i
IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN SIEMPAT NEMPU HULU
KABUPATEN DAIRI TAHUN 2018
SKRIPSI
Oleh
TUTI ALAWIYAH CAPAH NIM. 121000078
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
ii
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
TUTI ALAWIYAH CAPAH NIM. 121000078
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
iii
iv TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes.
Anggota : 1. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes.
2. dr. Fauzi, S.K.M.
v
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul
“Implementasi Program Keluarga Berencana di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi Tahun 2018” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara- cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat kelimuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Agustus 2019
Tuti Alawiyah Capah
vi
peserta KB aktif yaitu 1.231 atau 51,9% (<70% sesuai standar pelayanan minimal Kab/Kota). Jumlah peserta KB aktif implan dan IUD masih rendah, daerah Siempat Nempu Hulu berjumlah 11 yang ingin menggunakan implan dan IUD.
Tujuan penelitian untuk mengetahui implementasi Program KB yang telah dilaksanakan di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi Tahun 2018.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam tentang implementasi program keluarga berencana. Informan yang memiliki kompetensi dan kebutuhan data (purposive) yaitu Kepala Seksi Pembinaan Kesertaan dan Jaminan Pelayanan KB (Dinas PPKB), Penanggungjawab program KB di puskesmas KM 11, PLKB Kecamatan, Bidan Desa, Peserta KB di Kecamatan Siempat Nempu Hulu. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam (in-depth interview) dan observasi. Pengolahan data menggunakan triangulasi, triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber yaitu dengan memilih informan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Analisis data dilakukan menggunakan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber daya untuk implementasi program KB belum sesuai kebutuhan, yaitu PLKB masih belum mencukupi (rasio PLKB:Desa yaitu 1:3). Kader KB belum tersedia di semua desa fasilitas dan alat bahan sudah menunjang, kecuali kendaraan dinas untuk penaggungjawab KB puskesmas. Manajemen program KB sudah berjalan baik, tetapi hambatanya yaitu masih susah menyesuaikan jadwal penyuluhan dan masih adanya kepercayaan tentang kewajiban memiliki anak laki-laki. Insentif PLKB untuk implementasi program KB sudah ada namun belum sesuai dengan kerjanya (idealnya 1 orang membina 3 Desa/Kelurahan).
Kata kunci : Implementasi, KB, kontrasepsi, PLKB
vii Abstract
Indonesia was threatened with a population explosion if there was no family planning program. The average population growth rate in Indonesia was still quite high. the coverage of active family planning participants were 1231 or 51.9% (<70% according to the Minimum Regency/City Minimum Service Standards). The number of active FP implants and IUD participants was still low.
Siempat Nempu Hulu had just 11 participants who wanted to use implants and IUDs. The research objective was to find out the implementation of family planning program that had been carried out in Siempat Nempu Hulu District, Dairi in 2018. This type of research was a descriptive study with a qualitative approach that aims to find out more clearly and indepth about the implementation of family planning program. Informants who had competency and data needs (purposive), namely the Head of the Guidance and Participation Development Guidance for KB Services (PPKB Service), The Head of KB program at the Public Health Center KM 11, (Staff of family planning in District) PLKB, Midwives, KB Participants. Data collection techniques were using in-depth interviews and observation. Data processing used triangulation, exactly triangulation of sources, namely by selecting informants who could provide the answers in accordance with the questions asked. Data analysis was performed using data reduction, data presentation, drawing conclusions. Research result was showed that Resources for the implementation of family planning program wasn’t suitable with need like PLKB wasn’t enough (ratio PLKB: Village is 1:3) and Family Planning Cadre wasn’t available in every village. Facilities and materials were supported except the government vehicle for person in charge of public center. Management for the implementation of family planning programs had been going well, but there was an obstacle which was society not easy to get the counseling schedule and there was a myth about the obligation to have a boy.
There was an incentives for PLKB staff but not suitable with her work load (1 PLKB took a part 3 villages/ sub district).
Keywords : Implementation, KB, Contraception, PLKB
viii
telah memberikan limpahan berkat kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Program Keluarga Berencana di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi Tahun 2018” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program studi Strata 1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Dalam pelaksanaan penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan-kesulitan dan hambatan, namun penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM USU sekaligus Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, saran dan petunujuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes., selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
5. dr. Fauzi, S.K.M., selaku Dosen penguji II yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
ix
6. Seluruh dosen dan staf di FKM USU yang telah memberikan ilmu kepada penulis serta membantu setiap proses pengurusan administrasi selama mengikuti pendidikan di FKM USU.
7. Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana Kabupaten Dairi dan seluruh staf yang telah membantu penulis dalam penelitian.
8. Friska Sinaga, A.Md.Keb., selaku Petugas/ Penyuluh Lapangan KB di Kecamatan Siempat Nempu Hulu yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian.
9. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis tercinta (Sahrun Capah dan Dahlia Angkat) yang telah memberi dukungan, semangat dan doa kepada penulis selama ini, beserta saudara penulis (Elisamariah Capah, S.Pd.I., Lotjadi Capah, S.T.P., Weirana Capah, S.Pd.I., dan Sahnan Capah, S.Pd.I.) yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.
10. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penyelesaian skripsi ini, masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini di masa-masa yang akan datang.
Medan, Agustus 2019
Tuti Alawiyah Capah
x
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel x
Daftar Gambar xi
Daftar Lampiran xii
Daftar Istilah xiii
Riwayat Hidup xiv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 8
Tujuan Penelitian 9
Manfaat Penelitian 9 Tinjauan Pustaka 11 Program Keluarga Berencana 11 Definisi keluarga berencana 11 Tujuan keluarga berencana 11 Sasaran dan target program KB 11 Ruang lingkup program KB 12 Pelayanan Keluarga Berencana 14 Pendokumentasian Pelayanan KB 15 Pencatatan dan pelaporan pelayanan 15
Kontrasepsi 18
Alat kontrasepsi 18
Macam-macam kontrasepsi 18
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi 19
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keengganan Penggunaan KB 20
Umur 20
Tingkat pendidikan 21
Jumlah anak 21
Manajemen Program KB 21
Perencanaan 21
Pengorganisasian 23
Pelaksanaan 26
Pemantauan evaluasi 29
xi
Landasan Teori 30
Kerangka Berpikir 31
Metode Penelitian 32
Jenis Penelitian 32
Lokasi dan Waktu Penelitian 32
Subjek Penelitian 32
Definisi Konsep 34
Metode Pengumpulan Data 35
Metode Analisis Data 36
Hasil dan Pembahasan 38
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 38
Geografi 38
Demografi 38
Karakteristik Informan 39
Analisis dan Komponen Input 40
Tenaga pelayanan KB 40
Pendanaan 42
Fasilitas 43
Alat dan bahan 45
Informasi 46
Manajemen 47
Perencanaan 47
Pengorganisasian 48
Pergerakan 49
Pengawasan 54
Insentif 54
Birokrasi 55
Kebijakan Puskesmas 56
Keterbatasan Penelitian 57
Kesimpulan dan Saran 59
Kesimpulan 59
Saran 59
Daftar Pustaka 61
Lampiran 64
xii
1 Demografi Wilayah Kecamatan Siempat Nempu Hulu 39
2 Karakteristik Informan Penelitian 40
xiii
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Mekanisme distribusi alokon 25
2 Kerangka berpikir 31
xiv
1 Pedoman Wawancara 64
2 Surat Permohonan Izin Penelitian 69
3 Surat Keterangan Selesai Penelitian 70
4 Dokumentasi Penelitian 71
xv Daftar Istilah
AKDR Alat Kontrasepsi dalam Rahim BKB Bina Keluarga Balita
BKKBN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BKL Bina Keluarga Lansia
BKR Bina Keluarga Remaja BPS Badan Pusat Statistik
CPR Contraceptive Prevalence Rate DBS Dokter dan Bidan Swasta FGD Forum Group Discussion
FKTP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
ICDP International Conference On Population and Development IUD Intraurine Device
KB Keluarga Berencana
MDGs Millennium Development Goals MKJP Metode Kontrasepsi Jangka Panjang MOP Metode Operasi Pria
MOW Metode Operasi Wanita
NKKBS Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera PA Peserta Aktif
PB Peserta Baru
PKRT Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga PLKB Petugas Lapangan KB
PUS Pasangan Usia Subur RKP Rencana Kerja Pemerintah SDGs Sustainable Development Goals
SDKI Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDM Sumber Daya Manusia
SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah SOP Standar Operasional Prosedur
UPPKS Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera WHO World Health Organization
xvi
Namontrep I pada tanggal 24 Januari 1994. Penulis beragama Islam, anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Syahrun Capah dan Ibu Dahlia Angkat.
