• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKAIAN PARTIKEL BAHASA JAWA DI DESA KARABAN KECAMATAN GABUS KABUPATEN PATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKAIAN PARTIKEL BAHASA JAWA DI DESA KARABAN KECAMATAN GABUS KABUPATEN PATI"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAKAIAN PARTIKEL BAHASA JAWA

DI DESA KARABAN KECAMATAN GABUS

KABUPATEN PATI

SKRIPSI

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Nama : Eka Yuliani

NIM : 2601409007

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Satra Jawa Jurusan : Bahasa dan Sastra Jawa

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul Pemakaian Partikel Bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi.

Semarang, 30 Juli 2013

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dra. Endang Kurniati, M.Pd. Ermi Dyah Kurnia, S.S., M.Hum. NIP 196111261990022001 NIP 197805022008012025

(3)

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi berjudul Pemakaian Partikel Bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang pada

hari : Kamis

tanggal : 1 Agustus 2013

Panitia Ujian Skripsi

Ketua, Sekretaris,

Drs. Agus Yuwono, M.Si., M.Pd. Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum. NIP 196812151993031003 NIP 19651215199421001

Penguji I,

Drs. Widodo, M.Pd. NIP 196411091994021001

Penguji II, Penguji III,

Ermi Dyah Kurnia, S.S., M.Hum. Dra. Endang Kurniati, M.Pd. NIP 197805022008012025 NIP 196111261990022001

(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi dengan judul Pemakaian Partikel Bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juli 2013

Eka Yuliani NIM 2601409007

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

“Rasa Takut hanya akan membuatmu lemah dan kehilangan kepercayaan diri,

hadapilah rasa takut itu dan teruslah melangkah.” (Mario Teguh)

Persembahan:

Skripsi ini, saya persembahkan untuk Ibu, bapak, adik, dan nenek yang menyemangatiku dan menyertaiku dengan doa.

(6)

PRAKATA

Alhamdulillahirabbil‟alamin, matur nuwun Gusti ingkang akarya jagad,

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi berjudul Pemakaian Partikel Bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Kami menyadari bahwa dalam menyelesaikan

penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Endang Kurniati, M.Pd. sebagai dosen pembimbing I yang telah sabar membimbing dan mengarahkan kepada penulis selama penyusunan skripsi. 2. Ermi Dyah Kurnia, S.S., M.Hum. sebagai dosen pembimbing II yang selalu

sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi. 3. Drs. Widodo, M.Pd. yang berkenan sebagai penguji dalam sidang skripsi. 4. Warga Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati yang bersedia

menjadi informan.

5. Teman-teman senasib dan seperjuangan PBSJ 2009; 6. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa.

7. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang. 8. Rektor Universitas Negeri Semarang.

9. Semua pihak yang tak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.

(7)

Kami ucapkan terima kasih atas semua doa, bimbingan, motivasi, dorongan, dan dukungan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan nikmat-NYA kepada pihak-pihak yang telah membantu dan semoga dengan diselesaikannya skripsi ini akan memberikan manfaat bagi kami khususnya, dan semua pihak pada umumnya.

Semarang, Juli 2013

Penulis

(8)

ABSTRAK

Yuliani, Eka. 2013. Pemakaian Partikel Bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dra. Endang Kurniati, M.Pd., Pembimbing II: Ermi Dyah Kurnia, S.S., M.Hum.

Kata Kunci: bentuk, distribusi, fungsi, partikel bahasa Jawa

Bentuk partikel yang dipakai oleh warga Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati bervariasi bila dilihat dari segi penutur. Letak variasi bentuk partikel yang pada umumnya e [e] menjadi bentuk partikel lain, yaitu ek [Ʃ?] yang dipengaruhi oleh penutur warga Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Selain itu, fungsi pemakaiannya juga bervariasi, bila dilihat dari distribusi dan konteks yang menyertainya. Satu partikel yang sama dengan distribusi yang sama mempunyai fungsi yang berbeda. Hal ini dikarenakan konteks yang menyertainya berbeda.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mengkaji bentuk, distribusi, dan fungsi partikel bahasa Jawa yang dipakai oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsi bentuk, distribusi, dan fungsi partikel bahasa Jawa yang dipakai oleh warga Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu pendekatan teoretis dan pendekatan metodologis. Pendekatan penelitian secara teoretis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural dengan teori fatis. Pendekatan penelitian secara metodologis yang digunakan dalam penelitian ini berupa pendekatan deskriptif dan kualitatif. Lokasi penelitian berada di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Data penelitian ini adalah tuturan masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati yang diduga terdapat bentuk partikel. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Simak Libat Cakap (SLC), teknik Simak Libat Bebas Cakap (SLBC), teknik rekam, dan teknik catat. Data dianalisis menggunakan teknik padan dan teknik agih. Hasil analisis data kemudian dipaparkan menggunakan metode informal.

Hasil penelitian yang diperoleh berupa (1) bentuk partikel bahasa Jawa yang dipakai oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati terdapat delapan belas bentuk partikel tunggal dan partikel campuran yang terdiri atas dua macam yaitu partikel campuran yang terbentuk dari dua partikel dan dari tiga partikel, (2) distribusi pemakaian partikel oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati terletak di awal, akhir, awal dan tengah, awal dan akhir, tengah dan akhir, serta awal-tengah-akhir, (3) fungsi partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati yaitu untuk memulai komunikasi, mempertahankan komunikasi, dan mengakhiri komunikasi.

(9)

SARI

Yuliani, Eka. 2013. Pemakaian Partikel Bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dra. Endang Kurniati, M.Pd., Pembimbing II: Ermi Dyah Kurnia, S.S., M.Hum.

Tembung Pangrunut: bentuk, distribusi, fungsi, partikel bahasa Jawa

Wujude partikel kang dinggo warga Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati kuwi beda-beda. Bedane kuwi yaiku wujude partikel kang biasane e [e] dadi ek [Ʃ?] manut panuture warga Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Sakliyane kuwi, fungsine partikel uga beda-beda yen dideleng saka distribusi lan konteks ukarane. Sakpartikel, sakdistribusi bisa nduwe fungsi kang beda jalaran konteks ukara kang beda uga.

Kanthi adhedhasar alesan kasebut, panaliten iki njlentrehake bentuk, distribusi, lan fungsi partikel bahasa Jawa kang biasa dinggo warga Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Panaliten iki njlentrehake bentuk, distribusi, lan fungsine partikel kang dienggo wong Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

Pendekatan kang digunakake ing panaliten iki ana rong werna, yakuwi pendekatan teoretis lan metodologis. Pendekatan teoretis kang digunakake yakuwi pendekatan struktural manut teori fatis. Pendekatan metodologis kang digunakake yakuwi pendekatan deskriptif lan kualitatif. Papan kanggo panaliten ana ing Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Datane awujud guneman wong Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati kang dikira ana partikele. Data-data kuwi diklumpukake kanthi cara teknik Simak Libat Cakap (SLC), teknik Simak Libat Bebas Cakap (SLBC), teknik rekam, lan teknik catat. Yen data wis nglumpuk, banjur dianalisis nganggo teknik padan lan teknik agih. Sabanjure, asile dijlentrehake nganggo metodhe informal.

Asil panaliten iki awujud (1) bentuk partikel bahasa Jawa kang dinggo warga Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati cacahe ana wolulas partikel tunggal lan partikel campuran kang ana rong werna yaiku partikel campuran saka rong partikel lan saka telung partikel, (2) distribusi partikel kang digunakake warga Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati ana ing ngarep ukara, mburi ukara, ngarep lan tengah ukara, ngarep lan mburi ukara, tengah lan mburi ukara, sarta ngarep-tengah-mburi ukara, (3) fungsi partikel bahasa Jawa ing Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati yakuwi kanggo miwiti guneman, netegake guneman, lan mungkasi guneman.

