• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebutuhan Gizi Balita

Masa balita merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan perlu perhatian yang serius. Pada masa ini berlangsung proses tumbuh kembang yang sangat pesat yaitu pertumbuhan fisik dan perkembangan psikomotorik, mental, dan sosial (Adriani dan Bambang, 2012). Pada masa ini balita perlu memperoleh zat gizi dari dari makanan sehari-hari dalam jumlah yang tepat dan kualitas yang baik. Makanan balita seharusnya berpedoman pada gizi seimbang, serta harus memenuhi standar kecukupan gizi balita.

Gizi seimbang merupakan keadaan yang menjamin tubuh memperoleh makanan yang cukup dan mengandunng semua zat gzi dalam jumlah yang dibutuhkan. Oleh karena itu pertumbuhan dan perkembangan balita akan optimal dan daya tahan tubuhnya akan baik sehingga tidak mudah sakit. Untuk

mendukung pertumbuhan fisik balita, perlu petunjuk praktis makanan dengan gizi seimbang sebagai berikut:

1. Makanlah aneka ragam makanan.

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi.

5. Gunakan makana sumber zat besi.

6. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur enam bulan.

7. Biasakan makan pagi.

Menurut Soetjiningsih (1997), diketahui bahwa dalam 100 ml ASI mengandung energi 62 kal, protein 1,5 g, lemak 3,3 g, dan karbohidrat 7g.

Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi pada masa balita diantaranya energi, protein, lemak, air, hidrat arang dan vitamin mineral (Adriani dan Bambang, 2012).

1. Energi

Kebutuhan energi sehari anak untuk tahun pertama 100-200kkal/kg BB. Setiap tiga tahun pertambahan umur, kebutuhan energi turun 10 kkal/kg BB. Zat-zat gizi yang mengandung energi terdiri dari protein, lemak, dan karbohidrat.

Dianjurkan agar jumlah energi yang diperlukan didapat dari 50%-60%

karbohidrat, 25%-35% lemak, sedangkan lebihnya 10-15% berasa dari protein.

2. Protein

Disarankan untuk memberikan 2,5-3g/kg BB bagi bayi dan 1,5-2g/kg BB bagi anak sekolah sampai adoselensia. Jumlah protein yang diberikan dianggap adekuat jika mengandung semua asam amin esensial dalam jumlah yang cukup, mudah dicerna dan diserap oleh tubuh, maka protein yang diberikan harus sebagian berupa protein yang berkualitas tinggi seperti protein hewani.

3. Air

Air merupakan zat gizi yang sangat penting bagi bayi dan anak karena bagian terbesar dari tubuh terdiri atas air, kehilangan air melalui kulit dan ginjal pada bayi dan anak lebih besar daripada orang dewasa dan bayi dan anak akan lebih mudah terserang penyakit yang menyebabkan kehilangan air dalam jumlah banyak.

4. Lemak

Kebutuhan lemak tidak dinyatakan dalam angka mutlak, dianjurkan 15-20%

energi total berasal dari lemak. Di Indonesia energi yang berasal dari lemak pada umumnya sekitar 10-20%. Masukan lemak setelah umur 6 bulan

sebanyak 30-50% dari jumlah energi seluruhnya masih dianggap normal, akan tetapi seharusnya tidak lebih rendah. Diet sangat rendah lemak dapat

menimbulkan rasa capek dan menghilangkan rasa kenyang. Sebaliknya pemberian lemak berlebihan dapat menyebabkan obesitas.

5. Karbohidrat

Karbohidrat sebagai salah satu nutrisi makro memiliki peran penting dalam konsumsi pola di mana 60-70% dari energi yang direkomendasikan.

Kebutuhan berasal dari karbohidrat, dan umumnya menjadi sumber makanan pokok (Aritonang dkk, 2015). Pada ASI dan sebagian besar susu formula bayi, 40-50% kandungan berasal dari hidrat arang terutama laktosa. Karbohidrat diperlukan anak-anak yang sedang tumbuh sebagai energi, dan tidak ada ketentuan tentang kebutuhan minimal karbohidrat, karena glukosa dalam

sirkulasi dapat dibentuk dari protein gliserol Masukan yang dianggap optimal berkisar antara 40-60% dari jumlah energi.

6. Vitamin dan Mineral

Pada anak balita 1-5 tahun sering mengalami kekurangan Vitaminn A, B, dan C. Untuk itu anak perlu mendapat 1-1½ mangkuk atau 100-150 g sayur sehai dan memilih buah-buahan berwarna kekuningan-kuningan atau jingga dan buah-buahan yang asam seperti papaya, pisang, mangga, nanas, dan jeruk.