Pendidikan formal dimulai dari sekolah dasar di SD 030376 Desa Bakal Julu Tahun 2000-2006, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Siempat Nempu Hulu Tahun 2006-2009, sekolah menengah atas di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sidikalang Tahun 2009-2012, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat pada Tahun 2012 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Medan, Agustus 2019
Tuti Alawiyah Capah
1 Pendahuluan
Latar Belakang
Langkah besar mengenai pembangunan dan kependudukan yaitu Sustainable Development Goals (SDGs) dimana didalamnya terdapat 17 tujuan dengan 169 target yang terukur dengan waktu yang ditentukan. SDGs ini diterbitkan pada tanggal 21 Oktober 2015 menggantikan program sebelumnya yaitu Millennium Development Goals (MDGs) sebagai tujuan pembangunan bersama sampai tahun 2030 yang disepakati oleh berbagai negara dalam forum resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs) terhadap program KB terdapat pada point ke tiga yaitu “Kehidupan sehat dan sejahtera: Menggalakkan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua usia”.
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T, terlalu muda melahirkan (dibawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (diatas usia 35 tahun). Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan.
(Kemenkes RI, 2014).
Pertumbuhan penduduk yang meningkat membuat pemerintah lebih berusaha untuk menggalakan program KB agar dapat mengendalikan pertumbuhan penduduk (Pusat Penelitian dan Perkembangan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera BKKBN, 2011).
Indonesia terancam mengalami ledakan penduduk jika tidak ada program KB . Rata-rata laju pertumbuhan penduduk di Indonesia masih cukup tinggi. Pada tahun 2009 jumlah penduduk di Indonesia sekitar 230,6 juta jiwa dan meningkat sesuai hasil sensus penduduk tahun 2010 yaitu 237.641.326 jiwa, yang terdiri dari 119.630.913 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49% (BPS, 2010).
Tanpa KB sebelas tahun lagi atau tahun 2020, penduduk Indonesia akan mencapai 261 juta jiwa. Dalam pelaksanaannya, program keluarga berencana mengalami beberapa fase yang meliputi antara lain, progam KB dengan orientase pada pusat-pusat kesehatan masyarakat, program KB yang diselenggarakan dengan perkembangan di tingkat desa masing-masing, serta usaha membudayakan masyarakat akan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) (Badan Pusat Statistik, 2010).
Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak (Kemenkes RI, 2018).
Pemerintah membuat program keluarga kecil dan sejahtera dalam rangka menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua sesuai dengan sasaran dan target daerah (Pusat Penelitian dan Perkembangan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera BKKBN, 2011).
Berdasarkan Sasaran program KB dan Target RPJMN 2010-2014 antara lain tentang pencapaian CPR (Contraceptive Prevalence Rate) menjadi 65%
3
termasuk peningkatan pencapaian Peserta Aktif MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) sebesar 25,9% dan pencapaian Peserta Baru MKJP sebesar 12,9% dan Peserta KB pria 4,3% berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2012, maka Pemerintah dituntut dapat memberikan pelayanan KB yang berkualitas. Pemberian pelayanan KB yang berkualitas diharapkan dapat meningkatkan kesertaan KB khususnya MKJP.
Mencermati pemakaian MKJP selama beberapa periode survei menunjukkan kecenderungan menurun. Baru pada Tahun 2008-2010 pencapaian MKJP relatif tetap. Penurunan MKJP tampaknya bersumber dari pemakaian metode IUD yang terus menurun, sementara pencapaian MOP,MOW relatif tetap, dan pencapaian implant yang mengalami fluktuasi selama periode tersebut (BKKBN, 2011), namun Sumber data lain yaitu SDKI 2012 s/d 2017 memperlihatkan peningkatan peserta IUD dan penurunan peserta suntik dan pil KB (BKKBN, 2018).
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan perubahan secara substansial popularitas beberapa metode kontrasepsi modern. Penggunaan suntik terus menurun selama 5 tahun terakhir, dari 32% (SDKI 2012) menjadi 29% (SDKI 2017). Di sisi lain, penggunaan IUD meningkat dari 4% (SDKI 2012) menjadi 5% (SDKI 2017).
Pil kb menurun dari 14% (SDKI 2012) menjadi 12% (SDKI 2017). (BKKBN, 2018).
Berdasarkan data dari BPS laju pertumbuhan penduduk di Sumatera Utara pada Tahun 2000-2010 adalah sekitar 1,22%. Persentase pencapaian KB baru Tahun 2011 sekitar 115,4%, 2012 sekitar 127,3%. Perkembangan pencapaian
peserta KB baru (PB) mandiri Tahun 2010-2012 adalah 109.876,96.168,75.147.
persentase pencapaian peserta KB aktif (PA) terhadap total PA dari tahun 2010- 2012 adalah 35,9%, 32,1%, dan 30,2% (BKKBN,2013).
Program Keluarga Berencana merupakan urusan wajib bagi Pemerintah Daerah termasuk di Kabupaten Dairi, di atur dalam Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dalam pasal 20 yang bertujuan untuk mengendalikan kelahiran. Kabupaten Dairi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang mengalami pertumbuhan penduduk. Penduduk di Kabupaten Dairi tahun 2015 telah mencapai 179.009 jiwa (BPS Kabupaten Dairi, 2015).
Ketersediaan fasilitas kesehatan untuk pelayanan kontrasepsi di Kabupaten masih 24 faskes Sederhana. Penggunaan jenis kontrasepsi Kabupaten Dairi Tahun 2017-2018 yaitu IUD 34 (2017) menjadi 30 (2018), Implan 147 (2017) menjadi 116 (2018), Kondom 136 (2017) menjadi 133 (2018), Pil KB 386 (2017) menjadi 392 (2018), Suntik 456 (2017) menjadi 434 (2018) (Laporan PELKON BKKBN, 2018).