(10)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

SARI ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMBANG FONETIS DAN TANDA ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS 2.1 Kajian Pustaka... . 8

2.2 Landasan Teoretis... 12

2.2.1 Kategori Fatis ... 12

2.2.2 Fungsi Fatis ... 13

2.2.3 Partikel Bahasa Jawa ... 16

2.2.4 Distribusi Partikel ... 17

2.2.5 Konteks ... 18

2.3 Kerangka Berpikir ... 19

(11)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PARTIKEL BAHASA JAWA DI DESA KARABAN KECAMATAN GABUS KABUPATEN PATI 4.1 Bentuk Partikel Bahasa Jawa yang Dipakai Oleh Masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati ... 29

4.1.1 Bentuk Partikel Tunggal ... 29

4.1.2 Bentuk Partikel Campuran ... 32

4.1.2.1 Bentuk Campuran Terdiri atas Dua Partikel ... 33

4.1.2.2 Bentuk Campuran Terdiri atas Tiga Partikel ... 35

4.2 Distribusi Partikel Bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati ... 36

4.3 Fungsi Partikel Bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati ... 46

4.3.1 Memulai Komunikasi ... 46

4.3.2 Mempertahankan Komunikasi ... 51

4.3.3 Mengakhiri Komunikasi ... 57

(12)

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ... 62

5.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 65

(13)
(14)

[t] : [tandUr] tandur „tanam‟ [ṭ] : [ṭukUl] thukul „tumbuh‟ [w] : [watu] watu „batu‟ [y] : [yɛn] yen „kalau‟

2. Daftar Tanda

[……] : menunjukkan ejaan fonetis „……‟ : alih bahasa Indonesia

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan bermasyarakat tidak terlepas dari bahasa. Bahasa merupakan alat untuk berinteraksi atau alat untuk komunikasi, dalam arti, alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan. Dalam hal ini, fungsi bahasa adalah alat komunikasi manusia, baik tertulis maupun lisan. Sebagai alat komunikasi dan alat interaksi yang hanya dimiliki manusia, bahasa dapat dikaji secara internal maupun eksternal.

Adapun kajian secara internal artinya pengkajian itu hanya dilakukan terhadap struktur internal bahasa itu saja, seperti struktur fonologisnya, struktur morfologisnya atau struktur sintaksisnya. Sebaliknya, kajian secara eksternal berarti kajian itu dilakukan terhadap hal-hal atau faktor-faktor yang berada di luar bahasa yang berkaitan dengan pemakaian bahasa itu oleh para penuturnya di dalam kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan.

(16)

Dalam bidang sintaksis, Kridalaksana (1994:47) mengatakan bahwa pembagian kelas kata dalam bahasa Indonesia ada tiga belas yaitu: verba, adjektiva, nomina, pronominal, numeralia, adverbial, interogativa, demonstratif, artikula, preposisi, konjungsi, interjeksi, dan kategori fatis. Menurutnya (Kridalaksana 2005:116) kategori fatis merupakan ciri ragam lisan yang bertugas untuk memulai, mempertahankan, mengukuhkan atau mengakhiri pembicaraan antara penutur dan lawan penuturnya. Sebagian besar kategori fatis merupakan ciri ragam bahasa lisan (standar) sehingga kebanyakan kalimat-kalimat non-standar banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional.

Hal ini menunjukkan bahwa kategori fatis berada dalam keanggotaan kelas kata yang tidak bermakna apa-apa dalam komunikasi, melainkan memenuhi suatu fungsi sosial serta membuat bahasa yang disampaikan komunikatif. Kridalaksana (2005:116) membagi bentuk kategori fatis yang terdiri atas partikel, kata fatis, dan frase fatis. Partikel dalam bahasa Jawa dibedakan menjadi partikel tunggal dan partikel campuran.

Adapun partikel tunggal bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati yaitu partikel ek [Ʃ?] , misalnya pada tuturan apa ek [ﬤpﬤ Ʃ?], partikel tek, misalnya kuwe tek ngono? [kuwe te? ono] „kamu kok begitu‟, partikel hare, misalnya iya hare [iyﬤ hare] yang bersinonim iya e [iyﬤ e]. Partikel campuran misalnya, piye leh tek ngono? [piye lƩh te? ono].

(17)

pada kalimat lho kok ngono? [lho ko? ono] dan kalimat gak ngono ok [ga? ono o?]. Berdasarkan kedua kalimat tersebut terdapat variasi bentuk partikel kok [ko?] yaitu kok [ko?] dan ok [o?].

Dalam pemakaian partikel tunggal, ada bentuk partikel yang berbeda bila dilihat dari segi penutur, yaitu penutur yang sama-sama masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati dengan yang bukan warga desa tersebut, seperti dalam tuturan (1) di bawah ini:

P1 : “Kathah Bu, ingkang pesen wonten mriki?” „Banyak Bu, yang pesan disini?‟

P2 : “Okeh lehmbak…nek ape dadi nganten ngunu ku, akeh-akehe pesene ya ning aku e.”

„Banyak mbak…kalau mau jadi pengantin kebanyakan pesannya dengan Ibu.‟

P1 : “ehmmm dados nggih nampi bayak nganten nggih, Bu?”

„ehmmm jadi menerima pesan kebayak juga ya, Bu?‟

P2 : “Ya mbak…lha ki ana anakku sing ngiwangi, meh tak sekolahna dhuwur, piye leh, wong wedok, ben njahit-njahit kono ngewangi aku.”

„Ya mbak…ini ada anak saya yang membantu, maunya saya sekolahkan yang tinggi, tetapi bagaimana ya, perempuan masalahnya biar njahit saja bantu saya.‟

Tuturan di atas dilakukan oleh peneliti (warga Desa Tanjang) dengan Ibu Warti, salah satu warga Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Berbeda dengan tuturan (2) di bawah ini:

(Di counter HP: sesama warga Desa Karaban) P1 : “Tuku apa ek, Mas?”

(18)

Kabupaten Pati dengan sesama warga desa tersebut. Tuturan (1) merupakan tuturan antara peneliti, salah satu warga Desa Tanjang dengan Ibu Warti, salah satu warga desa Karaban, menggunakan partikel leh [lƩh] dan e [e], sedangkan pada tuturan (2) yang merupakan sesama warga desa Karaban menggunakan partikel ek [Ʃ?]. Disinilah letak variasi bentuk partikel yang pada umumnya e [e] menjadi bentuk partikel lain, yaitu ek [Ʃ?] yang dipengaruhi oleh penutur.

Bila dilihat dari distribusinya, partikel di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati juga bervariasi. Ada partikel lak yang biasanya terletak di tengah kalimat, misalnya takok mbake lak gak ntuk [tako? mba?e la? ga? ntU?]. Partikel lek yang bisa berada di awal dan tengah kalimat, misalnya partikel lek yang berada di awal kalimat lek ndang! [le? ndaƞ!] dan di tengah kalimat, misalnya ndang digarap ben lek bar! [ndaƞ digarap ben le? bar!]. Bentuk partikel tersebut

ada yang tunggal terletak di tengah kalimat dan ada yang terletak di awal dan tengah kalimat.

Menurut Wedhawati, dkk (2006:405) kalimat bahasa Jawa memiliki struktur informasi yang bergatra-gatra. Setiap gatra memiliki pola intonasi tertentu. Tiga macam gatra yang terpenting ialah

(1) Gatra pendahulu (antisipatori) yang berpola intonasi menaik ( ) (2) Gatra utama (fokal) yang berpola intonasi menaik dan akhirnya

menurun ( ), dan

(19)

diawali dengan sebuah atau beberapa gatra pelengkap. Dalam hubungan dengan itu, partikel sering berfungsi sebagai (unsur) pembentuk macam-macam gatra yang dimaksud.

Namun, partikel dalam kalimat bisa membentuk macam-macam gatra yang dimaksud secara jelas bila terdapat dalam suatu peristiwa tutur. Peristiwa tutur adalah berlangsungnya interaksi linguistik dalam suatu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu, seperti dalam tuturan di bawah ini.

(Di counter HP: sesama warga Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Penutur menjaga counter dan kemudian datang mitra tutur sebagai pembeli)

P1 : “Tuku apa ek, Mas?” „Beli apa, Mas?‟

P2 : “Ana perdana AS ora?”

„Ada perdana AS nggak?‟

Partikel ek [ Ʃ? ] berdasarkan distribusinya terletak pada tengah kalimat. Bila dilihat dari konteks tuturan, partikel ini mempunyai fungsi untuk memulai pembicaraan. Berbeda dengan tuturan di bawah ini dengan partikel yang sama.

(Di toko: Penutur sedang duduk di teras rumahnya, kemudian datang mitra tutur membawa jajan)

P1 : “Tuku apa maeng, Yu?”

