• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengetahui potensi produk bioindustri terhadap peningkatan produktivitas tanaman dan ternakproduktivitas tanaman dan ternak

Dalam dokumen lapkir bioindustri tanaman ternak 2016 (Halaman 32-37)

SAPI kambing

3.4. Metode Pelaksanaan Pengkajian

3.4.3. Mengetahui potensi produk bioindustri terhadap peningkatan produktivitas tanaman dan ternakproduktivitas tanaman dan ternak

1. Mengetahui peningkatan berat badan harian melalui implementasi produk pakan ternak (daun kopi, kulit kopi) pada ternak sapi dan kambing. Peningkatan PPBH ternak, melalui inovasi pemeliharaan ternak yang baik antara lain meningkatkan bobot lahir dan bobot sapih pedet (anak sapi) , peningkatan bobot potong dan kesehatan hewan.

I novasi yang diterapkan adalah memberikan pakan yang baik kepada sapi bibit, dara maupun induk sapi yang sedang bunting maupun menyusui. Pakan yang akan diberikan pada ternak sapi yaitu berupa jerami amoiasi dan atau jerami fermentasi, sedangkan untuk pakan tambahannya adalah kulit kopi yang difermentasi. Dengan pemberian pakan ini diharapkan ternak sapi akan mengalami pertumbuhan yang lebih baik, sehingga produksi dan produktivitasnya meningkat.

Untuk peningkatan bobot potong dilakukan dengan inovasi pemberian pakan daun kopi amoniasi/ fermentasi ditambah dengan pakan tambahan berupa kulit kopi yang difermentasi. Unt uk pencegahan dari panyakit akan dilakukan pemberian obat cacing dan penanganan kesehatan secara berkala, sanitasi kandang secara teratu.

Aplikasi pemberian pakan dilakukan melalui hasil kegiatan dari demonstrasi cara pembuatan pakan. Aplikasi pakan ke ternak dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 perlakuan, 1 kontrol masing-masing 5 ulangan sebagaimana disain berikut.

Tabel 1. Desain Perlakuan Pakan

Perlakuan Rumput lapang Daun kopi kulit kopi

P0/ Kontrol 1-5 100% -

-P1. 1 -5 80% 20%

P2 1-5 80% - 20%

P3 1-5 60% 20% Fermentasi 20%

Adaptasi pakan dilakukan selama 2 minggu tujuannya untuk membiasakan ternak terhadap pakan yang akan diuji cobakan. Pakan

diuji cobakan selama 10 hari per periode perlakuan kemudian di istirahatkan selama 7 hari kemudian diuji cobakan lagi.

Data yang diambil adalah panjang badan dan lingkar dada ternak sebelum masa uji coba pakan dan setelah uji coba pakan (3 bulan). Pengukuran dilakukan setiap 1 minggu sekali dengan menggunakan pita ukur ternak lalu dikonversikan dengan rumus Djagra (Tonbesi, dkk. 2009). BB )/ 11045 PBBH = Keterangan : PB = panjang badan LD = lingkar dada

t = waktu selama uji coba pakan

Selain PBBH juga dilakukan pengamatan terhadap jumlah feses dan urine per ekor per hari. Pengukuran limbah padat segar dan cair dilakukan dengan melakukan penimbangan dan pengukuran volume limbah cair/ urine yang dihasilkan selama 24 jam (Tabel 2).

Tabel 2. Pengamatan Terhadap Jumlah Feses dan Urine Per Ekor Per Hari

Sampel Faeces (kg) Urine (Lt) Total (7 hr) Kompos

1 2 3 4 5

Jumlah yang dihasilkan

2. Mengetahui peningkatan produksi kopi, cabe, dan kubis melalui implementasi penggunaan kompos dan pupuk cair

Kegiatan dilakukan 2 kali dan untuk tanaman kopi dan 2 musim tanam untuk tanaman cabe dan kubis

Rancangan untuk implementasi POP dan POC pada tanaman akan dilakukan seperti berikut:

Tabel 3. Rancangan untuk I mplementasi POP dan POC pada Tanaman Tanaman Ponska (kg/ ha) Kompos (kg/ ha) Bio urine (lt/ ha) Cabe 1 V V -Cabe 2 V V V Cabe Pt Kubis1 V V -Kubis2 V V V Kubis Pt

Data yang dikumpulkan adalah keragaan agronomis dan data potensi hasil masing-masing tanaman (tinggi tanaman, jumlah cabang/ jumlah anakan, jumlah buah/ tanaman; berat buah/ tanaman, diameter krop, berat 1000 btr gabah, produksi). Selain analisis teknis juga dilakukan analisis kimia bio urine dan kompos.

3. Pengukuran kualitas produk kopi biji dan kopi bubuk

Mutu kopi robusta yang dihasilkan petani umumnya masih rendah karena pengolahan pascapanen masih menghasilkan kopi asalan, yaitu biji kopi yang dihasilkan dengan metode dan fasilitas sangat sederhana, kadar air relatif tinggi dan masih tercampur dengan bahan-bahan lain dalam jumlah relatif banyak (Yusianto dan Mulato, 2002). Pemahaman terhadap mutu kopi dapat berbeda mulai tingkat produsen hingga konsumen. Menurut Salla (2009), bagi produsen terutama petani, mutu kopi dipengaruhi oleh kombinasi tingkat produksi, harga dan budaya. Pada tingkat eksportir maupun importir, mutu kopi dipengaruhi oleh ukuran biji, jumlah cacat, peraturan, ketersediaan produk, karakteristik dan harga. Pada tingkat pengolahan kopi bubuk, kualitas kopi tergantung pada kadar air, stabilitas. karakteristik, asal daerah, harga, komponen biokimia dan kualitas cita rasa. Pada tingkat konsumen, pilihan kopi tergantung pada harga, aroma dan selera, pengaruh terhadap kesehatan serta aspek lingkungan maupun sosial (Salla, 2009). Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu kopi adalah metode pengolahan. Metode pengolahan yang dipilih akan mempengaruhi mutu. Pada metode olah kering yang bisa dilakukan oleh petani, buah kopi yang telah dipanen dikeringkan di bawah sinar matahari.Setelah kering, buah kopi dibuang kulitnya secara mekanis menggunakan mesin pengupas kopi gelondong. Dengan metode ini menghasilkan kopi asalan dengan kadar air relatif tinggi. Metode olah