Kabupaten Dairi ini terdiri dari 15 kecamatan, salah satunya adalah Kecamatan Siempat Nempu Hulu. Berdasarkan data peserta KB baru 2017 di Kecamatan siempat Nempu Hulu pada bulan Januari-November hanya 1.294 peserta KB baru dan pemakaian MKJP sangat rendah dan tidak mencapai target Tahun 2016 yaitu 1.695 peserta. Tahun 2016 ini hanya terdapat 19 peserta KB baru yang memakai alat kontrasepsi IUD, 3 peserta KB yang memakai MOP dan tidak ada yang memakai MOW di tahun ini. Pemakaian kondom berjumlah 147 PUS, implant 100 PUS. Peserta KB baru banyak mengunakan pil KB yaitu
5
berjumlah 553 dan memakai implant berjumlah 472. Bila dibandingkan dengan data 2015, di tahun 2016 terjadi penurunan peserta KB baru, di tahun 2015 memiliki 1626 peserta kb baru diantaranya 29 peserta (IUD), 4 peserta (MOW), 4 peserta (MOP), 124 peserta (kondom), 109 peserta (Implant), 466 peserta (Suntik) dan 890 peserta (Pil KB). Dilihat dari data tersebut maka bisa dikatakan terjadi penurunan pemakaian KB dan MKJP di Tahun 2016.
Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan KB dan Keluarga Sejahtera BKKBN (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan MKJP di wilayah Sumatera adalah variabel jumlah anak masih hidup, lama menikah, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal, tahapan keluarga dan tujuan ber-KB. Dan penggunaan MKJP yang relatif masih rendah di kalangan wanita PUS pada masing-masing wilayah dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor sosial, demografi, ekonomi dan sarana, serta faktor yang berkaitan dengan kualitas pelayanan MKJP, melalui analisis data sekunder dari hasil pemantauan PUS melalui Mini Survei Tahun 2011.
Program Keluarga Berencana yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Dairi khususnya di kecamatan ini lebih mengedepankan pelayanan kontrasepsi di fasilitas kesehatan. (Undang – Undang Nomor 52 tahun 2009 pasal 24) yaitu : 1. Pelayanan kontrasepsi diselenggarakan dengan tata cara yang berdaya guna
dan berhasil guna serta di terima dan dilaksanakan secara bertanggung jawab oleh pasangan suami isteri sesuai dengan pilihan dan mempertimbangkan kondisi kesehatan suami atau isteri.
2. Pelayanan kontrasepsi secara paksa kepada siapapun dan dalam bentuk apa pun bertentangan dengan hak asasi manusia dan pelakunya akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan.
3. Penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi dilakukan dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi agama, norma budaya, etika serta segi kesehatan.
Terkait hal itu, salah satu kontrasepsi unggulan dalam program keluarga berencana di Kabupaten Dairi adalah implant dan IUD. Rujukan pelayanan kontrasepsi implan dan IUD di Puskesmas pada Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional Bab IV bagian C tentang manfaat pelayanan promotif dan preventif Keluarga Berencana sebagai berikut: Keluarga Berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, tubektomi termasuk komplikasi KB bekerjasama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana (Permenkes, 2014).
Kecamatan Siempat Nempu Hulu juga melaksanakan program Keluarga Berencana implan dan IUD. Pasangan usia subur yang menjadi peserta KB aktif di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Tahun 2016 sebanyak 2384 PUS dan cakupan peserta KB Aktif yaitu 1231 atau 51,9% (<70% sesuai standar pelayanan minimal kab/kota) (Dinas Kesehatan Kabupaten Dari, 2017).
Hasil survei pendahuluan peneliti menemukan bahwa sumber daya program KB di Kecamatan Siempat Nempu Hulu masih terbatas seperti tenaga pelaksana KB di lapangan (PLKB) hanya 1 dengan wilayah desa yang banyak.
Informasi KB hanya didapatkan saat kegiatan berlangsung dan sesekali dilakukan di posyandu tertentu. Sarana, prasarana serta pendanaan mengalami kemunduran pada awal tahun (saat perencanaan akan dimulai). Sedangkan untuk insentif tersedia dan birokrasi tidak terlalu rumit. Semua lini mungkin sudah berperan
7
maksimal namun pemahaman masyarakat yang perlu dikawal terus-menerus.
Kebijakan di tingkat puskesmas sudah ada tetapi belum ada kebijakan di Kecamatan terkait program KB ini.
Selain itu jumlah peserta KB aktif implan dan IUD masih rendah Siempat Nempu Hulu berjumlah 11 yang ingin menggunakan implan dan IUD. Kelebihan penggunaan implan dan IUD belum sepenuhnya diketahui oleh Pasangan Usia Subur. Kondisi ini tidak terlepas dengan berbagai permasalahan yaitu rendahnya tingkat pendidikan PUS, kurangnya informasi tentang KB yang diterima PUS, mahalnya retribusi pelayanan kontrasepsi implan dan IUD bagi yang tidak memiliki kartu BPJS, rasa takut dan adanya mitos yang salah tentang implan dan IUD.
Penelitian Sudarniasih dkk (2016), bahwa program keluarga berencana (KB) di Puskesmas Rawat Jalan Wajok Hulu masih belum terimplementasi dengan baik. Kondisi ini terlihat dari beberapa hasil temuan terhadap faktor-faktor yang dianalisis seperti misalnya: a. Komunikasi yang berlangsung sehubungan dengan proses sosialisasi program yang dilakukan, terlihat dari tidak konsistennya jadwal kegiatan sosialisasi yang berubah-ubah, b. Struktur birokrasi dalam progam KB terdiri dari kepala puskemas sebagai penanggungjawab, pemegang program KB dan pelaksana sudah melaksanakan tugas dan wewenang sesuai dengan jabatannya dengan baik dan tidak adanya standar operasional prosedur (SOP) yang baku untuk pelaksanaan kegiatan dalam pelayanan kontrasepsi program KB di Puskesmas Rawat Jalan Wajok Hulu.
Penelitian selanjutnya diungkapkan oleh Utari (2015) bahwa rendahnya pencapaian peserta KB baru dikarenakan Puskesmas hanya memiliki satu tenaga kesehatan di bidang KB, dan Dinas Kesehatan tidak mendapatkan dana untuk program KB sehingga program KB di Puskesmas hanya melayani dalam gedung dan melakukan pencatatan pelaporan. Sarana dan prasarana sudah cukup memadai tetapi ketersediaan alat kontrasepsi terkadang tidak tersedia.
Perencanaan belum ada dari Dinas Kesehatan sehingga Puskesmas hanya melakukan pecatatan dan pelaporan saja.
Kurangnya kerjasama, koordinasi dan sosialisasi dengan KBPP dalam pelaksanaan program KB di Kecamatan Hinai sehingga Dinas Kesehatan ataupun Puskesmas tidak dilibatkan dalam pelaksanaan program KB di lapangan. Dalam pengawasan sudah dilakukan dengan baik dan berjenjang sampai ke tingkat 2.
Hasil program KB di Puskesmas Tanjung Beringin belum maksimal dan masih banyak yang perlu ditingkatkan seperti kinerjanya, kurangnya kerjasama di instansi-instansi program KB di Kecamatan Hinai, dan kurangnya pelatihan tenaga kesehatan di bidang KB.