„Beli apa tadi, Mbak?‟

P2 : “Ki ek tuku jajan.”(masuk ke dalam rumah) „Ini lho beli jajan.‟

(20)

pembicaraan. Bentuk partikel ek [ Ʃ? ] yang biasanya berada di tengah kalimat berfungsi untuk mengawali pembicaraan, tetapi ternyata dengan distribusi yang sama bisa mempunyai fungsi yang berbeda. Berdasarkan dua contoh tuturan tersebut, dapat diketahui bahwa bentuk partikel yang sama dengan distribusi yang sama pula akan mempunyai fungsi yang berbeda bergantung pada konteks yang menyertainya.

Jadi, bentuk partikel di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati bervariasi bila dilihat dari segi penutur. Selain itu, fungsi pemakaiannya juga bervariasi, bila dilihat dari distribusi dan konteks yang menyertainya. Hal tersebut yang menjadi alasan pemilihan pemakaian partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut.

a) Bentuk partikel apa saja yang dipakai oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati?

b) Bagaimana distribusi pemakaian partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati?

(21)

1.3Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan latar belakang dan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

a) mendeskripsikan partikel yang dipakai oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati,

b) mendeskripsikan distribusi pemakaian partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

c) mendeskripsikan fungsi partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan kebahasaan tentang partikel bahasa Jawa beserta pemakaiannya pada masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati, serta dapat memperkaya khasanah kepustakaan kebahasaan tentang kajian linguistik.

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1Kajian Pustaka

Penelitian bahasa, khususnya partikel bahasa hingga saat ini merupakan kajian menarik. Hal tersebut terbukti, masih banyaknya penelitian partikel bahasa yang sifatnya melengkapi dan menguatkan hasil penelitian yang telah ada.

Sebagai studi kajian pustaka dalam penelitian ini adalah telaah terhadap hasil penelitian oleh beberapa peneliti, di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Sumarlam (2006), Setiyowati (2008), Sugiarto (2008), dan Prasetiyo (2011).

Sumarlam (2006) dalam jurnalnya yang berjudul “Karakteristik Penggunaan Bahasa Jawa dalam Berita „Trang Sandyakala‟ di Stasiun

Televisi Terang Abadi” terdapat kategori fatis yang digunakan dalam ragam lisan baku yaitu siaran berita Trang Sandyakala di TATV. Kategori fatis tersebut berupa kata dan frasa. Kategori fatis berupa kata hanya ditemukan satu kata yaitu nuwun „permisi‟. Kata nuwun „permisi‟ digunakan secara konsisten oleh pembaca berita sebagai kata penutup pada setiap berita. Kategori fatis tersebut berfungsi untuk mengakhiri seluruh siaran berita Trang Sandyakala di TATV dan ditempatkan pada akhir siaran. Adapun kategori fatis yang berupa frasa dalam siaran berita Trang Sandyakala di TATV merepresentasikan ucapan terima kasih, ucapan selamat (sesuai dengan

(23)

kondisi saat berita disampaikan kepada pemirsa), ucapan selamat sore, dan ucapan salam perpisahan.

Penelitian Sumarlam (2006) yang juga membahas tentang kategori fatis, tetapi hanya mencakup kata dan frasa yang terdapat dalam tuturan bahasa Jawa pada siaran berita. Dalam penelitiannya, tidak ditemukan partikel bahasa Jawa karena objek yang dikaji adalah ragam baku, sedangkan partikel dalam penelitian ini banyak digunakan dalam ragam tidak baku. Hal inilah yang membedakan penelitian ini dengan penelitian Sumarlam (2006). Bila dilihat dari objek penelitiannya, objek penelitian Sumarlam (2006) berupa tuturan siaran berita di televisi yang menggunakan ragam baku, sedangkan objek penelitian ini berupa tuturan langsung yang terjadi di dalam masyarakat dan merupakan ragam tidak baku. Dalam tuturan tersebut akan banyak muncul partikel yang akan diteliti secara mendetail beserta fungsinya menurut distribusi dan konteks yang menyertai.

Penelitian Setiyowati (2008) dalam skripsinya yang berjudul “Interferensi Morfologi dan Sintaksis Bahasa Jawa dalam Bahasa Indonesia pada Kolom „piye ya?‟ Harian Suara Merdeka menemukan interferensi sintaksis yang berupa pemakaiaan partikel bahasa Jawa yaitu kok, piye jal/piye to, lho, dan to pada saat penutur berbicara menggunakan bahasa Indonesia.

(24)

digunakan oleh penutur untuk menyatakan makna memastikan, sedangkan penggunaan partikel to digunakan oleh penutur untuk menyatakan makna penegasan. Dalam hal ini, penutur menggunakan partikel untuk mengungkapkan perasaan dan emosi yang ada pada dirinya.

Penelitian Setiyowati (2008) yang juga menyinggung tentang pemakaian partikel bahasa Jawa dan fungsinya, tetapi hanya ditekankan pada kalimat yang menyertai. Inilah yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiyowati (2008). Pada penelitian ini, partikel beserta fungsi pemakaiannya lebih ditekankan pada distribusi dan konteks yang menyertai. Selain itu, objek penelitian oleh Setiyowati (2008) yaitu tuturan yang terdapat dalam ragam tulis pada harian Suara Merdeka, sedangkan penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah tuturan langsung yang terdapat dalam masyarakat dan termasuk ragam lisan.

Sugiarto (2008) dalam skripsinya yang berjudul “Partikel Fatis Si,

Li/Tli/Tuli, Be, Ko, Mbog, Jen/Jan, Nden dalam Bahasa Jawa Dialek Banyumas di Purbalingga” memaparkan fungsi tujuh partikel bahasa Jawa dialek Banyumas berdasarkan distribusi dan konteks yang menyertainya. Dalam penelitiannya fungsi ketujuh partikel itu untuk memulai komunikasi, mempertahankan komunikasi, dan mengakhiri komunikasi dengan penekanan atau pernyataan yang berbeda-beda.

(25)

tidak termasuk bentuk partikel campuran. Penelitian Sugiarto relevan dengan penelitian ini karena mempunyai persamaan, salah satunya meneliti partikel bahasa Jawa beserta fungsi pemakaiannya. Namun, perbedaannya terletak pada objek kajian. Objek kajian Sugiarto berupa tuturan dialek Banyumas di Purbalingga, sedangkan objek kajian penelitian ini tuturan masyarakat di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati yang dominan menggunakan dialek Pati.

(26)

Penelitian yang dilakukan oleh Prasetiyo (2011) juga menjelaskan penggunaan partikel, tetapi lebih didasarkan pada fungsi sintaksisnya tanpa memperhatikan distribusi dan konteks pemakaiannya. Hal tersebut yang menjadikan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetiyo (2011). Dilihat dari objek penelitiannya pun berbeda. Objek penelitian oleh Prasetiyo (2011) yaitu tuturan masyarakat Jawa dan Sunda di Kabupaten Tangerang, sedangkan objek penelitian ini berupa tuturan masyarakat Jawa yang terdapat di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

2.2Landasan Teoretis

Teori-teori yang digunakan sebagai dasar pembahasan masalah penelitian ini adalah (1) kategori fatis, (2) fungsi fatis, (3) partikel, (4) distribusi partikel, dan (5) konteks.

2.2.1 Kategori Fatis

(27)

Kridalaksana (2005:114-116) mengungkapkan bahwa kategori fatis merupakan ragam bahasa lisan yang bertugas untuk memulai, mempertahankan, mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Kategori fatis tidak dapat diucapkan dengan monolog dan biasanya terdapat dalam konteks dialog atau wacana bersambutan, yaitu kalimat-kalimat yang diucapkan oleh pembicara dan kawan bicara. Sebagian kategori fatis merupakan ciri ragam lisan yang nonstandar sehingga kebanyakan kategori fatis terdapat dalam kalimat-kalimat nonstandar yang banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kategori fatis merupakan ragam bahasa lisan yang bertugas untuk memulai, mempertahankan, mengukuhkan pembicaraan dengan tujuan memperlihatkan rasa sopan santun antara penutur dan mitra tutur. Dalam ragam bahasa lisan atau peristiwa tutur suatu dialek tertentu, dapat dijumpai pula pemakaian bentuk-bentuk partikel dalam dialek tersebut.

2.2.2 Fungsi Fatis

(28)

merupakan unsur penunjang. Unsur pengirim, penerima, dan kontak merupakan unsur yang berhubungan dengan topik pembicaraan.

Jakobson (1980:81), membuat skema enam faktor dalam komunikasi verbal yang dikaitkan dengan fungsi bahasa. Skemanya adalah sebagai berikut.

