Dari parameter di atas, subjek penelitian yang dianggap memenuhi karakteristik yaitu:
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Dairi. Seluruh program kesehatan mengikuti SPM (Standar Pelayanan Minimal) dan di monitoring ketercapaian program KB. Hal ini juga berkaitan dengan ketersediaan sarana dan alat KB di semua sarana pelayanan KB di Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
Penanggung jawab program KB di Puskesmas KM 11 Kecamatan Siempat Nempu Hulu. Penanggung Jawab KB adalah pegawai puskesmas yang ditugaskan oleh Kepala Puskesmas yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program KB di wilayah kecamatan. Penanggungjawab mengkoordinir pelaksanaan kegiatan terkait program KB, membuat laporan dan berkoordinasi lintas program/sektor terkait untuk terlibat dalam Keluarga Berencana.
PLKB Kecamatan Siempat Nempu Hulu. Petugas yang bertanggungjawab memantau peserta KB dan mengajak masyarakat lainnya mengikuti program ini. Selain itu memberikan edukasi serta bekerjasama lintas sektor dalam memudahkan akses masyarakat.
Bidan Desa. Bidan Desa merupakan bidan yang ditempatkan,diwajibkan tinggal srta bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya, yang meliputi satu atau dua desa yang dalam melaksanakan tugas pelayanan medik baik di dalam
maupun di luar jam kerjanya bertanggung jawab langsung kepada kepala Puskesmas dan bekerja sama dengan perangkat desa.
Peserta KB. Peserta KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang aktif maupun pasif menggunakan alat KB dengan berbagai metode.
Subjek penelitian dapat dinyatakan sebagai situasi sosial penelitian yang ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya. Pada subyek penelitian ini, peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas orang-orang yang ada pada tempat tertentu, subjek dari penelitian ini adalah :
1. Kepala Seksi Pembinaan Kesertaan dan Jaminan Pelayanan KB (Dinas PPKB).
2. Penanggung jawab program KB di Puskesmas KM 11 Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
3. PLKB Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
4. Bidan Desa.
5. Peserta KB di Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
Definisi Konsep
Definisi konsep yang ada dalam penelitian ini yaitu alat kontasepsi (meliputi: implant, IUD, MOW, MOP, pil, suntik, dan kondom) adalah sebagai berikut:
1. Alat kontrasepsi adalah suatu alat atau metode penggunaan untuk pencegahan kehamilan dalam kelurga berencana (KB).
2. Implant adalah kontrasepsi yang diintersikan tepat dibawah kulit, dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau di bawah siku melalui insasi tunggal dalam bentuk kipas.
35
3. Intrauterine Device (IUD) adalah kontrasepsi yang terdiri dari berbagai macam bentuk yang terbuat dari plastik dengan cara dimasukan kedalam rahim.
4. Metode Operasi Wanita (MOW) adalah prosedur bedah yang sukarela untuk menghentikan kesuburan, dengan cara menutup atau oklusai tuba falopi sehingga spermatozoa tidak dapat bertemu dengan ovum.
5. Metode Operasi Pria (MOP) adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa defrensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilasi (penyatuan ovum dengan sperma) tidak terjadi.
6. Pil adalah kontrasepsi berupa obat yang harus diminum setiap hari dengan aturan yang telah dianjurkan.
7. Suntik adalah kontrasepsi yang disuntikan kedalam tubuh perempuan untuk membuat endometrium menjadi kurang baik mencegah ovulas.
8. Kondom adalah alat kontrasepsi pelindung yang berupa selubung karet atau sarung yang berbentuk silinder yang dipasangkan pada penis saat melakukan hubungan seksual untuk mencegah masuknya sperma kedalam vagina.
Metode Pengumpulan Data.
Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini peneliti memilih jenis penelitian kualitatif maka data yang diperoleh haruslah mendalam, jelas dan spesifik.
1. Wawancara mendalam (in-depth interview) kepada informan dengan berpedoman pada panduan wawancara yang telah dipersiapkan.
2. Observasi, untuk menyajikan gambaran realistik perilaku dan kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut (Saryono dan Mekar, 2011).
