• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

2. Menganalisis Hubungan Variabel Penelitian

Setelah mengklasifikasikan setiap variabel dalam penelitian ini tahap

selanjutnya untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu

menganalisis hubungan antar variabel. Dalam penelitian ini alat yang

digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel yaitu tabulasi silang

(crosstab).

Ada beberapa alat statistik yang dapat digunakan untuk menganalisis

hubungan dengan menggunakan crosstab, dan dalam penelitian ini penulis

akan menggunakan alat statistik eta untuk menjawab hubungan antara IFRS

dengan manajemen laba, sedangkan adjusted R

2

untuk menjawab hubungan

IFRS dengan relevansi nilai informasi akuntansi. Eta digunakan untuk

menganalisis hubungan antarvariabel berskala nominal dan interval. Sedangkan

Berikut ini adalah hasil analisis untuk menjawab rumusan masalalh dalam

penelitian ini:

a. Hubungan IFRS dan Manajemen Laba di Perusahaan Manufaktur

Indonesia

1. Deskripsi IFRS dan Manajemen Laba di Perusahaan Manufaktur

Indonesia

Berikut ini adalah deskripsi data dalam bentuk tabulasi silang

(crosstab) dari data yang sudah diklasifikasikan untuk menganalisis

hubungan IFRS dan manajemen laba:

Tabel 5.8

Hasil Tabulasi Silang IFRS dan Manajemen Laba di Indonesia

Variabel Manajemen Laba Total

TINGGI RENDAH IFRS Sebelum Konvergensi IFRS 5 (1,67%) 145 (48,33%) 150 (50%) Sesudah Konvergensi IFRS 9 (3%) 141 (47%) 150 (50%) Total 14 (4,67) 286 (95,33%) 300(100%)

Sumber: Data sekunder yang diolah

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa populasi sasaran dalam penelitian

ini lebih didominasi manajemen laba dengan kategori rendah yaitu

terdapat 145 populasi (48,33%) diperiode sebelum konvergensi IFRS

dan 141 populasi (47%) diperiode sesudah konvergensi IFRS.

Sedangkan dikategori tinggi terdapat 5 populasi (1,67%) yang

melakukan manajemen laba sebelum konvergensi IFRS dan terdapat 9

(3%) yang melakukan manajemen laba sesudah konvergensi IFRS.

2. Hubungan IFRS dan Manajemen Laba di Perusahaan

Manufaktur Indonesia

Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan hubungan antara

variabel IFRS dan manajemen laba:

Tabel 5.9 Hubungan IFRS dan Manajemen Laba di Indonesia

Sumber: Data sekunder yang diolah

Tabel 5.9 menunjukkan hubungan IFRS dan manajemen laba yang

dapat dilihat dari besarnya nilai eta. Dari tabel 5.9 diketahui bahwa nilai

eta sebesar 0,063. Besarnya nilai tersebut menunjukkan bahwa IFRS

dan manajemen laba di Indonesia memiliki hubungan yang sangat

lemah. Nilai eta yang bersifat positif menunjukkan bahwa IFRS dan

manajemen laba menunjukkan hubungan yang searah.

b. Hubungan IFRS dan Manajemen Laba di Perusahaan Manufaktur

Malaysia

1. Deskripsi IFRS dan Manajemen Laba di Perusahaan Manufaktur

Malaysia

Berikut ini adalah deskripsi data dalam bentuk tabulasi silang

(crosstab) dari data yang sudah diklasifikasikan untuk menganalisis

hubungan IFRS dan manajemen laba diperusahaan Malaysia:

Value

Nominal by

Interval

Eta IFRS Independent ,063

ManajemenLaba

Dependent

Tabel 5.10 Hasil Tabulasi Silang IFRS dan Manajemen Laba di

Malaysia.

T

a

b

Sumber: Data sekunder yang diolah

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa populasi sasaran dalam penelitian

ini relatif rata penyebaran data manajemen laba. Pada masa sebelum

IFRS jumlah populasi yang melakukan manajemen laba dikategori

tinggi yaitu sebesar 74 populasi (26,81%) sedangkan sesudah

konvergensi IFRS jumlah populasi yang melakukan manajemen laba

dikategori tinggi yaitu sebesar 49 populasi (17,75%).Hal tersebut

menunjukkan penurunan tingkat manajemen laba dikategori tinggi.