CONTEXT (referensial)

MESSAGE

(poetic)

ADDRESSER ADDRESSEE

(emotive) (conative)

CONTACT (phatic) CODE

(metalingual)

Gambar 1. Skema hubungan Enam Faktor Komunikasi Verbal dengan Fungsi Bahasa (Jakobson 1980:81)

Setiap faktor dalam komunikasi verbal saling berhubungan. Namun, menurut Jakobson (1980:82) dalam suatu peristiwa komunikasi kemungkinan muncul satu faktor atau lebih yang dianggap dominan. Dominasi itulah kemudian yang melahirkan fungsi bahasa. Menurut Jakobson (1980:82), ujaran yang penekannya pada acuan atau konteks (context) mempunyai fungsi referensial (referensial). Jika penekanan ujaran pada pengirim pesan (addresser), ujaran tersebut berfungsi emotif (emotive) atau fungsi ekspresif.

(29)

fungsi konatif (conative). Fungsi konatif bahasa terdapat dalam kalimat perintah (Jakobson 1980:83).

Jika sebuah ujaran menekankan pada kontak (contact), yang dihasilkan adalah fungsi fatis bahasa (phatic). Fungsi fatis bahasa biasanya berfungsi untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan komunikasi, untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar kawan bicara tetap memperhatikan (Jakobson 1980:84). Fungsi puitis (poetic) bahasa terjadi bila suatu ujaran penekanannya pada pesan (message) yang disampaikan. Fungsi metabahasa (metalingual) adalah fungsi bahasa yang penekanannya pada (code).

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan keenam fungsi bahasa menurut Jakobson (1980: 81-86) adalah sebagai berikut.

(1) Fungsi referensial bahasa (referensial), jika peristiwa komunikasi banyak diisi oleh informan tentang acuan. Fungsi bahasa ini muncul bila komunikasi bersifat menjelaskan sebuah peristiwa dan keadaan. (2) Fungsi ekspresif/ emotif bahasa (expressive/emotive), jika peristiwa

komunikasi didominasi oleh pengirim dengan menampakkan hal-ihwal yang bersangkutan dengan pribadi pembicara.

(3) Fungsi konatif bahasa (impressive atau conative), jika peristiwa komunikasi didominasi oleh harapan agar si penerima pesan berubah atau melakukan sesuatu setelah komunikasi terjadi.

(30)

bahasa ini muncul ketika pengirim ingin memulai komunikasi, menjaga alur komunikasi dan juga untuk memutuskan komunikasi. (5) Fungsi puitik bahasa (poetic), jika yang ditekankan adalah bentuk dari

pesan yang hendak disampaikan.

(6) Fungsi metabahasa (metalingual) muncul jika komunikasi membahas penggunaan bahasa untuk menjelaskan bahasa.

Menurut Leech (1977:50) terdapat lima fungsi bahasa adalah sebagai berikut.

(1) Fungsi informatif, yaitu fungsi bahasa sebagai alat menyampaikan informasi.

(2) Fungsi ekspresif, yaitu fungsi bahasa sebagai alat mengekspresikan sikap dan perasaan penutur.

(3) Fungsi direktif, yaitu fungsi bahasa sebagai alat mempengaruhi sikap atau perilaku orang lain.

(4) Fungsi estetis, yaitu fungsi bahasa untuk kepentingan bahasa sebagai seni.

(5) Fungsi fatis, yaitu fungsi bahasa untuk membuka dan menjaga jalur komunikasi berkesinambungan atau agar hubungan sosial baik.

(31)

2.2.3 Partikel Bahasa Jawa

Kridalaksana (2005:116) membagi bentuk kategori fatis atas partikel, kata fatis, dan frase fatis. Penelitian ini membahas partikel bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa terdapat partikel tunggal dan partikel campuran. Adapun pengertian partikel menurut Sudaryanto (1992:121) ialah satuan lingual yang secara bentuk menyerupai afiks, tetapi pelakunya bebas sebagaimana kata pada umumnya. Pendapat lain mengenai partikel diungkapkan oleh (Kridalaksana 2008:174) yang menyatakan bahwa partikel adalah kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfleksikan yang mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal.

Suatu kata bisa disebut partikel bila memenuhi ciri-ciri pada umumnya. Hal tersebut diungkapkan oleh Subroto dkk (1991: 43) yang menyebutkan ciri-ciri umum kelas kata yang disebut partikel sebagai berikut.

1) Keanggotaannya terbatas dan merupakan kelas kata yang tertutup. Oleh karena merupakan kelas tertutup.

2) Partikel tidak dapat dijadikan dasar atau alas bagi pembentukan kata lebih lanjut, kecuali dalam kasus transposisi.

3) Partikel pada umumnya tidak mempunyai arti leksis yang jelas. Arti partikel kebanyakan baru menjadi jelas apabila ditempatkan dalam konteks frasa atau kalimat.

(32)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa partikel bahasa Jawa merupakan kata atau satuan lingual bahasa Jawa yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfleksikan dan mengandung makna gramatikal.

2.2.4 Distribusi Partikel

Menurut Kridalaksana (1994:116), ada bentuk fatis yang terdapat di awal kalimat, di tengah kalimat, dan ada pula yang berada di akhir kalimat. Rachmat dalam Sutami (Ed.) (2005:21), menambahkan bahwa partikel, khususnya dalam Bahasa Jawa memiliki distribusi di awal, tengah atau akhir ujaran.

Dalam distribusinya, partikel dapat muncul dalam kalimat deklaratif, introgatif, dan imperatif. Kalimat deklaratif adalah kalimat yang mengandung maksud memberitakan sesuatu kepada mitra tutur (Rahardi 2005:74). Kalimat introgatif adalah kalimat yang mengandung maksud menanyakan sesuatu kepada mitra tutur, sedangkan kalimat imperatif adalah kalimat yang menggunakan maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana diinginkan si penutur (Rahardi 2005:76 dan 79). Jadi, distribusi partikel bisa muncul di awal, tengah, dan akhir ujaran baik dalam kalimat deklaratif, introgatif, dan imperatif.

2.2.5 Konteks

(33)

konteks yang pertama yaitu aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang berkaitan dengan ujaran tertentu. Pengertian konteks yang kedua, yaitu pengetahuan yang sama-sama dimiliki pembicara dan pendengar, sehingga pendengar paham akan apa yang dimaksud pembicara.

Konteks menurut Mulyana (2005:21) ialah situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan/dialog. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud, maupun informasinya, sangat tergantung pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa tuturan itu.

Menurut Hartono (2000:213), konteks mempunyai fungsi yang sangat penting di dalam pemakaian bahasa karena semua pemakaian bahasa mempunyai konteks. Dalam pemakaian bahasa, konteks dapat menentukan makna dan maksud suatu ujaran.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konteks merupakan situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi yang dapat menentukan makna dan maksud pemakaian bahasa oleh penutur dan mitra tutur.

2.3 Kerangka Berpikir

(34)

dikemukakan dalam penelitian ini yaitu mengenai bentuk partikel bahasa Jawa yang dipakai oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati dan pemakaiannya berdasarkan distribusi dan konteks yang menyertai.

Teori yang digunakan untuk menemukan deskripsi permasalahan tersebut yaitu pandangan Kridalaksana (2005:114) yang mengatakan bahwa fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, mengukuhkan, atau mengakhiri pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan teoretis berupa pendekatan struktural dengan teori fatis yang mencakup kategori fatis, fungsi fatis, partikel, distribusi partikel, dan konteks dan pendekatan metodologis berupa pendekatan deskriptif dan pendekatan kualitatif.

(35)

KERANGKA PEMIKIRAN

Penelitian Pemakaian Partikel Bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Latar Belakang Masalah

 Bentuk partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati bervariasi dari segi penutur. Selain itu, fungsi pemakaiannya pun bervariasi bila dilihat dari segi distribusi dan konteks yang menyertainya.

1. Bentuk partikel apa saja yang digunakan oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati?

2. Bagaimana distribusi pemakaian partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati?

3. Bagaimana fungsi partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan  Pengumpulan data dengan

metode simak dan cakap 3. Fungsi pemakaian partikel

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu pendekatan teoretis dan pendekatan metodologis. Pendekatan penelitian secara teoretis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural dengan teori fatis. Pendekatan ini digunakan karena penelitian ini menganalisis bentuk, distribusi, dan fungsi partikel dalam tataran sintaksis pada peristiwa tutur. Teori yang digunakan yaitu pandangan Kridalaksana (2005:114) yang mengatakan bahwa fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, mengukuhkan, atau mengakhiri pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara.