Metode Analisis Data
Pengolahan data. Pengolahan data menggunakan triagulasi. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber yaitu dengan memilih informan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan (Sugiyono, 2010). Teknik pengolahan data ini digunakan untuk mengetahui bagaimana Implementasi Program KB di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi dilakukan secara kualitatif dengan mengambil kesimpulan dari hasil wawancara secara mendalam terhadap informan yang telah ditentukan. Hasil wawancara ditranskip dan dianalisis menggunakan matriks kualitatif untuk menarik point-point penting.
Analisis data. Analisis data dilakukan menggunakan versi Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2010) bahwa terdapat tiga metode analisa data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.
Reduksi data. Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, fokus pada hal-hal penting, cari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan akan mempermudah dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya.
37
Penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.
Penyajian data dalam penelitian ini peneliti paparkan dengan teks yang bersifat naratif dan dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun sehingga mudah dipahami.
Penarikan kesimpulan. Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan, kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutmya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan saat mengumpulkan data maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan mungkin dapat menjawab rumusan masalah tetapi mungkin juga tidak karena dalam penelitian kualitatif rumusan masalah masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.
38
Geografi. Kecamatan Siempat Nempu Hulu berada di Kabupaten Dairi,terbentang antara Kecamatan Tigalingga dan Pegagan Hilir.Dengan ibu kota di Silumboyah (BPS Kabupaten Dairi, 2017).
Kecamatan Siempat Nempu Hulu memiliki batas-batas daerah, dapat lihat sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pegagan Hilir dan Tigalingga 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sidikalang
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Siempat Nempu 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tigalingga.
Kecamatan Siempat Nempu Hulu merupakan salah satu kecamatan terbesar di Dairi berdasarkan luas wilayahnya, setelah Kecamatan Siempat Nempu Hilir yang mencapai 93,93 km2. Wilayah administrasi desa yang terbesar adalah Desa Kuta Tengah yang mencapai luas 12,10 km2 atau sebesar 12,88 persen dari luas total Kecamatan Siempat Nempu Hulu. Secara topografis, wilayah Kecamatan Siempat Nempu Hulu berbentuk jajaran genjang dan kesemuanya berada di daratan. Apabila ditarik garislurus dari ibukota kecamatan, maka Desa Tambahan dan Desa Tualang adalah desa yang terjauh, yaitu mencapai 12 km dan 18 km.
Demografi. Jumlah penduduk Kecamatan Siempat Nempu Hulu tahun 2018 adalah 18.167 jiwa. Berikut adalah distribusi penduduk di wilayah Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
39
Tabel 1
Demografi Wilayah Kecamatan Siempat Nempu Hulu
Desa Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk
Sumber: BPS Kecamatan Siempat Nempu Hulu Tahun 2017
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Siempat Nempu Hulu berjumlah 18.167 orang dengan PUS KB aktif masih 1.365 orang dari 4347 KK yang ada. Angka ini tidak jauh berbeda dari pencatatan dan pelaporan dari Dinas PPKB Kabupaten Dairi dan PLKB Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
Karakteristik Informan Penelitian
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara terhadap informan yang dijadikan narasumber penelitian. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 8 orang. Adapun informan tersebut yaitu: 1 orang informan kepala seksi pembinaan kesertaan dan jaminan pelayanan KB dari Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB), 1 orang informan penanggung jawab program KB Puskesmas Kecamatan Siempat Nempu Hulu, 1
orang informan Petugas Lapangan Keluarga Berenca (PLKB), 1 orang informan bidan desa, 4 orang peserta KB dengan menggunakan Forum Group Discussion (FGD). Wawancara terhadap informan dilaksanakan pada tanggal 17 Desember- 18 Januari 2019.
