harening iku lho ning ndi?” Sulastri : “KJ Phone?”

Eka : “Ning apa jenenge leh, ning Ngantru, malah ora dadi” Sulastri : “Ning Jetak ra iso no?”

Eka : “Ning Jetak ku suwi De, ning kono ku De, ora bukak, maksude ku bukake ku nganu ngono lho, arang, ora iso dicagerna nek wong iku tah

Sulastri : Hare ntek 70 kok ra kenek ah, Eka : Dhak iku a

Sulastri : ya ra iso foto aku Analisis:

Dhak iku a.

Partikel dhak di awal dan a di akhir kalimat deklaratif berfungsi untuk mempertahankan komunikasi dengan cara menunjukkan kekecewaan.

No Data: 8

Tanggal: 9 Mei 2013

Sumber Data: Sakimah (60 th), Bagas (17 th)

Konteks: DI RUMAH, SAKIMAH DAN BAGAS SEDANG NONTON TV. Data:

Sakimah : “Turu Gas turu, bingung men si, nggatekna kuwe leh.” Bagas : “Lha iya kana ndang turu!

Analisis:

 Turu Gas turu, bingung men si, nggatekna kuwe leh.

mengawali komunikasi dengan cara menekankan kekecewaan kepada Bagas yang memutar channel stasiun tv yang tidak sesuai dengan keinginan Sakimah.

No Data: 9

Tanggal: 8 Mei 2013

Sumber Data: Eka (22th), Suratni (60 th)

Konteks: DIRUMAH, EKA MENCARI NENEKNYA DI RUMAH SURATNI.

Data:

Eka : “Rewang lapo Nyi?”

Suratni : “Sedekah”

Eka : “Sapa?”

Suratni: “Mbah Rusmi”

Eka : “Mbah Rusmi ku sapa?”

Suratni : “Rusmi ya maratuwane besane Juri Paini iku”

Eka : “He? Ning nggone Nyi Paini?”

Suratni : “Ora, besane”

Eka : “Eeee”

Suratni: “Mboke Jalipah ndhenger ra kuwe?” Eka : “Gak dhenger are

Suratni : “Omah kulone etane mak jasemi ku ah, nggurine anu ku ra roh kuwe? Omah kulone tipake omahe Yuem Tarni, kulone”

Eka : “Aku ndhek bengi nganu e tak kira ntuk berkat jebule ora, he he he” Suratni : “Ko mahe sapa maeng?”

Eka : “Nganu, lek ku lho, kulon omahku ku lho.”

Suratni : “Lha iya, dhakku tunggale sedekah ku maeng.” Eka : “He e no? dulure no?”

Suratni : “Heem ku Marsijah ku mboke ning mbok kuwalon.”

Eka : “e..ngono”

Suratni : “Ku anake sing olah-olah ndhek ingi, kuwe ning omah iko?”

Eka : “Ora, ndhek bengi. Aku teka ndhek bengi, ana cah sapa ndhek bengi, Lia karo Tutik mara kon ngisi angket, jagongan nganti pira nganti jam 9.”

Suratni : “Tutik sapa leh?”

Suratni : “Tutike Mul?”

Eka : “Dudu, cah tengahan ki lho, balane Pak Wito ku sapa leh?” Suratni : “E Tutik iki atake anake Titrik nek mbuh”

Eka : “Ku lakTika.”

Suratni : “Mboh ra ndhenger, Tutik mbuh Tutik sapa, Tutik aku ndenger anake Mul, nek ana neh ya mboh. Iya lha wong ciruk kok ra entuk ngono go!” Eka : “Aku teka lho wah ntuk berkat aku ngko cah, aku wis rasan-rasan

ngono malah jebule ora.” Suratni : “Ra entukndheh.”

Eka : “Untunge aku bar mangan.”

Suratni : “Dhak kuwe rak…”

Eka : “Ameh mrene, wis jam 9 alah mbah mesti wis turu yahmene, ya wis

aku turu ning kana

Suratni : Thek wani kuwe lehKa?”

Eka : “Ya diwanik-wanikna a Nyi, ora iso turu aku angger jam pira ya, jam 11 nglilir, aku nonton tipi nganti jam12, jam 1 nglilir, jam 3 nglilir, hahaha”

(Putri datang dan di pangkuan Nyi Suratni)

Eka : “Ti Uti kuwe maeng gak sekolah Ti?”

Suratni : “Wong pirang-pirang ndina, ijab wis 10 dina gathuke wis, watuke ngekel, ndhek ingi dipengeng tuku bakso ojeg ya ra nggatek kok, tuku ra anu, apa..”

Eka : “Je lara awake?”

Suratni : “Watuke, ya jeh watuke ngekel, lek an apa mangan sosis barang, dikandhani ra nggatek ok, lek soklat-soklat ku dipengeng lah ya ra nggatek, hee rewang me mbah Mar, ning mbokem maeng wis dhenger nek kuwe balik?”