Pendekatan penelitian berikutnya adalah pendekatan secara metodologis. Pendekatan penelitian secara metodologis yang digunakan dalam penelitian ini berupa pendekatan deskriptif dan kualitatif. Pendekatan deskriptif merupakan pendekatan yang berupaya mengungkapkan pemakaian partikel secara apa adanya. Pendekatan selanjutnya yaitu pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, tetapi berupa kata-kata, sehingga penelitian ini tidak menggunakan perhitungan maupun prosedur statistik lainnya.

(37)

3.2 Sumber Data

Sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati yang di dalamnya diduga terdapat partikel bahasa Jawa. Penelitian ini membutuhkan beberapa informan sebagai narasumber dalam pengumpulan data. Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat asli Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

Informan yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi beberapa kriteria di antaranya, 1) warga asli Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati, 2) menggunakan bahasa Jawa dalam pergaulan sehari-hari, 3) pembatasan usia (antara 17-60 tahun), 4) sehat jasmani dan rohani, dan 5) tidak memiliki kendala wicara.

3.2.1 Data

(38)

(1) No Data: (2) Tanggal: (3) Sumber Data: (4) Konteks: (5) Data:

(6) Analisis

Gambar 3. Contoh kartu data

Keterangan:

(1) Kolom pertama berisi nomor data yang akan dianalisis. (2) Kolom kedua berisi waktu pengumpulan data.

(3) Kolom ketiga berisi data informan.

(4) Kolom keempat berisi konteks peristiwa tutur. (5) Kolom keenam berisi analisis data.

3.3Metode Pengumpulan Data

(39)

3.3.1 Metode Simak

Dalam metode simak terdapat metode Simak Libat Cakap (SLC), metode Simak Libat Bebas Cakap (SLBC), metode rekam, dan metode catat. Metode simak bebas libat cakap merupakan metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam proses pengambilan data peneliti tidak berpartisipasi dalam percakapan, peneliti hanya berperan sebagai pengamat. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kewajaran dari tuturan yang dilakukan tersebut. Penggunaan metode ini dilakukan bersamaan dengan metode rekam, yakni perekaman terhadap tuturan yang terjadi dengan alat bantu rekam kamera digital.

Selanjutnya, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode catat. Metode catat ini berfungsi untuk mentranskrip data sesudah perekaman tersebut dilakukan. Data tersebut kemudian dipindahkan ke dalam kartu data untuk dikelompokkan berdasarkan jenisnya agar mempermudah dalam pengolahan data. Data yang telah dikelompokkan merupakan data yang berhubungan dengan bentuk, distribusi, dan fungsi partikel yang dipakai oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

3.3.2 Metode Cakap

(40)

sebanyak-banyaknya. Dengan metode tersebut peneliti dapat dengan mudah mendapatkan informasi dan data pendukung yang tidak ditemukan di lapangan. Dalam hal ini narasumber atau informan sadar dan mengetahui bahwa dirinya diwawancara. Penggunaan metode ini dilakukan untuk mengetahui faktor atau unsur-unsur lain yang tidak terdapat pada tuturan yang terjadi.

Metode rekam dalam penelitian ini dilakukan bersamaan dengan metode cakap semuka. Metode ini digunakan untuk merekam semua percakapan yang terjadi. Dalam penggunaan metode ini membutuhkan alat bantu rekam berupa kamera digital. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam menganalisis hasil

percakapan. Setelah percakapan tersebut dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan metode catat, yaitu mencatat semua hasil percakapan yang berhubungan dengan pemakaian partikel pada masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Pencatatan tersebut digunakan untuk mempermudah dalam penyusunan dan analisis data yang akan dilakukan.

3.4Metode Analisis Data

(41)

partikel yang digunakan dalam sebuah komunikasi. Metode padan digunakan dalam penelitian ini sebagai metode untuk menganalisis bentuk partikel yang digunakan oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

Metode yang kedua yaitu metode agih, Metode agih alat penentunya berupa bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Alat penentu yang dipakai dalam penelitian ini adalah partikel yang digunakan oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Dalam penelitian ini metode agih digunakan untuk meneliti distribusi dan fungsi pemakaian partikel masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

Data yang berhasil dikumpulkan kemudian dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Mengelompokkan data tuturan penggunaan partikel berdasarkan bentuknya. b. Mengelompokkan data tuturan penggunaan partikel berdasarkan

distribusinya.

c. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan fungsi partikel yang digunakan masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati berdasarkan konteksnya.

3.5Metode Pemaparan Hasil Analisis Data

(42)
(43)

BAB IV

PARTIKEL BAHASA JAWA DI DESA KARABAN KECAMATAN GABUS KABUPATEN PATI

Dalam bab ini dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai: 1) bentuk partikel bahasa Jawa yang dipakai oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati, 2) distribusi partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati, dan 3) fungsi partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

4.1 Bentuk Partikel Bahasa Jawa yang Dipakai Oleh Masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati

Bentuk partikel bahasa Jawa yang dipakai oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati dalam peristiwa tutur berupa partikel tunggal dan campuran.

4.1.1 Bentuk Partikel Tunggal

Terdapat delapan belas bentuk partikel tunggal bahasa Jawa yang dipakai oleh masyarakat Kecamatan Gabus Kabupaten Pati secara umum. Bentuk partikel tersebut adalah a [a], ah [ah], dhak [ḍa?]/ ndhak [nḍa?], e [e], go [gO], hare [hare], jek e [je? e], kok [kO?]/ ok [O?], lah [lah], lak [la?], leh [lƩh], lek [le?], mbok [mbO?], no [no], tah [tah], thek [ṭe?]/ atek [ate?], kan [kan], dan si [si]. Namun, di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati ditemukan partikel yang berbeda pengucapannya, seperti pada partikel e [e] menjadi ek [Ʃ?], leh [lƩh] menjadi [lhƩh], dan thek [ṭe?] menjadi atek [ate?]. Selain itu, ditemukan pula

(44)

perbedaan pemakaian pada tingkat pendidikan, misalnya partikel kan [kan] dan si [si] lebih banyak dipakai oleh penutur yang berpendidikan tinggi serta usia

tujuh belas ke atas. Secara keseluruhan partikel yang dipakai oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati hampir sama dengan masyarakat Pati pada umumnya. Pemakaian dalam kalimat adalah sebagai berikut.

(1) Ana wong sing wis diambung a Sih, nuangis Sih. [כnכwO sI wIs diambU a SIh, nua Is SIh.]

Ada orang yang dicium a Sih, nangis dia Sih.‟ (Data 2) (2) Pangan kuwe ah moh aku!

[Pa an kuwe ah mOh aku! ]

„Makan kamu ah nggak mau aku!‟ (Data 15)

(3) Diowok-owok ngko dhak campur sembarang ndhengah? [DiOwO?-OwO? ko ḍa? campUr sǝmbara nḍe ah?] „Dirusak nanti dhak tercampur dengan apa saja?‟ (Data 3)

(4) Ki ndhak wis pendaftaran, Mbak?

[Ki nḍa? wIs penḍaftaran, mba?]

„Ini ndhak sudah pendaftaran, Mbak?‟ (Data 12) (5) Rehan ek ngono?

[Rehan Ʃ? ono?]

„Rehan ek begitu?‟ (Data 3)

(6) Tukokna minyak kayak kuwe go, Mbak! [TukO?nכ miña? kכyכ? kuwe gO, mba?!]

„Belikan minyak seperti punyamu go, Mbak!‟ (Data 15)

(7) Lho lapis hare moh. [Lho lapIs hare mOh.]

„Lho lapis hare nggak mau.‟ (Data 15) (8) Gak ndhenger are.

(45)

„Tidak tahu are.‟ (Data 9)

(9) Jek e maksudem apa?

[Je? e ma?sUdǝm כpכ ?]

Jek e maksudmu apa?‟ (Data 23)

(10) Atise ngene kok kipasan. [Atise ene kO? kipasan.]

„Dingin seperti ini kok kipasan.‟ (Data 21) (11) Angil ning kono ok.

[A il nI kono O?.]

„Susah disana ok.‟ (Data 12)

(12)Lah sukur malah apik nek wis isa ngarit. [Lah sOkOr malah apI? nƩ? wIs isכ arIt.]