57 tahun Perempuan D1. Keb penanggung Jawab Program
Tenaga pelayanan KB. Tenaga pelayanan KB adalah sumber daya yang berperan dalam kegiatan KB kecamatan. Sumber daya manusia sangat penting dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
Sumber daya manusia diperlukan untuk menunjang terlaksananya suatu program.Tersedianya tenaga kesehatan yang cukup merupakan salah satu faktor keberhasilan suatu program.Manusia merupakan aset utama organisasi dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan.Tenaga kesehatan yang kurang terampil menjadi salah satu penyebab pekerjaan tidak terselesaikan secara optimal
41
(Indriana dkk, 2018). Informan PPKB, Penanggungjawab KB Puskesmas dan PLKB menjawab seperti ini:
“Dibidang KB ada 2 orang“(informan 1).
“Hanya Saya“(informan 2).
“Saya cuman sendiri“(informan 3).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga pelayanan KB belum mencukupi hanya 2 orang PPKB, 1 orang penanggung jawab KB di puskesmas,dan 1 orang tenaga PLKB. Jika dibandingkan dengan luas wilayah kecamatan yang terdiri dari 12 Desa, maka 1 orang tenaga PLKB ini masih kurang (idealnya rasio PLKB : Desa/ Kelurahan yaitu 1:3). Beberapa desa belum terjangkau oleh petugas sehingga perlu adanya penambahan untuk tenaga ini sehingga bisa berbagi wilayah binaan. Idealnya seorang tenaga PLKB melayani 2 Kelurahan. PLKB merupakan ujung tombak penyuluhan KB yang langsung berhubungan dengan masyarakat di desa/kelurahan binaannya.PLKB adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau non PNS yang diangkat oleh pejabat berwenang yang mempunyai tugas, tanggung jawab untuk melaksanakan penyuluhan, pelayanan, pelaporan, evaluasi dan pengembangan KB.
Tenaga pelayanan KB Kecamatan tersebar di semua desa masing-masing memiliki bidan desa. Pelaksanaan pelayanan KB dilakukan di Poskesdes atau Balai Pelayanan KB Kecamatan. Tenaga pelayanan KB semuanya sudah terlatih sesuai bidangnya termasuk Bidan Desa, Penanaggungjawab Program KB, Petugas PPKB, dan PLKB Kecamatan. Secara kualitas, sumber daya sudah memenuhi persyaratan.
Penelitian Sudarniasih dkk (2016) juga mendukung bahwa jumlah yang tersedia di Puskesmas Rawat Jalan Wajok Hulu sebanyak 7 orang. Kondisi ini
menunjukkan bahwa pelaksana dalam program KB implan dan IUD masih sangat terbatas. Namun. jumlah bidan sebagai pelaksana program KB implan dan IUD yang terbatas tidak demikian dengan kualitas, Dari segi kuantitas pelaksana memang belum cukup karena masih ada POLINDES dan PUSTU yang masih di rangkap bidan yang bertugas di Puskesmas. Namun kualitas bidan yang menjadi pelaksana sudah cukup baik, dari segi pendidikan sebagian besar diploma III, sudah pernah mengikuti pelatihan dan memiliki pengalaman kerja > 3 tahun.
Pendanaan. Keterbatasan sumber daya dapat menghambat pelaksanaan suatu kebijakan. Semakin besar dana yang dikeluarkan untuk memperbaiki sebuah program, maka hasilnya akan semakin efektif, apabila dana yang diberikan seefisien mungkin dan semakin kecilnya dana yang digunakan untuk sebuah program, maka program hanya akan berjalan dengan lambat dan hasilnya tidak akan efisien (Wibowo, 2008). Hasil wawancara tentang pendanaan dalam program KB di Kecamatan Siempat Nempu Hulu yang di jelaskan oleh kepala seksi bagian pelayanan KB di Dinas PPKB sebagai berikut:
“Ada, karena kita pelaksanaan safari KB/ pelayanan KB kita kedesa, kefaskes, nah kita butuh dana perjalanan dinas kesitu.