Berikan 1-2 potong papaya (100-200g) atau 1-2 buah jeruk atau buah lain.

Tabel 3

Pemenuhan Kebutuhan Gizi Anak 6-24 bulan

Umur Jenis Makanan Frekuensi Pemberian

6-8 Bulan

ASI

Bubur susu, tomat saring, pisang lumat halus, pepaya lumat, air jeruk manis

Sekehendak 2-3 kali sehari 9-12 Bulan

ASI

Bubur nasi, nasi tim halus Bubur kacang hijau

Sekehendak 3-4 kali sehari 13-24 Bulan ASI

Nasi dengan lauk pauk, sayur dan buah

Sekehendak 3-4 kali sehari Sumber : Kemenkes RI, 2014

Angka kecukupan gizi . Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan dibuat untuk pengukuran secara kuantitatif. Angka kecukupan gizi yang

dianjurkan (AKG) adalah rata-rata zat gizi yang harus dikonsumsi setiap hari bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Almatsier, 2009).

Angka Kecukupan Gizi (AKG) dapat digunakan untuk menilai tingkat kecukupan zat gizi individu. Kecukupan gizi tersebut dianjurkan untuk dipenuhi dari konsumsi pangan anak balita setiap harinya.

Tabel 4

Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Balita Rata-Rata Per Hari Golongan

Sumber: Kemenkes RI, 2013 Pengetahuan Ibu Tentang KMS

Pertumbuhan merupakan parameter kesehatan gizi yang cukup peka untuk dipergunakan dalam menilai kesehatan anak, terutama anak bayi dan balita.

Dalam upaya memonitor kesehatan gizi anak ini dipergunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) di Puskesmas maupun di Posyandu (Jauhari, 2015).

Menurut Bloom (1956) dalam Notoatmojo (2007), memahami adalah tingkatan kedua dalam pengetahuan yang diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan seperti menyimpulkan, meramalkan terhadap obyek yang dipelajari. Seorang ibu harus mampu memahami cara melihat kurva pertumbuhan yang ada di dalam KMS, bukan hanya sekedar menyebutkan warna-warna (merah, kuning, hijau muda, hijau tua) tetapi harus dapat menjelaskan warna-warna tersebut.

Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan . Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan dalam masyarakat di pengaruhi beberapa faktor meliputi:

a. Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup, terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam perkembangan kesehatan.

b. Paparan media massa

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima masyarkat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain - lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak.

c. Ekonomi

Keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.

d. Hubungan sosial

Faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut model komunikasi media dengan demikian hubungan sosial dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang tentang suatu hal.

e. Pengalaman

Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa di peroleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar kesehatan

yang dapat memperluas jangkauan pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.

Kartu menuju sehat (KMS). Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. (Nirwana, 2014). Kartu Menuju Sehat adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks

antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat.

Kartu Menuju Sehat digunakan sebagai instrumen utama kegiatan pemantauan pertumbuhan.

Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari:

(1) penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan setiap bulan, pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS), menentukan status pertumbuhan

berdasarkan kenaikan berat badan; (2) menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. Tindak lanjut hasil pemantauan pertumbuhan biasanya berupa konseling, pemberian makanan tambahan, pemberian suplementasi gizi dan rujukan (Kemenkes, 2015)

1. Fungsi KMS

Fungsi utama KMS yaitu:

a. Sebagai alat untuk pemantauan pertumbuhan anak. Pada KMS dicantumkan grafik pertumbuhan normal anak, yang dapat digunakan untuk menentukan

apakah seorang anak tumbuh normal, atau mengalami gangguan pertumbuhan.

Bila grafik berat badan anak mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS b. Sebagai alat edukasi bagi orang tua balita tentang pertumbuhan anak.

2. Kegunaan KMS a. Bagi orang tua balita

Orang tua dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya. Apabila ada indikasi gangguan pertumbuan (berat badan tidak naik) atau kelebihan gizi, orang tua balita dapat melakukan tindakan perbaikan, seperti memberikan makan lebih banyak atau membawa anak ke fasilitas kesehatan untuk berobat.

b. Bagi kader

KMS digunakan untuk mencatat berat badan anak dan menilai hasil

penimbangan. KMS juga digunakan kader untuk memberikan pujian kepada ibu bila berat badan anaknya naik serta mengingatkan ibu untuk

menimbangkan anaknya di posyandu atau fasilitas kesehatan pada bulan berikutnya.

c. Bagi petugas kesehatan

KMS digunakan sebagai alat edukasi kepada para orangtua balita tentang pertumbuhan anak dan cara pemberian makan, pentingnya ASI eksklusif dan pengasuhan anak. Petugas dapat menekankan perlunya anak balita ditimbang setiap bulan untuk memantau pertumbuhannya.

