• Tidak ada hasil yang ditemukan

kemandirian peradilan dan integritas pegawai peradilan pidana,

yang mengatur beberapa norma , yaitu : a. Kode etik untuk aparat penegak hukum

b. Pedoman pelaksanaan efektif dari kode etik petugas penegak hukum c. Prinsip-prinsip dasar tentang penggunaan kekerasan dan senjata api

oleh pejabat penegak hukum

d. Prinsip-prinsip dasar tentang Independensi peradilan

e. Prosedur pelaksanaan yang efektif dari Dasar prinsip tentang Independensi peradilan

f. Prinsip-prinsip Dasar tentang Peran Pengacara g. Pedoman Peran Jaksa

h. Internasional Kode Etik Pejabat Publik

i. Deklarasi PBB melawan Korupsi dan Suap di Internasional Komersial Transaksi

4. Kekuatan mengikat kompendium

Untuk mengetahui kekuatan mengikat Kompendium harus membahas sumber – sumber hukum internasional dikarenakan pada hakekatnya kompendium PBB bukan merupakan suatu perjanjian internasional melainkan kumpulan norma – norma mengenai standar penegakan hukum pidana dan perlindungan terhadap suatu praktek perlakuan terhadap tahanan, tersangka atau terdakwa secara internasional yang mengikat dan dipraktekan oleh negara – negara secara luas walaupun demikian kompendium PBB ini mengikat seluruh negara – negara dalam prakteknya untuk berpedoman kepada isi aturan atau standar penegakan hukum pidana , perlakuan dalam penegakan hukum pidana yang dimuat di dalam kompendium sesuai dengan latar belakang munculnya Kompendium tersebut.

a. Sumber – sumber hukum internasional

Sumber hukum dalam arti formal yakni berupa peraturan – peraturan hukum yang berlaku sebagai hukum positif , dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu hukum yang tertulis dan hukum yang tidak tertulis. Pada garis besarnya sumber hukum internasional terdiri dari : 15

15

1. Kebiasaan

2. Traktrat atau perjanjian internasional

3. Keputusan pengadilan atau badan – badan arbiterasi

4. Karya – karya hukum atau pendapat – pendapat para ahli hukum 5. Keputusan atau ketetapan organ – organ lembaga internasional

Dalam pasal 38 paragraf 1 Statuta Mahkamah Internasional , mengadili perkara – perkara menggunakan hal – hal berikut : 16

- Traktat Internasional

- Kebiasaan internasional yang terbukti dalam praktek umum dan diterima sebagai hukum

- Asas – asas hukum umum yang diakui oleh bangsa – bangsa beradab - Keputusan – keputusan pengadilan dan ajaran para sarjana terkemuka

dari berbagai negara sebagai sumber tambahan untuk menetapkan kaidah – kaidah hukum.

b. Kekuatan mengikat

Sesuai dengan pendapat Michael Akheurst , hukum kebiasaan internasional dapat dilihat dan diamati serta di buktikan eksistensinya , misalnya dalam bentuk : 17

16

Ibid hlm 31-32 17

- Prilaku atau tindakan pejabat – pejabat negara - Perjanjian – perjanjian internasional

- Perundang – undangan nasional negara – negara

- Keputusan – keputusan pengadilan internasional maupun nasional - Tulisan – tulisan atau karya – karya yuridis para sarjana

Bila melihat dari sumber hukum internasional Kompendium bukanlah suatu perjanjian internasionl namun eksistensi Kompendium muncul dari adanya hukum kebiasaan internasional dan penerapan prinsip – prinsip umum hukum yang diakui oleh masyarakat internasional yang pada akhinya isi Kompendium ini menjadi standar hukum atau norma – norma penegakan hukum pidana. Indonesia juga mengikuti aturan di dalam Kompendium berdasarkan pada hukum kebiasaan dan menerapkan prinsip – prinsip umum hukum internasional. Berkenaan dengan hukum kebiasaan , praktek Indonesia belum begitu menampakkan adanya kepastian , namun dalam beberapa hal indonesia menerima hukum kebiasaan internasional sebagai bagian dari hukum nasional indonesia di dalam bidang perlakuan terhadap tersangka atau terdakwa yang menurut Kompendium tersangka atau terdakwa harus diperlakukan sesuai dengan prinsip – prinsip dan kaidah – kaidah hukum kebiasaan internasional seperti misalnya berdasarkan prinsip equality before the law atau persamaan dimuka hukum yang dimana perlakuan tersebut

sesuai dengan standar minimum perlakuan tersangka atau terdakwa menurut hukum internasional yang termuat di dalam Kompendium PBB.