Lah sukur malah bagus kalau udah bisa ngambil rumput.‟ (Data 29)

(13) Njenengan lak stand by wonten mriki terus, Pak? [Njǝnǝ an la? stƩn be wOntǝn mriki tǝrUs, Pa?]

„Kamu lak stand by di sini terus, Pak?‟ (Data 10)

(14) Apa jenenge leh, ning Ngantru, malah ora dadi. [כpכjǝnǝ e lƩh, nI antru, malah ora dadi.]

„Apa namane leh, di Ngantru, malah tidak jadi.‟ (Data 7)

(15) Kathah, tapi nek pas ana lowongan lek pas sing dhaptar biasane peminate kurang mberah.”

[Kaṭah, tapi nƩ? pas כnכlOwO an le? pas sI ḍaptar biasane peminate kura mbǝrah.]

„Banyak, tapi kalau saat ada lowongan lek tepat yang daftar biasanya peminatnya kurang banyak.‟ (Data 14)

(16) Mbok ya sinau sing mempeng ben lulus!

[MbO? yכsinau sI mǝmpǝ bƩn lulus!]

(46)

[NI Jǝṭa? ra isכ no?]

„Di Jetak tidak bisa no?‟ (Data 7)

(18) Ora isa dicagerna nek wong iku tah. [ora isכdicagǝrnכnƩ? wO iku tah.]

Tidak bisa diharapkan kalau orang itu tah.‟(Data 7)

(19) Thek ora mbek pangan gena lapis?

[ṭe? ora mbe? pa an genכ lapis ?]

Thek nggak kamu makan kenapa lapis?‟ (Data 15)

(20) Murah atek.” [Murah ate?.]

„Murah atek.‟ (Data 16) (21)Tapi kan kathah, Pak.

[Tapi kan kaṭah, Pa?]

„Tapi kan banyak Pak.‟ (Data 14)

(22) Ya gak si ngepas piket, nek gak piket ya gak. [Yכga? si ǝpas pikƩt, nƩ? ga? pikƩt yכ ga?.]

„Ya tidak si kebetulan ada piket, kalo tidak piketnya tidak.‟(Data 10)

Kalimat-kalimat tersebut merupakan contoh pemakaian partikel oleh Masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati yang berbentuk tunggal.

4.1.2 Bentuk Partikel Campuran

(47)

an) dan bentuk partikel campuran terdiri atas tiga partikel, yaitu (dhak, lek, kok); (lek an, ok); (jek e, ah, kok); (lek en, kok); (dhak, lah, thek), seperti dalam kalimat

berikut.

4.1.2.1Bentuk Campuran Terdiri atas Dua Partikel (1) Lha aku lak ngene lha lapo thek nangis ngunu ku.

[Lha aku lak ene lha lapO ṭe? na Is unu ku.]

„Lha aku lak gini lha ngapain thek nangis gitu.‟ (Data 6)

Kalimat (1) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara partikel lak dan thek.

(2) Dhak iku a.

[ḍa? iku a.]

Dhak itu a.‟ (Data 7)

Kalimat (2) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara partikel dhak dan a.

(3) Hare ntek 70 kok ra kenek ah. [Hare ntƩ? 70 kO? ra kǝnƩ? ah.]

„Katanya habis 70 kok tidak ada ah.‟ (Data 7)

Kalimat (3) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara partikel kok dan ah.

(4) Turu Gas turu, bingung men si nggatekna kuwe leh. [Turu Gas turu, bi U mǝn si gtƩ?nכkuwe lƩh.]

„Tidur Gas tidur, pusing banget si, memperdulikan kamu leh.‟ (Data 8)

Kalimat (4) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara partikel si dan leh.

(48)

„Iya lha dekat kok tidak dapat gitu go.‟ (Data 9)

Kalimat (5) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara partikel kok dan go.

(6) Thek wani kuwe leh, Ka? [ṭe? wani kuwe lƩh, Ka?]

Thek berani kamu leh, Ka?‟ (Data 9)

Kalimat (6) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara partikel thek dan leh.

(7) Aja ngene ah dhak loru! [כjכ ene ah ḍa? lOru!]

„Jangan gini ah dhak sakit!‟ (Data 9)

Kalimat (7) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara partikel ah dan dhak.

(8) Mandah kebusek kula ek maeng ape takok lek rene pas takok. [Mandah kǝbusǝ? kulכƩ? maǝ ape takO? le? rene pas takO?.]

„Malah terhapus saya ek tadi mau tanya lek ke sini tanya.‟ (Data 11)

Kalimat (8) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara partikel ek dan lek.

(9) Nek pendidikan kan angil a mbak ndhek mben. [NƩ? pǝnḍiḍikan kan a il a mba? nḍƩ? mbƩn.]

„Kalau pendidikan kan susah a mbak dulu.‟ (Data 12)

Kalimat (9) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara partikel kan dan a.

(10) Sabun whitening iki sabun papaya ndhak an? [SabUn waitǝni iki sabUn papaya nḍa? an ?]

(49)

Kalimat (10) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara partikel ndhak dan an.

Kalimat-kalimat tersebut merupakan contoh pemakaian partikel yang berbentuk campuran yang terdiri atas dua partikel oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

4.1.2.2Bentuk Campuran Terdiri atas Tiga Partikel

(11)Watuke, ya jeh watuke ngekel, lek an apa mangan sosis barang, dikandhani ra nggatek ok.

[Watu?e, yכ jeh watu?e ǝkǝl, le? an כpכ ma an sosIs bara , dikanḍani ra gatƩ? O?.]

„Batuknya ya masih, lek an apa makan sosis juga, dibilangin tidak percaya ok.‟ (Data 9)

Kalimat (11) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara partikel lek, an dan ok.

(12)Dhak iya lek mangkat kana kok!

[ḍa? iyכle? ma kat kכnכ kO?!]

Dhak ya lek berangkat sana kok!‟ (Data 1)

Kalimat (12) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara partikel dhak, lek, dan kok.

(13)Jek e aja linggih pupuku ah loru kok!

[Je? e כjכli gIh pupuku ah lOru kO?!]

Jek e, jangan duduk di paha saya ah sakit kok!‟ (Data 9)

Kalimat (13) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara partikel jek e, ah, dan kok.

(50)

„Orang sini lho Prenggan, sini lek en kakinya ini terseret kok. bengkak.‟ (Data 19)

Kalimat (14) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara partikel lek, en dan kok.

(15)Tangane tugel san ben ra nduwe tangan kabeh dhak lah thek. [Ta ane tugǝl san bƩn ra nduwe ta an kabƩh ḍa? lah ṭe?.]

„Tangannya patahin saja biar tidak punya tangan semua dhak lah thek.‟ (Data 20)

Kalimat (15) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara partikel dhak, lah dan thek.

Kalimat-kalimat tersebut merupakan contoh pemakaian partikel yang berbentuk campuran yang terdiri atas tiga partikel oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

4.2 Distribusi Partikel Bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati

Pemakaian partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati berdasarkan distribusinya dapat terletak di (1) awal, (2) akhir, (3) awal dan tengah, (4) awal dan akhir, (5) tengah dan akhir, (6) awal, tengah, dan akhir, seperti dalam kalimat berikut.

4.2.1 Partikel yang Terletak di Awal

Partikel yang terletak di awal kalimat yaitu mbok, seperti dalam kalimat berikut.

Mbok dijarna ae!

[MbO? dijarnכ ae!]

(51)

Partikel mbok terletak di awal kalimat. 4.2.2 Partikel yang Terletak di Akhir

Partikel yang terletak di akhir kalimat yaitu no, seperti dalam kalimat berikut.

Ning Jetak ra isa no? [NI Jǝṭa? ra isכ no ?]

„Di Jetak tidak bisa no?‟ (Data 7) Partikel no terletak di akhir kalimat.

4.2.3 Partikel yang Terletak di Awal dan Tengah

Partikel yang terletak di awal dan di tengah kalimat yaitu lak dan lek. 4.2.3.1Partikel lak

Berdasarkan distribusinya, partikel lak bisa terletak di awal dan di tengah kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Lak 30 ngko Ka?

[La? 30 ko Ka?]

Lak 30 nanti Ka?‟ (Data 21)

b. Njenengan lak stand by wonten mriki terus, Pak? [Njǝnǝ an la? sǝtƩn be wOntǝn mriki tǝrUs, Pa?]