Gambar 1. Bagian KMS

3. Langkah-langkah Pengisian KMS a. Memilih KMS sesuai jenis kelamin

KMS untuk anak laki-laki berwarna dasar biru dan KMS untuk anak perempuan berwarna dasar merah muda.

b. Mengisi nama anak dan nama tempat pelayanan kesehatan pada halaman KMS.

c. Mengisi bulan lahir dan bulan penimbangan anak.

d. Meletakkan titik berat badan dan membuat garis pertumbuhan anak.

Hubungkan titik berat badan bulan lalu dengan berat badan bulan ini dalam bentuk garis lurus. Jika bulan lalu anak tidak ditimbang, maka garis

pertumbuhan tidak dapat dihubungkan.

e. Mencatat setiap kejadian yang dialami anak.

f. Menentukan status pertumbuhan anak

Status pertumbuhan anak dapat diketahui dengan 2 cara yaitu:

1) dengan menilai garis pertumbuhannya, atau

2) dengan menghitung Kenaikan Berat Badan Minimum (KBM).

Kesimpulan dari penentuan status pertumbuhan adalah tertera sebagai berikut:

a) TIDAK NAIK (T) : grafik berat badan memotong garis pertumbuhan dibawahnya; kenaikan berat badan <KBM (<800g)

b) NAIK (N) : grafik berat badan memotong garis pertumbuhan diatasnya;

kenaikan berat badan >KBM (>900 g).

c) NAIK (N) : grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhannya; kenaikan berat badan >KBM (>500 g).

d) TIDAK NAIK (T) : grafik berat badan mendatar; kenaikan berat badan <

KBM (<400 g)

e) TIDAK NAIK (T): grafik berat badan menurun; gra�k berat badan < KBM (<300 g)

g. Isi kolom pemberian ASI eksklusif

Beri tanda (√ ) bila pada bulan tersebut bayi masih diberi ASI saja, tanpa makanan dan minuman lain. Bila diberi makanan lain selain ASI, bulan tersebut dan bulan berikutnya diisi dengan tanda ( - ).

h. Tindak lanjut hasil penimbangan

Tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian pertumbuhan balita adalah sebagai berikut:

1) Berat badan naik (N)

a) Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke Posyandu atau fasilitas kesehatan.

b) Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana.

c) Anjurkan kepada ibu untuk mempertahankan kondisi anak dan berikan nasihat tentang pemberian makan anak sesuai golongan umurnya.

d) Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya 2) Berat badan tidak naik 1 kali (T1)

a) Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke Posyandu atau fasilitas kesehatan.

b) Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana.

c) Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare, panas, rewel, dan lain-lain) dan kebiasaan makan anak. Berikan penjelasan tentang

kemungkinan penyebab berat badan tidak naik tanpa menyalahkan ibu.

d) Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai golongan umurnya.

e) Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya

3) Berat badan tidak naik 2 kali (T2) atau berada di Bawah Garis Merah (BGM) a) Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke posyandu atau

fasilitas kesehatan dan anjurkan untuk datang kembali bulan berikutnya.

b) Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana.

c) Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare, panas, rewel,dan lain-lain) dan kebiasaan makan anak.

d) Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan tidak naik tanpa menyalahkan ibu. Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai golongan umurnya.

e) Tanyakan ada tidak kontak dengan penderita TBC

f) Rujuk anak ke tempat rujukan terdekat sesuai kondisi anak.

Kerangka Teori

Tidak diteliti Diteliti

Sumber: Almatsier, 2009 dan Supariasa, 2012 Gambar 2. Kerangka teori

Status Gizi Balita

Faktor Langsung Faktor Tidak

Langsung

Konsumsi Zat gizi

Pendidika n Pengetahuan

Ibu Sosial Budaya

Pola Pemberian makan dan ASI

Sosial Ekonomi

Pelayanan Kesehatan

Pekerjaan

Kerangka Konsep

Gambar 3. Kerangka konsep penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas, pola pemberian ASI yang terdiri dari frekuensi pemberian dan durasi pemberian ASI serta konsumsi zat gizi pada balita yang terdiri dari frekuensi makan, jenis makanan, jumlah zat gizi yang diperoleh dari makanan dan ASI berkaitan dengan status gizi balita 6-24 bulan. Pengetahuan ibu tentang KMS juga akan menentukan status gizi balita, apabila pengetahuan ibu yang baik akan menghasilkan pemantauan status gizi yang baik, tetapi sebaliknya apabila pengetahuan ibu yang tidak baik maka akan menghasilkan pemantauan status gizi yang buruk.