Eka : “Urung a, urung ndhenger.” (putri duduk di kakinya Suratni)

Suratni : “Aja ngene ahdhak loru lha piye? Ngko go Linggih kene lho kuwe,

jek e, aja linggih pupuku ah loru kok, pupuku loru nek mbok nggo

linggih, kene lho kuwe, ngisor, pupuku aja mbok nggo linggih loru, pupuku poklek ki ngko malah ra iso mlaku aku.”

Analisis:

Suratni : “Lha iya, dhakku tunggale sedekah ku maeng.” Eka : “He e no? dulure no?”

Suratni : “Heem ku Marsijah ku mboke ning mbok kuwalon.”

 Lha iya, dhak ku tunggale sedekah ku maeng.

Partikel dhak terletak di tengah kalimat deklaratif berfungsi untuk mempertahankan komunikasi dengan cara menekankan pembuktian

bahwa yang punya kerjaan masih saudara dengan ibunya Jalipah.

No Data: 10

Tanggal: 9 Mei 2013

Sumber Data: Eka (22 th), Sugiyanto (50 th)

Konteks: DI BALAI DESA, PERCAKAPAN EKA DAN PAK SUGIYANTO.

Data:

Eka : “Menika asmanipun sinten, Pak?”

Sugiyanto : “Pak Sugiarto.”

Eka : “Pak Sugiarto yuswanipun pinten Pak?” Sugiyanto : “Yanto, 50.”

Eka : “o..ten mriki napa nggih Pak dados napa Pak?”

Sugiyanto : “He?kasi pemerintahan.”

Eka : “Niku tugasipun napa, Pak?”

Sugiyanto : “Tugas ya macem macem ah di desa iku ana kependudukan, ana ya petugas register KTP, Macem-macem ya macem- macem.”

Eka : “Kinten-kinten mangertos mboten basa Jawa niku napa?”

Sugiyanto : “Basa jawa itu harus diuri-uri, terus apa neh iku?”

Eka : “Kinten-kinten nek dihapus njenengan sarujuk napa mboten

Pak?”

Sugiyanto : “Maksude nek dihapus itu untuk?”

Eka : “Untuk pendidikan.”

Sugiyanto : “Saya kira kurang setuju mbak.”

Eka : “Kurang setuju.”

Sugiyanto : “Kurang setuju a.”

Eka : “Menawi dihapus bahasa ibu mboten wonten ta Pak nggih?”

Sugiyanto : “Lha basa daerah kok diilangke piye iku, susah.”

Eka : “Njenengan asli mriki ta Pak?”

Sugiyanto : “Asli mbak.”

Eka : “Njenengan lakstand by wonten mriki terus pak?”

Sugiyanto : “Ya gak singepas piket, nek gak piket ya gak.” Analisis:

Eka : “Kurang setuju.”

 Kurang setuju a.

Partikel a terletak di akhir kalimat deklaratif berfungsi untuk mempertahankan komunikasi dengan cara menekankan ketidaksetujuan terhadap pendapat bahwa bahasa Jawa akan dihilangkan.

No Data: 11

Tanggal: 10 Mei 2013

Sumber Data: Wijayanto (26 th), Marsijah (55 th), Sarijan (60th), Eka (22 th)

Konteks: PERCAKAPAN SARIJAN, MARSIJAH, WIJAYANTO DI RUMAH.

Data:

Wijayanto : “Nomere pinten wingi Buk?”

Marsijah : “Mandah kebusek kula ek maeng ape takok lek rene pas takok mboten ngertos sampeyan?”

Wijayanto : “Kebusek padha ae e Buk.” Marsijah : “kula kebusek ek.”

Sarijan : “Malah anakku kerja ning Yogja iki sing wedoke.” Marsijah : “nggih ek.”

Sarijan : “Ya ning kono hpne.”

Eka : “Putranipun pinten Pak,Buk?”

Marsijah : “Sekawan.”

Eka : “Sesok dhak wis rejeb nggih apak?”

Sarijan : “Nggih nggih iki dhakmpun rejeb.” Marsijah : “Setu tanggalane?”

Eka : “Ngenjing setu.”

Analisis:

Wijayanto : “Nomere pinten wingi Buk?”

Marsijah : “Mandah kebusek kula ek maeng ape takok lek rene pas takok mboten ngertos sampeyan?”

 Mandah kebusek kula ek maeng ape takok lek rene pas takok mboten ngertos sampeyan?

Partikel ek dan lek sama-sama terletak di tengah kalimat interogatif yang berfungsi mempertahankan komunikasi dengan cara menekankan pertanyaan disertai alasan kepada Wijayanto.

No Data: 12

Tanggal: 9 Mei 2013

Sumber Data: Sheila (19 th), Eka (22 th)

Konteks: DI TOKO ACSESORIS, EKA DAN SHEILA BERCAKAP- CAKAP.

Data:

Eka : “Mbak aku nonton kalunge ambak.” Sheila : “He e kalunge ning nggek kana.”

Eka : “Nggir ndi mbak? Sing kalung gedhi a , aku golek kalung gedhi ok

Dokumen terkait