Berangkat dari permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan sebuah penelitian ingin mengetahui bagaimana Implementasi program KB yang ada di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah penelitian yaitu:
1. Bagaimana ketersediaan sumber daya dalam implementasi program KB Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
2. Bagaimana Manajemen dalam implementasi program KB di Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
9
3. Bagaimana insentif dan birokrasi dalam implementasi program KB di Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
4. Bagaimana kebijakan program KB di Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum. Tujuan penelitian untuk mengetahui implementasi program KB yang telah dilaksanakan di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi Tahun 2018.
Tujuan khusus. Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui ketersediaan sumber daya dalam implementasi program KB Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
2. Untuk mengetahui manajemen dalam implementasi program KB di Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
3. Untuk mengetahui insentif dan birokrasi dalam implementasi program KB di Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
4. Untuk mengetahui kebijakan program KB di Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk memperbaiki program KB bagi stakeholder dan pelaksana program KB di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi.
2. Meningkatkan kemampuan peneliti dalam mengadakan research ilmiah dalam meningkatkan pemahaman peneliti mengenai implementasi program keluarga berencana di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi.
3. Sebagai sumber referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai implementasi program KB di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi.
11
Tinjauan Pustaka
Program Keluarga Berencana
Definisi keluarga berencana. Pelayanan Keluarga Berencana (KB), diimplementasikan sesuai rekomendasi International Conference on Population and Development (ICPD) Tahun 1994, maka upaya penguatan manajemen pelayanan KB menjadi satu upaya yang sangat penting. Hal ini selaras dengan amanat Undang-Undang nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, yaitu pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan KB yang aman, bermutu dan terjangkau oleh masyarakat (Kemenkes, 2014).
Keluarga berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah tindakan yang membantu individu/pasangan suami isteri untuk :1) Mengindari kelahiran yang tidak diinginkan, 2) Mendapatkan kelahiran yang diinginkan, 3) Mengatur interval diantara kelahiran, 4) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri, 5) Menetukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004).
Tujuan keluarga berencana. Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013).
Sasaran dan target program KB. Data sasaran program KB, 1) Jumlah PUS Total Jumlah target sasaran peserta KB adalah total PUS dengan proyeksi
sekitar 17% dari jumlah penduduk atau PUS dengan data hasil pendataan. Jumlah PUS Total juga didapat dari pendataan keluarga dan statistik rutin, 2) Jumlah sasaran KB Pasca Persalinan Jumlah sasaran peserta KB Pasca Persalinan sama dengan sasaran ibu bersalin yaitu 1,05 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk. Angka Kelahiran Kasar (CBR) diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), 3) Jumlah PUS dengan kondisi “4T” dengan status KB-nya (PUS MUPAR – pasangan usia subur muda paritas rendah/MUPATI- ) 4) Jumlah PUS peserta BPJS (Kemenkes, 2014).
Ruang lingkup program KB. Berikut ini merupakan komponen ruang lingkup pelayanan KB yang dapat di berikan kepada masyarakat.
1. Komunikasi informasi dan edukasi (KIE) 2. Konseling
3. Pelayanan kontrasepsi 4. Pelayanan infertilitas 5. Pendidikan seksual
6. Konsultasi pra perkawinan dan konseling perkawinan 7. Konsultasi genetik
8. Tes keganasan 9. Adopsi
Berbagai program dalam ruang lingkup program KB adalah sebagai berikut:
Program keluarga berencana. Kegiatan program keluarga berencana yang dilaksanakan sebagai berikut:
1. Peningkatan pelayanan keluarga miskin, askeskin.
13
2. Pengembangan kebijakan dan strategi nasional KB rumah sakit serta fasilitas pelayanan kesehatan rawat inap.
3. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kontrasepsi.
4. Jaminan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi bagi keluarga miskin dan pelayanan swasta.
5. Peningkatan akses informasi dan pelayanan KB pria.
6. Peningkatan advokasi dan pelayanan komunikasi informasi dan edukasi serta kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak.
Program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). Kegiatan program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yang dilaksanakan sebagai berikut:
1. Penyusunan buku dan materi KRR.
2. Penyuluhan dan penyebaran informasi penyelenggaraan KRR melaluimomen strategis.
3. Pemantauan dan evaluasi.
4. Pembinaan program melalui seminar dan pentaloka.
5. Pengembangan modul dan sistem pembelajaran.
Program peningkatan ketahanan dan pemberdayaan keluarga. Kegiatan program peningkatan ketahanan dan pemberdayaan keluarga yang dilaksanakan sebagai berikut:
1. Peningkatan kemitraan dalam pembinaan ketahanan keluarga.
2. Kegiatan komunikasi informasi dan edukasi serta program peningkatan kualitas lingkungan keluarga.
3. Peningkatan kegiatan pemberdayaan ketahanan keluarga.
4. Peningkatan kegiatan pemberdayaan ekonomi keluarga.
Program penguatan kelembagaan keluarga kecil berkualitas. Kegiatan program penguatan kelembagaan keluarga kecil berkualitas yang dilaksanakan sebagai berikut:
1. Peningkatan pelembagaan dan jejaring KB dan KR.
2. Peningkatan peran serta masyarakat dan pemberdayaan petugas lini lapangan.
3. Perkuat jaringan kemitraan.
4. Peningkatan keterpaduan melalui kegiatan melalui kegiatan pada berbagai momentum besar.
5. Pemantapan mekanisme operasional.
Pelayanan keluarga berencana. Pelayanan kontrasepsi saat ini dirasakan masyarakat, khususnya pasangan suami-istri, sebagai salah satu kebutuhannya.
Pelayanan kontrasepsi yang semula menjadi program pemerintah dengan orientasi pemenuhan target melalui subsidi penuh dari pemerintah, berangsur-angsur bergeser menjadi suatu gerakan masyarakat yang sadar akan kebutuhannya hingga bersedia membayar untuk memenuhinya.
Peran pelayanan Keluarga Berencana diarahkan untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan yang diinginkan dan berlangsung pada keadaan dan saat yang tepat, akan lebih menjamin keselamtan ibu dan bayi yang dikandungnya. Pelayanan KB bertujuan menunda, menjarangkan, atau membatasi kehamilan bila jumlah anak sudah cukup. Dengan demikian pelayanan KB sangat berguna dalam mengatur kehamilan dan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak tepat waktu. Ada lima hal penting dalam pelayanan Keluarga Berencana yang perlu diperhatikan:
1. Prioritas pelayanan KB diberikan terutama kepada Pasangan Usia Subur yang
15
isterinya mempunyai keadaan 4 terlalu yaitu terlalu muda (usia kurang dari 20 tahun), terlalu banyak anak (lebih dari 3 orang), terlalu dekat jarak kehamilan (kurang dari 2 tahun), dan terlalu tua (lebih dari 35 tahun).
2. Menekankan bahwa KB merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan isteri. Suami juga perlu berpartisipasi aktif dalam ber KB dengan menggunakan alat/metode kontrasepsi untuk pria.