basah umumnya dapat menghasilkan biji kopi dengan mutu lebih baik. Tahapan pengolahan yang membedakan dengan olah kering adalah tahap pengupasan kulit kopi (pulping) dan pencucian untuk menghilangkan lendir (washing), sehingga proses pengeringan berlangsung lebih sempurna dan kadar air kopi biji menjadi lebih rendah.

Rancangan untuk mengukur peningkatan kualitas kopi petik merah adalah sebagai berikut :

 Kopi petani dengan panen petik merah diolah dengan metode pengolahan kopi secara basah (teknologi introduksi). Sebagai pembanding adalah kopi petani dengan metode panen rampasan dan metode pengolahan secara kering (cara petani). Pengujian mutu fisik biji kopi dilakukan dengan mengacu pada syarat mutu kopi biji menurut SNI No. 01-2907-2008 (BSN, 2008). Pengujian mutu fisik biji kopi robusta terdiri dari 3 (tiga) tahap. Tahap pertama adalah penentuan mutu berdasarkan syarat umum biji kopi yaitu ada tidaknya serangga hidup, biji berbau busuk dan berbau kapang, kadar air dan kadar kotoran. Tahap kedua adalah penentuan ukuran biji (besar, sedang dan kecil). Tahap ketiga adalah penentuan jenis dan jumlah cacat biji kopi.

 Setelah dilakukan pemisahan biji cacat pada uji mutu fisik, biji kopi disangrai dan digiling untuk seterusnya dilakukan analisis sifat fisik dan kimia bubuk kopi dan seduhan (cup test). Analisis sifat fisika dan kimia kopi bubuk dilakukan berdasarkan syarat mutu kopi bubuk menurut SNI 01-3542-2004, meliputi keadaan fisik seperti bau dan warna, kadar air, kadar sari kopi, dan kadar kafein (BSN, 2004).

4. Mengetahui penurunan biaya input (eksternal) pada usahatani

Analis Finansial dilakukan dengan analisis perbedaan keuntungan menggunakan formula.

Tabel 4. Formula Analisa Finansial

Keterangan Kontrol P1 P2 Perbedaan

Biaya Produksi (Rp/ ha) TC0 TC1 TC2 ∆TC1 = { (TC1/ TC0) – 1} * 100% ∆TC2 = { (TC2/ TC0) – 1} * 100% Produksi (Kg/ ha)

Y0 Y1 Y2 ∆Y1= { (Y1/ Y0) – 1} * 100%

∆Y2= { (Y2/ Y0) – 1} * 100% Penerimaan (Rp/ ha) TR0 TR1 TR2 ∆TR1= { (TR1/ TR0) – 1} * 100% ∆TR2= { (TR2/ TR0) – 1} * 100% Keuntungan (Rp/ ha) 0 = TR0-TC0 = TC0-TC1 2= TR2-TC2 1= { ( 1/ 0)-1} * 100 2= { ( 2/ 0)-1} * 100 R/ C Ratio TR0/ TC0 TR1/ TC1 TR2/ TC2 MBCR 1= (TR1-TR0)/ (TC1-TC0) MBCR 2= (TR2-TR0)/ (TC2-TC0) Net R/ C atau B/ C Ratio ( 0/ TC0 = { (R0/ C0) – 1} ( 1/ TC1 = { (R1/ C1) – 1} ( 2/ TC2 = { (R2/ C2) – 1} Net MBCR 1= ( 1- 0)/ (TC1-TC0) Net MBCR 2= ( 2- 0)/ (TC2-TC0)

3.4.4. Mendiseminasikan inovasi teknologi kepada stakeholders

1. Sosialisasi Model Bioindustri kepada KTNA Kabupaten, penyuluh di wilayah lain se kecamatan Curup Timur, sebanyak 25 orang. Parameter yang dikumpulkan adalah respon peserta (Kognitif, dan affective) terhadap Model dan inovasi yang disosialisasikan. Data yang terkumpul ditabulasi dan diskoring menggunakan interval kelas dan dianalisis secara deskriptif.

2. Menyusun bahan informasi tercetak dan elektronik

Materi informasi yang disusun adalah: tercetak (leaflet teknologi 3 judul, banner); membuat papan merek serta back wol

3. Mengikuti pameran/ ekspose yang diadakan oleh Balai pada saat ekspose model. Materi yang dipamerkan adalah: produk bioindustri Bio-Gading berupa: kopi bubuk, kompos, pakan ternak, biourine, sayuran semi organik. 4. Mengikuti workshop, seminar

Workshop diselenggarakan oleh BBP2TP, dan seminar nasional diikuti sesuai undangan yang ada. Materi yang akan disampaikan dalam seminar adalah aspek teknis, pascapanen, ekonomi, dan perubahan prilaku petani, penyuluh.

Dalam dokumen lapkir bioindustri tanaman ternak 2016 (Halaman 32-37)