1. Hukum kebiasaan

Peraturan – peraturan ini pada umumnya telah mennjalani proses historis yang panjang yang berpuncak pada pengakuannya oleh masyarakat internasional. Istilah “kebiasaan” (costum) dan “adat istiadat” (usage) sering digunakan secara bergantian namun diantara keduanya terdapat suatu perbedaan teknis yang jelas, adat istiadat mendahului kebiasaan sedangkan kebiasaan mulai dimana adat istiadat berhenti. Kebiasaan , dalam hukum adalah adat istiadat yang memperoleh kekuatan hukum. 18

Dalam pasal 38 ayat (1) sub b Statuta Mahkamah Internasional , mengemukakan bahwa international costum as evidence of a general practice accepted as law artinya kebiasaan internasional dianggap sebagai praktek umum yang diterima sebagai hukum, namun hanya praktek – praktek yang diterima dan diakui oleh negara – negara atau masyarakat internasionalsebagai hukum dalam hubungan satu sama lainnya yang pada hakekat tertentunya telah memenuhi rasa keadilan dan rasa prikemanusiaan masyarakat internasional. Agar dapat

18

dikatakan hukum kebiasaan internasional merupakan sumber hukum internasional harus memenuhi dua persyaratan atau unsur sebagai berikut : 19

1. Harus terdapat suatu kebiasaan yang bersifat umum

Maksudnya adalah perlu adanya suatu kebiasaan atau praktek dari suatu pola tindakan yang berlangsung lama atau dilakukan secara berulang kali yang merupakan rangkaian tindakan yang serupa terhadap hal yang sama.

2. Kebiasaan itu harus diterima sebagai hukum

Adanya element yang merupakan persyaratan psikologis yang dikenal dengan istilah Opinio Juris Sive Neces Sitatis , agar suatu kebiasaan internasional itu dapat diterima sebagai hukum maka harus memenuhi persyaratan antara lain : 20

o Memenuhi ketentuan kaidah atau memenuhi suatu kaidah hukum

o Harus ada keyakinan timbal balik bahwa kebiasaan internasional itu adalah akibat dari peraturan yang memaksa

o Negara – negara sebagai bagian dari anggota masyarakat internasional harus mengakui dan menerima kebiasaan internasional sebagai ketentuan yang mengikat dalam hubungan internasional.

19

Alma Manupati , dkk , Hukum Internasional, hlm 130 20

2. Prinsip – prinsip umum hukum internasional

Sumber hukum internasional ketiga menurut pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional adalah prinsip – prinsip atau asas – asas hukum umum moderen. Secara terminologi , penggunaan istilah umum dalam menggambarkan hubungan yang terbentuk dengan adanya hukum alam (hukum kodrat) yaitu asas- asas hukum yang berlaku untuk segala waktu di semua tempat serta bagi semua bangsa dan negara atau prinsip yang bersifat universal artinya hal tersebut berlaku juga bagi hukum internasional sebagai suatu sistem hukum .

Asas – asas hukum umum mencangkup asas nullum delicum , asas nebis in idem, asas teritorilaitet dan asas kompetensi peradilan. Asas – asas hukum umum sebagai sumber hukum internasional primer yang berdiri sendiri di samping sumber hukum internasional primer lainnya, mempunyai kedudukan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan hukum internasional sebagai sistem hukum positif. Dengan adanya sumber hukum internasional mahkmah Internasional dapat menggunakan asas –asas hukum umum sebagai dasar sumber hukum formal dalam mengadili dan menyelesaikan secara sukarela perkara yang diajukan kepadanya walaupun perkara tersebut belum diatur atau tidak terdapat dalam sumber hukum formal lainnya (kebiasaan internasional dan perjanjian internasional).

Dokumen terkait