Dana dari APBD”. (informan 1)
Kutipan diatas didukung juga dengan pernyataan dari informan PLKB yang dijelaskan sebagai berikut :
“kalau ada safari KB atau yg lain itu turun dari kabupaten ada dananya dari kabupaten itu kami laksanakan,dana ada dari daerah APBD dan ada juga dari APBN Provinsi, namun kalau kegiatan sehari hari seperti kita turun tidak ada karena memang udah itu tugas kita”. (informan)
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendanaan dalam program KB sudah cukup, namun terkadang beberapa hal tak terduga tidak
43
tersedia dananya sehingga menjadi penghambat kegiatan ke desa lainnya khususnya pada awal dan akhir tahun. Penyusunan anggaran ini dilakukan sesuai jumlah permintaan dan alokasi tahun sebelumnya untuk anggaran tahun berikutnya. Tidak ada anggaran untuk turun lapangan sehari-hari dari petugas PLKB. Mereka menggangap bahwa hal tersebut adalah bagian tugas mereka, jadi walaupun tidak ada dana, mereka tetap akan turun lapangan.
Zultha (2017) mengungkapkan implementasi program kampung KB di Kelurahan Kota Karang Raya, Kecamatan Teluk Betung Timur ditemukan bahwa faktor penghambat dalam implementasi program Kampung KB diantaranya faktor internal yaitu kurangnya anggaran berupa dana yang diberikan oleh pemerintah terhadap pelaksanaan program Kampung KB, karena program tersebut belum mempunyai alokasi khusus dalam anggarannya. Sedangkan faktor eksternal yaitu kurangnya partisipasi serta kesadaran masyarakat yang masih belum ikut serta dalam pelaksanaan program Kampung KB di Kelurahan Kota Karang Raya.
Dana yang mendukung untuk program keluarga berencana tidak ada secara khusus dari Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan serta Dinas Kesehatan Kota Kotamobagu. Puskesmas Kotamobagu Selatan yang bekerjasama dengan KBPP Kecamatan mendapatkan dana dari BKBPP Kota Mobagu yaitu seperti dana obat/alat kontrasepsi, dana tersebut sudah terukur sesuai kebutuhan.
Fasilitas. Fasilitas yang berupa fisik juga merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang yang mencukupi, mengerti apa yang harus dilakukannya dan memiliki wewenang untuk melakukan tugasnya tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana dan prasarana) maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil (Thohirun, 2015).
Indriana dkk (2018) mengungkapkan bahwa sarana dan prasarana pelayanan KB yang seharusnya ada meliputi jumlah fasilitas pelayanan kesehatan statis (puskesmas, pustu, poskesdes) dan fasilitas pelayanan kesehatan bergerak, media dan sarana KIE (KIE Kit) yang ada, sarana pencatatan dan pelaporan dan formulir-formulir (informed choice dan informed consent), alat dan obat kontrasepsi, obat dan alat habis pakai dan alat kesehatan (IUD Kit, Implan Kit, VTP Kit) penunjang pelayanan KB. Data-data ini dapat diperoleh dari pelaporan pelayanan tiap bulan dan laporan pengendalian program KB ataupun hasil dari pemantauan ke lapangan.
Fasilitas pelayanan KB di kecamatan ini sudah memadai dapat dilihat dari hasil wawancara yang dijelaskan oleh kepala seksi bagian pelayanan KB sebagai berikut :
“Fasilitas sudah memadai kecuali metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) yaitu MOW dan MOP itu yang kurang kita”.
(informan 1)
“Tidak ada kendaraan. Kalo misalnya mau terjun ke lapangan, kadang nebeng sama program lain. Lagian pusling juga cuman satu”. (informan 2)
“Ada kendaraan roda dua”. (informan 3)
“Fasilitas cukup dan sudah memadai”. (informan 4)
Berdasarkan ungkapan diatas, bahwa fasilitas pelayanan KB di Kecamatan Siempat Nempu Hulu sudah mencukupi yang terdiri dari Puskesmas, Balai Penyuluhan KB, Pustu dan Poskesdes yang dilengkapi dengan obgyen bed, formulir informed consent, IUD kit dan Implant KIT serta alat kontrasepsi lainnya. Sedangkan untuk kendaraan dinas ada diberikan untuk petugas PLKB yaitu kendaraan roda dua. Namun, kendaraan untuk penanggungjawab KB tidak ada sehingga mempengaruhi kunjungan ke desa.
45
Alat dan bahan. Pelayanan kontrasepsi dalam program KB yang bermutu salah satunya tersedianya alat dan bahan kontrasepsi dalam jumlah yang cukup.