„Kamu lak stand by di sini terus, Pak?‟ (Data 10)

Kalimat 1(a) merupakan contoh pemakaian partikel lak yang terletak di awal kalimat, sedangkan kalimat 1(b) contoh pemakaian partikel lak yang terletak di tengah kalimat.

4.2.3.2Partikel lek

(52)

a. Lek kon lapo ngono lho aku, Mbah? [Le? kOn lapO ono lho aku, Mbah?]

Lek suruh ngapain saya, Mbah?‟ (Data 28)

b. Lho bar ka kene ngko lek anake melok rene. [Lho bar kכkene ko le? ana?e melO? rene.]

„Lho habis dari sini nanti lek anaknya ikut kesini‟ (Data 22)

Kalimat 2(a) merupakan contoh pemakaian partikel lek yang terletak di awal kalimat, sedangkan kalimat 2(b) contoh pemakaian partikel lek yang terletak di tengah kalimat.

4.2.4 Partikel yang Terletak di Awal dan Akhir

Partikel yang terletak di awal dan di akhir kalimat yaitu tah, seperti dalam kalimat berikut.

a. Tah nek mbek isikna sisan ben gak sah tuku.

[Tah nƩ? mbe? isI?nכsisan bƩn ga? sah tuku.]

Tah kalau kamu isikan sekalian biar tidak usah beli.‟ (Data 27)

b. Ora iso dicagerna nek wong iku tah. [Ora isכdicagǝrnכnƩ? wO iku tah.]

„Tidak bisa diharapkan kalau orang itu tah.‟ (Data 9)

Kalimat (a) merupakan contoh pemakaian partikel tah yang terletak di awal kalimat, sedangkan kalimat (b) contoh pemakaian partikel tah yang terletak di akhir kalimat.

4.2.5 Partikel yang Terletak di Tengah dan Akhir

(53)

4.2.5.1Partikel a

Berdasarkan distribusinya, partikel a bisa terletak di tengah dan di akhir kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Mbak aku nonton kalunge a, Mbak! [Mba? aku nOntOn kalu e a, Mba?!]

„Mbak, saya liat kalungnya a, Mbak!‟ (Data 12) b. Sarjono ika ya dibruk a?

[SarjOnO ikכ yכ dibrU? a ?]

„Sarjono itu ya di tambah tanah lagi a? (Data 19)

Kalimat 1 (a) merupakan contoh pemakaian partikel a yang terletak di tengah kalimat, sedangkan kalimat 1 (b) contoh pemakaian partikel a yang terletak di akhir kalimat.

4.2.5.2Partikel ah

Berdasarkan distribusinya, partikel ah bisa terletak di tengah dan di akhir kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Bidan kene ku ah awakku dha loru sirahku ngelu. [Bidan kene ku ah awa?ku ḍa lOru sirahku ǝlu.]

„Bidan sini tu ah badanku sakit kepalaku pusing.‟ (Data 21)

b. Anake, pakane e ra tau ning kene ah. [Ana?e, pa?ane e ra tau nI kene ah.]

„Anaknya, bapaknya saja gak pernah kesini ah.‟ (Data 22)

(54)

4.2.5.3Partikel ek

Berdasarkan distribusinya, partikel ek bisa terletak di tengah dan di akhir kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Boten wonten ek, Mbak. [MbOtǝn wOntǝn Ʃ?, Mba?.]

„Tidak ada ek mbak.‟ (Data 13) b. Nggih ek.

[ gIh Ʃ?.]

„Ya ek.‟ (Data 11)

Kalimat 3 (a) merupakan contoh pemakaian partikel ek yang terletak di tengah kalimat, sedangkan kalimat 3 (b) contoh pemakaian partikel ek yang terletak di akhir kalimat.

4.2.5.4Partikel go

Berdasarkan distribusinya, partikel go bisa terletak di tengah dan di akhir kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Sing iku go botol sing gedhi sisan Victoria apa pa! [SI iku gO bOtOl sI gǝḍi sisan vi?tOria כpכ pכ!]

„Yang itu go botol yang besar sekaliyan Victoria atau apa.!‟ (Data 15) b. Ngumbe akeh go!

[ umbe akƩh gO!]

„Minum yang banyak go!‟ (Data 15)

(55)

4.2.5.5Partikel hare/ are

Berdasarkan distribusinya, partikel hare/ are bisa terletak di tengah dan di akhir kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Haiya wonge ngguyu hare kon ndi roh aku pas ndheke rapat ika. [HaiyכwO e guyu hare kOn ndi rOh aku pas nḍe?e rapat ikכ.] „Haiya orangnya tertawa hare darimana liat aku ketika dia rapat dulu.‟ (Data 14)

b. Gak ndhenger are. [Ga? nḍǝ ǝr are.]

„Tidak tahu are.‟ (Data 9)

Kalimat 5 (a) merupakan contoh pemakaian partikel hare/ are yang terletak di tengah kalimat, sedangkan kalimat 5 (b) contoh pemakaian partikel hare/ are yang terletak di akhir kalimat.

4.2.5.6Partikel leh

Berdasarkan distribusinya, partikel leh bisa terletak di tengah dan di akhir kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. He piye leh, Han? [He piye lƩh, Han?]

„He gimana leh, Han?‟ (Data 3)

b. Sirahe ditambal-tambal maeng lapo leh? [Sirahe ditambal-tambal maǝ lapO lƩh?]

„Kepalanya diperban tadi kenapa leh?‟ (Data 24)

(56)

4.2.5.7Partikel kan

Berdasarkan distribusinya, partikel kan bisa terletak di tengah dan di akhir kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Kapuk sini kan usahane sedaya kapuk, Mbak. [KapU? sini kan usahane sǝdכyכ kapU?, Mba?.]

„Kapuk sini kan usahanya semuanya kapuk mbak.‟ (Data 14)

b. Lha Plumbungan ku roh kan? [Lha Plumbu an ku rOh kan?]

„Lha Plumbungan itu lihat kan?‟ (Data 20)

Kalimat 7 (a) merupakan contoh pemakaian partikel kan yang terletak di tengah kalimat, sedangkan kalimat 7 (b) contoh pemakaian partikel kan yang terletak di akhir kalimat.

4.2.5.8Partikel si

Berdasarkan distribusinya, partikel si bisa terletak di tengah dan di akhir kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Ya gak si ngepas piket, nek gak piket ya gak. [Yכga? si ǝpas pikƩt, nƩ? ga? pikƩt yכ ga?.]

„Ya gak si kebetulan piket, kalau gak piket ya gak.‟ (Data 10)

b. Ya ogak si. [Yכ oga? si.]

„Ya gak si‟ (Data 12)

(57)

4.2.6 Partikel yang Terletak di Awal, Tengah, dan Akhir

Partikel yang terletak di awal, tengah, dan akhir kalimat yaitu dhak/ ndhak, jek e, kok/ ok, lah, dan thek/ atek.

4.2.6.1Partikel dhak/ ndhak

Berdasarkan distribusinya, partikel dhak/ ndhak bisa terletak di awal, di tengah, dan di akhir kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Ndhak kulak ning Semarang he e, Mbak?

[nḍa? kula? nI Sǝmara he e, Mba?]

Ndhak ngambil dari Semarang, ya, Mbak?‟ (Data 12)

b. Pak Mul dhak lor Pak Mul? [Pa? MUl ḍa? lOr Pa? MUl?]

Pak Mul dhak utara Pak Mul?‟ (Data 14) c. Melu bareng Karyono saksataran dhak?

[MƩlu barǝ KaryOnO sa?sataran ḍa?]

„Ikut bareng karyono satu sataran dhak?‟ (Data 18)

Kalimat 1 (a) merupakan contoh pemakaian partikel ndhak/ dhak yang terletak di awal kalimat, kalimat 1 (b) merupakan contoh pemakaian partikel ndhak/ dhak yang terletak di tengah kalimat, dan kalimat 1 (c) merupakan contoh pemakaian partikel ndhak/ dhak yang terletak di akhir kalimat.

4.2.6.2Partikel jek e

Berdasarkan distribusinya, partikel jek e bisa terletak di awal, di tengah, dan di akhir kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Jek e maksudem apa?

[Je? e ma?sUdǝm כpכ?]

(58)

b. Gena jek e klambinem isa ambune ra enak? [Genכje? e klambinǝm isכ ambune ra ena?]

„Kenapa jek e bajumu bisa baunya tidak enak?‟ (Data 23)

c. Aja ngene jek e! [כjכ ene je? e!]