3. Memberi informasi lengkap dan adil tentang keuntungan dan kelemahan masing-masing metode kontrasepsi. Setiap klien berhak untuk mendapat informasi mengenai hal ini, sehingga dapat mempertimbangkan metode yang paling cocok bagi dirinya.
4. Memberi nasehat tentang metoda yang paling cocok sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan kepada klien, untuk memudahkan klien menentukan pilihan.
5. Memberi informasi tentang kontraindikasi pemakaian berbagai metode kontrasepsi. Pelaksanaan pelayanan KB perlu melakukan skrining atau penyaringan melalui pemeriksaa fisik terhadap klien untuk memastikan bahwa tidak terdapat kontraindikasi bagi pemakaian metoda kontrasepsi yang akan dipilih. Khusus untuk tindakan operatif diperlukan surat pernyataan setuju (informed consent) dari klien (Kemenkes, 2014).
Pendokumentasian pelayanan keluarga berencana. Pencatatan dan Pelaporan pelayanan KB adalah suatu kegiatan mencatat dan melaporkan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh klinik KB, BPS atau tempat lainnya.
Penggunanaan kartu catatan pasien. Penggunanaan kartu catatan pasien antara lain yaitu:
Kartu pendaftaran klinik KB. Digunakan sebagai saranan untuk pendaftaran pertama bagi klinik KB baru pada saat didirikan dan pendaftaran ulang bagi semua klinik KB lama, dilakukan setiap akhir tahun anggaran (setiap bulan Maret). Kartu ini berisi KB yang bersangkutan.
Rekapitulasi kartu pendaftaran klinik KB. Digunakan sebagai sarana untuk melaporkan data dan informasi tentang identitas, jumlah tenaga dan sarana klinik KB di wilayah kabupaten dan kotamadya.
Kartu peserta KB. Digunakan sebagai media pengenal dan bukti bagi setiap peserta KB, kartu ini merupakan sasaran untuk memudahkan mencari Kartu Status Peserta KB juga berguna bagi peserta KB untuk memperoleh pelayanan ulang disemua klinik KB. Kartu ini merupakan sumber informasi bagi peserta Pembantu Pembina Keluarga Bere’ncana Desa (PPKBD) atau sub PPKBD tentang kesertaan anggota binaannya dalam ber KB.
Kartu status peserta KB. Dibuat untuk setiap pengunjung baru, khususnya peserta KB lama pindahan dari klinik atau tempat pelayanan KB lain. Kartu ini berfungsi untuk mencatat identitas peserta pelayanan KB lain. Kartu ini berfungsi untuk mencatat identitas peserta KB, hasil pemeriksaan klinik KB, kunjungan ulang dan informed consent.
Register klinik KB. Register klinik KB digunakan untuk mencatat hasil pelayanan kontrasepsi yang diberikan kepada peserta KB pada setiap hari pelayanan dan untuk memudahkan petugas klinik KB dalam membuat pelaporan bulanan klinik KB pada akhir bulan.
17
Register alat kontrasepsi klinik KB. Register alat kontrasepsi klinik KB digunakan untuk mencatat penerimaan dan pengeluaran (mutasi) alat-alat kontrasepsi di klinik KB, dengan tujunan untuk memudahkan membuat laporan bulanan klinik KB tentang keadaan alat kontrasepsi setiap akhir bulan.
Laporan bulanan klinik KB. Laporan bulanan klinik KB digunakan sebagai sarana untuk melaporkan kegiatan dan hasil pelayanan kontrasepsi oleh klinik KB, praktik dokter dan bidan swasta (DBS) serta tempat pelayanan lainnya.
Laporan ini meliputi identitas klinik KB termasuk jumlah dokter dan bidan swasta (DBS) dan tempat lainnya. Juga meliputo hasil pelayanan KB, peserta ganti cara, komplikasi, kegagalan, pencabutan implant, serta persediaan alat kontrasepsi yang ada di klinik KB setiap bulan.
Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB. Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB digunakan sebagai sarana untuk melaporkan rekapitulasi kegiatan dan hasil-hasil kegiatan pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh klinik KB, dokter/bidan praktik swasta dan tempat pelayanan lainnya yang berbeda di wilayah kabupaten atau kotamadya. Laporan ini merupakan hasil rekapitulasi dari semua laporan bulanan klinik KB yang diterima oleh BKKBN kabupaten/kotamadya yang bersangkutan.
Buku bantu dokter/bidan praktik swasta dan tempat pelayanan lainnya. Buku bantu dokter/bidan praktik swasta dan tempat pelayanan lainnya digunakan sebagai sarana untuk mencatat hasil pelayanan peserta KB baru dan pencabutan implant oleh dokter/bidan praktik swasta dan tempat pelayanan lainnya.
Laporan bulanan petugas penghubung. Laporan bulanan petugas penghubung hasil pelayanan kontrasepsi oleh dokter/bidan praktik swasta dan tempat pelayanan lain formulir ini digunakan sebagai sarana untuk mencatat dan melaporkan hasil pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh dokter/bidan praktik swasta dan tempat pelayanan lainnya. Laporan ini dibuat oleh petugas penghubung DBS dan tempat pelayanan lainnya setiap bulan dengan cara mengambil/mencatat data atau informasi dari buku bantu dokter/bidan praktik swasta.
Kontrasepsi
Alat kontrasepsi. Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” dan “konsepsi”. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma tersebut (Saifuddin dkk, 2006).
Macam-macam kontrasepsi. Adapun macam-macam kontrasepsi antara lain yaitu:
Metode kontrasepsi sederhana. Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermalyaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida (Handayani, 2010).
19
Metode kontrasepsi hormonal. Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant (Handayani, 2010).
Metode kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR).
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung hormon (Handayani, 2010). AKDR yang mengandung hormon Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel. (Hartanto, 2004).
Metode kontrasepsi mantap. Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP).
MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopiisehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomiyaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens 14 sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi (Handayani, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi. Faktor- faktor yang mempengaruhi akseptor dalam memilih metode kontrasepsi antara lain faktor pasangan (umur, gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu, sikap kewanitaan dan kepriaan), faktor kesehatan (status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul) dan faktor metode
kontrasepsi (efektivitas, efek samping dan biaya). Selain faktor-faktor tersebut masih banyak faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi seperti efektivitas konseling petugas kesehatan (Manuaba dkk, 2010).
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keengganan Penggunaan KB
Umur. Pengaruh umur untuk keikutsertaan dalam penggunaan kontrasepsi dapat dilihat dari pembagian umur berikut ini:
Umur ibu kurang dari 20 tahun. Adapun pengaruh umur ibu kurang dari 20 tahun antara lain yaitu:
1. Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda frekuensi bersenggama tinggi sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi.
2. Bagi yang belum mempunyai anak, AKDR kurang dianjurkan.
3. Umur dibawah 20 tahun sebaiknya tidak mempunyai anak dulu.
Umur ibu antara 20-30 tahun. Adapun pengaruh umur ibu antara 20-30 tahun antara lain yaitu:
1. Merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan.
2. Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk memakai IUD sebagai pilihan utama. Pilihan kedua adalah norplant atau pil.
Umur ibu diatas 30 tahun. Pengaruh umur ibu diatas 30 tahun adalah pilihan utama menggunakan kontrasepsi spiral atau norplant. Kondom biasanya merupakan pilihan kedua.