Alat kontrasepsi tersebut terdiri dari Pil, Kondom, Suntik KB, AKDR-IUD, Implan, Tubektomi dan Vasektomi (Affandi, 2011). Dalam penyediaan alat dan bahan sudah ada koordinasi yang bagus antara petugas dapat dilihat dari hasil wawancara penelitian yang dijelaskan oleh informan sebagai berikut:
“Mengumpulkan bahan untuk melaksanakan contohnya menyiapkan bahan untuk melaksanakan pelayana KB. Nah disini si PLKB mengatakan bahwa dia sudah mengumpulkan calon akseptor KB implant sebanyak 10, nah saya fasilitasilah 10 alkon implant kefaskes beserta hal-hal lainnya seperti ada info konsen, ada catatan, ada register, ada set efek, ada bahas bahan PHD itukan fasilitasnya dari bidang KB ke faskesnya itu”.
(informan 1)
“Dinas PPKB mengirim alkon ke puskesmas kemudian kami yang membawa kedesa-desa”. (informan 2)
“Semua alat kontrasepsi ada dari penanggung jawab program KB dipuskesmas”. (informan 4)
Sementara informan peserta KB mengungkapkan tentang penentuan alat kontrasepsi yang digunakan yaitu :
“Saya menggunakan spiral karena cocok, diarahkan oleh bidan desa dan melihat pengalaman ibu-ibu yang sudah pernah menggunakannya”. (informan 5)
“pakai suntik karena cuman itu yang serasi”. (informan 6)
Penelitian Indriana dkk (2018), menerangkan bahwa ketersediaan alat kontrasepsi berasal dari BKBPP Kota Kotamobagu lalu di sebarkan ke Unit Pelaksana Teknis Kecamatan dari Kecamatan PLKB menyebarkan ke bidan desa maupun Puskesmas secara gratis. Namun pada kenyataannya di lapangan masyarakat membelinya di bidan desa, padahal di obat tersebut tertulis bahwa barang ini tidak diperjualbelikan. Hal ini menyebabkan masyarakat terkadang enggan ber-KB dan bila ingin mengunakan MOW harus menunggu operasi gratis,
maka dari itu pencapaian MKJP paling rendah di Kecamatan Kotamobagu Selatan.
Berdasarkan informan diatas bahwa pengadaan alat dan bahan untuk program KB sudah terorganisir dengan baik. Setiap dinas mempunyai tugas dan tanggungjawab masing-masing. Semua alat dan bahan didistribusikan oleh PLKB dari BKKBN Pusat ke Puskesmas Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
Pelayanannya dilakukan oleh bidan desa atau penanggungjawab program KB di Puskesmas. Alat dan bahan kontrasepsi yang banyak digunakan menurut keterangan informan adalah spiral dan jarum suntik.
Informasi. Informasi bisa dilakukan dengan berbagai bentuk komunikasi.
Komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian informasi dari seorang komunikator kepada komunikan. Proses penyampaian informasi tidak hanya dilakukan secara langsung tetapi dilakukan juga secara tidak langsung. Informasi penting untuk diketahui pemegang program KB dan pelaksana adalah tujuan pelaksanaan program implan dan IUD. Penelitian Sudarniasih dkk (2016) mengatakan hasil wawancara menunjukkan adanya komunikasi kepala puskesmas pada pemegang program KB dan pelaksana. Selain komunikasi yang dilakukan kepala puskesmas dengan pihak internal (pemegang program dan pelaksana). Pihak lain yang juga diajak berkomunikasi kepala puskesmas terkait program KB implan dan IUD adalah pihak luar seperti kepala desa. Selain kepala puskesmas, komunikasi program KB implan dan IUD juga dilakukan pemegang program KB. Hasil wawancara dijelaskan oleh informan sebagai berikut :
“Selalu itu, dalam penyuluhan kan selalu kita jelaskan”.
(informasi 2)
47
“Ada , sudah sering ini penyuluhan-penyuluhan KB, kadernya juga sering dilatih tergantung program dari puskesmas”.