„Jangan begini jek e!‟ (Data 9)

Kalimat 2 (a) merupakan contoh pemakaian partikel jek e yang terletak di awal kalimat, kalimat 2 (b) merupakan contoh pemakaian partikel jek e yang terletak di tengah kalimat, dan kalimat 2 (c) merupakan contoh pemakaian partikel jek e yang terletak di akhir kalimat.

4.2.6.3Partikel kok/ ok

Berdasarkan distribusinya, partikel kok/ ok bisa terletak di awal, di tengah, dan di akhir kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Kok saged kapuk niku, Pak?

[KO? sagǝd kapU? niku, Pa?]

Kok bisa kapuk itu, Pak?‟ (Data 13)

b. Atise ngene kok kipasan. [Atise ene kO? kipasan.]

„Dingin seperti ini kok kipasan.‟ (Data 21) c. Angil ning kono ok.

[A il nI kono O?.]

„Susah di sana ok.‟ (Data 12)

(59)

4.2.6.4Partikel lah

Berdasarkan distribusinya, partikel lah bisa terletak di awal, di tengah, dan di akhir kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Lah ndheke maeng ape mbarengi.

[Lah nḍe?e maǝ ape mbarǝ i.]

„Lah dia tadi mau bareng.‟ (Data 29)

b. Terusane nggantheng ngono ya lah aku ngono. [Tǝrusane ganṭǝ ono yכlah aku ono.]

„Kalau ganteng gitu ya lah aku begitu.‟ (Data 6)

c. Ya lumayan lah. [Yכ lumayan lah.]

„Ya lumayan lah.‟ (Data 12)

Kalimat 4 (a) merupakan contoh pemakaian partikel lah yang terletak di awal kalimat, kalimat 4 (b) merupakan contoh pemakaian partikel lah yang terletak di tengah kalimat, dan kalimat 4 (c) merupakan contoh pemakaian partikel lah yang terletak di akhir kalimat.

4.2.6.5Partikel thek/ atek

Berdasarkan distribusinya, partikel thek/ atek bisa terletak di awal, di tengah, dan di akhir kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Thek nangis gena?

[ṭe? na Is genכ?]

Thek menangis kenapa?‟ (Data 26)

b. Lha thek diweki dilah ngaglak ku nggo apa?

[Lha ṭe? diwe?i dilah agla? ku go כpכ?]

(60)

[Murah ate?, Yul.]

„Murah atek, Yul.‟ (Data 16)

Kalimat 5 (a) merupakan contoh pemakaian partikel thek/ atek yang terletak di awal kalimat, kalimat 5 (b) merupakan contoh pemakaian partikel thek/ atek yang terletak di tengah kalimat, dan kalimat 5 (c) merupakan contoh pemakaian partikel thek/ atek yang terletak di akhir kalimat.

4.3 Fungsi Partikel Bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati

Fungsi partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati yaitu untuk (1) memulai komunikasi, (2) mempertahankan komunikasi, dan (3) mengakhiri komunikasi.

4.3.1 Memulai Komunikasi

Partikel bahasa Jawa yang mempunyai fungsi untuk memulai komunikasi yaitu jek e, mbok, thek, a, dhak, kok, go, dan leh.

4.3.1.1 Partikel jek e

Partikel jek e biasanya digunakan untuk memulai komunikasi. Berikut contoh memulai komunikasi dengan partikel jek e.

KONTEKS: SAAT MAU MASUK RUMAH, BAGAS MENGHALANG-HALANGI EKA.

Eka : “Jek e maksudem apa?” [je? e ma?sUdǝm כpכ] „Jek e maksudmu apa?‟ Bagas : “Lapo-lapo mbak, hahaha”

[LapO-lapO mba?, hahaha] „Apa-apa mbak, hahaha

(61)

Tuturan Jek e maksudem apa?” merupakan kalimat interogatif yang menyatakan kekesalan penutur terhadap lawan tutur yang menghalangi pintu masuk. Kemunculan partikel jek e [je? e] di awal kalimat interogatif berfungsi untuk memulai komunikasi dengan cara menunjukkan kekesalan.

4.3.1.2 Partikel mbok

Selain partikel jek e, partikel mbok biasanya juga digunakan untuk memulai komunikasi. Berikut contoh memulai komunikasi dengan partikel mbok. KONTEKS: SAKIMAH MELIHAT PUTRI MERENGEK-RENGEK KARENA DIGODA BAGAS DI RUMAH.

Sakimah : “Mbok dijarna ae! Wong kok usil. Nangis ku lho!” [mbo? dijarnכae! WO kO? usil. Na Is ku lho!] „Mbok dibiarin saja! Orang kok usil. Nangis tu lho!” Bagas : “Apa? Mbeng-mbeng ah.”

[כpכmbƩ -mbƩ ah.]

„Apa? (Mbeng-mbeng=sebutan untuk orang yang suka nangis)

(Data 25) Tuturan Mbok dijarna ae! merupakan kalimat imperatif yang menyatakan perintah penutur kepada lawan tutur untuk membiarkan saja supaya tidak menangis. Kemunculan partikel mbok [mbo?] di awal kalimat imperatif berfungsi untuk memulai komunikasi dengan cara menekankan perintah.

4.3.1.3 Partikel thek

Partikel thek juga digunakan untuk memulai komunikasi. Berikut contoh memulai komunikasi dengan partikel thek.

KONTEKS: AMBAR MELIHAT IQBAL MENANGIS DI RUMAH. Ambar : “Thek nangis geno?”

[ṭe? na Is geno]

Thek menangis kenapa?‟

(62)

[Laya anku pǝḍOt, Bu?.] „Layanganku putus, Buk.‟

(Data 26) Tuturan Thek nangis geno?” merupakan kalimat interogatif yang menyatakan keingintahuan penutur yang menyebabkan lawan tutur menangis. Kemunculan partikel thek [ṭe?] di awal kalimat interogatif berfungsi untuk memulai komunikasi dengan cara menekankan keingintahuan.

4.3.1.4 Partikel a

Partikel a biasanya juga digunakan untuk memulai komunikasi. Berikut contoh memulai komunikasi dengan partikel a.

KONTEKS: EKA INGIN MELIHAT BENTUK-BENTUK KALUNG DI TOKO ACSESSORIS.

Eka : Mbak aku nonton kalunge a mbak! [mba? aku nonton kalu e a mba?!]

„Mbak, saya liat kalungnya a mbak!‟

Sheila : “He e kalunge ning nggek kana.” [He e kalu e nI ge? kכnכ.] „iya di sebelah sana.‟

(Data 12) Tuturan Mbak aku nonton kalunge a mbak! merupakan kalimat imperatif. Kalimat imperatif tersebut menyatakan cara untuk menghaluskan perintah penutur untuk mengambilkan kalung yang diinginkannya. Kemunculan partikel a [a] di tengah kalimat imperatif berfungsi untuk memulai komunikasi dengan cara menghaluskan perintah.

4.3.1.5 Partikel dhak

Gambar

Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Gambar 3. Contoh kartu data

Referensi

Dokumen terkait

Dari ayat yang dikemukakan tersebut, peneliti menemukan bahwa dari ketiga subjek terdapat dua subjek yang dapat menerima amanat dan tidak keberatan dengan peraturan yang ada yaitu

Banyak metode yang digunakan untuk meningkatkan kemandirian anak pada Pendidikan Nilai-Nilai Agama dan Moral, Metode Beyond Center And Circle Time (Sentra dan Lingkaran)

pengukur risiko saham dalam penelitian mereka karena beta sebagai ukuran risiko sistematis dapat dipakai untuk mengestimasi keuntungan yang diharapkan, dimana hal tersebut

pada level ini didapatkan nilai profesionalismenya untuk masing masing perawat ialah 3.29 yang mengindikasikan bahwa keprofesionalan dalam bekerja untuk masing

tersimpan dalam tradisi kita akan dicuri negara maju untuk meningkatkan daya saing produk / karya mereka, sesuatu yang saat ini sedang dan akan terus terjadi bila kita tidak

'tu perkataan )ubtitu#i, dimana ucapan itu haru#nya diucapkan oleh mereka yang ada di dalam neraka, tetapi #ekarang +e#u# yang mengucapkannya, #ehingga orang yang

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga pada kesempatan kali ini penulis

Associated with the activities in the speaking class, introverted students really feel comfortable if the teacher provides more opportunities for interaction between students,