Dalam kondisi darurat, metode kontap dengan cara operasi (sterilisasi) dapat dipakai dan relatif lebih baik dibandingkan dengan spiral, kondom, maupun pil dalam arti mencegah (Sarwono, 2005).
21
Tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan akan memengaruhi wawasan dan pengetahuan ibu. Semakin rendah pendidikan ibu maka akses terhadap informasi tentang KB akan berkurang sehingga ibu akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif, alat kontrasepsi yang mana akan dipilih oleh ibu (Notoatmodjo, 2003).
Jumlah anak. Jumlah anak adalah keseluruhan jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh seorang ibu. Semakin sering seorang wanita melahirkan anak, maka akan semakin memiliki resiko kematian dalam persalinan. Hal ini berarti jumlah anak akan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan dapat meningkatkan taraf hidup keluarga secara maksimal.
Pengguna KB dipengaruhi juga dengan jumlah anak dalam suatu keluarga.
Pasangan usia subur 30 tahun keatas yang sudah memiliki anak dan ingin menjarangkan kehamilannya biasanya lebih cenderung memilih kontrasepsi jangka panjang (Sarwono, 2005).
Manajemen Program KB
Perencanaan. Menurut Kementerian Kesehatan Tahun 2014 Data yang perlu dikumpulkan untuk selanjutnya akan dianalisis adalah sebagai berikut:
Data sasaran program KB. Data sasaran program KB antara lain yaitu:
Jumlah PUS Total. Jumlah target sasaran peserta KB adalah total PUS dengan proyeksi sekitar 17% dari jumlah penduduk atau PUS dengan data hasil pendataan. Jumlah PUS Total juga didapat dari pendataan keluarga dan statistik rutin.
Jumlah sasaran KB Pasca Persalinan. Jumlah sasaran peserta KB Pasca Persalinan sama dengan sasaran ibu bersalin yaitu 1,05 X angka kelahiran kasar
(CBR) X jumlah penduduk. Angka Kelahiran Kasar (CBR) diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Jumlah PUS dengan kondisi “4T”. Jumlah PUS dengan kondisi “4T”
dengan status KB-nya (PUS MUPAR/MUPATI).
Jumlah PUS peserta BPJS. Jumlah PUS peserta BPJS merupakan peserta yang memanfaatkan pelayanan KB.
Data jumlah stok dan jenis alokon. Data jumlah stok dan jenis alokon yang tersedia di fasilitas pelayanan KB (kondom, pil, obat suntik KB, IUD, Implan). Ketersediaan masing-masing alokon menurut jenisnya tetapi secara umum di Puskesmas stok minimal 3 bulan dan maksimal 24 bulan.
Data sarana dan prasarana pelayanan kontrasepsi. Data sarana dan prasarana pelayanan kontrasepsi (obgyn bed, IUD Kit, implant removal kit, VTP kit, alat sterilisasi, KIE kit, media informasi dan bahan habis pakai) sesuai dengan kewenangan pelayanan fasilitas.
Data ketenagaan. Data ketenagaan antara lain yaitu:
1. Jumlah tenaga kesehatan yang melayani KB dan pembagian tugas pokok dan fungsinya.
2. Jumlah tenaga kesehatan yang sudah mendapat pelatihan teknis maupun manajemen KB: Pelatihan Keterampilan Manajemen Pelayanan KB (Analisis Situasi, Supervisi Fasilitatif, Audit Medik Pelayanan KB, Kajian Mandiri), dan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan KB; Pelatihan teknis/klinis:
KIP/Konseling KB dengan menggunakan ABPK-KB, Pelatihan Contraceptive Technology Update / CTU (meliputi Pelatihan Pemasangan dan Pencabutan IUD, Pelatihan Pemasangan dan Pencabutan Implan),
23
Pelatihan Vasektomi, pelatihan KB Pasca Persalinan, pelatihan pemasangan implan satu batang, orientasi kontrasepsi darurat.
Data jaringan pelayanan Puskesmas. Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling dan bidan desa. Data jejaring fasilitas pelayanan kesehatan : klinik, RS, apotik, laboratorium dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Data tentang kinerja dan kualitas pelayanan KB. Data tentang kinerja dan kualitas pelayanan KB tahun sebelumnya terdiri dari:
1. Persentase peserta KB baru permetode kontrasepsi 2. Persentase peserta KB aktif permetode kontrasepsi 3. Persentase KB Pasca Persalinan permetode kontrasepsi 4. Persentase kasus efek samping permetode
5. Persentase kasus komplikasi permetode 6. Persentase kasus kegagalan permetode 7. Persentase kasus drop-out permetode
Semua data tersebut akan dianalisis sehingga menghasilkan suatu informasi yang dapat menjadi dasar dan membantu untuk menyusun perencanaan dalam pengelolaan program pelayanan KB dan berkoordinasi dengan PPLKB.
Hasil perencanaan yang dihasilkan kemudian didiskusikan pada saat mini lokakarya Puskesmas dengan Rencana Usulan Kegiatan yang kemudian diajukan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan SKPD KB. Perencanaan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi dilakukan per metode kontrasepsi, bekerjasama dengan SKPD KB setempat.
Pengorganisasian. Pengorganisasian dalam manajemen pada prinsipnya merupakan suatu kegiatan pengaturan sumber daya manusia dan sumber daya
fisik lainnya untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan guna mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Pelaksanaan program pelayanan KB tidak sepenuhnya berada dijajaran sector kesehatan, maka diperlukan upaya untuk mengorganisasi semua sumber daya di lintas program dan lintas sektor agar mendapatkan hasil yang optimal (Kemenkes, 2014).
Untuk mewujudkan program pelayanan KB yang berkualitas, perlu dilakukan pengorganisasian sumber daya sebagai berikut:
Menjamin ketersediaan alat dan obat kontrasepsi serta bahan habis pakai, penyimpanan dan distribusinya. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan terkait ketersediaan alokon dan bahan habis pakai:
1. Ketersediaan Obat dan Alat Kesehatan yang dijamin oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah, maka tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan, meliputi alat kontrasepsi dasar, vaksin untuk imunisasi dasar dan obat program pemerintah (Permenkes Nomor 71 tahun 2013 pasal 19). Sesuai dengan kebijakan yang ada saat ini, penyediaan alat dan obat kontrasepsi disediakan oleh BKKBN. Selain itu, penyediaan alokon juga dapat disediakan oleh Pemerintah Daerah.
2. Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi farmasi sistem satu pintu (Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009, pasal 15). Standar Kefarmasian adalah pedoman untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas produksi, distribusi atau penyaluran, dan pelayanan kefarmasian (Peraturan Pemerintah No 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian).
3. Pengadaan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai oleh fasilitas
25
kesehatan dilakukan melalui e-purchasing, yang harganya tercantum dalam ecatalogue (Peraturan Presiden Nomor 111 tahun 2013).