Sebaliknya jumlah tingkat manajemen laba dikategori rendah

meningkat dari 64 (23,19%) menjadi 89 (32,25%).

2. Hubungan IFRS dan Manajemen Laba di Perusahaan

Manufaktur Malaysia

Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan hubungan antara

variabel IFRS dan manajemen laba diperusahaan manufaktur Malaysia:

Variabel Manajemen Laba Total

Tinggi Rendah IFRS sebelum konvergensi IFRS 74 (26,81%) 64 (23,19%) 138 (50%) sesudah konvergensi IFRS 49 (17,75%) 89 (32,25%) 138 (50%) Total 123 (44,56%) 153(55,44%) 276 (100%)

Tabel 5.11 Hubungan IFRS dan Manajemen Laba di Malaysia

Sumber: Data sekunder yang diolah

Tabel 5.11 menunjukkan hubungan IFRS dan manajemen laba

yang dapat dilihat dari besarnya nilai eta. Dari tabel 5.11 diketahui

bahwa nilai eta sebesar 0,182. Besarnya nilai tersebut menunjukkan

bahwa IFRS dan manajemen laba di Indonesia memiliki hubungan yang

sangat lemah. Nilai eta yang bersifat positif menunjukkan bahwa IFRS

dan manajemen laba menunjukkan hubungan yang searah.

c. Hubungan IFRS dan Relevansi Nilai Informasi Akuntansi di

Perusahaan Manufaktur Indonesia

1. Deskripsi IFRS dan dan Relevansi Nilai Informasi di Perusahaan

Manufaktur Indonesia

Berikut ini adalah hasil pengujian relevansi nilai informasi

akuntansi diperusahaan manufaktur Indonesia pada saat sebelum dan

sesudah konvergensi IFRS

Tabel 5.12 Hasil Regresi Relevansi Nilai Informasi Akuntansi Perusahaan

Manufaktur Indonesia

Sebelum

IFRS Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,681

a

0,464 0,457 4688,737718

Sesudah

IFRS Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,384

a

0,148 0,136 6775,404114

Value

Nominal by

Interval

Eta IFRS Independent ,182

ManajemenLaba

Dependent

Tabel 5.12 menjelaskan bahwa nilai adjusted R

2

pada masa

sebelum konvergensi IFRS yaitu sebesar 0,457 yang artinya 45,7% dari

harga saham dijelaskan oleh laba bersih dan nilai buku, dan sisanya

54,3% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian. Sedangkan nilai

adjusted R

2

pada masa sesudah konvergensi IFRS yaitu sebesar 0,136

yang artinya hanya 13,6% dari harga saham dijelaskan oleh laba bersih

dan nilai buku, dan sisanya 86,4% dijelaskan oleh variabel lain diluar

penelitian. Hasil tersebut menandakan bahwa konvergensi IFRS di

Indonesia tidak menjadikan relevansi nilai infornasi semakin baik.

2. Hubungan IFRS dan dan Relevansi Nilai Informasi di

Perusahaan Manufaktur Indonesia.

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hubungan antara harga

saham dengan laba bersih dan nilai buku pada saat sebelum dan sesudah

konvergensi IFRS di Indonesia:

Tabel 5.13 Hubungan Harga Saham dengan Laba Bersih dan Nilai Buku

di Perusahaan Manufaktur Indonesia.

Periode IFRS

Harga.Saham Laba.Bersih Nilai.Buku

Sebelum IFRS

Harga.Saham Pearson Correlation 1 ,672** ,462**

Sig. (2-tailed) 0 0

N 150 150 150

Laba.Bersih Pearson Correlation ,672** 1 ,552**

Sig. (2-tailed) 0 0

N 150 150 150

Nilai.Buku Pearson Correlation ,462** ,552** 1

Sig. (2-tailed) 0 0

N 150 150 150

Setelah IFRS

HargaSaham Pearson Correlation 1 ,333** ,272**

Sig. (2-tailed) 0 0,001

N 150 150 150

LabaBersih Pearson Correlation ,333** 1 ,261**

Sig. (2-tailed) 0 0,001

N 150 150 150

NilaiBuku Pearson Correlation ,272** ,261** 1

Sig. (2-tailed) 0,001 0,001

N 150 150 150

Dari tabel 5.13 dapat diketahui hubungan antarvariabel penelitian.