Pola pemberian ASI - Frekuensi pemberian ASI -Durasi pemberian ASI

Pengetahuan ibu tentang KMS

Konsumsi zat gizi - Frekuensi makan - Jenis makanan - Jumlah Zat Gizi

Status gizi balita

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional, yang bertujuan untuk melihat pola pemberian ASI, konsumsi zat gizi, pengetahuan ibu tentang KMS dan status gizi balita di Kelurahan Tegal Sari Mandala Medan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Lokasi penelitian berada di Kelurahan Tegal Sari Mandala I. Penelitian di lokasi ini dilakukan karena dari survei awal masih dijumpai ibu yang memberikan makanan tambahan pada bayi yang masih berumur di bawah enam bulan dan pengetahuan ibu tentang yang masih kurang.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan mulai pada bulan Maret-Agustus 2018.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan populasi terjangkau yaitu populasi yang dapat dijangkau oleh peneliti. Total populasi balita 6-24 bulan yang terdaftar di Kelurahan Tegal Sari Mandala I yaitu sebanyak 296 balita.

Sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah sebahagian dari jumlah balita 6-24 bulan yang dianggap mewakili dari seluruh populasi yang berada di

Kelurahan Tegal Sari Mandala I. Adapun kriteria pada sampel yaitu balita 6-24 bulan yang memiliki KMS dan dapat menunjukkannya yang bertempat tinggal di

Kelurahan Tegal Sari Mandala I. Responden dalam penelitian ini adalah ibu balita. Dalam penentuan sampel peneliti menggunakan Rumus Slovin, yaitu:

Keterangan:

n = Sampel N= Populasi

e = Tingkat Kepercayaan/ketepatan yang diinginkan yaitu 0,1

Berdasarkan rumus diatas, didapat jumlah sampel sebanyak 75 balita.

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan menggunakan metode proportionate Random Sampling dimana jumlah sampel yang diperoleh akan dibagi secara merata untuk masing-masing lingkungan yang ada di Kelurahan yaitui sebanyak 12 ingkungan.

Tabel 5

Nama Lingkungan dan Jumlah Sampel

Lingkungan Populasi balita Perhitungan Jumlah sampel

Lingkungan I 21 21/296 x 75 5

Tabel 5

Nama Lingkungan dan Jumlah Sampel

Lingkungan Populasi balita Perhitungan Jumlah sampel

Lingkungan X 25 34/296 x 75 8

Lingkungan XI 14 22/296 x 75 6

Lingkungan XII 10 26/296 x 75 7

Jumlah 296 75

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini yaitu pola pemberian ASI, konsumsi zat gizi, pengetahuan ibu tentang KMS, dan status gizi balita. Adapun definisi operasional variabel penelitian sebagai berikut:

1. Pola pemberian ASI adalah tindakan ibu dalam memberikan ASI yang meliputi frekuensi pemberian dan durasi pemberian.

a. Frekuensi pemberian ASI adalah kekerapan ibu memberikan ASI kepada bayi dalam sehari

b. Durasi pemberian ASI adalah lamanya pemberian ASI kepada bayi setiap kali menyusui.

2. Konsumsi zat gizi adalah jumlah energi, protein, dan lemak yang dikonsumsi balita 6-24 bulan dari makanan dan ASI dalam sehari.

a. Frekuensi makan adalah kekerapan ibu memberikan makanan kepada balita dalam satu hari.

b. Jenis makanan adalah berbagai macam makanan yang dikonsumsi oleh balita yang dikelompokkan berdasarkan makanan pokok, protein hewani, protein nabati, sayuran, dan buah-buahan.

c. Jumlah zat gizi adalah banyaknya asupan kebutuhan gizi yang dikonsumsi oleh balita dari makanan dan ASI dalam sehari.

3. Pengetahuan ibu tentang KMS adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu yang menjadi responden tentang pengertian KMS, fungsi KMS dan cara membaca grafik pada KMS.

4. Status gizi balita adalah suatu keadaan yang dapat menunjukkan keadaan gizi balita yang dapat diukur secara antropometri dengan indeks BB/U, PB/U, dan BB/PB.

Metode Pengumpulan Data

Instrumen Penelitian. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Alat tulis

Dokumen terkait