4. Mekanisme distribusi alokon program KB dapat dilihat pada gambar:
Gambar 1. Mekanisme distribusi alokon
Alokon dikirimkan dari BKKBN Pusat ke Perwakilan BKKBN Provinsi, kemudian ke SKPD KB Kabupaten/ Kota. SKPD KB Kab/Kota mengirimkan alokon sesuai pengajuan dari Puskesmas dan jejaringnya ke UPT Farmasi Kab/
Kota. Kemudian UPT Farmasi Kab/ Kota mendistribusikan ke Puskesmas dan jejaringnya sesuai dengan kebutuhan yang diajukan. Jaringan pelayanan Puskesmas (Pustu, Pusling dan Bidan desa) mendapat alokon dari Puskesmas diwilayahnya. Bidan Praktik Mandiri yang membuat jejaring dengan FKTP (Puskesmas atau Dokter Praktik Mandiri) mendapat alokon dari FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) yang menjadi pembinanya. Pekerjaan kefarmasian dalam fasilitas distribusi atau penyaluran sediaan farmasi, mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009, termasuk alat dan obat kontrasepsi.
Menjamin tersedianya sarana penunjang pelayanan KB. Menjamin tersedianya sarana penunjang pelayanan KB seperti obgyn-bed, IUD kit, implan removal kit, VTP kit, KIE kit, media informasi, pedoman klinis dan pedoman manajemen. Pengelola program KB perlu berkoordinasi dengan pengelola program terkait di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten dan kota, baik di sarana pelayanan pemerintah maupun swasta. Mekanisme penyediaan sarana penunjang pelayanan KB mengikuti mekanisme penyediaan alokon.
Menjamin tersedianya pembiayaan pelayanan KB. Menjamin tersedianya pembiayaan pelayanan KB baik melalui APBN (Kementerian Kesehatan dan BKKBN) dan APBD dan sumber lain yang tidak mengikat misalnya dana hibah dalam dan luar negeri serta bantuan swasta dan perorangan.
Menjamin tersedianya tenaga kesehatan memberikan pelayanan KB.
Menjamin tersedianya tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan KB yang terampil dalam pelayanan klinis, konseling dan manajemen melalui pelatihan yang terakreditasi. Pengelola program KB perlu mengadakan koordinasi dengan Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK), Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes), Balai Pelatihan dan Pengembangan KB (BKKBN), Pusat Pelatihan Klinik Sekunder (P2KS) di Provinsi, Pusat Pelatihan Klinik Primer (P2KP) di kabupaten/kota, Puskesmas, Rumah Sakit, Organisasi Profesi (POGI, IDI dan IBI) dan lintas sektor terkait yang mengacu kepada pedoman pelatihan yang berlaku.
Pelaksanaan. Pelaksanaan pelayanan KB pasca – International Conference Population and Development (ICPD) - perlu ditempatkan dalam konteks kesehatan reproduksi, yang berarti program KB bukan semata-mata bertujuan mengatasi masalah kependudukan, tetapi juga perlu untuk pemenuhan
27
hak reproduksi masyarakat dan individu terutama perempuan. Pelayanan KB mengacu pada pendekatan siklus continuum of care mulai dari pemberian konseling kesehatan reproduksi kepada remaja dan calon pengantin, konseling KB kepada ibu hamil serta pelayanan KB pasca persalinan dan KB interval kepada PUS.
Pelayanan KB diberikan secara terpadu dengan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya, misalnya seorang klien KB yang datang untuk mendapat pelayanan kontrasepsi juga akan mendapat pelayanan terkait dengan PP – IMS/
HIV, skrining kanker leher rahim dengan tes IVA dan KIA bila diperlukan. PKRT (Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga) diterapkan untuk mencapai tujuan “sekali datang semua pelayanan diperoleh” (One stop service).
Untuk terlaksananya pelayanan KB perlu dipastikan ketersediaan sumber daya meliputi tenaga pelayanan KB, sarana dan prasarana, alokon dan BHP.
Sarana dan prasarana, alokon dan BHP dikelola Puskemas seperti pengelolaan obat lainnya meliputi:
Penerimaan. Pada saat penerimaan, perlu diperhatikan jumlah, kualitas dan persyaratan alkon dan BHP yang diterima sesuai dengan dokumen penerimaan yang dituangkan dalam berita acara penerimaan alokon.
Penyimpanan. Penyimpanan dilakukan dalam rangka pemeliharaan dan pengaman sehingga dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan standar penyimpanan.
Penyaluran/distribusi. Penyaluran alokon dapat dilakukan dengan system pull distribution system (request system) dan push distribution system (Dropping).
Pada saat penyaluran atau pendistribusian harus dilakukan dengan menggunakan
Surat Bukti barang keluar (SBBK) yang ditandatangani oleh bendahara barang dan pengirim. Penyaluran/pendistribusian alokon harus mengikuti prinsip First in First out (FIFO) adalah proses pengeluaran alokon berdasarkan waktu, bila masuk pertama maka harus dikeluarkan lebih awal. Selain itu juga menggunakan prinsip First to expire date First Out (FEFO), adalah proses pengeluaran alokon dan non alokon berdasarkan batas kadaluarsa, bila alokon yang batas kadaluarsanya lebih awal maka harus dikeluarkan lebih awal. Untuk alokon yang sudah kadaluarsa dapat dimusnahkan oleh Puskesmas yang telah memiliki fasilitas pendukungnya dengan membuat Berita Acara Pemusnahan dengan diketahui oleh SKPD KB setempat.
Pencatatan dan pelaporan. Pencatatan harus dilakukan mulai dari saat alokon diterima sampai dengan keluar dengan menggunakan Buku Barang Masuk (BBM)/Buku Barang keluar (BBK), Kartu persediaanbarang, kartu barang, SPMB dan SBBK. Pelaporan meliputi mutasi dan sisa persediaan, dilakukan sekurang- kurangnya setiap bulan dan setiap semester/stock opname.
Informasi yang diberikan Pelayanan dapat dikatakan berkualitas apabila klien mendapatkan informasi yang lengkap, jelas, rasional, dan dapat dipahami (inform choice) dari provider tentang metode kontrasepsi pria maupun wanita untuk membantu klien dalam menentukan kontrasepsi yang hendak dipakai.
Informasi yang diberikan merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (Sulistyawati, 2013). Dengan adayan informasi yang diberikan, peserta KB dapat mengetahui secara jelas dan benar tentang maksud serta tujuan pemakaian alat kontrasepsi, cara-cara KB yang
29
tersedia, kemungkinan efek samping, dan dapat mencegah timbulnya kecemasan dan rasa takut terhadap pemakaian.
Pemantauan evaluasi. Pemantauan (monitoring) dapat diartikan sebagai upaya pengumpulan, pencatatan, dan analisis data secara periodik dalam rangka mengetahui kemajuan program dan memastikan kegiatan program terlaksana sesuai rencana yang berkualitas. Penilaian (evaluasi) adalah suatu proses pengumpulan dan analisis informasi mengenai efektivitas dan dampak suatu program dalam tahap tertentu baik sebagian atau keseluruhan untuk mengkaji pencapaian program yang diperoleh dari pencatatan dan pelaporan. Pada pelaksanaannya sering terjadi kerancuan pengertian kegiatan monitoring dengan evaluasi walaupun sebenarnya pengertian keduanya sangat berbeda. Namun demikian ada juga persamaannya, yaitu sebagai alat dalam manajemen. Dengan adanya pemantauan, maka penanggung jawab program mendapat informasi yang dapat dipergunakan dalam pengambilan keputusan, agar pelaksanaan program dapat berjalan lebih baik.
Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Unsur kedua yang harus di penuhi dalam proses implementasi program yaitu adanya kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program, sehingga masyarakat dilibatkan dan membawa hasil dari program yang dijalankan dan adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Tanpa memberikan manfaat kepada masyarakat maka dikatakan program tersebut telah gagal dilaksnakan. Berhasil atau tidaknya suatu program di implementasikan tergantung dari unsur pelaksanaannya (eksekutif). Unsur pelaksanaan ini merupakan unsur ketiga. Pelaksanaan penting artinya karena pelaksanaan baik itu
organisasi maupun perorangan bertanggunujawab dalam pengelolaan maupun pengawasan dalam proses implementasi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi program adalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh seseorang atau organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan program keluarga berencana di Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
Landasan Teori
Keluarga Berencana adalah upaya pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas. Dalam rangka menegakkan upaya KB, pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu dan terjangkau oleh masyarakat (Undang-Undang Nomor 36, 2009).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat-obatan (Proverawati dkk, 2010).
Berdasarkan lama efektivitasnya metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi:
1. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), yang termasuk dalam kelompok ini yaitu : susuk/implan, IUD, MOW, MOP.
2. Non Metode kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP), yang termasuk dalam kelompok ini yaitu : pil, suntuk, kondom.
31
Kerangka Berpikir
Pada prinsipnya keberhasilan program KB dapat diukur melalui beberapa indikator dan faktor – faktor yang dikemukakan oleh Sudarniasih, dkk (2016).
Fokus penelitian dapat disusun sebagai berikut:
Gambar 2. Kerangka berpikir
Empat faktor yang mempengaruhi Implementasi Program KB di Kecamtan Siempat Nempat Nemp Hulu
Sumber Daya : - Tenaga
pelaksana program KB - Pendanaan - Sarana dan Prasarana - Informasi KB
Insentif dan Birokrasi Manajemen : - Perencanaan - Perorganisasian - Pelaksanaan - Pengawasan
SOP Pelayanan KB Program
Keluarga Berencana
Angka Peserta KB
32
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam tentang implementasi program keluarga berencana di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi Tahun 2018.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara.
Waktu penelitian. Waktu penelitian ini dimulai pada bulan Agustus 2018 sampai dengan selesai.
Subjek Penelitiann
Subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang tempat data untuk variable penelitian (Arikunto, 2010). Untuk mendapat data yang tepat maka perlu ditentukan informan yang memiliki kompetensi dan kebutuhan data (purposive).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk partisipasi, pelaksanaan partisipasi, manfaat partisipasi dan faktor yang mempengaruhi partisipasi dalam implementasi program keluarga berencana di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi. Oleh karena itu, diperlukan subjek yang memenuhi parameter yang dapat mengungkap hal di atas sehingga memungkinkan data dapat diperoleh.
Parameternya adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kebijakan kegiatan partisipasi dalam masyarakat.
2. Terlibat langsung sebagai koordinator/ penanggung jawab kegiatan program KB dalam masyarakat.
33
3. Mengetahui kegiatan partisipasi masyarakat dalam program KB.
4. Ikut terlibat berkoordinasi dalam kaitannya dengan kegiatan partisipasi dengan stakeholder lainnya yang berperan dalam program KB.
5. Mengetahui sumberdaya yang berkontribusi dalam program KB.
Dari parameter di atas, subjek penelitian yang dianggap memenuhi karakteristik yaitu:
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Dairi. Seluruh program kesehatan mengikuti SPM (Standar Pelayanan Minimal) dan di monitoring ketercapaian program KB. Hal ini juga berkaitan dengan ketersediaan sarana dan alat KB di semua sarana pelayanan KB di Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
Penanggung jawab program KB di Puskesmas KM 11 Kecamatan Siempat Nempu Hulu. Penanggung Jawab KB adalah pegawai puskesmas yang ditugaskan oleh Kepala Puskesmas yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program KB di wilayah kecamatan. Penanggungjawab mengkoordinir pelaksanaan kegiatan terkait program KB, membuat laporan dan berkoordinasi lintas program/sektor terkait untuk terlibat dalam Keluarga Berencana.
PLKB Kecamatan Siempat Nempu Hulu. Petugas yang bertanggungjawab memantau peserta KB dan mengajak masyarakat lainnya mengikuti program ini. Selain itu memberikan edukasi serta bekerjasama lintas sektor dalam memudahkan akses masyarakat.
Bidan Desa. Bidan Desa merupakan bidan yang ditempatkan,diwajibkan tinggal srta bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya, yang meliputi satu atau dua desa yang dalam melaksanakan tugas pelayanan medik baik di dalam
maupun di luar jam kerjanya bertanggung jawab langsung kepada kepala Puskesmas dan bekerja sama dengan perangkat desa.
Peserta KB. Peserta KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang aktif maupun pasif menggunakan alat KB dengan berbagai metode.
Subjek penelitian dapat dinyatakan sebagai situasi sosial penelitian yang ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya. Pada subyek penelitian ini, peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas orang-orang yang ada pada tempat tertentu, subjek dari penelitian ini adalah :
1. Kepala Seksi Pembinaan Kesertaan dan Jaminan Pelayanan KB (Dinas PPKB).
2. Penanggung jawab program KB di Puskesmas KM 11 Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
3. PLKB Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
4. Bidan Desa.
5. Peserta KB di Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
Definisi Konsep
Definisi konsep yang ada dalam penelitian ini yaitu alat kontasepsi (meliputi: implant, IUD, MOW, MOP, pil, suntik, dan kondom) adalah sebagai berikut:
1. Alat kontrasepsi adalah suatu alat atau metode penggunaan untuk pencegahan kehamilan dalam kelurga berencana (KB).
2. Implant adalah kontrasepsi yang diintersikan tepat dibawah kulit, dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau di bawah siku melalui insasi tunggal dalam bentuk kipas.
35
3. Intrauterine Device (IUD) adalah kontrasepsi yang terdiri dari berbagai macam bentuk yang terbuat dari plastik dengan cara dimasukan kedalam rahim.
4. Metode Operasi Wanita (MOW) adalah prosedur bedah yang sukarela untuk menghentikan kesuburan, dengan cara menutup atau oklusai tuba falopi sehingga spermatozoa tidak dapat bertemu dengan ovum.
5. Metode Operasi Pria (MOP) adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa defrensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilasi (penyatuan ovum dengan sperma) tidak terjadi.
6. Pil adalah kontrasepsi berupa obat yang harus diminum setiap hari dengan aturan yang telah dianjurkan.
7. Suntik adalah kontrasepsi yang disuntikan kedalam tubuh perempuan untuk membuat endometrium menjadi kurang baik mencegah ovulas.
8. Kondom adalah alat kontrasepsi pelindung yang berupa selubung karet atau sarung yang berbentuk silinder yang dipasangkan pada penis saat melakukan hubungan seksual untuk mencegah masuknya sperma kedalam vagina.
Metode Pengumpulan Data.
Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini peneliti memilih jenis penelitian kualitatif maka data yang diperoleh haruslah mendalam, jelas dan spesifik.
1. Wawancara mendalam (in-depth interview) kepada informan dengan berpedoman pada panduan wawancara yang telah dipersiapkan.