Pada periode sebelum konvergensi IFRS, hubungan antara harga saham

dengan laba bersi dan nilai buku relatif kuat dan positif. Hubungan

harga saham dan laba bersih relatif kuat dengan koefisien korelasi

0,672. Hubungan antara harga saham dan nilai buku relatif cukup atau

sedang dengan koefisien korelasi 0,462. Sebaliknya pada periode

sesudah konvergensi IFRS hubungan harga saham dengan laba bersih

dan nilai buku relatif lemah dengan koefisien sebesar 0,333 dan 0,272.

Hal ini menjelaskan bahwa setelah adanya IFRS kedua informasi

tersebut (laba bersih dan nilai buku) tidak mempunyai relevansi nilai.

d. Hubungan IFRS dan Relevansi Nilai Informasi Akuntansi di

Perusahaan Manufaktur Malaysia.

1. Deskripsi IFRS dan dan Relevansi Nilai Informasi di Perusahaan

Manufaktur Malaysia.

Berikut ini adalah hasil pengujian relevansi nilai informasi

akuntansi diperusahaan manufaktur Malaysia pada saat sebelum dan

sesudah konvergensi IFRS:

Tabel 5.14 Hasil Regresi Relevansi Nilai Informasi Akuntansi Perusahaan

Manufaktur Malaysia

Sebelum

IFRS Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,734

a

0,539 0,532 1,260684349

Sesudah

IFRS Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,886

a

0,786 0,782 1,337340213

Tabel 5.14 menjelaskan bahwa nilai adjusted R

2

pada masa

sebelum konvergensi IFRS yaitu sebesar 0,532 yang artinya 53,2%

dari harga saham dijelaskan oleh laba bersih dan nilai buku, dan

sisanya 46,8% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian.

Sedangkan nilai adjusted R

2

pada masa sesudah konvergensi IFRS

yaitu sebesar 0,782 yang artinya hanya 78,2% dari harga saham

dijelaskan oleh laba bersih dan nilai buku, dan sisanya 21,8% dijelaskan

oleh variabel lain diluar penelitian. Hasil tersebut menandakan bahwa

konvergensi IFRS di Malaysia meningkatkan relevansi nilai informasi

akuntansi.

2. Hubungan IFRS dan dan Relevansi Nilai Informasi di

Perusahaan Manufaktur Malaysia.

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hubungan antara harga

saham dengan laba bersih dan nilai buku pada saat sebelum dan sesudah

konvergensi IFRS di Indonesia:

Tabel 5.15 Hubungan Harga Saham dengan Laba Bersih dan Nilai Buku di

Perusahaan Manufaktur Malaysia.

Periode IFRS harga.saha

m laba.bersi h nilai.buku Sebelum IFRS harga.saha m Pearson Correlation 1 ,734** ,395** Sig. (2-tailed) 0 0 N 137 137 137 laba.bersih Pearson Correlation ,734** 1 ,534** Sig. (2-tailed) 0 0 N 137 138 138 nilai.buku Pearson Correlation ,395** ,534** 1 Sig. (2-tailed) 0 0 N 137 138 138 Sesudah IFRS harga.saha m Pearson Correlation 1 ,885** ,356** Sig. (2-tailed) 0 0 N 138 138 138 laba.bersih Pearson Correlation ,885** 1 ,422** Sig. (2-tailed) 0 0 N 138 138 138 nilai.buku Pearson Correlation ,356** ,422** 1 Sig. (2-tailed) 0 0 N 138 138 138

Dari tabel 5.15 dapat diketahui hubungan antarvariabel penelitian.

Pada periode sebelum konvergensi IFRS di Malaysia, hubungan antara

harga saham dengan laba bersih dan nilai buku relatif kuat, lemah dan

positif. Hubungan harga saham dan laba bersih relatif kuat dengan

koefisien korelasi 0,734. Hubungan antara harga saham dan nilai buku

relatif lemah dengan koefisien korelasi 0,395. Selanjutnya pada periode

sesudah konvergensi IFRS hubungan harga saham dengan laba bersih

dan nilai buku relatif sama yaitu kuat dan lemah dengan koefisien

sebesar 0,885 dan 0,356. Hal ini menjelaskan bahwa sebelum dan

sesudah adanya IFRS informasi laba bersih mempunyai relevansi nilai

sedangkan nilai buku tidak mempunyai relevansi nilai karena sebelum

dan sesudah IFRS nilai buku menurun.

Dokumen terkait