(informasi 4)
“Dari bidan desa terus mau juga kami ajak ibu-ibu yang belum ber KB supaya memakai KB”. (informasi 5)
Berdasarkan wawancara tersebut, Informasi dalam program KB sudah sering dilakukan melalui penyuluhan. Kader-kader KB juga sudah terlatih, namun tidak semua desa yang mempunyai kader KB. Dinas PPKB juga turun lapangan untuk mengadakan safari program KB serta memantau berlangsungnya efektifitas program KB di Kecamatan Siempat Nempu Hulu ini. Menurut informan peserta KB, mereka juga selalu mendapatkan informasi berupa penyuluhan baik di Posyandu maupun dari Bidan Desa.
Manajemen
Perencanaan. Perencanaan adalah hal terpenting dalam proses manajemen. Karena perencanaan akan menentukan arah fungsi manajemen lainnya. Untuk itu, fungsi perencanaan merupakan landasan dasar pengembngan proses manajemen secara keseluruhan. Jika perencanaan tidak dirumuskan dan ditulis dengan jelas, proses manajemen tidak berjalan secara berurutan dan teratur.Langkah dalam penyusunan perencanaan yaitu melakukan analisis situasi, mengidentifikasi masalah dan prioritasnya, menentukan tujuan program mengkaji hambatan dan kelemahan program, menyusun rencana kerja operasional (RKO).
Semua petugas pelayanan KB di kecamatan ini membuat perencanaan sesuai tupoksi masing-masing. Dapat dilihat dari hasil wawancara penelitian yang dujelaskan oleh informan sebagai berikut :
“Perencanaan sudah tupoksi bidang perencanaan Kita langsung menyusun RKBU (Rencana Kebutuhan) apa-apa saja yang kita
kerjakan untuk mencapai target kan gitu ya kita usulkanlah ke perencanaan”. (informan 1)
“Ada, setiap bulan kita membuat perencanaan kerja kita, kapan jadwal kita turun kedesa begitu”. (informan 3).
Berdasarkan wawancara diatas, perencanaan disusun oleh Dinas PPKB dalam menyusun RKBU selama 1 tahun. Pengusulan tersebut diambil dari masukan setiap instansi terkait saat rapat koordinasi. Hal ini juga mempertimbangkan jumlah estimasi PUS tahun mendatang. Sedangkan informan PLKB mengungkapkan bahwa mereka selalu membuat rencana kerja setiap bulannya sebelum turun ke desa serta mendeskripsikan kegiatan mereka. Peneliti melihat bahwa kegiatan masih bersifat rutinitas dan perencanaan belum mempertimbangkan indikator program KB termasuk angka Unmeet need. Hal ini yang turun mempengaruhi rendahnya jangkauan MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) yang dilakukan petugas.
Pengorganisasian. Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, mengolongkan, dan atur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan fungsi oleh pimpinan kepada staf untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian dalam bentuk tupoksi bidang masing-masing sesuai tuposi dari pelaksana pelayanan KB di kecamatan dapat dilihat dari hasil wawancara penelitian yang dijelaskan oleh informan sebagai berikut :
“Mengumpulkan bahan pelaksanaan kegiatan dan fasilitas, melaporkan seluruh pelaksanaan tugas selama satu tahun kepada kepala bidang dalam rangka pencapaian tugas”.(informan 1)
“Tugas saya melayani peserta KB, menyimpan alkon, penyuluhan KB kepada peserta dan calon aseptor KB”.(informan 2)
“Untuk penyuluhan dan penggarapan mengajak masyarakat agar mau berKB, penyuluhan KB dan menggarap agar mendapat peserta KB, selain itu membentuk kelompok-kelompok tribina
49
yaitu ada bina keluarga balita (BKB), bina kelarga remaja (BKR), bina keluarga lansia (BKL) dan UPPKS (usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera)”. (informan 3)
“Memberikan penyuluhan, melaksanakan pemasangan KB”.
(informan 4)
Berdasarkan wawancara diatas, pengorganisasian dilaksanakan sesuai
Berdasarkan wawancara diatas, pengorganisasian dilaksanakan sesuai